Kesuksesaan taman bacaan masyarakat Rumah Dunia dalam pemberdayaan masyarakat melalui Program Literasi Informasi

(1)

KESUKSESAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT RUMAH

DUNIA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI

PROGRAM LITERASI INFORMASI

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

Oleh:

Gita Rizki Hastari NIM : 1111025100009

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1436 H / 2015


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Gita Rizki Hastari (NIM: 1111025100009).

Kesuksesaan Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia dalam Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Literasi Informasi. Dibawah bimbingan Pungki Purnomo, MLIS, Program Studi Ilmu Perpustaaan Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015

Tujuan penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui penyebab usaha taman bacaan masyarakat Rumah Dunia sukses dalam pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi. Kedua, untuk mengetahui solusi mengatasi kendala dalam melakukan pemberdayaan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa usaha yang menyebabkan Rumah Dunia sukses dalam pemberdayaan masyarakat yaitu karena dua faktor. Pertama, faktor dari program Rumah Dunianya sendiri, yaitu program-program literasi informasi. Kedua, nama besar Gol A Gong juga tidak dapat terlepas dari suksesnya Rumah Dunia. Sedangkan usaha yang dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi ada enam usaha, yaitu: kelas menulis Rumah Dunia, jurnalisme warga, Gong travelling, pertunjukkan teater, bedah buku dan ode kampung. Untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi Rumah Dunia, yaitu karakter yang berbeda-beda dari masyarakat yang dating ke Rumah Dunia. Solusi untuk mengatasi masalah tersebut dengan mengubah karakter masyarakat yang kurang baik menjadi lebih baik. Sedangkan untuk sarana dan prasarana, Gol A Gong dan relawan Rumah Dunia berupaya mencari dana untuk memperbaiki sarana dan prasarana di Rumah Dunia, caranya dengan menerbitkan buku dan membuat film layar lebar. Hasil dari royalti tersebut akan disumbangkan untuk memperbaiki fasilitas di Rumah Dunia.

Kata Kunci: Kesuksesan, Taman Bacaan Masyarakat, Rumah Dunia, Pemberdayaan Masyarakat, Literasi Informasi


(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam tak lupa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntut kita dari zaman kegelapan hingga zaman terang benderang, serta para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M. Ag selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS selaku ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan dan dosen pembimbing. Terima kasih atas saran-saran dan bimbingan yang diberikan kepada penulis, sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Parhan Hidayat, M.Hum, selaku pembimbing akademik IP A 2011 dan penguji dua, terima kasih atas waktu dan saran yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.


(7)

5. Ibu Ida Farida, MLIS selaku dosen penguji satu. Terima kasih untuk kesediaan waktu dan sarannya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah mengajar dan memberikan ilmu kepada penulis semasa perkuliahan. 7. Pendiri TBM Rumah Dunia, Gol A Gong beserta istrinya, Tias Tatanka

yang telah memberikan waktunya selama penulis berada di Rumah Dunia. 8. Presiden TBM Rumah Dunia, Ahmad Wayang, beserta relawan Rumah

Dunia: Abdul Salam, Muhzen Den, Suni Ahwa dan relawan Rumah Dunia lainnya, yang telah direpotkan dan memberikan bantuan, motivasi dan kesediaan waktunya untuk wawancara serta saran-saran yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

9. Keluarga penulis, Kedua orang tua, Rusmadi dan Haslin Marianti, S.pd yang sangat teristimewa dan selalu melantunkan doa-doa untuk penulis demi kesuksesan masa depan penulis. Kedua kakak penulis Yogi Satya Hardi dan Rheza Prima Yoga serta keluarga besar penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu memberikan dukungan dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Teman-teman seperjuangan JIPers 2011, khususnya IP A. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini. Kalian tidak akan terlupakan.

11.Teman-teman Forum Lingkar Pena cabang Ciputat: Kak Amal, Akma, Kiki, Azmi, Belda, Rifki, Oliq, Said, Ocol, Andik dan teman-teman yang lainnya, tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih telah menjadi


(8)

keluarga baru selama penulis berada di Ciputat, bantuan dan saran dari teman-teman selama ini sangat membantu penulis.

12.Teman-teman dan kakak-kakak di tim MOTION FLP Ciputat, terima kasih atas dukungannya dan maaf belum bisa menjadi manager yang baik untuk kalian. Terus berkarya!

13.Teman-teman peserta Kelas Menulis Rumah Dunia angkatan 25. Terima kasih untuk waktu dan kebersamaan selama penulis belajar di Rumah Dunia.

14.Teman-teman BPH HMJ Ilmu Perpustakaan periode 2013-2014, Rizca Amelia Akbar, Imroatus Solihah, Muthia Fariza, Eko Raharjo dan Al-Maliki serta segenap pengurus HMJ Ilmu Perpustakaan periode 2013-2014.

15.Teman-teman KKN Momentum 78, terima kasih untuk kebersamaannya selama ini.

16.Teman-teman University Day Out Banten, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Titin, Ikna, Aji, Shinta, Tika dan yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih, kalian yang terindah.

17.Teman-teman di Komunitas Pencinta Bacaan Anak (KPBA) dan Ibu Murti Bunanta, SS., MA, terima kasih telah memberikan ilmu baru bagi penulis. 18.Sahabat seperjuangan dari SMP dan SMA: Ratna, Veni, Fauziah, Tiara,

Tria, Diesty, Siti, Pida Afif, Pras dan Qochar. Terima kasih untuk persahabatan yang sampai detik ini masih terjaga.

19.Untuk orang-orang terdekat penulis selama masa kuliah: Dini Hafidzah, Linna Lathifah, Astrid Brenda Maharani dan Firman Faturrahman. Terima


(9)

kasih atas kesediannya mendengarkan keluh kesah, serta dukungan dan sarannya selama ini, tanpa kalian penulis bukanlah apa-apa.

Serta seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas ketulusan dan kebaikan hati kalian, semoga Allah membalasnya. Penulis tahu, dalam penulisan skripsi ini masih ada kekurangan, oleh karena itu segala bentuk kritik dan saran penulis terima dengan senang hati. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang memberikan kontribusi untuk ilmu pengetahuan.

Waalaikumsalam Wr. Wb Jakarta, Juni 2015


(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Definisi Istilah ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN LITERATUR A. Kesuksesan 1. Definisi Kesuksesan ... 11

2. Faktor Pendukung Kesuksesan ... 12

B. Taman Bacaan Masyarakat 1. Pengertian Taman Bacaan Masyarakat ... 14

2. Tujuan Taman Bacaan Masyarkat ... 18

3. Fungsi Taman Bacaan Masyarakat ... 19

4. Manfaat Taman Bacaan Masyarakat ... 22

C. Pemberdayaan Masyarakat 1. Definisi Pemberdayaan Masyarakat ... 24

2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat ... 25

3. Kendala dalam Pemberdayaan Masyarakat ... 27

D. Literasi Informasi 1. Definisi Literasi Informasi ... 29

2. Manfaat Literasi Informasi ... 32

3. Karakteristik Orang Literat Informasi ... 34

4. Literasi Informasi di Taman Bacaan Masyarakat .... 36

E. Penelitian Terdahulu ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 42

B. Sumber Data ... 42

C. Pemilihan Informan ... 43

D. Teknik Pengolahan Data ... 44

E. Teknik Analisis Data ... 46


(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia 1. Sejarah Berdirinya Taman Bacaan Masyarakat

Rumah Dunia ... 49

2. Visi dan Misi ... 51

3. Personalia ... 52

4. Susunan Pengurus ... 52

5. Koleksi Buku ... 53

6. Sarana dan Prasarana ... 54

7. Program Kegiatan ... 59

B. Hasil Penelitian ... 61

C. Pembahasan ... 76

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Jadwal Penelitian ... 48

2. Tabel 2 Sarana di Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia ... 54

3. Tabel 3 Prasarana di Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia ... 55

4. Tabel 4 Kegiatan Reguler di TBM Rumah Dunia ... 59


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Surat Tugas Menjadi Pembimbing 2. Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

3. Lampiran 3 Surat Pergantian Judul Skripsi 4. Lampiran 4 Pedoman Wawancara

5. Lampiran 5 Transkrip Wawancara

6. Lampiran 6 Transkrip Obrolan Non-Formal


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dengan berkembangnya zaman, kemudahan dan penyebaran informasi menjadi lebih pesat. Hal ini disebabkan karena melimpahnya informasi yang tersedia, baik informasi tercetak, terekam maupun digital yang setiap harinya terus bertambah.

Masyarakat pun dituntut untuk berubah menjadi masyarakat informasi, di mana setiap individu harus memperlakukan informasi dan pengetahuan sebagai sumber yang penting. Agar masyarakat dapat hidup lebih unggul, maka setiap individu harus memiliki kemampuan dan kemauan untuk terus belajar. Hal ini bertujuan agar pengetahuan yang dimilikinya tidak usang terlindas kemajuan.

Orang-orang yang memiliki keterampilan literasi informasi, pasti memiliki karaktersitik lainnya. Selain mampu mengakses, mengevaluasi dan menggunakan informasi dengan bijak, mereka juga belajar tentang hal-hal yang baru. Mampu mencari informasi untuk memenuhi kebutuhan pribadi, menghormati hukum hak cipta dan kebebasan intelektual, menggunakan wawasan untuk memprediksi hasil atau membuat keputusan.1 Apabila hal-hal

1

Helen M Thompson dan Susan A. Henley. Fostering Information Literacy: Connecting

National Standards Goals 200, and the SCANS Report (Colorado: Teacher Ideas Press, 2000), h.


(15)

tersebut sudah kita miliki, pastinya kita sudah mampu menjadi masyarakat literasi informasi.

Dalam dunia nyata, apabila kita mampu memiliki kompetensi literasi informasi, maka kita bisa menjadi seseorang yang dapat sukses dalam menjadi masyarakat informasi dan secara khusus dalam penerapan kurikulum berbasis kompetensi di sekolah dan perguruan tinggi. Sebagai contoh, apabila kita dihadapkan dalam dua pilihan ketika ingin membeli barang, maka kita memerlukan informasi mengenai kedua merek tersebut. Disini kita membutuhkan informasi. Setelah tahu produk mana yang bagus, kita membeli, menggunakan informasi dan memakai sabun tersebut sambil memikirkan apakah kita akan kembali membeli produk itu atau tidak-mengevaluasi hasil.

Literasi informasi sendiri memiliki arti bagaimana kita belajar, mencari informasi, mengevaluasi, dan menggunakannya dengan bijak dan efektif.2 Selain itu, literasi informasi dapat juga berarti kemampuan seseorang untuk memanajemen pengetahuan dan kemampuan untuk belajar terus-menerus.3 Dengan kata lain, literasi informasi adalah kemampuan seseorang untuk belajar, mencari informasi, mengevaluasi dan menggunakannya secara efektif.

Penguasaan literasi informasi dipandang penting sebagai proses pembelajaran, sehingga menjadi sebagai sebuah kebutuhan di masyarakat. Dalam hal yang

2

Helen M Thompson dan Susan A. Henley. Fostering Information Literacy: Connecting

National Standards Goals 200, and the SCANS Report (Colorado: Teacher Ideas Press, 2000), h.

1.

3

Diao Ai Lein dkk. Literasi Informasi: Tujuh Langkah Knowledge Management. (Jakarta: Universitas Atma Jaka, 2010), h. 2.


(16)

lebih luas, program literasi informasi sebenarnya adalah program pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam bidang informasi.

Pemberdayaan masyarakat yang dimaksud disini yaitu sebagai upaya memberikan wewenang dan kepercayaan kepada setiap individu dalam sebuah organisasi, serta mendorong mereka untuk terus kreatif dan berkaraya agar dapat menyelesaikan tugas mereka dengan baik.4 Bila kita telusuri lebih lanjut lagi, sebenarnya konsep pemberdayaan masyarakat ini lebih mengacu pada kepedulian seseorang, komunitas atau lembaga dalam memerangi kebodohan, kemiskinan, pengangguran serta keterbelakangan masyarakat. Cara yang dilakukan bisa berupa menindaklanjuti dan memberdayakan masyarakat, hal ini ditujukan agar masyarakat bisa berkembang serta mempunyai semangat kerja untuk kelangsungan hidup mereka.

Salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat yang bisa dilakukan yaitu dengan cara membangun sebuah taman bacaan masyarakat (selanjutnya disingkat dengan TBM). TBM merupakan sebuah wadah atau tempat pembelajaran nonformal, dimana masyarakat dapat belajar atau hanya sekedar mencari sebuah informasi yang mereka butuhkan. Sebenarnya TBM dan perpustakaan sama-sama merupakan tempat mencari informasi, hanya saja yang membedakannya yaitu TBM bisa menjadi tempat pemberdayaan masyarakat, dimana masyarakat dapat mengembangan kreatifitas mereka melalui program-program yang diadakan oleh pihak pengurus TBM.

4

Agus Purbathin Hadi, “Konsep Pemberdayaan, Partisipasi dan Kelembagaan dalam Pembangunan,” artikel diakses pada 1 April 2015 dari www.suniscome.50webs.com


(17)

Menjamurnya TBM pada saat ini juga perlu diperhatikan. Hal ini membuktikan bahwa kesadaran masyarakat dalam mencari kebutuhan informasi sudah mulai berkembang. Sehingga bukan hanya perpustakaan saja yang bisa menyediakan kebutuhan informasi, namun dari masyarakat sendiri pun ingin menyediakan fasilitas yang sama guna memenuhi kebutuhan informasi khayalak maka dibangunlah TBM yang pendiriannya berada di lingkungan masyarakat.

TBM berperan penting membantu masyarakat dengan menyediakan sumber informasi dan memberikan layanan dibidang bahan bacaan, berupa; buku, majalah, tabloid, koran, komik dan bahan multimedia lainnya, juga dilengkapi dengan ruangan untuk membaca. Taman bacaan tidak hanya menyediakan layanan bacaan saja, melainkan juga menyediakan layanan baca di tempat, layanan peminjaman buku, layanan pembelajaran, layanan praktik keteramplilan, melaksanakan berbagai macam perlombaan dan mengadakan kegiatan literasi.

Dalam hal ini, TBM dapat dijadikan sebagai sarana untuk pemberdayaan masyarakat sekaligus mempelajari kegiatan-kegiatan literasi infomasi. Pemberdayaan masyarakat di TBM bisa berupa kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan menurut visi dan misi TBM sendiri, misalnya mengadakan kegiatan daur ulang kertas, budidaya lele, mengajari anak-anak menggambar dan sebagainya. Sedangkan kegiatan literasi informasi yang dimaksud pada


(18)

TBM yaitu merupakan kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat, seperti; bedah buku, diskusi mengenai isu yang sedang berkembang, workshop kepenulisan, temu penulis dan belajar menulis cerpen atau puisi.5

Salah satu TBM yang menggabungkan kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan kegiatan literasi informasi adalah taman bacaan masyarakat Rumah Dunia. Taman bacaan masyarakat ini terletak di Komp. Hegar Alam 40, Ciloang, Serang Banten 42118. TBM ini dibangun atas kegelisahan Gol A Gong yang merasa bahwa di Banten tidak ada tempat yang bisa memacu kreatifitas masyarakat.6 Kemudian atas kegelisahannya itu, Gol A Gong dan istrinya; Tias Tatanka beserta sahabat mereka Toto ST Radik dan (alm) Rys Revolta, Maulana Wahid Fauzi dan Andi ST Trisnahadi mendirikan taman bacaan masyarakat Rumah Dunia.7

Rumah Dunia merupakan “lerarning centre”; pusat belajar jurnalistik, sastra, menggambar, teater, musik, dongeng dan film bagi anak-anak, pelajar, mahasiswa bahkan umum yang digulirkan sejak 2002.8 Banyak anak-anak di lingkungan sekitar yang memanfaatkan fasilitas Rumah Dunia sebagai sarana belajar. Rumah Dunia sendiri tidak memungut biaya untuk anak-anak yang ingin belajar menggambar, menonton film dan wisata dongeng.

5

Kemendikbud, Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informasl, 2012), h. 4.

6

Wawancara pribadi dengan Ahmad Wayang., Serang, Pada 16 November 2014. 7

Gol A Gong, “Rumah Dunia.” Diakses pada 1 April 2015 dari rumahdunia.com/isi/profil -rumah-dunia

8


(19)

Rumah Dunia mempunyai program unggulan yaitu kelas menulis. Dimana kelas menulis ini sudah sampai pada angkatan 25 dan sudah banyak mencetak penulis-penulis yang mampu menggetarkan dunia literasi. Salah satunya adalah Endang Rukmana. Dia adalah seorang anak dari kuli bangunan dan tukang cuci yang mempunyai hobi gemar membaca sejak anak-anak. Endang Rukmana sendiri merupakan angkatan pertama kelas menulis Rumah Dunia dan hingga sekarang dia telah melahirkan sepuluh novelnya yang diterbitkan oleh Gagas Media dan Bentang Pustaka. Beberapa novelnya yang diterbitkan oleh GagasMedia yaitu; sakit ½ Jiwa, Gotcha, Pahe Telecinta, Blackforest Blossom dan masih banyak lagi. Selain itu, Gol A Gong yang mempunyai misi untuk terus menggerakkan taman bacaan masyarakat sebagai wadah masyarakat untuk terus berkarya dan menggetarkan dunia literasi.

Bagi penulis, hal ini sangat menarik, karena taman bacaan masyarakat yang lain belum begitu terlihat kesuksesannya dalam pemberdayaan masyarakat. Bahkan cendrung TBM Rumah Dunia ini dijadikan acuan oleh TBM yang lain dalam program kegiatan atau yang lainnya. Hal tersebut yang membuat penulis tertarik untuk mengajukan judul penelitian Kesuksesan Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia dalam Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Literasi Informasi.


(20)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis hanya membatasi masalah pada usaha yang dilakukan dan solusi untuk mengatasi hambatan dalam melakukan program pemberdayaan melalui literasi informasi.

2. Perumusan Masalah

Setelah objek penelitian difokuskan pada pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi saja dan agar penelitian ini lebih terorganisir serta terarah, maka dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana usaha yang menyebabkan Rumah Dunia sukses dalam pemberdayaaan masyarakat melalui program literasi informasi?

2. Bagaimana solusi untuk mengatasi kendala dalam melakukan pemberdayaan masyarakat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui usaha yang menyebabkan Rumah Dunia sukses dalam pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi. b. Untuk mengetahui solusi mengatasi kendala dalam melakukan


(21)

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Taman Bacaan Masyarakat

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan motivasi kepada peneliti untuk memberikan saran dan masukan yang bermanfaat bagi pihak taman bacaan masyarakat Rumah Dunia. Dengan adanya saran dan masukan dari peneliti, diharapkan pihak taman bacaan masyarakat dapat dijadikan saran dan masukan untuk dijadikan bahan pertimbangan dan evaluasi dalam menjadikan taman bacaan masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi.

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peneliti mengenai kesukseksesan taman bacaan masyarakat Rumah Dunia dalam pemberdayakan masyarakat melalui program literasi informasi.

D. Definisi Istilah

Taman bacaan masyarakat adalah lembaga pembudayaan kegemaran membaca masyarakat yang menyediakan dan memberikan layanan di bidang bahan bacaan, berupa; buku, majalah, tabloid, koran, komik dan bahan multimedia lain yang dilengkapi dengan ruangan membaca, diskusi, bedah buku, menulis dan kegiatan literasi lainnya yang didukung oleh pengelola yang berperan sebagai motivator.9

9

Kemendikbud, Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat. (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal dan Informal., 2012) h. 4


(22)

Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya memberikan wewenang dan kepercayaan kepada setiap individu dalam sebuah organisasi, serta mendorong mereka untuk terus kreatif dan berkaraya agar dapat menyelesaikan tugas mereka dengan baik.10

literasi informasi adalah kemampuan seseorang untuk memanajemen pengetahuan dan kemampuan untuk belajar terus-menerus.11

E. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika ini penulis membagi penulisan dalam lima bab, yang mana tiap bab membahas secara sistematis bagian-bagian yang dipaparkan, kelima bab itu adalah :

BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini akan dikemukakan latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, manfaat penelitian, definisi istilah dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Literatur

Bab ini membahas teori-teori yang berasal dari kajian kepustakaan. Pembahasan teori ini mencakup tentang definisi taman bacaan masyarakat, tujuan taman bacaan masyarakat, fungsi taman bacaan masyarakat, manfaat taman bacaan masyarakat, definisi pemberdayaan masyarkaat, strategi

10

Agus Purbathin Hadi, “Konsep Pemberdayaan, Partisipasi dan Kelembagaan dalam Pembangunan.” Artikel diakses pada 1 April 2015 dari www.suniscome.50webs.com

11

Diao Ai Lein dkk., Literasi Informasi: Tujuh Langkah Knowledge Management. (Jakarta: Universitas Atma Jaka, 2010), h. 2.


(23)

pemberdayaan masyarakat, kendala dalam pemberdayaan masyarakat, definisi literasi informasi, manfaat literasi informasi, karakteristik orang yang literat informasi dan literasi informasi di taman bacaan masyarakat.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini akan membahas tentang jenis dan pendekatan penelitian, sumber data, pemilihan informan, teknik pengolahan data, teknik analisis data dan jadwal penelitian.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini dibagi menjadi dua pembahasan, yang pertama terdiri dari; sejarah berdirinya taman bacaan masyarakat, visi dan misi taman bacaan masyarakat, personalia, susunan pengurus, koleksi buku, sarana dan prasarana dan program kegiatan. Selain itu, pada bab ini juga akan membahas tentang hasil penelitian yang terdiri dari usaha yang dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi dan solusi untuk mengatasi kendala dalam melakukan program pemberdayaan masyarakat.

BAB V Penutup

Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari keseluruhan pokok bahasan dan saran-saran yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian.

Daftar Pustaka Lampiran-lampiran


(24)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. KESUKSESAN

1. Definisi Kesuksesan

Bila kita memikirkan makna ‘sukses’ tentulah banyak definisi yang terlintas dipikiran. Banyaknya definisi mengenai kesuksesan, membuat orang semakin bingung dengan arti kesuksesan. Merujuk pada salah satu buku, Percy mendefinisikan sukses sebagai pencapaian akan hal-hal yang telah didambakan, direncanakan, atau diusahakan; Pencapaian ketenaran dan kemakmuran atau hal-hal semacamnya; hasil yang sudah lama diharapkan.12

Sedangkan, Ralph Waldo Emerson dalam buku success, menjelaskan bahwa kesuksesan itu sebagai sebuah simbol untuk tertawa, untuk mendapatkan penghargaan dari orang-orang terhormat dan kasih sayang dari anak-anak, untuk mendapatkan kritik yang jujur dan mengatasi teman yang berkhianat, untuk menghargai keindahan, untuk dapat melihat sisi baik orang lain, untuk melihat dunia menjadi tempat yang lebih baik, baik dengan adanya generasi yang sehat, kebun yang terawat atau lingkungan yang aman dan untuk mengetahui bahwa kehidupan orang lain menjadi lebih mudah karena kehadiran anda.13

12Percy “Master P” Miller, Guaranteed Success: Bila anda pantang menyerah. Penerjemah

Isma Noor Anggraini (Bandung: PT. Salamadani Pustaka Semesta, 2008) h. 19

13


(25)

Lain lagi dengan Deepak Chopra dalam success, dia mendefinisikan kesuksesan sebagai kemampuan untuk mencintai dan mendapatkan perhatian. Kesuksesan adalah kapasitas untuk merasakan kebahagiaan dan menyebarkannya kepada orang lain. Kesuksesan adalah rasa aman untuk mengetahui bahwa hidup ini berharga dan memiliki tujuan. Kesuksesan adalah rasa terhubung dengan kekuatan besar yang ada di alam. Kesuksesan kemampuan untuk memenuhi tujuan2 hidup. Kesuksesan berarti realisasi progresif atas tujuan-tujuan yang berharga. Kesuksesan berarti pula perluasan kebahagiaan. Ketika semua itu telah dimiliki, keuntungan berupa materi, kenyamanan, dan kemewahan akan mengikuti.14

Berdasarkan dari beberapa definisi diatas, kesuksesan dapat diartikan sebagai sebuah keberhasilan dari hal-hal yang telah direncanakan atau didampakan. Bukan hanya itu saja, dapat bermanfaat bagi orang lain, membuat orang lain tertawa, melihat sisi baik orang lain juga dapat dikatakan sukses. Sehingga kesuksesan bukan hanya diri sendiri saja yang merasakan, melainkan orang disekitar kita ikut merasakan kesuksesan yang kita capai.

14


(26)

2. Faktor Pendukung Kesuksesan

Banyak hal yang menyebabkan seseorang sukses atau berhasil. Salah satu yang menyebabkan seseorang sukses adalah dukungan dari orang lain. Berikut merupakan faktor kesuksesan menurut Relcky Saragih:15

a. Bekerja dengan hati

Yang dimaksud dengan’bekerja dengan hati’ yaitu bukan hanya

bekerja berdasarkan perintah atau SOP. Tapi berikan yang terbaik terhadap apa yang kita kerjakan, bahkan kalau bisa lakukan melebihi apa yang diharapkan oleh orang lain.

b. Selalu mengandalkan Tuhan di setiap kesempatan

Dalam melakukan kegiatan apapun dan sebagai makhluk ciptaan-Nya, sebaiknya disertai dengan doa. Karena segala usaha dan hasil yang diperoleh merupakan izin dari Tuhan. Dengan begitu, jalur menuju pintu kesuksesan akan terbuka semakin lebar.

c. Menggali pengalaman sedalam-dalamnya

Dalam hal ini, yang dicari bukanlah pengalaman yang sebanyak-banyaknya. Sedalam-dalamnya yang dimaksud yaitu fokus dan asah kemampuan yang ada pada diri sendiri sehingga bukan hanya sekedar tahu atau bisa, melainkan menjadi ahli.

d. Disiplin waktu, tempat dan pekerjaan

Salah satu hal yang membedakan karyawan teladan dengan yang tidak teladan adalah soal disiplin. Karyawan yang teladan umumnya masuk kantor tepat waktu, tidak pernah terlambat jika mengatur janji, dan dia akan menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu.

e. Percaya terhadap diri sendiri

Percaya diri yang dimaksud adalah ketika seseorang telah dapat mengenal diri dengan baik, maka akan dapat mengetahui batas kemampuan saat ini. Jadi, jika seseorang dapat menempatkan diri di tempat yang tepat dengan percaya diri karena sudah tahu bahwa dia mampu melakukan itu.

15


(27)

f. Mampu bersosialisasi dengan baik

Jika seseorang mampu bersosialisasi dengan baik, itu artinya dia dapat membuat networking atau jaringan yang lebih luas lagi.

g. Mengenal batas kemampuan diri sendiri

Kalau seseorang telah mampu mengenal diri dengan baik, tentunya dia akan tahu batas kemampuannya sampai di mana, kelebihan dan kekurangannya. Misalnya, si A pandai dalam matematika tetapi tidak paham Bahasa Indonesia. Suatu saat si adik meminta untuk mengerjakan PR Bahasa Indonesia, tetapi si A tidak dapat membantu karena kurang paham. Daripada salah, lebih baik minta tolong kepada teman atau orang yang paham tentang Bahasa Indonesia. Jangan hanya karena masalah gengsi atau malu, jadi memaksakan.

h. Rendah hati

Hal yang terakhir ini merupakan yang paling penting untuk menuju pintu kesuksesan. Sebagai makluk ciptaan-Nya, manusia tidak boleh sombong. Hal itu disebabkan karena segala bentuk kegiatan atau keberhasilan yang kita capai, ada peran orang lain yang turut membantu. Jika seseorang sombong, maka akan hancurlah segala hal yang telah dicapai.

B. TAMAN BACAAN MASYARAKAT 1. Pengertian Taman Bacaan Masyarakat

Banyak masyarakat yang berpendapat bahwa antara perpustakaan dengan taman bacaan masyarakat (selanjutnya disingkat dengan TBM) sebenarnya sama saja, sama-sama menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Tapi apabila ditelusur lebih dalam lagi, sebenarnya antara perpustakaan dengan TBM mempunyai perbedaan, walaupun tidak terlihat signifikan.


(28)

Taman bacaan masyarakat atau yang biasa kita kenal dengan sebutan TBM, sebenarnya bukanlah sebuah perpustakaan pada umumnya yang harus memenuhi standar koleksi, sarana dan prasarana, layanan dan tenaga perpustakaan nasioal. TBM merupakan fasilitas membaca yang berada di tengah-tengah masyarakat dan komunitas yang dikelola secara sederhana oleh masyarakat yang bersangkutan.16

Perbedaan antara perpustakaan dengan TBM terdapat dari segi pengelolaanya. Jika perpustakaan dikelola oleh pemerintah dan diatur dengan sistem pelayanan yang baku, mulai dari pengunjung sampai pengelolaan bahan pustaka. Sedangkan TBM merupakan lembaga non formal yang dikelola secara swasembada oleh masyarakat, sistem pengelolaan bahan pustaka dan pengunjungnya pun kadang tidak diatur. Namun, karena pengelolaan bahan pustaka tidak diatur itulah sering terjadi kehilangan buku di TBM.

Dari kedua perbedaan tersebut, dapat didefinisikan bahwa TBM merupakan sebuah lembaga yang berdiri di lingkungan masyarakat guna melayani kebutuhan informasi ilmu pengetahuan dalam bentuk bacaan atau bahan pustaka lainnya.17 Dengan disediakannya bahan bacaan oleh TBM, diharapkan dapat menyadarkan masyarakat sekitar tentang pentingnya membaca serta diharapkan mampu menjadikan membaca sebagai sebuah kebiasaan.

16

Sutarno NS, Membina Perpustakaan Desa (Jakarta: Sagung Seto, 2008), h. 127.

17

Muhsin Kalida, Jogja TBM Kreatif (Yogyakarta: Forum Taman Bacaan Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012), h. 3.


(29)

Taman bacaan masyarakat dapat juga diartikan sebagai sebuah perpustakaan yang posisinya sangat dekat dengan masyarakat. Hal ini disebabkan karena sasaran utama TBM adalah masyarakat di lingkungan sekitar, bahkan TBM sering tumbuh langsung dari masyarakat, terutama di daerah yang sulit dijangkau oleh perpustakaan umum.18

Menurut Departemen Pendidikan Nasional, TBM merupakan sebuah lembaga atau tempat yang digunakan untuk mengelola bahan kepustakaan, seperti buku dan bahan-bahan bacaan lainnya yang dibutuhkan oleh masyarakat. TBM juga dapat digunakan sebagai tempat penyelenggaraan program pembinaan kemampuan membaca dan belajar sekaligus sebagai tempat untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar.19

Sedangkan menurut Kemendikbud, TBM merupakan lembaga pembudayaan gemar membaca yang menyediakan dan memberikan bahan bacaan kepada masyarakat. Bahan bacaan tersebut bisa berupa buku, majalah, koran, komik serta bahan bacaan lainnya. Selain itu TBM juga dilengkapi dengan ruangan atau pendopo untuk membaca dan diskusi,

18

Ratih Rahmawati dan Blasius Sudarsono, Perpustakaan Untuk Rakyat Dialog Anak dan

Bapak (Jakarta: Sagung Seto, 2012), h. 29.

19

Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat


(30)

bedah buku, kegiatan menulis serta berbagai kegiatan literasi lainnya yang didukung oleh pihak pengelola yang berperan sebagai motivator.20

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa TBM merupakan sebuah lembaga pendidikan non-formal yang didirikan oleh masyarakat, untuk para pembelajar dan masyarakat sekitar guna menyediakan kebutuhan informasi dan bahan bacaan yang mereka butuhkan. TBM juga dilengkapi dengan fasiltas-fasilitas lainnya seperti ruangan untuk membaca, menulis, diskusi, bedah buku dan kegiatan literasi lainnya.

Taman bacaan masyarakat didirikan bersama masyarakat di lingkungan sekitar. Masyarakat yang belum mendapatkan kesempatan untuk belajar secara formal dapat belajar di TBM. Sebagaimana layaknya sebuah perpustakaan, TBM juga merupakan sebuah tempat belajar untuk masyarakat sepanjang hayat. TBM didirikan untuk siapa saja tanpa membedakan golongan, ras, agama serta kelompok masyarakat tertentu.21 Hal ini disebabkan karena TBM merupakan sebuah lembaga non-profit, dimana masyarakat dibebaskan untuk membaca dan mencari kebutuhan informasi.

20

Kemendikbud, Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat

Tahun 2012 (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal dan Informal,

2012), h. 4 E-book diunduh pada 28 Februari 2015 www.paudni.kemdikbud.go.id

21 Tri Hardiningtyas, “Taman Bacaan Masyarakat: sebagai mitra perpustakaan,” artikel


(31)

Taman bacaan masyarakat dibangun atas kerjasama masyarakat sekitar yang sadar akan pentingnya pendidikan dan ilmu pengetahuan. Diharapakan dengan adanya TBM, masyarakat sekitar dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan minat baca. Selain itu, TBM juga bisa dikatakan sebagai pendidikan non formal, dimana masyarakat yang tidak sempat mendapatakan pendidikan formal di sekolah, dapat belajar di TBM, tentunya didukung dengan program-program literasi yang diadakan oleh pihak pengelola.

2. Tujuan didirikannya Taman Bacaan Masyarakat

Dengan didirikannya taman bacaan masyarakat, diharapkan baik kaum pembelajar atau masyarakat sekitar bisa mendapatkan informasi secara mudah. Hal ini disebabkan karena salah satu tujuan didirikannya taman bacaan masyarakat yaitu untuk menyediakan berbagai jenis bahan bacaan.

Tujuan didirikannya taman bacaan masyarakat menurut Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta sebagai berikut:22

a. Mencerdaskan kehidupan masyarakat dan menumbuhkan daya kreasi, prakarsa dan swadaya masyarakat melalui peningkatan b. Menjadikan masyarakat gemar membaca dan bersemangat dalam

belajar.

c. Menunjang pelaksanaan wajib belajar dan program-program pendidikan keterampilan masyarakat

22

Republika Indonesia, “Undang-undang tentang Taman Bacaan Masyarakat No. 169 Tahun 2009, Pasal II, Bab 2.” Artikel diakses pada 17 Maret 2015 dari http://bpadjakarta.net


(32)

d. Menyediakan sarana edukasi, rekreasi, penerangan, informasi dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi masyarakat.

Sedangkan menurut Kemendikbud dalam Petunjuk Teknis Pengajuan Taman Bacaan Masyarakat Tahun 2012, Tujuan taman bacaan masyarakat adalah untuk:23

a. Meningkatkan kemampuan membaca dengan tujuan agar tidak ada lagi masyarakat yang buta aksara.

b. Membangun masyarakat gemar membaca dan belajar.

c. Menumbuhkembangkan minat dan kegemaran membaca untuk masyarakat sehingga tercipta masyarakat yang cerdas.

d. Mewujudkan kualitas dan kemandirian masyarakat yang mempunyai ilmu pengetahuan, keterampilan, berbudaya maju dan beradab.

e. Mendorong terciptanya masyarakat yang cerdas sepanjang hayat.

Dengan kata lain, tujuan didirikannya TBM yaitu untuk meminimalisir masyarakat yang buta aksara. Caranya dengan menjadikan masyarakat yang gemar membaca, supaya tercipta masyarakat yang cerdas. Selain itu, TBM dapat juga berfungsi sebagai sarana edukasi dan rekreasi.

3. Fungsi Taman Bacaan Masyarakat

Pada dasarnya, antara taman bacaan masyarakat dan perpustakaan memiliki fungsi yang hampir sama. Dari segi persamaannya, keduanya

23


(33)

mempunyai tujuan yang sama yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi, baik untuk memupuk kegemaran membaca maupun berbagai fungsi seperti pendidikan hingga rekreasi. Akan tetapi, keduanya pasti mempunyai perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Perbedaannya terdapat pada segi pengelolaannya. Kalau perpustakaan tenaga pengelolanya orang yang profesional dan mengelola dengan sistem yang baku. Sedangkan taman bacaan masyarakat tenaga pengelolanya hanya berperan sebagai motivator dengan menyediakan koleksi maupun kegiatan literasi lainnya.24 Berikut ini merupakan fungsi taman bacaan masyarakat atau People Reading Park menurut Manifesto UNESCO:25

a. Menjadi tempat mengumpulkan atau menghimpun informasi secara aktif. Dengan arti lain, Taman Bacaan Masyarakat tersebut mempunyai kegiatan secara terus-menerus untuk mengumpulkan sumber informasi untuk di koleksi.

b. Sebagai tempat mengola semua bahan pustaka dengan metode tertentu, seperti registrasi, klasifikasi, katalogisasi serta kelengkapan lainnya dengan maksud agar koleksi mudah digunakan.

c. Menjadi tempat memelihara dan menyimpan bahan bacaan. Artinya, ada kegiatan untuk mengatur, menyusun, menata, memelihara dan merawat koleksi agar tidak mudah rusak dan hilang.

24

Ratih Rahmawati h. 29-30

25

Alexandra Landmann “Taman Bacaan Masyarakat dan Budaya Lisan Masyarakat Adat Kanekes,” Artikel diakses pada 17 Maret 2015 dari http://wiwitan.org


(34)

d. Sebagai salah satu pusat informasi, sumber belajar, penelitian serta kegiatan lainnya.

e. Membangun tempat informasi yang up to date bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Sedangkan menurut Kemendikbud, fungsi taman bacaan masyarakat adalah sebagai berikut:26

a. Sebagai sumber belajar. Taman bacaan masyarakat menyediakan buku sebagai bahan bacaan utama yang mendukung masyarakat pembelajar sepanjang hayat, seperti buku pengetahuan sebagai penambahan wawasan, juga beberapa keterampilan praktis yang bisa dipraktekkan setelah membaca, misalnya praktek memasak, budidaya ikan dan sebagainya.

b. Sebagai sumber informasi. Taman bacaan masyarakat juga menyediakan bahan bacaan lainnya seperti koran, tabloid, referensi, booklet atau leaflet dan akses internet yang digunakan untuk mencari berbagai informasi.

c. Sebagai tempat rekreasi-edukasi. Dengan buku-buku fiksi dan non-fiksi yang disediakan oleh pihak TBM, diharapkan dapat memberikan hiburan yang mendidik dan menyenangkan.

Secara garis besar, fungsi taman bacaan masyarakat dengan perpustakaan nyaris sama. Hanya saja, pada TBM pengunjung bebas datang kapan saja

26


(35)

dia mau, bahkan hari libur pun masyarakat bisa datang ke TBM. Sedangkan perpustakaan, jam kunjung dibatasi oleh jam kerja rata-rata. Selain itu, TBM juga bisa dijadikan sebagai tempat sarana belajar, dimana setelah masyarakat membaca buku mengenai budidaya lele, cara menanam cabai dan sebagainya, mereka bisa langsung mempraktekkannya, tentu dengan pengawasan para motivator di taman bacaan masyarakat

4. Manfaat Taman Bacaan Masyarakat

Taman bacaan masyarakat selain memiliki tujuan dan fungsi, tentunya mempunyai manfaat tersendiri, baik itu manfaat untuk masyarakat sekitar ataupun manfaat untuk pengelola TBM sendiri.

Menurut direktorat pendidikan masyarakat, TBM dapat memberikan manfaat bagi warga sekitar maupun masyarakat luar, diantaranya:27

a. Taman bacaan masyarakat dapat menumbuhkan minat baca serta kecintaan terhadap budaya membaca.

b. Memperkaya kegemaran membaca bagi masyarakat. c. Menumbuhkembangkan kegiatan belajar mandiri.

d. Mempercepat proses penguasaan teknik membaca bagi masyarakat yang ingin belajar membaca.

e. Membantu pengembangan masyarakat dalam hal kecakapan membaca.

27


(36)

f. Menambah dan membuka wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

g. Membantu kelancaran dalam hal penyelesaian tugas sekolah atau kuliah melalui diskusi bersama pengurus TBM atau sesama anggota TBM.

h. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam berbagai bidang.

Sedangkan menurut Gol A Gong, manfaat taman bacaan masyarakat bagi pihak pengelola atau bisa juga disebut sebagai pihak motivator yaitu TBM bisa dijadikan sebagai sarana untuk belajar dan mengembangkan bakat yang dimiliki oleh masing-masing pengelola TBM. Seperti pada TBM Rumah Dunia yang didirikan oleh Gol A Gong, selain memberikan ilmu bagaimana mengelola TBM, beliau juga memberikan beasiswa untuk pengelola yang ingin kuliah di perguruan tinggi negeri. Sudah ada beberapa pengelola TBM Rumah Dunia yang berhasil dikuliahkan TBM Rumah Dunia melalui program beasiswa.28

Jika dipahami lebih dalam lagi, manfaat TBM bisa lebih terlihat langsung pada diri masyarakat daripada perpustakaan. TBM bukan hanya dijadikan sebagai tempat rak dan buku-buku yang dipajang begitu saja, bukan juga sebagai tempat untuk penelitian seperti perpustakaan. TBM dapat dijadikan sebagai tempat mengembangkan kemampuan diri untuk

28

Gol A Gong dan Agus M. Irkham, Gempa Literasi: Dari Kampung untuk Nusantara (Jakarta, Kepustakaan Populer Gramedia, 2012), h. 288.


(37)

masyarakat sekaligus pihak pengelolanya melalui berbagai program kegiatan yang diadakan di TBM.

C. Pemberdayaan Masyarakat

1. Definisi Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat, dimana kondisi masyarakat tersebut apabila mengandalkan dirinya sendiri mereka tidak mampu untuk keluar dari perangkap kemiskinan.29 Dengan adanya program pemberdayaan masyarakat, masyarakat yang tergolong kurang mampu baik secara ekonomi, sosial maupun ilmu pengetahuan, mereka dapat dibantu untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri masing-masing.

Menurut Ife dalam Rafi Ramadhan, pemberdayaan masyarakat berarti menyiapkan sumber daya, ilmu pengetahuan serta keahlian untuk meningkatkan kualitas diri dalam menentukan masa depan. Selain itu, dapat mengarahkan masyarakat untuk berpartisipasi dan mempengaruhi kehidupan mereka agar lebih terarah dan maju.30

Dengan kata lain, pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan ilmu pengetahuan serta

29

Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan: Perubahan Sosial Melalui Pembelajaran

Vocational Skills pada Keluarga Nelayan. (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 1.

30Rafi Ramadhan, “Analisis Aktifitas Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan Minat


(38)

meningkatkan keahlian individu masing-masing agar menjadi masyarakat yang kreatif dan bisa terbebas dari perangkap kemiskinan.

2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Berdasarkan pengertian mengenai pemberdayaan masyarakat, dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu tujuan pemberdayaan masyarakat yaitu untuk memandirikan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan dasar, keterbelakangan ilmu pengetahuan dan kesenjangan sosial.

Dari situ, dapat diciptakan strategi atau cara yang dapat diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat, diantaranya:31

a. Menciptakan suasana, memperkuat potensi dan melindungi

Pertama-tama, yang harus dilakukan adalah menciptakan suasana bagaimana masyarakat menyadari bahwa setiap individu memiliki potensi yang dapat dikembangakan.

Selanjutnya memperkuat potensi atau daya yang dimiliki dalam masyarakat. Perlu diketahui, bahwa pemberdayaan masyarakat bukan hanya pada individunya saja, melainkan pada sarana dan prasarana dasar, misalnya pembuatan jalan, irigasi, listrik maupun sekolah atau fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Selain itu, perlu juga menanamkan nilai-nilai budaya modern, seperti kerja keras, hemat, keterbukaan dan tanggung jawab. Itu semua merupakan bagian

31

Cholisin. “Pemberdayaan Masyarakat,” artikel diakses pada 6 April 2015 dari staff.uny.ac.id


(39)

pokok dalam pemberdayaan. Yang terpenting adalah partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakat.

Terakhir, melindungi. Dalam konsep pemberdayaan masyarakat, harus ada pencegahan kaum yang lemah agar bisa menghadapi kaum yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan terhadap kaum yang lemah sifatnya sangat mendasar dalam pemberdayaan masyarakat.

b. Program pembangunan desa

Pemerintah di Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia telah merencanakan program pembangunan desa, diantaranya pembangunan pertanian, industrialisasi pedesaan, pembangunan masyarakat desa terpadu dan strategi pusat pertumbuhan.

Dalam program pembangunan pertanian, merupakan program untuk meningkatkan output dan pendapatan para petani. Selain itu diharapkan juga untuk memenuhi kebutuhan dasar industri kecil dan rumah tangga.

Tujuan program industrialisasi pedesaan yaitu untuk mengembangkan industri kecil dan kerajinan. Program ini merupakan jalan alternatif untuk menjawab persoalan mengenai sempitnya pemilikan dan penguasaan lahan dan lapangan kerja di pedesaan.


(40)

Sedangkan tujuan program pembangunan masyarakat terpadu untuk memperbaiki kualitas hidup penduduk dan memperkuat kemandirian.

Dengan adanya strategi pemberdayaan masyarakat, diharapkan masyarakat dapat tersadarkan bahwa dirinya mempunyai potensi yang dapat dikembangkan. Hal itu disadarkan melalui strategi-strategi pemberdayaan masyarakat seperti membuat rasa nyaman pada setiap individu, menyiapkan sarana dan prasarana dasar yang dibutuhkan, melindungi dari ketertindasan serta mengadakan program pembangunan desa.

3. Kendala dalam pemberdayaan masyarakat

Lowe menyampaikan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Harbridge Consulting Grup mengenai “individu dalam organisasi atau komunitas

merasa terancam oleh proses perubahan.” Ternyata hasil dari penelitian tersebut muncul pandangan tentang pemberdayaan sebagai suatu ancaman (personality threatening) yang muncul dalam bentuk sebagai berikut:32

a. Ketakutan (fear)

Merupakan sebuah bentuk pemberdayaan yang lebih menunjukkan rasa takut. Bentuk ketakutan ini diperlihatkan oleh:

1. Individu pada level menengah dan yunior. Ditunjukkan ketika mereka takut akan hukuman jika melakukan kesalahan. Selain itu

32 A. Priyatna “Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Penguku

ran Keberdayaan Komunitas Lokal,” artikel diakses pada 16 Mei 2015 dari file.upi.edu


(41)

juga menghalangi atau secara penuh memblok kemajuan pemberdayaan yang menekankan pada kebebasan untuk mengambil resiko.

2. Jika terjadi kesalahan, individu takut apabila tidak mendapatkan dukungan atau perlindungan yang dijanjikan atasannya.

3. Takut akan kehilangan pekerjaan.

4. Takut kegagalan, hal ini bukan disebabkan karena hukuman, namun karena secara nyata nampak ‘kebodohannya.’

b. Kejelasan peran (role clarity)

Muncul ketika seseorang merasakan ketidaknyamanan dalam pekerjaan dan kebingungan atas rasa kurang senangnya terhadap peran baru setelah pemberdayaan. Pada aspek ini pun, ditunjukkan hasil penelitian yang dilakukan olrh Harbridge Consulting Grup, menyatakan bahwa:

1. Masyarakat merasa dilangkahi oleh suatu kebijakan pemberdayaan. Apabila ada penyerahaan kekuasan dari tingkat di atas mereka kepada tingkat di bawah mereka dan ditambah dengan tidak membebankan sesuatu apapun kepada mereka.

2. Masyarakat merasa kurang memiliki pemahaman untuk mengenal sesuatu hal yang diperlukan mereka dengan penerapan sistem baru. 3. Masyarakat yang merasa tidak mempunyai apa-apa untuk


(42)

4. Masyarakat merasa sulit menerima suatu perubahan dalam peran

sebagai ‘polisi’ dan cendrung berkeinginan untuk melawan dengan

tetap mempertahankan metode control mereka sendiri.

c. Kecendrungan untuk memilih

Disini munculnya kecendrungan yang terlihat pada beberapa organisasi baik pada pemimpin atau masyarakat untuk mempertahankan apa yang sudah dimilikinya dalam mengerjakan sesuatu. Misalnya, organisasi atau komunitas yang lebih menekankan pada manajemen kerja daripada manajemen perorangan, maka yang berorientasi pada manajemen orang tidak diperlukan.

Dalam sebuah organisasi atau komunitas, jika ada sesuatu hal yang terlihat baru, sering disikapi dengan rasa takut dan tidak akan ada pengecualian, sehingga muncul anggapan bahwa pemberdayaan merupakan perubahan yang tidak serius. Yang lebih di khawatirkan masyarakat curiga bahwa kebijakan pemberdayaan yang didukung adalah yang dirancang untuk membuatnya terlihat berlebihan.

D. Literasi Informasi

1. Definisi Literasi Informasi

Kata literasi berasal dari Bahasa Inggris literacy yang berarti kemampuan untuk membaca dan menulis. Sedangkan literacy berasal dari kata latin littera yang berarti huruf, sehingga literacy sering diterjemahkan sebagai


(43)

melek huruf. Karena huruf sama artinya dengan dengan aksara, maka diperkenalkan istilah melek huruf. Selain itu, literate juga dapat diartikan sebagai educate yang berarti terdidik atau berpendidikan. Hal ini dikarenakan untuk bisa membaca dan menulis, seseorang perlu mendapatkan pendidikan dari orang lain.33 Pengertian yang luas tentang literasi sebagai terdidik mengakibatkan kata literasi banyak digunakan untuk berbagai istilah, termasuk istilah literasi informasi.

Dalam Rosa Widyawan, literasi informasi pertama kali dilaporkan oleh Paul G Zurkowski pada tahun 1974 dalam proposalnya yang ditujukan kepada The National Commission on Libraries and Information Science (NCLIS). Zurkowski mengungkapkan bahwa literasi informasi merupakan keterampilan dan teknik yang dimiliki oleh seseorang yang literat informasi untuk memanfaatkan sejumlah sarana informasi yang juga sebagai sumber utama dalam membuat solusi informasi terhadap masalah mereka.34

Sedangkan menurut Burchinal pada tahun 1976, dalam makalah presentasinya di Perpustakaan Universitas Texas A&M menjelaskan bahwa untuk menjadi seseorang yang literat informasi harus memiliki satu paket keterampilan. Termasuk bagaimana menemukan dan menggunakan informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah dan mengambil

33 Arif Rifai Dwiyanto, “Peran Perpustakaan Nasional RI dalam Mengembangkan L

iterasi Informasi sebagai Amanat Konstitusi,” artikel diakses pada 1 April 2015 dari www.pnri.go.id

34

Rosa Widyawan, Pelayanan Referensi Berawal dari Senyuman. (Bandung: CV. Bahtera Ilmu, 2012), h. 166-167


(44)

keputusan secara efektif dan efisien.35 Melihat perkembangan zaman yang semakin maju dan banyaknya informasi yang dikemas dalam berbagai macam bentuk yang bisa diakses secara mudah, masyarakat diharuskan memiliki kemampuan literasi informasi agar mampu mengikuti perkembangan informasi.

Sedangkan menurut Chartered Institution for Library and Information Professional (CILIP) dalam Rhoni Rodin, literasi informasi merupakan cara mengetahui kapan dan bagaimana membutuhkan informasi, di mana menemukannya, dan bagaimana menyaring informasi yang didapat, juga menggunakan dan berkomunikasi dengan cara yang baik.36

Merujuk pada salah satu definisi yang diberikan oleh UNESCO dalam Diao Ai Lein, maka literasi informasi dapat berarti sebagai kemampuan untuk menyadari kebutuhan informasi saat informasi tersebut diperlukan, mengidentifikasi dan menemukan lokasi informasi yang diperlukan, mengevaluasi informasi secara kritis, mengorganisasikan dan mengintegrasikan informasi dalam pengetahuan yang sudah ada, memanfaatkan serta mengkomunikasikannya secara efektif, legal dan etis.37

35

Michael B Eisenbe.rg, dkk., Information Literacy: Essential Skills for the information Age. (Libraries Unlimited: Westpost, 2004), h. 3.

36

Rhoni Rodin, “Literasi Informasi di Perpustakaan Perguruan Tinggi,” Media Pustakawan, Vol. 20 No. 4 (2013), h. 41.

37

Diao Ai Lein dkk., Literasi Informasi: Tujuh Langkah Knowledge Management. (Jakarta: Universitas Atma Jaya, 2010), h. 2.


(45)

Berbeda dengan UNESCO, ODLIS (Online Dictionary for Library and Information Science) menjelaskan bahwa literasi informasi merupakan keterampilan dalam mencari satu kebutuhan, termasuk pemahaman tentang bagaimana mengorganisasian, pemahaman tentang sumber daya informasi yang mereka berikan (termasuk format informasi dan alat pencarian otomatis), dan pengetahuan teknik penelitian yang umum digunakan. Konsep ini juga mencakup keterampilan yang diperlukan untuk mengevaluasi secara kritis konten informasi dan menggunakannya secara efektif.38

Apabila kita telusuri lebih lanjut, kata literasi sebenarnya dapat diartikan sebagai kemampuan membaca dengan memaknai dan memahami bacaan. Namun, memaknai bacaan disini bukan hanya sekedar membaca teks, tetapi juga memahami isi dari bacaan tersebut.

Dengan kata lain, literasi informasi dapat diartikan sebagai keterampilan dan kemampuan seseorang untuk belajar terus-menerus dalam mencari kebutuhan informasi, mengevaluasi informasi yang ada serta menggunakan informasi dalam memecahkan masalah. Apabila seseorang telah berhasil menjadi orang yang literat informasi, tentunya bisa menghadapi ledakan informasi yang semakin cepat.

2. Manfaat Literasi Informasi

38


(46)

Kehidupan saat ini merupakan sebagai proses belajar mengajar. Dimana kita dihadapkan pada sebuah keadaan yang menuntut kita untuk memahami lingkungan. Meskipun kita tidak suka pada keadaan tersebut, tetapi setidaknya kita harus mencoba memahaminya, karena pasti disetiap kejadian mengandung pelajaran yang dapat dipetik.

Pada saat seperti itulah literasi informasi diperlukan untuk membantu kita menemukan masalah utama dan merumuskannya, serta memecahkannya. Dalam setiap sisi kehidupan, kita harus memutuskan suatu pilihan. Sebelum memutuskan suatu pilihan ada beberapa tahap yang perlu dikaji, yaitu merumuskan masalahnya, mengumpulkan informasi dan menggunakan informasi.39

Menurut Adam, bahwa terdapat beberapa manfaat literasi informasi40 yaitu:

a. Membantu mengambil keputusan

Literasi informasi berperan dalam membantu memecahkan suatu permasalahan. Kita harus mengambil suatu keputusan ketika memecahkan masalah, sehingga dalam mengambil keputusan tersebut seseorang harus memiliki informasi yang cukup.

b. Menjadi manusia pembelajar di era ekonomi pengetahuan

39

Diao Ai Lein dkk., h. 2.

40

Yusuf Dzul Ikram Al-Hamidy, “Kemampuan Literasi Informasi Mahasiswa pada Layanan American Corner di UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang menurut Association Of College and Research Library” artikel diakses pada 2 April 2015 dari ejournal-s1.undip.ac.id


(47)

Kemampuan literasi informasi berperan penting dalam membantu meningkatkan kemampuan seseorang menjadi manusia pembelajar. Semakin terampil dalam mencari, menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi, semakin terbukalah kesempatan untuk selalu melakukan pembelajaran sehingga dapat belajar secara mandiri.

c. Menciptakan pengetahuan baru

Suatu negara dapat dikatakan berhasil apabila dapat menciptakan pengetahuan baru. Seseorang yang memiliki literasi informasi akan mampu memilih informasi mana yang benar dan mana yang salah. Sehingga tidak mudah percaya dengan informasi yang diperoleh.

3. Karakteristik Orang Literat Informasi

Biasanya, seseorang yang literat informasi atau sudah mempunyai kemampuan literasi informasi dia dapat memecahkan masalah dan menyampaikan masalah tersebut kembali dengan baik. Dalam hal penyampaian ide tersebut, biasanya orang yang literat informasi akan mempertahankan argumentasinya dengan alasan-alasan yang logis. Selain itu, orang yang literat informasi apabila ada suatu hal yang baru, dia akan mempelajarinya dengan baik. Apabila ada pendapat yang salah, dia tentu akan menolaknya.

Menurut American Library Association Presidential Committee on Information Literacy, untuk menjadi seorang yang literat informasi,


(48)

seseorang harus dapat bisa sanggup untuk mengakui ketika informasi diperlukan dan harus mempunyai kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang diperlukan secara efektif.41

Pada tahun 1992, Doyle menerbitkan hasil penelitiannya bahwa ciri-ciri orang yang literat informasi adalah sebagai berikut:42

a. Mengakui bahwa informasi yang akurat dan lengkap adalah dasar pengambilan keputusan yang tepat.

b. Mengenali kebutuhan informasi apa saja yang dibutuhkan secara tepat. c. Merumuskan pertanyaan berdasarkan kebutuhuhan informasi.

d. Mengidentifikasi secara potensial mengenai sumber informasi yang sudah didapatkan.

e. Mengembangkan strategi pencarian dengan sukses.

f. Mengakses sumber-sumber informasi yang ada, termasuk sumber informasi berbasis komputer dan teknologi lainnya.

g. Mengevaluasi informasi yang sudah didapat.

h. Mengatur informasi untuk diterapkan dan disebarkan kembali.

i. Mengintegrasikan informasi yang baru ke dalam ilmu pengetahuan yang sudah ada.

j. Menggunakan informasi dengan cara berpikir secara kritis untuk memecahkan masalah yang ada.

41

Michael B. Eisenberg, dkk. h.4

42


(49)

Sedangkan Australian and New Zealand Information Framework (2004) menyatakan bahwa orang yang melek informasi adalah mereka yang dapat mengenal akan informasi yang dibutuhkan dan dapat menentukan informasi mana yang bisa disampaikan kembali, bisa menggunakan informasi secara efektif dan efisien, dapat mencari informasi dan mengevaluasi informasi secara kritis, bisa menggunakan informasi yang baru terlebih dahulu untuk memulai ide yang baru atau ide yang suda ada, serta dapat menggunakan informasi dengan pemahaman ilmu pengetahuan, budaya, ekonomi dan isu sosial.43

Dari beberapa pendapat para ahli terhadap karakteristik orang yang literat informasi, dapat disimpulkan bahwa orang yang literat informasi yaitu orang yang dapat mengenali informasi di sekelilingnya dengan baik, kemudian informasi yang telah didapat bisa di evaluasi kembali agar bisa disampaikan kepada masyarakat. Selain itu, orang yang literat informasi juga menggunakan informasi yang baru kemudian diintegrasikan ke dalam ilmu pengetahuan yang sudah ada.

4. Literasi Informasi di Taman Bacaan Masyarakat

Tidak hanya perpustakaan, perguruan tinggi atau sekolah saja yang mempunyai literasi informasi. Taman bacaan masyarakat juga memiliki

43Philllips Imam HW, “Studi Komparatif Pentingnya Literasi Informasi Bagi Mahasiswa,”


(50)

program-program yang mendukung kegiatan literasi informasi, diantaranya:44

a. Membaca bersama

Membaca merupakan salah satu bentuk dari literasi informasi. Dengan membaca, kita bisa tahu peristiwa masa lalu dan masa sekarang yang terjadi di lingkungan sekitar. Begitu juga dengan kegiatan literasi informasi yang satu ini di taman bacaan masyarakat.

Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan bisa dengan membaca bersama mengenai satu buku yang sama. Minta pengunjung untuk menuliskan komentar sekitar empat sampai enam paragraf tentang buku yang dibacanya, lalu tempel didinding.

Kegiatan seperti ini, secara tidak langsung dapat merangsang pengunjung atas rasa keingintahuan mereka terhadap apa yang dibacanya dan juga dapat memberanikan pengunjung untuk mulai mengajukan pendapatnya.

b. Menulis bersama penulis

Menulis merupakan salah satu bentuk dari literasi informasi. Dengan menulis berarti kita berusaha menjadi orang yang literat informasi, karena menulis merupakan cara menyebarkan informasi dengan bentuk tulisan.

44

Ella Yulaelawati, ed., Taman Bacaan Masyarakat Kreatif (Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional, 2010) h. 49


(51)

Kegiatannya bisa dimulai dengan menulis resensi, berita, cerita, esay, opini dan sebagainya. Bila tak mampu mengundang penulis, carilah guru atau orang yang setidaknya mengerti bagaimana teknik menulis. Lalu ajaklah mereka untuk menulis satu hal mengenai peristiwa yang mereka lihat, atau bisa juga dengan menulis satu hal yang sudah diketahui. Dengan begitu, keterampilan dalam hal penyebaran informasi sudah berhasil dikuasai.

c. Pertunjukkan teater

Pertunjukkan teater, bukan hanya sekedar kegiatan bermain peran saja. Melainkan sebuah bentuk kegiatan menerjemahkan teks ke dalam bentuk ekspresi, yaitu dengan cara pementasan atau pertunjukkan teater.

Bentuk kegiatannya seperti meminta beberapa orang anak-anak atau pengunjung yang ada di TBM untuk memerankan tokoh favorit yang ada dalam buku bacaan yang mereka sukai, memakai kostum dan mengucapkan beberapa dialog pendek di depan penonton.

d. Bedah buku

Mengacu pada Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat, bedah buku merupakan salah satu kegiatan literasi. Dengan adanya bedah buku, masyarakat bisa mengenali informasi apa saja yang ada pada buku tersebut.


(52)

Pihak pengelola TBM baiknya dapat mengundang penulisnya langsung. Namun apabila hal ini tidak memungkinkan, bisa juga dilakukan share sesama pembaca untuk mengulas isi satu buku tersebut.

e. Belajar jurnalisme warga

Jurnalisme warga atau yang biasa dikenal dengan sebutan citizen journalism, bisa dikategorikan sebagai salah satu bentuk kegiatan literasi informasi. Karena secara tidak langsung, masyarakat belajar menyebarkan informasi dari warga untuk warga. Contoh sehari-hari yang biasa kita lihat di televisi adanya kiriman video amatir.

Dengan adanya citizen journalism, masyarakat bisa belajar mencari informasi, kemudian disampaikan lagi kepada masyarakat lain, tentunya setelah ditelusuri, apakah berita itu benar-benar ada.

Pada TBM, kegiatan ini bisa dilakukan dengan cara melatih beberapa orang warga yang tertarik pada dunia jurnalistik untuk menjadi wartawan kampung. Setelah itu, masyarakat diajari untuk mendalami informasi yang disampaikan oleh masyarakat lain apabila informasi yang pertama kali didapat belum terasa valid. Perlu diingatkan juga, agar masyarakat hati-hati dengan sebuah isu atau gosip. Disinilah, diperlukan keterampilan literasi informasi.


(53)

Berdasarkan uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa literasi informasi bukan hanya sekedar proses mencari dan menelusur informasi saja. Melainkan literasi informasi dapat juga menjadikan seseorang mempunyai skill untuk mengevaluasi, mengelola dan menyebarluaskan informasi yang telah diperoleh. Hal ini diperkuat dengan teori model empowering 8, disebutkan bahwa salah satu kemampuan literasi informasi yaitu dapat menciptakan informasi menggunakan kata-kata sendiri, kemudian informasi yang telah dihasilkan dapat dipresentasikan dan disebarluaskan.

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan suatu studi tentang pemberdayaan masyarakat disebuah komunitas atau TBM. Penelitian terdahulu dijadikan sebagai acuan yang diharapakan dapat memberikan gambaran tentang pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi.

1. Jurnal

Rafi Ramadhan pada tahun 2013. “Penelitian ini berjudul “Analisis

Aktivitas Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan Minat Baca

pada Komunitas Insan Baca.” Tipe penelitian yang digunakan pada artikel ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Skripsi ini membahas tentang aktivitas yang dilakukan oleh komunitas Insan Baca dengan menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat.45

45Rafi Ramadhan, “Analisis Aktifitas Pemberdayaan

Masyarakat dalam Meningkatkan Minat Baca pada Komunitas Insan Baca,” Media Libri-Net Vol. 2 No. 2 (Juli, 2013)


(54)

2. Skripsi

Syamsul Bahri (2013) jurusan Pengembangan Masyarakat Islam fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,

Yogyakarta. Penelitiannya berjudul “Peran TBM Cakruk Pintar dalam Pemberdayaan Masyarakat Nologaten Caturtunggal Sleman, Yogyakarta.”

Dalam skripsi ini jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif, menggunakan metode deskriptif yang sumber datanya berasal dari teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Yang membedakan pada penelitian ini terletak diperumusan masalahnya. Peneliti membahas skripsi tentang upaya TBM dan solusi mengatasi hambatan dalam pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi. Sedangkan Syamsul Bahri memfokuskan pada peran dan perubahan masyarakat setelah mengikuti program pemberdayaan masyarakat.


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis peneliti deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat yang berhubungan antara fenomena yang di teliti.46 Dalam penelitian ini, peneliti menggambarkan permasalahan yang ada dengan menganalisis objek yang akan diteliti dan memaparkannya secara detail.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang akan diamati.47 Pada penelitian ini, instrument utama dalam pengumpulan data adalah wawancara. Selain itu, teknik pendukung lainnya berupa observasi dan dokumentasi.

46

Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA-LAN, 1999), h. 60.

47


(56)

B. Sumber Data

Sumber data dalam suatu penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian untuk dijadikan sebagai pertimbangan dalam mengumpulkan data. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, tanpa perantara. Sumber yang dimaksud disini adalah benda, situs atau manusia.48 Pada penelitian ini, peneliti melakukan wawancara langsung kepada narasumber yang dianggap dapat memberikan informasi yang relevan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya, biasanya data diambil dari dokumen-dokumen seperti laporan, karya tulis, majalah dan koran.49 Pada penelitian ini, sumber data yang diambil yaitu dari bahan pustaka seperti buku, majalah, koran, artikel dari internet dan sebagainya yang berkaitan dengan penulisan penelitian ini.

C. Pemilihan Informan

Informan adalah orang yang diwawancari dan dijadikan sebagai narasumber untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini, peneliti memilih beberapa narasumber yang dapat memberikan informasi untuk membantu peneliti dalam mendapatkan data

48

Prasetya Irawan h. 86

49


(57)

yang diperlukan. Informan pertama dalam penelitian ini adalah Gol A Gong (Heri Hendrayana Harris) selaku pendiri TBM Rumah Dunia, kedua; Ahmad Wayang (Sobirin) selaku presiden TBM Rumah Dunia.

Dalam pemilihan informan, peneliti menggunakan cara purposive sampling, yaitu salah satu strategi penentuan sampel dengan mempertimbangkan kriteria pengumpulan data berdasarkan maksud dan tujuan penelitian.50 Informan yang dimaksud merupakan orang yang terlibat dengan objek yang di teliti dan mengerti dengan permasalahan yang terkait dengan objek penelitian.

D. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Dalam penelitian kualitatif, wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sering digunakan. Wawancara pada penelitian kualitatif tidak seperti percakapan pada umumnya, melainkan ditujukan untuk menggali pertanyaan-pertanyaan lebih mendalam untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.

Wawancara adalah suatu percakapan yang dengan sengaja diarahkan pada satu permasalahan tertentu, ini merupakan proses tanya jawab secara lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara

50


(58)

fisik.51 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara sebagai teknik pengeumpulan data utama. Wawancara dalam penelitian ini peneliti lakukan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan langsung kepada informan yang berhubungan dengan masalah yang ada di taman bacaan masyarakat Rumah Dunia.

Dalam teknik wawancara ini, peneliti melakukan wawancara dengan dua tipe. Pertama wawancara tersturktur, dimana wawancara ini dilakukan secara sistematis menggunakan pedoman wawancara yang sudah terstruktur dan pertanyaan-pertanyaannya sudah tidak dapat diganggu gugat lagi. Kedua, wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang dilakukan seacara ilmiah untuk menggali idea tau gagasan baru secara alamiah dan tidak perlu mengacu pada pedoman wawancara.

2. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik penelitian yang melakukan kegiatan memperhatikan atau mengamati dan mencatat fenomena yang sedang terjadi secara langsung.52 Dari pengamatan secara langsung itulah, dapat memberikan manfaat dan pengalaman langsung di lapangan. Serta memungkinkan bagi peneliti untuk mengamati berbagai peristiwa yang berkaitan dengan pengetahuan yang relevan maupun pengetahuan yang berasal dari data.

51

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif; Teori dan Praktik (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 160.

52

Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial: Suatu teknik Penelitian Bidang


(59)

Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung fenomena tentang pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi yang ada pada TBM Rumah Dunia yang berlokasi di Serang, Banten. Dalam observasi, peneliti melakukan pengamatan secara langsung dari Januari 2015. Peneliti telah mencermati berbagai kegiatan di TBM Rumah Dunia yang berhubungan dengan program literasi informasi.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung dilakukan pada objek penelitian. Teknik ini dimaksudkan untuk melengkapi data-data penelitian, baik itu data beruba tulisan, film, gambar dan karya-karya lainnya yang dapat memberikan informasi dalam proses penelitian. Dalam penelitian kali ini, peneliti mengumpulkan data melalui dokumen, foto dan catatan yang terkait dengan penelitian di TBM Rumah Dunia.

E. Teknik Analisis Data

Setelah melakukan teknik pengolahan data, langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Analisis data adalah menguarai dan mengolah data mentah menjadi data yang dapat ditafsirkan dan dipahami secara lebih spesifik serta diakui dalam perspektif yang sama. Data-data yang didapat dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi akan diteliti dan dianalisis terlebih dahulu, kemudian baru diolah dan disajikan dalam


(60)

bentuk deskriptif yang bertujuan untuk mengemukakan permasalahan dalam penelitian serta menemukan solusinya. Analisis data yang dilakukan dengan:

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah kegiatan pemilihan hal-hal pokok, merangkum serta memfokuskan pada hal yang penting saja. Pada tahap ini, hal yang harus dilakukan adalah pemilihan kerelevanan antara data dengan tujuan penelitian. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas untuk memudahkan penyajian data. Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi semuanya akan peneliti gunakan, namun akan direduksi terlebih dahulu.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah penyajian data. Penyajian data merupakan pemaparan data yang telah disusun sebagai kumpulan informasi. Penyajian data dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan acuan dalam mengambil tindakan berdasarkan pada pemahaman. Penyajian data pada penelitian ini akan dipaparkan dalam bentuk teks yang bersifat narasi.

3. Penarikan Kesimpulan

Setelah reduksi data selesai, hal yang dilakukan selanjutnya adalah penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan merupakan hasil dari penelitian yang menjawab dan menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan wawancara dan observasi. Setelah data-data terakum dan


(61)

dijabarkan, peneliti akan membuat kesimpulan yang nantinya dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang sudah dibuat sebelumnya.

F. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan di taman bacaan masyarakat Rumah Dunia, yang terletak di Komp. Hegar Alam 40, Ciloang, Serang Banten 42118 penelitian dilakukan dari bulan Maret 2015 sampai Mei 2015 dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 1 Jadwal Penelitian

No Kegiatan 2014 2015

Desember Maret April Mei Juni Juli

1 Penyusunan Proposal

2 Pengajuan Proposal

3 Bimbingan Skripsi

  

4 Penelitian   

5 Penyusunan Skripsi

  

6 Pengajuan Sidang 


(1)

Cuplikan Dari Hasil Wawancara

No. Kategori Sub Kategori Uraian

1. Definisi Kesuksesan

Banyak karya “Sukses adalah punya banyak karya ratusan, ribuan dan best seller semua dan di filmkan”. (Ahmad Wayang) Mampu menggali

potensi

“Sukses adalah kemampuan menggali potensi diri sehingga dapat meraih harapan dan keinginan yang dicita-citakan. Dengan begitu apa yang didapatkan dalam proses pembelajaran dan pengalaman bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan orang banyak.” (Muhzen Den)

Pola pikir

masyarakat mulai berubah

“Sebelum adanya Rumah Dunia, pola pikir masyarakat mulai berubah. Masyarakat mulai menganggap bahwa pendidikan itu penting. Para orang tua mulai memperdulikan nasib anak-anaknya dan mulai menyekolahkan sampai SMA bahkan kuliah.” (Muhzen Den)

2. Faktor Penyebab Kesuksesan

Program Rumah Dunia

“Program yang ada di Rumah Dunia sudah bagus. Untuk mendukung kemajuan program, maka saya mendatangkan para ahli dibidangnya masing-masing. Jadi kesuksesan Rumah Dunia ikut dibantu oleh orang-orang luar.” (Gol A Gong) Simbiosis

mutualisme antara program Rumah Dunia dan nama besar Gol A Gong

“Kalau dilihat, program-program yang ada di Rumah Dunia belum bisa dikatakan sukses. Sebenarnya Rumah Dunia masih dalam tahapan proses, karena kita hidup di dunia ini adalah sebuah proses. Namun jika dikatakan antara Program dan nama besar Mas Gong, menghasilkan simbiosis mutualisme, sama-sama mendukung untuk kesuksesan Rumah Dunia.” (Abdul Salam)

Nama Gol A Gong, relawan, donatur dan masyarakat

“Figur Mas Gong tidak dapat dilepaskan dari Rumah Dunia. Tapi kesuksesan Rumah Dunia tidak hanya oleh Mas Gong, tapi juga konsistensi program kegiatan yang diselenggarakan para relawan. Keberadaan masyarakat kampung dan para donator juga andil dalam


(2)

kesuksesan Rumah Dunia. Kesuksesan Rumah Dunia bukan hanya karena satu orang, tapi semua orang saling berkaitan.” (Muhzen Den)

3. Program Kegiatan Kelas menulis, wisata mengarang untuk anak-anak, diskusi, world book day, majelis puisi, wisata study, launching buku, pementasan teater, gong travelling.

“Kelas menulis sudah pasti, wisata mengarang untuk anak-anak, diskusi. Terus merayakan hari-hari besar seperti world book day hari ini. Terus ada kegiatan regular yang kaya tadi, yaitu kelas menulis, majelis puisi, wisata study. Ada juga yang sifatnya perayaan, seperti: launching buku dan pementasan teater. Ada juga Gong travelling.” (Gol A Gong) Ode kampung,

jambore TBM, nyenyore dan kado lebaran

“Selain program harian, Rumah Dunia juga mempunya program unggulan. Yaitu ode kampung yang diadakan tiga tahun sekali. Bentuk acara ini seperti diskusi tentang sastra. Biasanya kami mendatangkan sastrawan-sastrawan dari luar dan kita inapkan di sini. Lalu jamboree TBM. Dan ketika lebaran ada acara nyenyore ala Rumah Dunia, biasanya dilakukan untuk menunggu buka puasa. Kalau kado lebaran, perayaan biasa buat anak-anak.” (Ahmad Wayang)

4. Definisi Literasi Informasi

Berdaya guna dan meningkatkan kualitas hidup

“Literasi informasi itu dapat berdayaguna dan meningkatkan kualitas hidup. Selain itu berkegiatan di literasi merupakan kegiatan yang diwajibkan oleh Allah dan jika mengikuti perintah Allah, maka Allah akan membahas.” (Gol A Gong)

Kegiatan menulis “Literasi informasi itu sebagai kegiatan menulis. Karena dengan menulis bisa membuat dirinya abadi.” (Ahmad Wayang)

5. Perubahan yang dirasakan sebelum dan sesudah adanya Rumah Dunia

Dalam pendidikan “Mereka mulai menganggap bahwa pendidikan itu penting dan seni itu ternyata menyenangkan. Masyarakat mulai mementingkan sekolah dan anak-anak banyak yang sekolah. Walaupun pada akhirnya masing-masing anak menentukan


(3)

pilihannya.” (Gol A Gong) Pola pikir

masyarakat mulai berubah

“Keberadaan Rumah Dunia pada awalnya sudah didukung oleh masyarakat sekitar. Sehingga ketika Rumah Dunia dibangun di kampung Ciloang, pola pikjir masyarakat mulai berubah. Masyarakat mulai menganggap bahwa pendidikan itu penting. Para orang tua mulai memperdulikan nasib anal-anak mereka dan mulai menyekolahkan anak-anak mereka hingga SMA bahkan kuliah.” (Muhzen Den)

6. Promosi Kegiatan Promosi secara online

“Lewat online, seperti: facebook, twiiter dan website. Melalui leaflet dan SMS juga. Lalu membuat networking dengan bikin program TV.” (Gol A Gong)

Media online “Melalui media online seperti facebook. Kemudian leaflet. Ada juga yang nulis di radar banten. Dan dulu ada rumah dunia dot net dan rumah dunia dot com.” (Ahmad Wayang)

7. Peran Pemerintah Pemerintah diskriminatif

“Kalau komunitas itu tukang ngeritik, tidak perlu diperhatikan. Itu tampak sekali, terasa dan saya rasakan itu sejak SMA. Tapi kalau dibilang tidak pernah, nggak juga. Pernah misalnya, tapi itu atas nama pribadi bukan instansi. Misalnya kepala dinas yang memahami, maka memberikan bantuan.” (Gol A Gong) 8. Kendala

Pemberdayaan Masyarakat

Karakter yang berbeda-beda

“Karakter yang berbeda-beda dan sulit untuk diubah menjadi lebih baik dan sarana dan prasaran yang masih kurang memadai.” (Gol A Gong) Pola pikir “Pola pikir masyarakat yang masih

ingin diberikan materi oleh Rumah Dunia. Padahal Rumah Dunia tidak mampu memberikan itu. Rumah Dunia hanya mampu memberikan ilmunya saja.” (Ahmad Wayang) 9. Planning Rumah

Dunia

Sosial preneur “Saya ingin Rumah Dunia menjadi sosial preneur. Seperti menjadikan kampung Ciloang sebagai destinasi wisata. Dimana ada unsure seninya. Nantinya disediakan kios-kios untuk


(4)

merchandise Banten.” (Gol A Gong) Pusat belajar, pusat

kebudayaan dan pusat literasi

“Pengennya Rumah Dunia jadi pusat belajar, pusat kebudayaan, pusat literasi di Banten. Dan bukan hanya untuk orang Banten saja, lebih luasnya untuk Indonesia. Jadi intinya, Rumah Dunia ini warisan bersama lah, regenerasi. Saya nanti juga kalau udah punya istri bisa pulang ke sini kan?” (Ahmad Wayang)


(5)

BIODATA PENULIS

Gita Rizki Hastari. Dilahirkan di Serang, 22 April 1993. Penulis merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara, pasangan Rusmadi dan Haslin Marianti, S.pd. Penulis beralamat di Lingkungan Tegal Wangi Sambi Payung RT 04/RW 02 No. 58, Kelurahan Rawa Arum, Kecamatan Grogol, Cilegon-Banten 42436. Penulis mempunyai hobi travelling, fotografi dan menulis.

Pada tahun 1998, penulis menempuh pendidikan di TK Bina Athfal Merak dan lulus pada tahun 1999. SDN Bujang Gadung pada tahun 1999 dan lulus pada tahun 2005. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 3 Cilegon dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan ke SMA N 4 Cilegon, namun pada semester dua, penulis pindah ke SMA N 2 KS Cilegon dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2011, penulis sempat diterima di Politeknik Negeri Media Kreatif prodi konsentrasi penerbitan. Kemudian penulis ikut tes di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang Alhamdulillah diterima dan memilih untuk kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil program studi ilmu perpustakaan, fakultas adab dan humaniora (FAH). Selama kuliah penulis pernah melaksanakan praktek kerja lapangan di Pusat Layanan Pustaka Universitas Terbuka.

Selama masa sekolah dan kuliah, penulis pernah mengikuti organisasi, diantaranya:

1. Pramuka, tahun 2005-2011

2. Kordinator tim ketertiban Karya Ilmiah Remaja (KIR) IPS, tahun 2010-2011

3. Bendahara umum di HMJ Ilmu Perpustakaan, tahun 2013-2014 4. FLP Ciputat, tahun 2011-2015

5. Komunitas Pencinta Bacaan Anak (KPBA), tahun 2014-sekarang 6. Kelas menulis Rumah Dunia angkatan 25, tahun 2015-sekarang

Adapun semasa kuliah, penulis pernah menulis cerita atau pun artikel yang sudah diterbitkan atau dijadikan sebagai antalogi, diantaranya:

1. Antalogi Cerpen: Terpana#2. Judul: Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama #11projects11days. nulisbuku.com, November 2011

2. Antalogi Cerpen: Salah. Judul: Bukan Kamu tapi Aku #11projects11days. nulisbuku.com, November 2011

3. Antalogi Cerpen: Menari#2 Judul: Happy Anniversary 4 tahun Fitri, Sayang #11projects11days. nulisbuku.com, November 2011

4. Antalogi Cerpen: Lagu Pilihan#4. Judul: Aku Pulang, Rosa #11projects11days. nulisbuku.com, November 2011

5. Antalogi Cerpen: Cemburu#2. Judul: Aku Menunggumu, Lisa #11projects11days. nulisbuku.com, November 2011

6. Antalogi Cerpen Gilalova#4: Kado Untuk Ratu


(6)

7. Antalogi Cerpen Primadona

Judul: Sesuatu di tanggal satu. Yogyakarta: LeutikaPrio, 2012 8. Cerpen: Malu. Harian Radar Banten. Minggu, 4 Maret 2012

9. Cerpen: Dua Puluh. Harian Radar Banten: Minggu, 8 September 2013 10.Antalogi Cerpen: Public Transportation Stories Vol. 3

Judul: Sepenggal kisah di 510. Bandung: Ellunar, 2014

11.Motion. Jurus Edan Menaklukkan Ujian Mandiri UIN Jakarta. Bogor: Herya Media, 2015

12.Artikel: Pemberdayaan Masyarakat Melalui TBM. Harian Radar Banten. Sabtu, 6 Juni 2015

13.Artikel: Mantan dan Patah Hati. Dimuat di www.jombloo.co pada Minggu, 14 Juni 2015

14.Artikel: Tiga Alasan Kenapa Mahasiswa Semester Akhir Pantas dijadikan Pacar. Dimuat di www.jombloo.co pada 3 Juli 2015

15.Gita Rizki Hastari. Dua ekor kambing. Ciputat: Motion Publishing, 2015 Dan masih ada beberapa karya penulis yang akan datang