Jalur Ekspektasi Jalur Transmisi Kebijakan Moneter

Pertumbuhan ekonomi internasional dan nilai tukar yang fleksibel telah meningkatkan peranan kebijakan moneter internasional dalam penentuan nilai tukar mata uang suatu negara. Ekspansi moneter pada awalnya akan menurunkan tingkat bunga riil domestik dan kemudian mengakibatkan deposit mata uang luar negeri naik. Peningkatan nilai deposit mata uang luar negeri terhadap deposit mata uang domestik akan mengakibatkan apresiasi nilai tukar mata uang luar negeri dan depresiasi nilai tukar mata uang domestik. Depresiasi nilai tukar mata uang domestik mengakibatkan harga relatif produk atau ekspor lebih murah sehingga ekspor netto naik, dan akhirnya meningkatkan permintaan agregat. Mekanisme transmisi jalur efek nilai tukar mata uang dirumuskan sebagai berikut: m  r   e   x   y  dimana: m = stok uang nominal, e = nilai tukar mata uang, x = ekspor riil netto. i = investasi riil, dan y = output riil agregat.

2.4.6. Jalur Ekspektasi

Universitas Sumatera Utara Dengan semakin meningkatnya ketidakpastian dalam perekonomian, jalur ekspektasi semakin penting dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter ke sektor riil. Para pelaku ekonomi dalam mengambil langkah bisnisnya, akan mendasarkan pada prospek ekonomi ke depan. Mereka membentuk persepsi tertentu terhadap kecenderungan perkembangan ekonomi ke depan yang tercermin pada berbagai indikator ekonomi dan keuangan. Ekspektasi para pelaku ekonomi dimaksud pada umumnya dipengaruhi oleh berbagai informasi mengenai perkembangan berbagai indikator ekonomi dan keuangan serta antisipasinya terhadap langkah-langkah kebijakan ekonomi dan moneter yang ditempuh pemerintah dan bank sentral. Dalam konteks kebijakan moneter yang paling diperhatikan adalah ekspektasi inflasi oleh masyarakat. Teori ekspektasi berpendapat bahwa apabila masyarakat cukup rasional mereka akan mengambil tindakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya inflasi. Tindakan tersebut adalah berupa pengurangan jumlah uang yang mereka pegang dengan membelanjakannya ke dalam bentuk barang-barang riil sehingga risiko kerugian memegang uang karena inflasi dapat dihindari. Ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan harga pada gilirannya akan mendorong kenaikan tingkat suku bunga. Apabila suku bunga meningkat lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga, secara riil rate of return atas aset finansial menurun dan penurunan ini akan mendorong orang mengalihkan kekayaannya dari bentuk finansial ke bentuk aset riil, sehingga apabila masyarakat khususnya perusahaan-perusahaan besar dapat memanfaatkan statistik atau data moneter dengan baik untuk memperkirakan tingkat inflasi yang akan terjadi perusahaan-perusahaan Universitas Sumatera Utara akan menaikkan harga barang-barang yang diproduksi dan masyarakat akan meminta upah yang lebih tinggi mendahului kemungkinan inflasi yang mereka perkirakan akan terjadi. Mereka tidak perlu harus menunggu melakukan tindakan penyesuaian harga dan upah sampai setelah terjadi inflasi. Apabila tindakan tersebut dilakukan oleh seluruh atau sebagian besar anggota masyarakat, tindakan tersebut akan membawa pada dua implikasi moneter yang sangat penting. Pertama, kebijakan moneter menjadi tidak efektif karena kebijakan moneter tidak dapat mengubah sektor riil, yaitu konsumsi, produksi, investasi dan kesempatan kerja tetapi yang terjadi hanyalah perubahan tingkat harga. Kedua, ekspektasi masyarakat terhadap inflasi akan mengakibatkan inflasi yang semula hanya dugaan, akhirnya menjadi kenyataan. Ekspektasi inflasi selain dipengaruhi oleh perkembangan inflasi yang terjadi inertia inflation juga dipengaruhi oleh kebijakan moneter yang diambil oleh bank sentral yang tercermin pada perkembangan suku bunga dan nilai tukar. Semakin kredibel kebijakan moneter yang antara lain ditunjukkan pada kemampuan bank sentral dalam mengendalikan suku bunga dan nilai tukar, maka semakin kuat dampaknya terhadap pembentukan ekspektasi inflasi oleh masyarakat. Dalam kondisi demikian, ekspektasi inflasi masyarakat akan cenderung mendekati sasaran inflasi yang ditetapkan bank sentral dalam kebijakan moneternya. Dengan kata lain, semakin kredibel kebijakan moneter, maka semakin rendah deviasi ekspektasi masyarakat dari sasaran inflasi yang ditetapkan bank sentral Pohan, 2008. Oleh karena itu, semakin kecil distorsi yang ditimbulkan terhadap perkembangan output dan pencapaian sasaran inflasi. Universitas Sumatera Utara

2.5. Penelitian Terdahulu