Kajian Ilmu Pengetahuan Alam IPA

21 b. Faktor eksternal Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar diri individu. Faktor eksternal yang berpengaruh dalam belajar meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Sedangkan faktor masyarakat dapat berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat, dan media massa.

B. Kajian Ilmu Pengetahuan Alam IPA

1. Pengertian IPA Ilmu pengetahuan alam IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Menurut Wisudawati Sulistyowati 2014: 22 “IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yang mempelajari fenomena alam yang faktual factual, baik berupa 22 kenyataan reality atau kejadian events dan hubungan sebab-akibatnya ”. Bidang kajian IPA berisi tiga dimensi pengetahuan, yaitu pengetahuan faktual fakta, pengetahuan konseptual konsep, dan pengetahuan prosedural prinsip, hukum, hipotesis, teori, dan model. Sejalan dengan teori sebelumnya, Sulistyorini 2007: 9 mendefinisikan IPA sebagai ilmu yang mempelajari tentang alam, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. IPA dapat dipandang dari segi produk, proses, dan segi pengembangan sikap. Artinya, belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil produk, dan dimensi pengembangan sikap ilmiah yang ketiganya saling terkait satu sama lain. Definisi IPA menurut Gagne Wisudawati Sulistyowati, 2014: 24, adalah “sciene should be viewed as a way of thinking in the pursuit of understanding nature, as a way of investigating claims about phenomena, and as a body of knowledge that has resulted from inquiry ” IPA dipandang sebagai cara berpikir untuk mencari materi tentang rahasia alam dengan cara penyelidikan terhadap gejala alam, dan sebagai batang tubuh pengetahuan yang dihasilkan dari inkuiri. Sedangkan menurut Carin dan Sund Wisudawati Sulistyowati, 2014: 24, IPA didefinisikan sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum universal, dan berupa kumpulan data dari hasil observasi dan eksperimen ”. IPA memiliki empat unsur utama, yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi. Sikap yang dimaksud adalah IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat. Proses yang dimaksud adalah proses pemecahan 23 masalah pada IPA memungkinkan adanya prosedur yang runtut dan sistematis melalui metode ilmiah yang meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan. Produk yang dimaksud adalah IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Sedangkan aplikasi yang dimaksud adalah penerapan metode ilmiah dan konsep IPA yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan teori Carin dan Sund, Trianto 2014: 136-137 mendefinisikan IPA sebagai kumpulan teori yang sistematis, yang penerapannya terbatas pada gejala alam, lahir, dan berkembang melalui metode ilmiah observasi dan eksperimen yang berdasarkan pula pada sikap ilmiah, seperti rasa ingin tahu, terbuka, dan jujur. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa IPA adalah kumpulan teori yang sistemastis dan terartur sebagai suatu usaha yang dilakukan manusia untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada siswa melalui pengamatan, penyelidikan, observasi, maupun kegiatan eksperimen tentang gejala-gejala alam dan fenoma alam yang terjadi di dalamnya yang meliputi benda hidup maupun benda mati. 2. Fungsi dan Tujuan IPA Menurut Depdiknas Trianto, 2014: 138, IPA mempunyai fungsi dan tujuan, diantaranya sebagai berikut. a. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. b. Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah. 24 c. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi. d. Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. 3. Pengertian Pembelajaran IPA Pembelajaran IPA merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat komponen-komponen pembelajaran, proses pembelajaran karakteristik IPA sebagai proses dan produk, dan keluaranoutput pembelajaran. Wisudawati Sulistyowati 2014: 26 menguraikan pembelajaran IPA sebagai suatu interaksi antara komponen- komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Susanto 2013: 170-171, “pembelajaran sains merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA ”. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Pembelajaran yang demikian dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa yang diindikasikan dengan merumuskan masalah, menarik kesimpulan, sehingga mampu berpikir kritis melalui pembelajaran IPA. Menurut Laksmi Prihantoro Trianto, 2014: 142, pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum yang termaktub dalam taksonomi Bloom, bahwa: “Pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan pengetahuan kognitif, yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat 25 untuk kehidupan sehari-hari. Pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk dapat memahami dan memperdalam lebih lanjut, dan melihat adanya keterangan serta keteraturannya. Disamping itu, pembelajaran IPA diharapkan memberikan keterampilan psikomotorik, kemampuan sikap ilmiah afektif, pemahaman, kebiasaan, dan apresiasi dalam menncari jawa ban terhadap suatu permasalahan.” Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA merupakan suatu kegiatan belajar mengajar yang didalamnya terdapat interaksi antara komponen-komponen pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, dimana proses pembelajarannya dapat menumbuhkan dan mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana. 4. Tujuan Pembelajaran IPA di SD Konsep IPA di sekolah dasar merupakan konsep yang masih terpadu, karena belum dipisahkan secara tersendiri, seperti mata pelajaran kimia, biologi, dan fisika. Adapun tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar menurut Badan Nasional Standar Pendidikan Susanto, 2013: 171-172 diantaranya sebagai berikut. a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 26 c. Mengambangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP. Sedangkan menurut Laksmi Prihantoro Trianto, 2014: 142, pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan sebagai berikut. a. Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia, meliputi tempat hidup dan bagaimana cara bersikap. b. Menanamkan sikap ilmiah. c. Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan maupun penyelidikan. d. Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuwan penemunya. e. Menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan. 27 5. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ruang lingkung pembelajara IPA di sekolah dasar khususnya di kelas III, adalah meliputi hewan dan tumbuhan, lingkungan, sifat benda, gerak benda, sumber energi, kenampakan permukaan bumi, cuaca dan iklim, dan sumber daya alam. Menurut Sulistyorini 2007: 40, ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SDMI meliputi aspek-aspek sebagai berikut. a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. b. Sifat benda, meliputi cair, padat, dan gas. c. Energi dan perubahannya, meliputi gaya, bunyi, panas, magnet. Listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. d. Bumi dan alam semesta, meliputi tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

C. Kajian Sumber Belajar