63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Panggang yang terletak di Jl. Godean- Pedes, Panggang, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. SD Negeri
Panggang berada di dekat perkampungan penduduk dan di kelilingi oleh persawahan dan perkebunan warga. SD Negeri Panggang terletak di wilayah yang cukup strategis
sehingga menciptakan suasana yang tenang dan nyaman untuk belajar, karena sekolah ini cukup jauh dari hiruk-pikuk kota dan jalanan yang ramai. Walaupun jauh
dari keramaian, bukan berarti tidak ada bangunan yang berada di dekat sekolah. Terbukti, di dekat sekolah ada sebuah Puskesmas, TK Eko Rini, dan Depot
Pertamina. Selain itu, tak jauh dari sekolah terdapat pula Museum Soeharto yang seringkali dimanfaatkan guru sebagai tempat dan sumber belajar untuk mempelajari
materi sejarah. Kegiatan observasi, wawancara, dan dokumentasi dilakukan di beberapa
tempat. Lokasi yang dipilih peneliti untuk melakukan observasi dan dokumentasi adalah ruang kelas IIIB, halaman sekolah, lingkungan di sekitar sekolah, lingkungan
warga yang dekat dengan sekolah, dan Desa Wisata dan Outbond di Grogol, Sleman, Yogyakarta. Sedangkan untuk kegiatan wawancara dengan guru dan siswa dilakukan
di ruang kelas IIIB dan halaman sekolah ketika pelajaran kosong.
64 2.
Deskripsi Subjek Penelitian Subjek utama dalam penelitian tentang pemanfaatan lingkungan sebagai sumber
belajar pada mata pelajaran IPA adalah guru dan siswa kelas IIIB. Adapun karakteristik dari subjek penelitian sebagai berikut.
a. Guru Kelas IIIB
Nama : Bapak AI Tugas : Guru Kelas IIIB
Bapak AI merupakan guru wali kelas IIIB di SD Negeri Panggang, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Beliau masih terbilang guru
baru di SD tersebut, karena baru mengabdi selama 3 tahun dan langsung ditempatkan di kelas IIIB hingga sekarang. Beliau merupakan mahasiswa lulusan Universitas
Tamansiswa Yogyakarta jurusan PGSD. Pak AI lahir di Bantul, tanggal 26 Desember 1990 dan tinggal di Sungapan Dukuh, RT 71, Argodadi, Kecamatan Sedayu,
Kabupaten Bantul, Yogyakarta. b.
Siswa Kelas IIIB Banyaknya siswa kelas IIIB di SD Negeri Panggang adalah 29 anak, yang
terdiri dari 13 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki. Umur mereka berkisar dari 9- 10 tahun. Rata-rata siswa di kelas ini berasal dari dusun yang dekat dengan sekolah,
seperti dusun Panggang, Plawonan, Karanglo, Kemusuk, Watu, dan Srontakan. Semua siswa kelas IIIB beragama islam.
65 3.
Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian tentang pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata
pelajaran IPA kelas IIIB dilaksanakan di SD Negeri Panggang, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Yogyakarta dengan pengumpulan data menggunakan teknik
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan selama 10 kali, wawancara dengan guru dan 3 siswa kelas IIIB, serta dokumentasi
berupa RPP dan foto kegiatan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut.
a. Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar pada Mata Pelajaran IPA
Kelas IIIB SD Negeri Panggang, Sedayu, Bantul, Yogyakarta Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, maka diketahui bahwa
proses pembelajaran IPA dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar di kelas IIIB SD Negeri Panggang, Sedayu, Bantul, Yogyakarta dilaksanakan di
beberapa lokasi di sekitar sekolah. Adapun lokasi yang digunakan sebagai tempat sekaligus sumber belajar bagi siswa, yaitu lingkungan kelas yang dirancang
sedemikian rupa sehingga dapat memfasilitasi kegiatan belajar siswa, halaman sekolah, kebun sekolah, persawahan, hutan buatan, kolam ikan, sungai, dan
lingkungan tempat tinggal warga yang tidak jauh dari sekolah.
66 b.
Gambar 2. Pendampingan siswa saat melakukan pengamatan contoh kenampakan permukaan bumi di sekitar sekolah
Gambar 3. Pengamatan cuaca di halaman sekolah
67 b. Jenis Lingkungan yang Dimanfaatkan sebagai Sumber Belajar pada Mata
Pelajaran IPA Kelas IIIB SD Negeri Panggang, Sedayu, Bantul, Yogyakarta Tidak semua lingkungan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar.
Berdasarkan observasi, wawancara, dan dokumentasi yang telah dilakukan, ada beberapa jenis lingkungan yang digunakan sebagai sumber belajar di kelas IIIB SD
Negeri Panggang, Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Guru kelas IIIB memanfaatkan beberapa sumber belajar dalam mata pelajaran IPA yang meliputi lingkungan kelas,
halaman sekolah, kebun sekolah, persawahan, dan lingkungan warga yang tinggal di dekat sekolah, pernah juga melakukan kegiatan outbond di Desa Wisata dan Outbond
Grogol, Sleman, Yogyakarta.
Gambar 4. Kebun sekolah sebagai sumber belajar
68 Gambar 5. Halaman sekolah yang dimanfaatkan sebagai sumber belajar
Gambar 6. Sumber belajar berupa lingkungan warga
69 Jenis sumber belajar yang dimanfaatkan dalam pembelajaran mata pelajaran
IPA kelas IIIB SD Negeri Panggang, Sedayu, Bantul, Yogyakarta menurut hasil wawancara adalah sebagai berikut.
Wawancara dengan pak AI, yaitu
Senada dengan ungkapan tersebut, salah satu siswa kelas IIIB yang berinisial LIA juga mengungkapkan hal yang sama, yaitu:
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis lingkungan yang dimanfaatkan oleh guru IPA kelas IIIB di
SD Negeri Panggang, Sedayu, Bantul, Yogyakarta meliputi lingkungan kelas, halaman sekolah, kebun sekolah, sungai, peraswahan, kolam ikan, lingkungan tempat
tinggal warga, dan tempat wisata seperti Desa Wisata dan Outbond di Grogol, Sleman, Yogyakarta. Sebelum memanfaatkan lingkungan menjadi sumber belajar,
P : “Pak, lingkungan apa saja yang biasanya bapak manfaatkan sebagai
sumber belajar IPA? ”
AI : “Yang sering? Ya, lingkungan sekolah, kelas, kelas, sekolah, lingkungan
alam, lingkungan dekat sekolah, sungai, sawah, kolam, lingkungan warga juga pernah mbak.”
P : “Pernah nggak, bapak mengajak siswa untuk belajar di lingkungan luar
sekolah?” AI
: “Di luar sekolah, mbak? Ya pernah mbak. Paling di sekitar dekat-dekat sini aja. Besok juga kalau habis UTS, kelas IIIA dan kelas IIIB
berencana outbond di Grogol mbak. Kan selain bermain, siswa juga belajar banyak hal, nggak cuma IPA. Tapi, juga belajar bekerja sama
dan lain- lain.” Kalau dulu pas IPS materi jual beli, anak-anak malah
pernah tak ajak ke pasar di Gamping itu mbak.”
P : “Biasanya kalau belajar di luar kelas itu belajarnya dimana sih,
dek?” LIA
: “Paling di sini mbak di halaman sekolah, di sawah, di kolam sana juga pernah. Di halaman sekitar sekolah terus kemarin jalan-jalan
kesana menunjuk jalan ke arah tempat tinggal warga.”
70 guru kelas IIIB mempertimbangkan kesesuaian materi terlebih dahulu apakah cocok
dengan materi pelajaran atau tidak agar kegiatan yang dilakukan tidak mubadzhir atau membuang-buang waktu.
c. Proses Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar pada Mata Pelajaran
IPA di Kelas IIIB SD Negeri Panggang, Sedayu, Bantul Yogyakarta Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa proses
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran IPA kelas IIIB SD Negeri Panggang, Sedayu, Bantul, Yogyakarta didasarkan pada kondisi siswa
dan materi yang sedang dipelajari. Terbukti, guru senantiasa berupaya mengondisikan siswa sebelum dan saat kegiatan pembelajaran berlangsung dengan
memberikan teguran, nasihat, peringatan, serta hukuman bagi siswa yang ramai. Upaya ini dilakukan guru, agar materi pelajaran yang sedang dipelajari dapat
diterima dan dipahami dengan baik oleh siswa. Hal tersebut sesuai dengan wawancara yang dilakukan dengan pak AI pada hari Rabu, 08 Maret 2017, yaitu:
Berdasarkan jawaban bapak AI di atas, maka diperoleh informasi bahwa sebelum memanfaatkan lingkungan guru melakukan observasi terlebih dahulu agar
pembelajaran dapat berjalan dengan semaksimal dan seoptimal mungkin, serta tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.
P : “Apa yang bapak persiapkan sebelum memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber belajar?” AI
: “Yang pertama? Ya melihat materinya terlebih dahulu sudah sesuai atau belum kalau mau pakai lingkungan sebagai sumber belajar, trus baru
setelah itu melihat kondisi siswa dan lingkungannya, terus nyaipin LKSnya, biasanya ditambah game seperti kemarin mbak. Siwa disuruh
main game-game-an gitu biar nggak bosen.”
71 Gambar 7. Guru mengondisikan siswa dengan memberikan teguran agar duduk di
bangku masing-masing Berdasarkan gambar di atas, terdapat beberapa siswa yang belum siap untuk
belajar dan belum duduk di bangkunya. Meskipun dalam setiap pembelajaran pasti terdapat beberapa siswa yang mengganggu dan membuat gaduh, namun setelah guru
memberikan teguran kelas kembali terkondisikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan pak AI ketika diwawancarai:
Proses pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran IPA yang dilakukan di kelas IIIB SD Negeri Panggang,
Sedayu, Bantul, Yogyakarta masih menggunakan kurikulum KTSP terbukti dari RPP yang dibuat oleh guru. Namun demikian, proses pembelajarannya tak jauh berbeda
“Paling ya saya tegur, saya kasih nasihat, nggak dikasih kucing ya mbak hahahaha. Nanti diberi pengertian kalau lagi belajar tidak boleh main dulu.
Malah saya pernah menyuruh anak itu menggantikan saya mengajar, mbak. Soalnya anak itu benar-benar susah diatur. Setelah diminta seperti itu, anak
itu ya di
am.”
72 dengan kurikulum 2013 yang mengharuskan adanya kegiatan 5M, yaitu mengamati,
menanya, mencari informasi, mencoba, mengomunikasikan. Proses pembelajaran yang dilakukan pak AI juga melakukan kegiatan 5M dengan cara berkelompok. Pak
AI juga mengarahkan siswa agar selalu aktif dan kritis dalam pembelajaran. Pak AI menjelaskan bahwa:
Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh salah satu siswa kelas IIIB yang berinisial HIA, yang menyatakan bahwa
Selain mengamati pak AI juga meminta siswa untuk melakukan praktik atau melakukan percobaan IPA sederhana. Berikut penjelasan pak AI:
“Prosesnya, paling ya awalnya berkelompok, terus disuruh mengamati apa gitu baik yang ada di dalam kelas maupun di luar kelas, siswa dipersilahkan
bertanya, terus nanti dikasih LKS mbak, nanti kalau sudah selesai siswa masuk lagi ke kelas terus presentasi, tanya jawab dan lain-lain, ya seperti
dibahas gitu
mbak.”
“Paling pak guru ngasih soal, terus nyuruh ngamatin apa gitu kak, terus nanti maju.”
“Kalau di semester ini paling ya praktiknya mengamati kenampakan bumi kayak kemarin itu mbak, terus praktik gerak benda memantul atau melayang
haha atau apa gitu pokoknya gerakan benda, pas belajar hemat energi juga siswanya disuruh praktik mbak, paling besok kalau belajar cuaca juga tak
suruh mengamati cuaca, mbak. Terus di buku paket kan ada percobaan sederhana tentang hujan buatan sama buat kincir angin, nah paling juga nanti
saya nyuruh anak-
anak buat melakukan mbak.”
73 Gambar 8. Siswa berkelompok melakukan percobaan hujan buatan
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa setelah melakukan kegiatan inti, guru melakukan kegiatan penutup. Sebelum menutup
pelajaran, guru mengajak siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari, guru juga melakukan evaluasi baik berupa kuis, test maupun tanya jawab. Terkadang
juga guru melakukan refleksi pembelajaran dengan cara menanyakan perasaan siswa setelah mengikuti pelajaran. Untuk tindak lanjutnya, tak jarang guru memberikan
pekerjaan rumah bagi siswa agar di rumah siswa membuka kembali materi yang sudah dipelajari di sekolah. Hal ini sesuai dengan jawaban pak AI ketika
diwawancarai: P
: “Bagaimana cara bapak dalam memberikan evaluasi pembelajaran?” AI
: “Ya nantikan itu kelompok-kelompok, to mbak? Ya, nanti tiap kelompok maju mempresentasikan, kadang juga saya memberikan test
atau kuis.” P
: “Apakah bapak sering memberikan pekerjaan rumah?” AI
: “Sering, mbak. Sering. Biasanya suruh mengamati, kemarin suruh mengamati benda mbak, mengamati benda terapung, tenggelam, itu
diamati nanti ditulis.” P
: “Apakah bapak juga melakukan refleksi pembelajaran untuk siswa?” AI
: “Refleksinya? Ya membahas materi sekaligus menyimpulkan mbak. Kadang juga tanya kesan-kesannya gimana perasaannya setelah ikut
pelajaran.”
74 Berdasarkan uraian hasil observasi dan wawancara di atas, dapat disimpulkan
bahwa proses pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPA kelas IIIB SD Negeri Panggang dilakukan setelah guru melihat kesesuaian materi, kondisi siswa,
lalu guru mengobservasi dahulu lingkungan yang akan dijadikan sebagai sumber belajar. Proses pemanfaatan lingkungan dilakukan dengan cara membawa siswa
belajar di lingkungan untuk melakukan survey, game, pengamatan, dan praktik. Lalu, siswa menuliskan hasil pengamatan dan mempresentasikan hasilnya di depan kelas
dan saling memberi masukan dan pertanyaan. Selanjutnya, guru memberikan evaluasi berupa test dan tanya jawab. Dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan
kemudian melakukan refleksi pembelajaran dengan cara menanyakan perasaan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
1 Cara Memanfaatkan Lingkungan sebagai Sumber Belajar IPA Kelas IIIB SD
Negeri Panggang, Sedayu, Bantul, Yogyakarta Berdasarkan pemaparan sebelumnya, diketahui bahwa pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran IPA kelas IIIB SD Negeri Panggang disesuaikan dengan materi pelajaran, kondisi siswa, dan kondisi
lingkungan. Artinya, guru tidak sembarangan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Guru harus tahu dan memahami betul bagaimana cara
memanfaatkannya agar dapat memfasilitasi siswa dalam belajar. Pak AI menyatakan bahwa:
75 Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, maka diperoleh informasi bahwa
pembelajaran IPA tidak selalu dilaksanakan di luar kelas. Terkadang jika materinya tidak memungkinkan untuk memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, guru
memanfaatkan lingkungan kelas dan benda-benda yang ada di sekitarnya sebagai sumber belajar atau membawa sumber belajar ke dalam kelas. Tak jarang, guru juga
mengadakan permainan agar siswa semakin bersemangat dan tidak bosan. Karena menurut pak AI, belajar IPA itu harus menyenangkan. Terbukti dari pernyataan
siswa ketika diwawancarai oleh peneliti pada hari Rabu, 08 Maret 2017, yang menyatakan bahwa
“Kalau aku lebih senang praktik mbak, soalnya biasanya ada permainannya gitu
, kan asyik.” Pak AI juga menjelaskan, bahwa: “Langkah-langkah pas di luar kelas mbak? Ya, nentuin materi, terus biasanya
membagi kelompok seperti kemarin. Kalau sendiri-sendiri nanti bubar malah mbak haha. Makanya harus dibuat kelompok-kelompok. Terus setelah itu
siswa paling disuruh mengamati, terus diminta menulis hasil pengamatan. Nanti lanjut di dalam kelas presentasi, mbak. Kadang ya ditambah game
mbak seperti yang saya bilang sebelumnya.”
“Yang paling sesuai itu, yang kemarin itu kenampakan permukaan bumi, energi juga bisa contohnya itu ya energi cahaya matahari nanti siswanya
diminta mengamati keadaan di sekitar halaman sekolah dulu lalu mengamati keadaan di lingkungan tempat tinggal warga dengan berjalan-jalan. Kalau
materi dulu pas semester satu malah banyak yang cocok mbak, seperti pas materi ciri-ciri makhluk hidup terus menggolongkannya, terus kondisi
lingkungan sehat dan tidak sehat, terus gimana cara menjaga kesehatan
lingkungan juga, mbak.”
76 Gambar 9. Siswa berjalan-jalan di lingkungan warga yang tinggal di dekat
sekolah untuk mengamati kenampakan permukaan bumi Berdasarkan pernyataan tersebut, diketahui bahwa pembelajaran IPA yang
dilakukan oleh pak AI cukup bervariasi, mulai dari memanfaatkan sumber belajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Pembelajaran yang bervariasi membuat siswa jadi
tidak mudah bosan dan termotivasi untuk belajar. Pak AI juga mengimbuhkan bahwa
Kesimpulannya, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran IPA kelas IIIB SD Negeri Panggang dilakukan secara bervariatif.
Pembelajaran variatif dapat dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas. Pemanfaatan lingkungan kelas sebagai sumber belajar siswa dirancang sedemikian
rupa dan dapat memfasilitasi siswa dalam belajar akan membuat siswa merasa senang dan semangat, seperti kelas dirancang menjadi arena game. Sedangkan
“Pesan saya sebagai calon guru di masa depan kalian haruslah menjadi guru yang inovatif, mengingat beban pelajaran yang harus ditempuh siswa,
makanya kalian harus menerapkan strategi supaya pada saat kalian memberikan materi pelajaran siswa mudah paham, dan mengingat tentang
materi yang kalian
ajarkan”.
77 pemanfaatan lingkungan di luar kelas dilakukan dengan cara pengamatan langsung.
Pengamatan dapat dilakukan di lingkungan sekitar sekolah, seperti halaman sekolah, kebun sekolah, sawah, dan lingkungan warga yang tinggal di dekat sekolah. Kegiatan
ini dilakukan untuk membuat siswa lebih aktif dan berani mencoba karena dalam IPA bukan hanya guru yang aktif dalam pembelajaran, siswa juga harus aktif dan
dapat berpikir kritis. Mengingat beban pelajaran lain yang harus ditempuh siswa, kegiatan pembelajaran tidak harus selalu diisi dengan ceramah dari guru saja. Guru
juga harus menghadirkan cara belajar yang inovatif dan menyenangkan agar siswa termotivasi dalam belajar, materi pelajaran dapat tersampaikan dengan baik kepada
siswa dan siswa dapat memahami materi serta mampu mengingat materi karena kegiatan pembelajaran yang dirasa bermakna.
2 Aktivitas Siswa ketika Belajar di Luar Kelas
Penelitian ini mengambil materi IPA kelas III semseter dua mengenai gerak benda, energi, kenampakan permukaan bumi, serta cuaca dan iklim. Berdasarkan
observasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa beberapa siswa tidak berkonsentrasi dan kurang semangat dalam mengikuti pelajaran, terutama jika pelajaran di dalam
kelas. Oleh karena itu, guru mengambil upaya bagaimana caranya agar siswa dapat termotivasi lagi dalam belajar. Guru mengambil langkah cepat untuk menumbuhkan
situasi yang lebih menyenangkan, kondusif, dan komunikatif dengan cara mengajak siswa keluar kelas untuk mengamati keadaan cuaca di halaman sekolah. Upaya ini
78 membuat siswa yang awalnya mengantuk dan terlihat malas menjadi terlihat
antusias.
Gambar 10. Aktivitas siswa ketika mengikuti pelajaran di dalam kelas
Gambar 11. Aktivitas siswa mengikuti pembelajaran di luar kelas
79 Hal ini didukung oleh penyataan salah satu siswa berinisial LIA yang telah
diwawancarai sebelumnya yang menyatakan bahwa
Didukung lagi dengan pernyataan siswa lainnya dengan inisial KM, yang menyampaikan bahwa:
Selain kedua siswa di atas, pak AI juga menjelaskan bahwa siswa menjadi lebih semangat dan antusias ketika belajar di luar kelas, seperti di halaman sekolah.
Terbukti, berdasarkan observasi yang telah dilakukan, siswa menjadi antusias dan lebih bersemangat ketika belajar di luar kelas. Adapun pernyataan pak AI ketika
diwawancarai yaitu
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ketika belajar di dalam kelas ada beberapa siswa yang kurang bersemangat dalam mengikuti
pelajaran. Sehingga guru mengambil langkah untuk mengajaknya belajar di luar kelas. Siswa yang tadinya kurang bersemangat berubah menjadi semangat dan
antusias dalam mengikuti pembelajaran. “Paling di sini mbak. Di halaman sekitar sekolah terus kemarin jalan-jalan
kesana menunjuk jalan ke arah tempat tinggal warga. Kalau di luar tuh enak mbak sejuk nggak
panas. Kalau di kelas terus bosen panas juga.”
“Saya suka yang praktik mbak, soalnya saya dapat langsung memahami melalui praktik yang dilakukan secara langsung daripada teori yang
diberikan guru ketika dikelas”.
P : “Lalu apa alasan bapak memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
Belajar IPA? ”
AI : “Ya, itu mbak, kalau di kelas apalagi kalau pelajarannya di jam terakhir
kan siswanya udah nggak semangat mbak. Jadi ya biar anak nggak bosen aja. Biar lebih seneng aja mbak. Biar ada suasana baru juga kan
kalau di kelas terus takutnya siswa sumpek atau ngerasa bosen, gitu mbak. Jadi sesekali saya mengajak siswa untuk belajar di luar kelas
seperti di halaman dan kebun sekolah”
80 d.
Keuntungan yang Diperoleh dari Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar pada Mata Pelajaran IPA Kelas IIIB SD Negeri Panggang, Sedayu,
Bantul, Yogyakarta Berdasarkan wawancara dan observasi yang telah dilakukan, maka diperoleh
informasi bahwa pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran IPA sangat menguntungkan bagi guru dan siswa. Salah satu keuntungan
yang diperoleh guru yaitu guru menjadi lebih mudah menyampaikan materi pelajaran karena materi tersebut sudah tersedia di lingkungan. Sedangkan keuntungan yang
diperoleh siswa yaitu siswa dapat berinteraksi langsung dengan peristiwa, benda, maupun kenyataan yang ada di lingkungan yang akan membuat siswa lebih cepat
memahami materi dibandingkan dengan pemahaman teori yang diajarkan di dalam kelas. Interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan juga dapat membuat siswa
menjadi labih aktif dan berpikir kritis. Pak Ai menyatakan, bahwa
Pak AI juga mengimbuhkan, bahwa “Keuntungan? Ya, seneng. Pokonya seneng mbak, haha. Kalau keuntungan
buat saya sih, saya jadi lebih mudah dalam memberikan materi mbak soalnya kan sebagian besar materi sudah tersedia di lingkungan jadi siswa tinggal
mengamati langsung saja nanti kalau ada yang belum paham baru ditanyakan kepada saya. Kalau keuntungan buat siswa ya pokoknya itu, kalau di luar itu
yang aktif itu siswanya mbak, jadi melatih keaktifan siswa. Pemahaman siswa juga jadi lebih cepat mbak. Jadi nambah motivasi juga, siswa jadi lebih
semangat. Selain itu juga sedikit banyak berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa ada mbak. Hehehe.”
“Tujuannya saya memanfaatkan lingkungan ya sama seperti yang tadi mbak, biar siswa nggak bosen, biar tahu lingkungan sekolahnya bagaimana ya
menumbuhkan kesadaran anak terhadap lingkungan sekolah dan lingkungan di sekitarnya. Kan kalau, kalau melihat langsung kan biar pembelajaran lebih
bermakna. Ya, lebih bermakna mbak.”
81 Selain keuntungan yang telah disebutkan di atas, siswa juga menjadi lebih
mudah memahami materi pelajaran. Ketika siswa diajak belajar di luar kelas siswa juga menjadi lebih semangat, senang, ceria, dan lebih antusias. Seperti pernyataan
pak AI saat diwawancari, yaitu
Hal serupa juga diungkapkan oleh salah satu siswa kelas IIIB yang berinisial LIA ketika diwawancarai, yaitu
Selain berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan guru dan beberapa siswa kelas IIIB, informasi juga diperoleh dari hasil observasi yang telah
dilakukan. Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa siswa menjadi lebih antusias, lebih semangat, dan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa setelah guru
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Terbukti, siswa berkali-kali bertanya kepada guru mengenai materi ataupun hal-hal yang belum mereka pahami,
siswa juga berebut untuk menjawab pertanyaan dari guru. P
: “Lalu, bagaimana respon siswa saat belajar di luar kelas?” AI
: “Seneng mbak, siswa seneng, antusias juga jadinya. Tapi siswa lumayan susah diatur. Wajar lah mbak, namanya juga anak SD apalagi masih
kelas III.”
P : “Bagaimana perasaan kamu saat mengikuti pembelajaran di
lingkungan?” LIA
: “Senang mbak.” P
: “Kenapa kok senang sih?” LIA
: “Kalau di luar tuh enak mbak sejuk nggak panas. Kalau di kelas terus bosen panas juga, terus bisa langsung lihat sungai, sawah,
tumbuhan, hewan, langit gitu mbak.” P
: “Belajar di lingkungan membuat kalian cepat memahami materi atau biasa saja, dek?”
LIA : “Cepet mbak. Aku jadi mudeng materi kenampakan bumi abis jalan-
jalan kemarin. Lumayan mudengin.
82 Berdasarkan pemaparan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa guru dan siswa sama-sama mendapatkan keuntungan dari pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dalam mata pelajaran IPA, yaitu memudahkan
guru dalam menyampaikan materi, siswa memperoleh pengalaman belajar yang bermakna karena siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan, mempengaruhi
hasil belajar siswa, membuat siswa lebih antusias dan lebih semangat dalam mengikuti pelajaran, siswa menjadi terbiasa untuk aktif dan berpikir kritis dalam
menyelesaikan suatu masalah. Siswa juga menjadi lebih mandiri, disiplin, bertanggung jawab serta mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi terhadap sesuatu.
Selain keuntungan akademik yang diperoleh, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar juga dapat menumbuhkan kesadaran siswa terhadap lingkungan
sekolah dan lingkungan disekitarnya. e.
Kendala yang Muncul Saat Guru Memanfaatkan Lingkungan sebagai Sumber Belajar pada Mata Pelajaran IPA Kelas IIIB SD Negeri Panggang
Bedasarkan observasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa guru mengalami kendala ketika memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata
pelajaran IPA. Kendala yang muncul berupa siswa yang kurang bekerjasama dengan guru dalam pembelajaran. Masih ada beberapa siswa yang malas dan kurang
bersemangat ketika belajar di dalam kelas, sehingga guru mengajak siswa untuk belajar di luar kelas. Siswa memang menjadi lebih semangat dan antusias dalam
belajar, namun siswa juga menjadi lebih susah diatur. Siswa malah semakin bebas
83 untuk bermain dengan teman-temannya dan guru sulit mengondisikannya karena
gerak ruang yang telalu luasbesar. Selain kendala tersebut, guru juga membutuhkan waktu lebih lama karena sebagian waktu habis untuk mengatur siswa. Selain itu,
guru juga harus lebih ekstra dalam mengawasi siswa karena tanggung jawab guru jadi lebih bertambah. Selian itu, sumber belajar yang tersedia di lingkungan sekolah
juga terbatas. Hal serupa juga diungkapkan oleh pak AI dalam wawancara yang telah
dilakukan pada hari Rabu, 08 Maret 2017, yaitu:
Selain guru yang mengalami kendala, siswa juga mengalami kendala ketika belajar di lingkungan. Terbukti saat salah siswa kelas IIIB berinisial KM dan LIA menjawab
pertanyaan dari peneliti saat diwawancarai, yaitu: P
: “Ada kendala yang dihadapi, nggak pak dalam memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber belajar IPA?” Ai
: “Kendalanya ya, paling itu mbak siswa susah diatur, to mbak? Waktunya lama, membutuhkan waktu yang lama. Sumber belajar yang ada disini
juga terbatas, mbak.” P
: “Lalu bagaiaman cara mengatasi kendala yang muncul itu?” AI
: “Mengatasinya? Ya, tetap mendampingi siswa. hehe. Jadi tetap mendampingi biar siswanya tahu aturan mbak. Selain mendampingi
saya juga terkadang memberikan teguran serta nasihat untuk siswa mbak.”
P : “Kalau kalian belajar di luar, kalian nemuin ada kesulitan nggak, dek?
Seperti kesusahan menulis?” KM
: ”Iya paling itu kak, kalau mau nulis suka susah karena nggak ada tatakan. Kadang kalo belajarnya jalan-jalan kemana gitu suka capek
ka.” LIA
: “Kesulitannya paling menulisnya mbak, karena tidak ada mejanya. Tapi nanti dibahas lagi kalau sudah di kelas jadi aku nulisnya di
kelas aja mbak.”
84 Gambar 12. Siswa kesulitan menulis saat belajar di luar kelas
Berdasarkan observasi, wawancara, dan dokumentasi yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disipulkan bahwa terdapat kendala dalam memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran IPA, yaitu kendala bagi guru dan kendala bagi siswa. Kendala yang dirasakan oleh guru, adalah guru kesulitan
dalam mengkondisikan siswa, guru membutuhkan waktu yang lebih lama jika akan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, sumber belajar yang tersedia di
lingkungan sekolah terbatas, guru membutuhkan pengawasan ekstra. Sedangkan kendala yang dialami siswa ketika belajar di lingkungan, yaitu siswa kesulitan untuk
menulis karena tidak ada papan atau tatakan yang digunakan untuk menulis.
85 f.
Upaya untuk Menghadapi dan Mengatasi Kendala yang Muncul saat Pembelajaran di Lingkungan
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, maka diketahui guru melakukan beberapa upaya untuk menghadapi sekaligus mengatasi kendala-kendala
yang muncul. Adapun penjelasannya sebagai berikut. 1
Guru memberikan teguran dan nasihat bagi siswa yang sering membuat gaduh dan mengganggu siswa yang lain.
2 Apabila siswa tidak menghiraukan teguran guru, guru meminta siswa yang ramai
untuk menggantikannya mengajar di depan kelas atau menyuruhnya untuk bermain di luar kelas agar tidak mengganggu konsentrasi belajar siswa yang lain
atau guru memberikan hukuman untuk merangkum buku paket. 3
Guru mengelompokkan siswa menjadi 6 kelompok. Kelompok dibentuk secara heterogen sehingga siswa yang mempunyai kepandaian lebih dapat dijadikan
sebagai koordinator dalam mengkoordinir teman-temannya. 4
Keterbatasan waktu diatasi dengan menjabarkan dan menjelaskan point penting benang merahnya saja pada saat pembelajaran berlangsung. Sehingga fokus
materi dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. 5
Terbatasnya sumber belajar di sekolah dapat diganti dengan menggunakan media pembelajaran yang disediakan oleh pihak sekolah seperti alat peraga,
gambar, buku panduan, maupun video audiovisual.
86 6
Sebelum belajar di luar kelas, guru memberikan penjelasan mengenai alur pembelajaran agar pembelajaran dapat berjalan dengan terarah dan tidak
mengganggu kelas lain. Selain penjelasan, guru juga memberikan peraturan bagi siswa agar siswa merasa terikat pada aturan tersebut. Jika siswa tidak mematuhi
aturan yang dibuat oleh guru, siswa tersebut akan mendapatkan hukuman. 7
Untuk mengatasi kesulitan menulis siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran di luar kelas, guru menjelaskan kembali materi yang di bahas di
lingkungan secara garis besar ketika siswa sudah kembali ke kelas. Upaya ini juga dilakukan guru untuk memeriksa pemahaman siswa terhadap materi yang
sedang dipelajari.
Gambar 13. Guru membahas kembali materi yang telah dipelajari di luar kelas
87 Tabel 5. Display Data Hasil Penelitian
No Aspek yang Diamati
Hasil Penelitian 1.
Jenis Lingkungan yang Dimanfaatkan
Jenis lingkungan yang dimanfaatkan meliputi lingkungan kelas, halaman sekolah, kebun sekolah, persawahan, kolam, lingkungan
tempat tinggal warga, dan Desa Wisata dan Outbond di Grogol, Sleman, Yogyakarta.
2. Proses Pemanfaatan
Lingkungan sebagai Sumber Belajar
Proses pembelajarannya membawa siswa belajar di lingkungan untuk melakukan survey, game, pengamatan, dan praktik
lapangan sesuai dengan panduan LKS. Setelah itu, siswa diminta untuk menuliskan hasil pengamatannya, lalu kembali ke dalam
kelas untuk mempresentasikan hasil pengamatannya. Setelah itu guru mengajak siswa menyimpulkan materi, memberikan
evaluasi, dan refleksi pembelajaran. 3.
Cara Memanfaatkan Lingkungan sebagai
Sumber Belajar Cara memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
dilakukan dengan pembelajaran yang variatif, yaitu di dalam kelas dan di luar kelas dan disesuaikan dengan materi pelajaran
dan kondisi siswa serta lingkungannya. 4.
Aktivitas Siswa Aktivitas siswa di kelas kurang semangat dalam mengikuti
pelajaran. Sedangkan di luar kelas, siswa semangat dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran pengamatan, praktik,
survey, game. 5.
Keuntungan yang Diperoleh
Keuntungan bagi guru yaitu memudahkan dalam penyampaian materi. Keuntungan bagi siswa dapat memperoleh pengamalan
yang bermakna, siswa menjadi lebih aktif dan berpikir kritis. 6.
Kendala yang Muncul
Guru susah mengondisikan siswa ketika belajar di luar kelas. Siswa kesulitan menulis karena tidak ada papan atau tatakan.
7. Upaya yang
Dilakukan Guru memberi teguran, hukuman dan membahas kembali materi
yang dipelajari di luar kelas agar siswa dapat menulis materi.
88
B. Pembahasan