PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IIIB SD NEGERI PANGGANG, SEDAYU, BANTUL, YOGYAKARTA.

(1)

i

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IIIB SD NEGERI PANGGANG,

SEDAYU, BANTUL, YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh

Kusnindyah Sudiasih NIM 13108241063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017


(2)

ii

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IIIB SD NEGERI PANGGANG, SEDAYU,

BANTUL, YOGYAKARTA Oleh

Kusnindyah Sudiasih 13108241063

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran IPA kelas IIIB di SD Negeri Panggang, Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPA yang dideskripsikan meliputi, jenis lingkungan yang dimanfaatkan, proses pemanfaatannya, keuntungan yang diperoleh, kendala yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran, dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang muncul.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Subjek penelitiannya adalah 1 guru dan 29 siswa kelas IIIB. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan meliputi reduksi data, penyajian data, dan simpulan. Sedangkan, uji keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis lingkungan yang dimanfaatkan sebagai sumber belajar IPA meliputi lingkungan kelas, halaman sekolah, kebun sekolah, sungai, persawahan, kolam, lingkungan tempat tinggal warga, dan tempat wisata seperti Desa Wisata dan Outbond di Grogol, Sleman, Yogyakarta. Proses pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dilaksanakan dengan cara membawa siswa belajar di lingkungan untuk melakukan survey, pengamatan, dan praktik, kemudian mempresentasikannya di depan kelas. Keuntungan yang diperoleh guru dan siswa yaitu memudahkan guru dalam menyampaikan materi, siswa memperoleh pengalaman belajar yang bermakna, siswa menjadi lebih aktif, berpikir kritis, dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi terhadap sesuatu serta dapat menumbuhkan kesadaran siswa terhadap lingkungan di sekitarnya. Kendala yang dihadapi guru dan siswa yaitu guru kesulitan dalam mengkondisikan siswa, dan siswa kesulitan untuk menulis ketika belajar di luar kelas. Upaya yang dilakukan, yaitu guru memberi teguran, hukuman dan membahas kembali materi yang dipelajari di luar kelas agar siswa dapat menulis materi.


(3)

iii

ENVIRONMENTAL UTILIZATION AS LEARNING RESOURCES ON SCIENCE GRADE IIIB SDN PANGGANG,

SEDAYU, BANTUL, YOGYAKARTA By

Kusnindyah Sudiasih 13108241063

ABSTRACT

The aim of this research was to describe the utilization of the environment as a source of learning on science grade IIIB at SDN Panggang, Sedayu, Bantul, Yogyakarta. The utilization of the environment as a science learning resource described includes the type of environment utilized, the utilization process, the benefits gained, the constraints that arise in the implementation of the lesson, and the efforts made to overcome the obstacles that arise.

This research used descriptive qualitative method. Research subjects are 1 teacher and 29 students of grade IIIB. Data collection techniques used are observation techniques, interviews, and documentation. Data analysis techniques used include data reduction, data presentation, and conclusions. Meanwhile, test data validity used is triangulation of source and triangulation technique.

The results of research showed that the type of environment utilized as a science learning resource includes classroom environment, school yard, school garden, river, rice field, pond, residential neighborhood, and tourist attractions such as Tourism Village and Outbond in Grogol, Sleman, Yogyakarta. Process of utilizing the environment as a learning resource is carried out by bringing students to study in the environment to conduct surveys, observations, and practices, then present it in front of the class. The benefits gained by teachers and students is to facilitate the teacher in delivering the material, the students get a meaningful learning experience, the students become more active, critical thinking, and have a high curiosity towards something and can raise student awareness to the surrounding environment. The constraints faced by teachers and students are teachers difficulty in conditioning students, and students difficult to write when studying outside the classroom. The efforts are made by the teacher to give a reprimand, punishment and re-discuss the material learned outside the classroom so that students can write the material.

Keywords: Environmental Utilization, Learning Resources, Science.


(4)

(5)

(6)

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Tugas akhir skripsi ini peneliti persembahkan untuk: 1. Orang tua tercinta, bapak Darsono dan Ibu Sudarti. 2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelsaikan tugas akhir skripsi yang berjudul

“Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar pada Mata Pelajaran IPA Kelas IIIB SD Negeri Panggang, Sedayu, Bantul, Yogyakarta” dengan baik. Skripsi ini

merupakan persyaratan untuk menyelesaikan studi strata satu (S-1) pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik tanpa semangat, dukungan, masukan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Drs. Bambang Saptono, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyususnan tugas akhir skripsi ini.

2. Dr. Insih Wilujeng, M.Pd. selaku Penguji Utama dan Dr. Pratiwi Puji Astuti, M.Pd. selaku Sekertaris Penguji yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komperhensif terhadap tugas akhir skripsi.

3. Drs. Suparlan, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar beserta dosen dan staff yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyususnan pra proposal sampai dengan selesainnya tugas akhir skripsi ini.

4. Dr. Haryanto, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan persetujuan pelaksanaan tugas akhir skripsi.

5. Drs. Sumar selaku Kepala Sekolah SD Negeri Panggang yang telah memberikan izin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian tugas akhir skripsi ini.


(9)

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN ... v

LEMBAR PENGESAHAN ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Fokus Penelitian ... 11

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II. KAJIAN TEORI A. Kajian Belajar ... 13

1. Pengertian Belajar ... 13

2. Jenis-Jenis Belajar ... 14

3. Ciri-Ciri Perilaku Belajar ... 16

4. Prinsip-Prinsip Belajar ... 18

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 20

B. Kajian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 21

1. Pengertian IPA ... 21

2. Fungsi dan Tujuan IPA ... 23

3. Pengertian Pembelajaran IPA ... 24

4. Tujuan Pembelajaran IPA di SD ... 25

5. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD ... 27

C. Kajian Sumber Belajar ... 27

1. Pengertian Sumber Belajar ... 27

2. Jenis-Jenis Sumber Belajar ... 30

3. Manfaat Sumber Belajar ... 32 halaman


(11)

xi

4. Ciri-Ciri Sumber Belajar ... 33

D. Kajian Lingkungan ... 34

1. Pengertian Lingkungan ... 34

2. Fungsi Lingkungan ... 36

3. Jenis Lingkungan Belajar ... 37

E. Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar IPA ... 41

1. Pengertian Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar IPA ... 41

2. Prinsip-Prinsip Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar IPA ... 44

3. Kelebihan Memanfaatkan Lingkungan sebagai Sumber Belajar pada Mata Pelajaran IPA ... 45

4. Langkah-Langkah Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar IPA ... 46

F. Karakteristik Siswa Kelas III ... 48

G. Penelitian yang Relevan ... 48

H. Pertanyaan Penelitian ... 50

BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 51

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 52

C. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ... 52

D. Teknik Pengumpulan Data ... 53

1. Observasi ... 53

2. Wawancara ... 54

3. Dokumentasi ... 55

E. Instrumen Penelitian ... 56

1. Pedoman Observasi ... 56

2. Pedoman Wawancara ... 57

F. Teknik Analisis Data ... 58

1. Reduksi Data ... 59

2. Penyajian Data ... 59

3. Simpulan ... 60

G. Uji Keabsahan Data ... 61

1. Triangulasi Sumber ... 62

2. Triangulasi Teknik ... 62

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 63

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 63

2. Deskripsi Subjek Penelitian ... 64


(12)

xii

B. Pembahasan ... 88

1. Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar IPA Kelas IIIB SD Negeri Panggang ... 88

2. Jenis Lingkungan yang Dimanfaatkan sebagai Sumber Belajar IPA di Kelas IIIB SD Negeri Panggang ... 89

3. Proses Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar IPA ... 90

4. Keuntungan yang Diperoleh dari Pemanfaatan Lingkungan ... 96

5. Kendala yang Muncul ... 98

6. Upaya yang Dilakukan ... 99

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 104


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-Kisi Pedoman Observasi Kegiatan Guru ... 57

Tabel 2. Kisi-Kisi Pedoman Observasi Kegiatan Siswa ... 57

Tabel 3. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara dengan Guru ... 58

Tabel 4. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara dengan Siswa ... 58

Tabel 5. Display Data Hasil Penelitian ... 87

Tabel 6. Pemaparan Hasil Penelitian ... 108 halaman


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Analisis Data ... 61

Gambar 2. Pendampingan Siswa saat Pengamatan ... 66

Gambar 3. Pengamatan Cuaca di Halaman Sekolah ... 66

Gambar 4. Kebun Sekolah ... 67

Gambar 5. Halaman Sekolah... 68

Gambar 6. Lingkungan Warga ... 68

Gambar 7. Guru Mengondisikan Siswa ... 71

Gambar 8. Siswa Melakukan Percobaan Hujan Buatan ... 73

Gambar 9. Siswa berjalan-jalan di Lingkungan Warga ... 76

Gambar 10. Aktivitas Siswaa di dalam Kelas ... 78

Gambar 11. Aktivitas Siswa di Luar Kelas ... 78

Gambar 12. Siswa Kesulitan Menulis di Luar Kelas ... 84

Gambar 13. Pengulangan Materi Setelah Belajar di Luar Kelas ... 86 halaman


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Pemaparan Hasil Penelitian ... 108

Lampiran 2. Pedoman Observasi Guru ... 110

Lampiran 3. Pedoman Observasi Siswa ... 112

Lampiran 4. Pedoman Wawancara Guru ... 114

Lampiran 5. Pedoman Wawancara Siswa ... 116

Lampiran 6. Catatan Lapangan ... 118

Lampiran 7. Lembar Observasi Guru ... 143

Lampiran 8. Lembar Observasi Siswa ... 171

Lampiran 9. Transkrip Wawancara ... 197

Lampiran 10. Reduksi Data ... 209

Lampiran 11. SK dan KD IPA Kelas III Semester 1 dan 2 ... 213

Lampiran 12. Data Siswa ... 215

Lampiran 13. Jadwal Pelajaran ... 216

Lampiran 14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 217

Lampiran 15. Dokumentasi Foto ... 224

Lampiran 16. Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 227 halaman


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia untuk menjalani kehidupannya. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak yang mulia, serta ketrampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa,

Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Belajar merupakan salah satu aktivitas yang digunakan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Winkel (2007: 59) menyatakan, bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Belajar juga dapat diartikan sebagai interaksi antara manusia dengan lingkungannya, yang dapat berwujud fakta, konsep, maupun teori. Interaksi individu dengan lingkungan akan membantu dalam memperoleh


(17)

2

pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh akan mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Menghadapi kemajuan IPTEK pada zaman globalisasi yang semakin pesat, maka penguasaan IPTEK dirasa sangat diperlukan. Berbagai strategi dan inovasi pembelajaran terus-menerus diperbaharui untuk menunjang hal tersebut. Salah satu mata pelajaran yang erat kaitannya dengan IPTEK dan pengembangan serta penemuan adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Menurut Mulyasa (2007: 110) ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah mata pelajaran yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Oleh karena itu, pembelajaran IPA diharapkan mampu mengembangkan prospek lebih lanjut dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari.

Mata pelajaran IPA berhubungan erat dengan lingkungan karena mengajarkan siswa tentang alam. Hal ini sesuai dengan teori Samatowa (2016: 3), yang menjelaskan bahwa IPA disebut sebagai ilmu tentang alam yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Namun, saat ini pelaksanaan proses pembelajaran IPA yang diterapkan oleh guru di sekolah dasar masih lemah. Proses pembelajaran IPA yang terjadi selama ini kurang mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung hanya diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, siswa diajarkan untuk


(18)

3

mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diperoleh untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajaran IPA masih kurang melibatkan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran secara aktif dan kreatif. Selain itu, proses pembelajaran belum menggunakan pendekatan/strategi yang bervariasi sehingga masih banyak siswa yang kurang antusias dalam mengikuti pelajaran IPA. Hal ini terlihat dari respon dan motivasi belajar siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Kondisi ini diperparah lagi oleh guru saat menyajikan materi. Pembelajaran IPA yang seharusnya lebih banyak menuntut siswa untuk aktif melakukan kegiatan praktik, seperti mengamati, mencoba, dan menyelidiki, namun guru terlalu terpaku pada buku teks sebagai satu-satunya sumber belajar dan mengajar. Masih banyak guru yang tidak melakukan kegiatan pembelajaran dengan memfokuskan pada pengembangan keterampilan proses sains siswa. Akhirnya, hal ini menyebabkan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan terkesan berpusat pada penyampaian materi dalam buku teks saja. Keadaan seperti ini dapat mendorong siswa lebih cepat bosan dan berusaha menghafal pada setiap kali akan diadakan tes atau ulangan.

Mata pelajaran IPA sangat erat kaitannya dengan alam sekitar, sehingga mengarahkan guru untuk memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkungan yang ada di sekitar anak merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil belajar yang berkualitas. Pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar pada mata pelajaran IPA


(19)

4

memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna, sebab anak dihadapkan dengan keadaan dan situasi yang sebenarnya. Selain itu, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar juga dapat mendorong semangat dan penghayatan siswa terhadap nilai-nilai kehidupan yang ada di lingkungan.

Sumber belajar merupakan segala sesuatu (manusia, benda, alat, bahan, lingkungan) yang mendukung dan memberikan kemudahan kelancaran terhadap proses belajar. Sumber belajar mampu memberikan kekuatan dalam proses belajar mengajar, sehingga tujuan instruksional dapat tercapai secara maksimal. Sumber belajar juga harus mempunyai nilai-nilai instruksional edukatif yaitu dapat mengubah dan membawa perubahan yang sempurna terhadap tingkah laku sesuai dengan tujuan yang ada.

Lingkungan termasuk sumber belajar, baik lingkungan fisik, lingkungan budaya, maupun lingkungan sosial. Sumber belajar yang dapat diambil dari lingkungan sekitar adalah pengalaman pribadi, teman sebaya, lingkungan alam, dan masyarakat sekitar. Pengalaman langsung ke lingkungan sekitar akan memudahkan peserta didik dalam menerima materi. Interaksi yang terjadi antara peserta didik dan lingkungan akan memberikan pengalaman yang berkesan dan bermakna sehingga pengetahuan yang diterima lebih bertahan lama. Interaksi tersebut dapat digunakan sebagai media pembelajaran, karena dalam pembelajaran peserta didik tidak hanya menggunakan buku atau alat peraga saja, tetapi dapat juga menggunakan bukti langsung atau benda konkrit yang ada di lingkungan.


(20)

5

Pembelajaran juga dapat dilaksanakan di luar kelas, yaitu di lingkungan, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Hal ini sesuai dengan teori Musfiqon (2012: 132), yang menyebutkan bahwa kegiatan pembelajaran tidak hanya terjadi di dalam kelas. Banyak sekali pembelajaran yang mengikutsertakan peserta didik dalam lingkungan alam terbuka, misal dalam mempelajari ciri-ciri lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat, siswa dapat diajak untuk mengamati lingkungan di sekolah. Apabila siswa diajak melihat dan mengamati keadaan lingkungan di sekolah secara langsung untuk mempelajari materi tersebut, maka pembelajaran tentu akan lebih efektif karena siswa dihadapkan pada sesuatu yang benar-benar nyata. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar juga dapat dihadirkan di dalam kelas dengan cara mengundang narasumber yang akan memberikan informasi sesuai dengan materi pelajaran, serta guru juga dapat mengelola lingkungan kelas dengan sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan sebagai sumber belajar bagi siswa.

Menurut Marjono (Susanto, 2013: 167), untuk anak jenjang sekolah dasar hal yang harus diutamakan adalah bagaiamana mengembangkan rasa ingin tahu dan daya berpikir kritis mereka terhadap suatu masalah. Masa usia anak sekolah dasar yaitu 6-12 tahun. Masa ini dibagi menjadi dua fase yaitu masa kelas rendah (6-8 tahun kelas I-III) dan masa kelas tinggi (9-12 tahun kelas IV-VI). Pada usia kelas rendah ditandai dengan segala sesuatu yang bersifat konkrit dengan tekanan belajar yang difokuskan


(21)

6

didik mengamati langsung sumber belajar yang ada di sekitar sehingga dapat memperkaya pengetahuan dan pengalaman siswa.

Materi pelajaran IPA kelas III semester gasal maupun semester genap sangat memungkinkan guru dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Materi IPA kelas III semester gasal, yaitu makhluk hidup dan proses kehidupannya serta materi benda dan sifatnya. Materi makhluk hidup dan proses kehidupannya, mempelajari tentang ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup serta hal-hal yang mempengaruhi perubahan makhluk hidup serta kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan dan upaya menjaga kesehatan lingkungan. Materi benda dan sifatnya mempelajari sifat-sifat, perubahan sifat benda dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan materi IPA kelas III semester genap, meliputi energi dan perubahannya serta bumi dan alam semesta. Materi energi dan perubahannya mempelajari cara gerak benda hubungannya energi dan sumber energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan untuk materi bumi dan alam semesta mempelajari kenampakan permukaan bumi serta cuaca dan iklim. Pemanfaataan lingkungan sebagai sumber belajar pada materi IPA kelas III, dapat membuat siswa lebih mudah memahami materi pelajaran karena hampir semua materi mempelajari tentang hal-hal yang berkenaan dengan kehidupan sehari-hari dan lingkungan yang ada di sekitar, seperti mempelajari ciri-ciri lingkungan sehat dan tidak sehat, cara menghemat energi, kenampakan permukaan bumi, serta cuaca dan iklim.


(22)

7

Tahap perkembangan kognitif siswa kelas III masih dalam tahap operasional konkret, dimana anak akan lebih mudah memahamai materi dan mampu berpikir secara sistematis dengan cara melihat sesuatu yang konkret atau nyata. Karakteristik siswa kelas III juga cenderung masih suka bermain, sehingga dalam pembelajaran guru perlu menyajikan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Ketika siswa mempelajari materi ciri-ciri lingkungan sehat dan tidak sehat, kegiatan pembelajaran dapat dilakukan di alam terbuka, karena hal itu akan menumbuhkan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Setelah mengamati lingkungan, siswa dapat diminta untuk membuat berbagai kerajinan tangan dengan memanfaatkan benda-benda di sekitar, seperti menggunakan tanah liat untuk membuat patung atau menggunakan sampah non organik untuk membuat kerajinan tangan lainnya.

Pemanfaataan lingkungan dalam pembelajaran akan memperbanyak pengalaman serta pengetahuan intelektual bagi siswa, membuat siswa tidak mudah bosan, menumbuhkan keterampilan sosial pada siswa, melatih perkembangan emosional, dan memberikan pengalaman belajar yang menarik. Salah satu sekolah dasar yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran IPA adalah SD Negeri Panggang yang terletak di Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Lingkungan di sekitar sekolah ini cukup sesuai apabila dimanfaatkan sebagai sumber belajar IPA. Karena, SD Negeri Panggang dikelilingi oleh persawahan, disekitarnya terdapat sungai, kolam, tempat tinggal warga, pegunungan, serta sekolah ini memiliki halaman yang cukup hijau dan cocok apabila


(23)

8

dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan di sekitar SD Negeri Panggang sebagai sumber belajar dipilih dengan alasan ekonomis, praktis, fleksibel, mudah ditemui dan dirancang, serta dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga pelajaran lebih berkualitas dan lebih bermakna.

Observasi dilakukan di kelas IIIB SD Negeri Panggang Sedayu pada tanggal 09 April 2016, 09 Agustus 2016, dan 23 November 2016. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, diperoleh informasi bahwa saat memberikan pelajaran guru masih menggunakan buku teks atau buku paket sebagai sumber belajar. Akan tetapi, jika materi yang sedang dipelajari memungkinkan untuk memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, maka guru akan memanfaatkan lingkungan sebagai sumbeer belajar sesuai dengan materi yang sedang dipelajari. Selain mata pelajaran IPA, mata pelajaran lain, seperti IPS, Bahasa Indonesia, Penjaskes, dan SBDP juga terkadang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkungan yang biasa digunakan guru sebagai sumber belajar, yaitu lingkungan sekolah (kebun sekolah) dan lingkungan warga, seperti jalan, sawah, kolam, serta transportasi.

Kegiatan pembelajaran IPA yang dilakukan adalah mengajak siswa keluar kelas untuk mencari contoh benda padat di lingkungan sekolah, kemudian siswa diminta untuk mendeskripsikan perubahan benda tersebut berdasarkan bentuk, warna, dan bau secara berkelompok. Saat mempelajari materi tentang hewan dan tumbuhan, guru juga mengajak siswa untuk mengamati berbagai macam jenis hewan, tumbuhan, dan daun yang ada di lingkungan sekolah. Setelah itu, siswa secara


(24)

9

berkelompok diminta untuk mengelompokkan jenis hewan dan tumbuhan serta jenis daun berdasarkan bentuk daun sesuai dengan pengamatan yang telah dilakukan.

Selain memanfaatkan lingkungan sekolah, guru juga memanfaatkan lingkungan di sekitar rumah siswa sebagai sumber belajar. Guru memberikan tugas kelompok untuk mengamati lingkungan yang ada di sekitar rumah siswa, kemudian siswa diminta untuk membuat laporan sederhana tentang ciri-ciri lingkungan sehat dan tidak sehat. Saat di sekolah, tiap kelompok mempresentasikan laporannya di depan kelas.

Selain dimanfaatkan sebagai sumber belajar, lingkungan juga dapat dimanfaatkan untuk membentuk sikap dan perilaku siswa. Hal ini dapat diketahui karena setiap pagi sebelum bel sekolah berbunyi, siswa di SD Negeri Panggang Sedayu dari kelas I-VI secara bergantian membersihkan lingkungan sekolah dengan menyapu halaman. Setiap hari Senin yang menyapu halaman sekolah adalah kelas III, hari Selasa kelas IV, hari Rabu kelas V, dan setersusnya sampai hari Sabtu. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengalaman bahwa membersihkan lingkungan tidak sekedar menjadi pengetahuan saja, namun siswa dibimbing untuk lebih peduli dan lebih bertanggung jawab dalam menjaga lingkungannya.

Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dalam mata pelajaran IPA membuat siswa menjadi sangat aktif dan sangat antusias dalam mengikuti pelajaran. Banyak siswa yang bertanya kepada guru mengenai materi yang sedang dipelajari. Beberapa siswa yang biasanya jarang memperhatikan saat belajar di dalam kelas,


(25)

10

sekarang memperhatikan dan mau mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Selain itu, keuntungan yang diperoleh oleh guru maupun siswa saat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar adalah guru menjadi lebih mudah dalam menyampaikan materi pelajaran karena sudah ada sumber belajar yang konkrit yang disediakan oleh lingkungan, siswa memperoleh pengalaman nyata yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari, siswa menjadi antusias dan aktif saat mengikuti pelajaran, dan siswa lebih cepat memahami materi karena adanya interaksi langsung dengan benda konkrit.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IIIB SD NEGERI PANGGANG, SEDAYU, BANTUL, YOGYAKARTA”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran masih terfokus pada buku paket, padahal lingkungan juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar IPA. 2. Proses pembelajaran belum disesuaikan dengan tahap kognitif dan karakteristik


(26)

11

3. Penggunaan pendekatan/strategi pembelajaran yang kurang bervariasi sehingga menyebabkan rendahnya antusias dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran IPA.

4. Pengelolaan kelas yang kurang maksimal saat proses pembelajaran membuat keadaan kelas menjadi kurang kondusif.

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka peneliti melakukan fokus penelitian, yaitu pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran IPA kelas IIIB SD Negeri Panggang, Sedayu, Bantul, Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran IPA kelas IIIB SD Negeri Panggang Sedayu, Bantul, Yogyakarta.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran IPA kelas IIIB SD Negeri Panggang Sedayu, Bantul, Yogyakarta.


(27)

12 F. Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini, yaitu : 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan salah satu referensi yang dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran IPA.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan SD Negeri Panggang dapat lebih meningkatkan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan bagi guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya.

c. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan kepada siswa untuk meningkatkan motivasi belajarnya.

d. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bekal untuk mengajar setelah lulus serta menambah pengetahuan dan keterampilan.

e. Bagi Orang Tua Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan orang tua siswa untuk mengetahui motivasi anak-anaknya pada saat proses pembelajaran.


(28)

13 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Belajar 1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan aktivitas penting dalam kehidupan manusia dan setiap orang pasti mengalami proses belajar dalam hidupnya. Belajar berlangsung seumur hidup, sejak manusia itu dilahirkan hingga mati. Menurut Musfiqon (2012: 6), belajar merupakan “suatu aktivitas terencana untuk mendapatkan pengetahuan dan wawasan, agar perilaku seseorang berubah menuju pada kedewasaan yang nantinya akan memperngaruhi seseorang dalam berpikir, bertindak, dan berperilaku”. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugihartono, dkk (2013: 74), yang menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif menetap karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya.

Menurut Daryanto (2009: 2), belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sejalan dengan pendapat sebelumnya, Hamalik (2011: 27), mendefinisikan belajar sebagai suatu proses, suatu kegiatan dan bukan hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan perilaku. Jadi, belajar menurut Hamalik dapat


(29)

14

dikatakan sebagai suatu perubahan proses tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan yang bersifat positif, baik perubahan tingkah laku maupun perilaku menuju kedewasaan sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi antara individu dengan lingkungan di sekitarnya yang berlangsung sepanjang hayat.

2. Jenis-Jenis Belajar

Menurut Daryanto (2009: 5-8) jenis-jenis belajar dapat dikategorikan sebagai berikut.

a. Belajar Bagian (Part Learning, Tractional Learning)

Belajar bagian dilakukan oleh sesorang apabila dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif yang kemudian seluruh materi pelajaran akan dipecah menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri.

b. Belajar dengan Wawasan (Learning by Insight)

Wawasan merupakan proses mengorganisasikan pola-pola tingkah laku yang telah terbentuk menjadi suatu tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaian suatu persoalan.


(30)

15

c. Belajar Diskriminatif (Discriminative Learning)

Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi/stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

d. Belajar Global Keseluruhan (Global Whole Learning)

Bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang kali sampai pelajar menguasainya.

e. Belajar Insidental (Incidental Learning)

Belajar disebut insidental apabila tidak ada instruksi atau petunjuk yang diberikan kepada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan kelak.

f. Belajar Instrumental (Instrumental Learning)

Salah satu bentuk belajar instrumental yang khusus adalah “pembentukan tingkah laku”. Siswa akan diberi hadiah apabila ia bertingkah laku sesuai dengan yang

dikehendaki guru dan sebaliknya ia akan diberikan hukuman apabila memperlihatkan tingkah laku yang tidak sesuai atau tidak dikehendaki.

g. Belajar Intensional (Intentional Learning)

Belajar intensional yaitu belajar yang terarah dan bertujuan. h. Belajar Laten (Latent Learning)

Belajar laten yaitu belajar yang perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara sengaja.


(31)

16 i. Belajar Mental (Mental Learning)

Belajar mental yaitu belajar yang perubahannya hanya terjadi pada proses kognitif karena adanya materi yang dipelajari, sedangkan perubahan tingkah laku tidak nyata terlihat.

j. Belajar Produktif (Productive Learning)

Belajar disebut produktif apabila individu mampu mentransfer prinsip penyelesaian persoalan dalam sutu situasi ke situasi yang lain.

k. Belajar Verbal (Verbal Learning)

Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal melalu latihan dan daya ingat.

3. Ciri-Ciri Perilaku Belajar

Tidak semua perilaku dikategorikan sebagai aktivitas belajar. Menurut Sugihartono (2013: 74-76), tingkah laku yang dikategorikan sebagai perilaku belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Perubahan Tingkah Laku terjadi secara Sadar

Suatu perilaku dikategorikan sebagai aktivitas belajar apabila pelaku menyadari terjadinya perubahan tersebut atau merasakan adanya suatu perubahan dalam dirinya. Salah satu contoh perubahan yang terjadi yaitu pelaku menyadari bahwa pengetahuannya bertambah.


(32)

17 b. Perubahan Bersifat Kontinu dan Fungsional

Perubahan dalam diri seseorang sebagai hasil dari belajar berlangsung secara berkesinambungan dan tidak statis. Satu perubahan akan menyebabkan perubahan berikutnya dan selanjutnya akan berguna bagi kehidupan.

c. Perubahan Bersifat Positif dan Aktif

Perubahan positif yang dimaksud adalah perilaku yang senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Semakin banyak usaha belajar yang dilakukan semakin banyak pula perubahan yang diperoleh. Perubahan dalam belajar bersifat aktif berarti bahwa perubahan tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu itu sendiri.

d. Perubahan Bersifat Permanen

Perubahan yang terjadi karena belajar bersifat menetap atau permanen. Misalnya, kecakapan seorang anak dalam bermain sepeda setelah belajar tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan semakin berkembang apabila terus dipergunakan atau dilatih.

e. Perubahan dalam Belajar Bertujuan atau Terarah

Perubahan tingkah laku dalam belajar mensyaratkan adanya tujuan yang akan dicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.


(33)

18

f. Perubahan Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan lain sebagainya.

4. Prinsip-Prinsip Belajar

Menurut Dimyati & Mudjiono (2010: 42-50), yang termasuk prinsip-prinsip belajar diantaranya sebagai berikut.

a. Perhatian dan Motivasi

Jika siswa merasa butuh dengan materi pelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya dan diperlukan dalam kehidupannya, maka akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya dan disitulah akan timbul perhatian terhadap pelajaran. Motivasi juga mempunyai kaitan yang erat dengan minat siswa. Jika siswa memiliki minat terhadap suatu bidang studi tertentu, maka secara otomatis akan muncul perhatian dan motivasi.

b. Keaktifan

Siswa usia dasar merupakan makhluk yang aktif dan mempunyai dorongan untuk ingin mengetahui sesuatu yang ingin diselesaikannya. Misalnya, siswa yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi akan terus menerus aktif di dalam kelas.


(34)

19 c. Keterlibatan Langsung atau Berpengalaman

Keterlibatan atau pengalaman langsung yang dialami oleh siswa saat sedang mempelajari sesuatu.

d. Pengulangan

Belajar adalah daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamati, mengingat, merasakan, dan berpikir. Daya-daya tersebut akan berkembang, jika aktivitas belajar dipelajari secara berulang-ulang.

e. Tantangan

Siswa pasti mengalami tantangan disetiap situasi pembelajaran. Contoh dalam memecahkan suatu permasalahan siswa harus berpikir kritis untuk dapat memecahkan permasalahan tersebut dan siswa akan mengalami hambatan apabila siswa tidak menguasi materi pelajaran tersebut.

f. Balikan dan Penguatan

Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui bahwa ia memperoleh hasil yang baik. Hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan akan berpengaruh baik terhadap usaha belajar selanjutnya.

g. Perbedaan Individual

Setiap siswa mempunyai karakteristik yang berbeda, yaitu psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya. Jadi, guru harus dapat melihat setiap perbedaan individu siswanya untuk mencapai tujuan.


(35)

20 5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi belajar, baik faktor dari dalam diri individu itu sendiri (internal), maupun faktor yang berasal dari luar diri individu (eksternal). Menurut Musfiqon (2012: 8) menyatakan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor dari dalam diri siswa (internal factor) dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan (external factor). Faktor yang berasal dari dalam diri siswa menyangkut kemampuan yang dimiliki siswa. Selain faktor kemampuan, ada juga faktor lain yaitu motivasi, minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi, kondisi fisik, dan psikis. Sedangkah faktor lingkungan yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar adalah kualitas pengajaran. Sejalan dengan pendapat yang diuraikan sebelumnya, Sugihartono, dkk. (2013: 76-77) menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ke dalam dua golongan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun penjelasannya sebagai berikut.

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi faktor jasmaniah dan faktor psikologis. Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.


(36)

21 b. Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar diri individu. Faktor eksternal yang berpengaruh dalam belajar meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Sedangkan faktor masyarakat dapat berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat, dan media massa.

B. Kajian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 1. Pengertian IPA

Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Menurut Wisudawati & Sulistyowati (2014: 22) “IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yang mempelajari fenomena alam yang faktual (factual), baik berupa


(37)

22

kenyataan (reality) atau kejadian (events) dan hubungan sebab-akibatnya”. Bidang kajian IPA berisi tiga dimensi pengetahuan, yaitu pengetahuan faktual (fakta), pengetahuan konseptual (konsep), dan pengetahuan prosedural (prinsip, hukum, hipotesis, teori, dan model). Sejalan dengan teori sebelumnya, Sulistyorini (2007: 9) mendefinisikan IPA sebagai ilmu yang mempelajari tentang alam, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. IPA dapat dipandang dari segi produk, proses, dan segi pengembangan sikap. Artinya, belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil (produk), dan dimensi pengembangan sikap ilmiah yang ketiganya saling terkait satu sama lain.

Definisi IPA menurut Gagne (Wisudawati & Sulistyowati, 2014: 24), adalah

sciene should be viewed as a way of thinking in the pursuit of understanding nature, as a way of investigating claims about phenomena, and as a body of knowledge that has resulted from inquiry” (IPA dipandang sebagai cara berpikir untuk mencari materi tentang rahasia alam dengan cara penyelidikan terhadap gejala alam, dan sebagai batang tubuh pengetahuan yang dihasilkan dari inkuiri). Sedangkan menurut Carin dan Sund (Wisudawati & Sulistyowati, 2014: 24), IPA didefinisikan sebagai

“pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data dari hasil observasi dan eksperimen”. IPA memiliki empat unsur utama, yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi. Sikap yang dimaksud adalah IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat. Proses yang dimaksud adalah proses pemecahan


(38)

23

masalah pada IPA memungkinkan adanya prosedur yang runtut dan sistematis melalui metode ilmiah yang meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan. Produk yang dimaksud adalah IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Sedangkan aplikasi yang dimaksud adalah penerapan metode ilmiah dan konsep IPA yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan teori Carin dan Sund, Trianto (2014: 136-137) mendefinisikan IPA sebagai kumpulan teori yang sistematis, yang penerapannya terbatas pada gejala alam, lahir, dan berkembang melalui metode ilmiah (observasi dan eksperimen) yang berdasarkan pula pada sikap ilmiah, seperti rasa ingin tahu, terbuka, dan jujur.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa IPA adalah kumpulan teori yang sistemastis dan terartur sebagai suatu usaha yang dilakukan manusia untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada siswa melalui pengamatan, penyelidikan, observasi, maupun kegiatan eksperimen tentang gejala-gejala alam dan fenoma alam yang terjadi di dalamnya yang meliputi benda hidup maupun benda mati.

2. Fungsi dan Tujuan IPA

Menurut Depdiknas (Trianto, 2014: 138), IPA mempunyai fungsi dan tujuan, diantaranya sebagai berikut.

a. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. b. Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah.


(39)

24

c. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi. d. Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan

pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

3. Pengertian Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat komponen-komponen pembelajaran, proses pembelajaran (karakteristik IPA sebagai proses dan produk), dan keluaran/output pembelajaran. Wisudawati & Sulistyowati (2014: 26) menguraikan pembelajaran IPA sebagai suatu interaksi antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Susanto (2013: 170-171), “pembelajaran sains merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA”. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Pembelajaran yang demikian dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa yang diindikasikan dengan merumuskan masalah, menarik kesimpulan, sehingga mampu berpikir kritis melalui pembelajaran IPA.

Menurut Laksmi Prihantoro (Trianto, 2014: 142), pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum yang termaktub dalam taksonomi Bloom, bahwa:

“Pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat


(40)

25

untuk kehidupan sehari-hari. Pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk dapat memahami dan memperdalam lebih lanjut, dan melihat adanya keterangan serta keteraturannya. Disamping itu, pembelajaran IPA diharapkan memberikan keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan, dan apresiasi dalam menncari jawaban terhadap suatu permasalahan.”

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA merupakan suatu kegiatan belajar mengajar yang didalamnya terdapat interaksi antara komponen-komponen pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, dimana proses pembelajarannya dapat menumbuhkan dan mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana.

4. Tujuan Pembelajaran IPA di SD

Konsep IPA di sekolah dasar merupakan konsep yang masih terpadu, karena belum dipisahkan secara tersendiri, seperti mata pelajaran kimia, biologi, dan fisika. Adapun tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar menurut Badan Nasional Standar Pendidikan (Susanto, 2013: 171-172) diantaranya sebagai berikut.

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.


(41)

26

c. Mengambangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

Sedangkan menurut Laksmi Prihantoro (Trianto, 2014: 142), pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan sebagai berikut.

a. Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia, meliputi tempat hidup dan bagaimana cara bersikap.

b. Menanamkan sikap ilmiah.

c. Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan maupun penyelidikan. d. Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para

ilmuwan penemunya.


(42)

27

5. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Ruang lingkung pembelajara IPA di sekolah dasar khususnya di kelas III, adalah meliputi hewan dan tumbuhan, lingkungan, sifat benda, gerak benda, sumber energi, kenampakan permukaan bumi, cuaca dan iklim, dan sumber daya alam. Menurut Sulistyorini (2007: 40), ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

b. Sifat benda, meliputi cair, padat, dan gas.

c. Energi dan perubahannya, meliputi gaya, bunyi, panas, magnet. Listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.

d. Bumi dan alam semesta, meliputi tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

C. Kajian Sumber Belajar 1. Pengertian Sumber Belajar

Kegiatan pembelajaran sebagai suatu proses merupakan suatu sistem pendidikan yang tidak pernah bisa terlepas dari komponen pembelajaran yang masing-masing saling terkait satu sama lain. Salah satu komponen dalam proses pembelajaran adalah sumber belajar. Menurut Sanjaya (2011: 228), sumber belajar merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan kegiatan belajar yang


(43)

28

secara fungsional dapat digunakan untuk membantu optimalisasi hasil belajar. Sedangkan sumber belajar menurut Suryaman (2012: 107), merupakan tempat materi pembelajaran yang dapat diperoleh guru dan siswa. Selain berisikan materi, sumber belajar juga dapat mencakup media belajar, alat peraga, permainan, lembar tugas siswa, dan lain sebagainya.

Sejalan dengan uraian teori di atas, Musfiqon (2012: 130) mendefinisikan sumber belajar sebagai segala sumber daya (resources) yang meliputi materi pelajaran, manusia, alat, teknik, dan lingkungan yang dapat digunakan untuk mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Sumber belajar tidak hanya manusia, tetapi juga alam dan lingkungan yang didesain dan digunakan untuk mendukung efektifitas dan efesiensi pembelajaran. Sumber belajar menurut Majid (2011: 170), dapat diartikan sebagai “segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku”. Sedangkan menurut Suparno (1998: 38), “sumber belajar adalah manusia, bahan, kejadian/peristiwa, setting, teknik, yang membangun kondisi yang memberikan kemudahan bagi anak didik untuk belajar memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap”.

Menurut Rohani (2010: 188), sumber belajar adalah segala apa (daya, lingkungan, pengalaman) yang dapat digunakan dan dapat mendukung proses pembelajaran agar lebih efektif dan dapat memudahkan pencapaian tujuan pengajaran, baik yang telah disediakan/dipersiapkan, baik yang langsung/tidak


(44)

29

langsung, baik konkret.yang abstrak. Oleh sebab itu, dalam pemilihan sumber belajar perlu memperhatikan beberapa kriteria, yaitu praktis, ekonomis, mudah diperoleh, sederhana, fleksibel, dan komponenya sesuai dengan tujuan pembelajaran.

AECT mendefinisikan sumber belajar adalah berbagai atau semua sumber belajar, baik yang berupa data, orang, maupun wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Peserta didik seharusnya tidak hanya belajar dari guru saja, tetapi dapat pula belajar dari berbagai sumber belajar yang tersedia di lingkungan sekitarnya.

Sumber belajar meliputi apa saja dan siapa saja yang memungkinkan peserta didik dapat belajar. Sumber belajar juga dapat diartikan sebagai suatu set bahan atau situasi yang sengaja diciptakan untuk menunjang proses pembelajaran. Jadi, sumber belajar merupakan segala sesuatu baik yang sengaja dirancang maupun yang telah tersedia yang dapat dimanfaatkan baik secara individu maupun kelompok untuk membantu siswa dalam belajar.

Berdasarkan uaraian pernyataan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sumber belajar merupakan segala sesuatu (manusia, benda, alat, bahan, teknik, setting, lingkungan) yang mendukung dan memberikan kemudahan kelancaran terhadap proses belajar yang meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh


(45)

30

siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

2. Jenis-Jenis Sumber Belajar

Sumber belajar yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran sangat beragam jenisnya. Sumber belajar tidak hanya berupa buku paket maupun LKS saja. Menurut Majid (2011: 170-171), sumber belajar dapat dikategorikan sebagai berikut. a. Tempat atau Lingkungan Alam Sekitar

Tempat atau lingkungan alam sekitar yaitu dimana saja seseorang dapat belajar atau melakukan proses perubahan tingkah laku. Contoh tempat yang dapat digunakan untuk belajar, yaitu perpustakaan, pasar, museum, sungai, gunung, tempat pembuangan sampah, kolam ikan, dan sebagainya.

b. Benda

Benda yaitu segala benda yang memungkinkan terjadinya proses perubahan tingkah laku bagi peserta didik. Contoh benda yang dapat digunakan untuk belajar, diantaranya situs candi dan benda peninggalan lainnya.

c. Orang

Orang yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu dimana peserta didik dapat belajar sesuatu, misalnya guru, ahli geologi, polisi, dan ahli-ahli lainnya.

d. Buku

Buku yaitu segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh peserta didik, misalnya buku pelajaran, buku teks, kamus, ensiklopedi, fiksi, dan lain sebagainya.


(46)

31 e. Peristiwa dan Fakta yang sedang Terjadi

Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi misalnya peristiwa kerusuhan, peristiwa bencana, dan peristiwa lainnya.

Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Yunanto (2005: 24-30) yang mengelompokkan sumber belajar secara garis besar diantaranya sebagai berikut. a. Lingkungan Alam

Sumber belajar yang termasuk dalam kelompok ini merupakan tempat atau alam bebas yang dapat memberikan informasi secara langsung kepada siswa. Misalnya anak dapat belajar langsung mengenai tumbuhan, hewan, tanah, batu, suhu, udara, air sungai, gunung, dan lain sebagainya.

b. Lingkungan Sosial

Sumber belajar ini menekankan tempat hasil karya manusia, dan di dalamnya terdapat aktivitas hunbungan manusia. Misalnya, anak dapat bertemu dengan nelayan (sebagai narasumber) untuk mengetahui cara menangkap ikan.

c. Lingkungan Budaya

Rumah adat, pakaian adat, tarian daerah, lagu daerah, dan peninggalan sejarah yang masih terletak di tempat aslinya maupun yang disimpan di museum dapat dijadikan sebagai sumber belajar.


(47)

32 c. Media

Jenis sumber belajar media dapat berupa kaset, VCD, DVD, acara TV, dan radio yang merupakan sumber belajar berupa audiovisual.

d. Hasil Cetak

Sumber belajar hasil cetak dapat berupa koran, majalah, buku, dan brosur merupakan sumber belajar yang memberikan banyak informasi bagi anak. Misalnya informasi tentang peristiwa tertentu, tempat, iklan, dan data-data yang lain.

e. Realita

Sumber belajar realita merupakan sumber belajar yang benar-benar ada atau nayata, misal kerang-kerangan, batu-batuan, dan bunga yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang memberikan informasi penting demi perkembangan anak.

3. Manfaat Sumber Belajar

Sumber belajar sangat membantu guru dalam menyediakan, memfasilitasi serta menyampaikan materi pelajaran untuk siswa. Rohani (1997: 103) menyebutkan bahwa manfaat sumber belajar diantaranya sebagai berikut.

a. Memberi pengalaman belajar secara langsung dan konkret bagi siswa.

b. Menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi, atau dilihat secara langsung dan konkret, misal denah, sketsa, foto, film, majalah, dan lain sebagainya.


(48)

33

c. Memberi informasi yang akurat dan terbaru, misal peristiwa, berita, buku bacaan dan koran maupun majalah.

d. Memperluas dan menambah cakrawala sajian yang ada di dalam kelas, contoh film, foto, narasumber majalah, buku teks.

e. Memberi motivasi yang positif bagi siswa

f. Merangsang siswa untuk berpikir kritis, bersikap, dan berkembang lebih lanjut.

4. Ciri-Ciri Sumber Belajar

Sumber belajar yang baik tentu memiliki ciri-ciri tertentu. Menurut Musfiqon (2012: 131), secara garis besar sumber belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

a. Sumber belajar harus memberikan kekuatan dalam proses belajar mengajar, sehingga tujuan instruksional dapat tercapai.

b. Sumber belajar harus mempunyai nilai-nilai instruksional edukatif, yaitu dapat mengubah dan membawa perubahan yang sempurna terhadap tingkah laku sesuai dengan tujuan yang ada.

c. Adanya klasifikasi sumber belajar, maka sumber belajar yang dimanfaatkan mempunyai ciri-ciri; 1) tidak terorganisasi dan tidak sistematis baik dalam bentuk maupun isi, 2) tidak mempunyai tujuan pembelajaran yang eksplisit, 3) hanya dipergunakan untuk keadaan dan tujuan tertentu atau secara insidental, dan 4) dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan pembelajaran.


(49)

34

d. Sumber belajar yang dirancang (resouces by designed) mempunyai ciri-ciri yang spesifik sesuai dengan tersedianya media.

e. Sumber belajar dapat dipergunakan secara sendiri-sendiri (terpisah), tetapi juga dapat dipergunakan secara kombinasi (gabungan).

f. Sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sumber belajar yang dirancang (by designed), dan sumber belajar yang tinggal pakai/jadi (by utilization). Sumber belajar yang dirancang adalah sesuatu yang memang dari semula dirancang untuk keperluan belajar, sedangkan sumber belajar yang tinggal pakai/jadi adalah sesuatu yang pada mulanya tidak dimaksudkan untuk kepentingan belajar, tetapi kemudian dimanfaatkan untuk kepentingan belajar. Sumber belajar by designed adalah sumber belajar yang keberadaannya dihasilkan dari penemuan dan diproduksi oleh pembelajaran, baik guru maupun siswa. Contohnya, internet pembelajaran merupakan sumber belajar yang didesain untuk mempermudah proses pembelajaran. Sedangkan sumber belajar by utilization adalah sumber belajar yang keberadaannya tanpa melalui produksi manusia dan sudah ada sejak awal. Sumber belajar ini biasanya berupa lingkungan dan kondisi alam.

D. Kajian Lingkungan 1. Pengertian Lingkungan

Lingkungan adalah daerah (kawasan) yang termasuk di dalamnya. Teori ini diperkuat oleh Darsono (Sumadi, 2007: 111) yang mengatakan bahwa lingkungan


(50)

35

adalah “semua benda dan kondisi termasuk di dalamnya manusia dan aktivitasnya,

yang terdapat dalam ruang di mana manusia berada dan mempengaruhi

kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya”.

Sedangkan, menurut Suleman, dkk (Uno & Mohamad 2011: 137) mendefinisikan bahwa lingkungan merupakan suatu keadaan di sekitar kita yang terbagi menjadi dua jenis, yaitu lingkungan alam dan lingkungan buatan.

Lingkungan menurut Hamalik (2011: 195) adalah “sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna dan/atau pengaruh tertentu pada individu”. Teori ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Mariyana, dkk (2010: 16) menyatakan bahwa lingkungan dapat diartikan sebagai suatu tempat atau suasana (keadaan) yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu begitu sebaliknya individu memberikan respon terhadap lingkungan. Proses interaksi tersebut membuat individu mengalami perubahan berupa tingkah laku. Interaksi individu dengan lingkungan akan membantu dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang lebih bermakna.

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar yang menimbulkan pegetahuan dan pengalaman yang bermakna serta dapat mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung.


(51)

36 2. Fungsi Lingkungan

Lingkungan pembelajaran mempunyai berbagai macam fungsi. Tirtahardja, (2010: 169) mengemukakan bahwa secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya (fisik, sosial, budaya), utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat tercapai tujuan pendidikan yang optimal. Fungsi lingkungan dalam bidang pendidikan merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk pencapaian hasil pembelajaran yang berkualitas. Apabila dalam suatu proses pembelajaran guru memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, maka diharapkan peserta didik akan lebih mudah dalam memahami materi yang diajarkan. Selain itu, peserta didik juga akan mendapatkan wawasan dan pengetahuan yang lebih bermakna sebab peserta didik dihadapkan dengan keadaan dan situasi yang sebenarnya (konkret).

Sedangkan menurut Hamalik (2011: 196) suatu lingkungan pendidikan memiliki fungsi sebagai berikut.

a. Fungsi Psikologis

Stimulus berasal dari lingkungan yang merupakan rangsangan terhadap individu sehingga muncul respon yang menunjukkan tingkah laku tertentu. Respon tersebut sewaktu-waktu dapat menjadi stimulus baru yang menimbulkan respon baru, demikian seterusnya. Artinya, lingkungan mengandung suatu makna dan melaksanakan fungsi psikologis tertentu.


(52)

37 b. Fungsi Pedagogis

Lingkungan memberikan pengaruh yang bersifat mendidik, khususnya lingkungan yang sengaja disiapkan sebagai suatu lembaga pendidikan. Misalnya keluarga, sekolah, lembaga pelatihan, dan lembaga-lembaga sosial. Masing-masing lembaga tersebut memiliki program pendidikan, baik tertulis maupun yang tidak tertulis.

c. Fungsi Instruksional

Program instruksional merupakan suatu lingkungan pembelajaran yang dirancang secara khusus. Guru, materi pelajaran, sarana dan prasarana, media pembelajaran, dan kondisi lingkungan kelas merupakan lingkungan yang sengaja dikembangkan untuk mengembangkan tingkah laku siswa.

3. Jenis Lingkungan Belajar

Belajar dengan memanfaatkan lingkungan memungkinkan siswa menemukan hubungan yang sangat bermakna antara ide-ide abstrak dan penerapan dalam dunia nyata. Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar akan menimbulkan terjadinya proses interaksi, seperti interaksi siswa dengan makhluk hidup lain maupun benda-benda yang ada di sekitarnya. Jenis lingkungan sumber belajar menurut Hamalik (2011: 196), diantaranya sebagai berikut.

a. Lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat baik kelompok besar maupun kelompok kecil.


(53)

38

b. Lingkungan personal meliputi individu sebagai pribadi berpengaruh terhadap individu lainnya.

c. Lingkungan alam (fisik) meliputi sumber daya alam yang dapat diberdayakan sebagai sumber belajar.

d. Lingkungan kultural mencakup hasil budaya dan teknologi yang dapat dijadikan sumber belajar dan dapat menjadi faktor pendukung pengajaran. Dalam konteks ini termasuk sistem nilai, norma, dan adat kebiasaan.

Sedangkan menurut Saroni (2006: 82-83), lingkungan belajar dapat berupa lingkungan fisik dan lingkungan nonfisik/lingkungan sosial. Lingkungan fisik merupakan lingkungan yang memberikan peluang gerak dan segala aspek yang berhubungan dengan upaya penyegaran pikiran bagi siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Lingkungan fisik meliputi sarana prasarana pembelajaran yang dimiliki oleh sekolah, seperti lampu, bangku, meja, ventilasi, dan lain sebagainya. Lingkungan fisik dapat difungsikan sebagai sumber dan tempat belajar yang direncanakan atau dimanfaatkan, yang termasuk lingkungan fisik tersebut diantaranya adalah kelas, laboratorium, tata ruang, dan situasi yang ada di sekitar kelas. Sedangkan lingkungan non fisik/lingkungan sosial dapat berhubungan dengan pola interaksi antarpersonil yang ada di lingkungan sekolah. Lingkungan sosial yang baik dapat memungkinkan timbulnya interaksi yang baik antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, guru dengan guru, dan antara guru dengan karyawan. Kondisi pembelajaran yang kondusif dapat tercapai apabila interaksi sosial ini berlangsung


(54)

39

baik. Contoh lingkungan sosial yang kondusif adalah keakraban antara guru dan siswa. Selanjutnya lingkungan sosial dapat dikembangkan fungsinya untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman dan kondusif.

Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Sudjana & Rivai (2013: 212-214), yang menyatakan bahwa dari semua lingkungan masyarakat yang dapat digunakan dalam proses pendidikan dan pengajaran secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga macam, penjelasannya sebagai berikut.

a. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial sebagai sumber belajar berkenaan dengan interaksi manusia dengan kehidupan bermasyarakat. Contoh lingkungan sosial yang sering dijumpai, yaitu organisasi sosial, adat dan kebiasaan, mata pencaharian, kebudayaan, pendidikan, kependudukan, struktur pemerintahan, agama, dan sistem nilai. Lingkungan sosial tepat digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan.

Lingkungan sosial yang terdapat di sekitar SD Negeri Panggang Sedayu berupa lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Siswa dapat mempelajari tentang peran masing-masing anggota keluarga dan aktivitas yang sering terjadi di dalam keluarga dari lingkungan keluarga. Sedangkan dalam lingkungan masyarakat, siswa dapat belajar mengenai struktur pemerintahan desa, kegiatan masyarakat, adat istiadat, dan jenis mata pencaharian.


(55)

40 b. Lingkungan Alam

Lingkungan alam berkenaan dengan segala sesuatu yang bersifat alamiah seperti keadaan geografis, iklim, suhu udara, musim, tumbuhan, hewan, sumber daya alam, dan lain sebagainya. Lingkungan alam tepat digunakan untuk bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam. Saat pembelajaran siswa dapat mengamati dan mencatatnya secara pasti, dapat mengamati perubahan-perubahan yang terjadi termasuk prosesnya. Gejala lain yang dapat diamati adalah kerusakan lingkungan dan faktor penyebabnya seperti erosi, penggundulan hutan, pencemaran air, tanah, udara, dan lain sebagainya. Setelah mempelajari lingkungan alam, diharapkan siswa dapat lebih memahami materi pelajaran, tumbuh rasa cinta terhadap alam, sadar untuk menjaga dan memelihara lingkungan beserta sumber daya alam, dan turut serta dalam menanggulangi kerusakan dan pencemaran lingkungan.

c. Lingkungan Buatan

Lingkungan buatan yaitu lingkungan yang sengaja diciptakan atau dibangun oleh manusia untuk tujan tertentu dan bermanfaat bagi manusia. Yang termasuk lingkungan buatan, antara lain irigasi atau pengairan, sawah, waduk, bendungan, taman, museum, dan kebun binatang, maupun ruangan kelas yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memfasilitasi kegiatan pembelajaran siswa.


(56)

41

E. Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar IPA

1. Pengertian Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar IPA

Kata pemanfaatan berasal dari kata dasar “manfaat” yang berarti guna, faedah. Adapun pengertian pemanfaatan menurut Kamus Besar Bahas Indonesia adalah proses, cara, perbuatan memanfaatkan. Jadi, pemanfaatan merupakan proses atau cara dalam memperoleh manfaat dari suatu hal.

Pemanfaatan lingkungan alam sebagai sumber belajar merupakan segala apa yang ada di alam (biotik atau abiotik) dan bisa mendukung serta bisa dimanfaatkan untuk kegiatan pengajaran itu sendiri yang dapat difungsikan sebagai “sumber

pengajaran” atau “sumber belajar”. Bukan hanya guru, buku, dan bahan pelajaran yang menjadi sumber belajar, apa yang dipelajari peserta didik tidak hanya terbatas pada apa yang disampaikan guru dan apa yang ada dalam buku cetak. Lingkungan alam merupakan sumber belajar yang mudah dipelajari oleh siswa, karena gejala-gejala alam sifatnya relatif tetap tidak seperti lingkungan sosial yang sering terjadi perubahan.

Sharp (Barlia, 2006: 10) mengemukakan bahwa tidak akan pernah ada suatu sekolah pun yang terlalu sempit, miskin, kekurangan alat-alat, atau bahan untuk bisa memulai suatu kegiatan belajar mengajar. Proses pembelajaran dan eksplorasi dapat dilakukan di luar gedung sekolah sepanjang transportasi mengijinkan. Tidak ada satu sekolah ataupun universitas yang terlalu lengkap dan sangat maju di dalam hal proses belajar mengajar tanpa ditunjang dengan eksplorasi ke lingkungan alam sekitar.


(57)

42

Pembelajaran melalui pemanfaatan lingkungan alam sebagai sumber belajar memungkinkan siswa untuk dapat melihat (seeing), berbuat sesuatu (doing), melibatkan diri dalam proses belajar (undergoing), serta mengalami secara langsung (experiencing) terhadap hal-hal yang dipelajari. Kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna dan bernilai, sebab para siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya. Pembelajaran lebih nyata, lebih faktual, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan. Seperti yang diungkapkan oleh Bruner (Sugihartono, dkk, 2013: 111) bahwa belajar adalah proses yang bersifat aktif. Terkait dengan ide Discovery Learning yaitu siswa berinteraksi dengan lingkungan melalui eksplorasi dan manipulasi objek, membuat pertanyaan dan menyelenggarakan eksperimen.

Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan dengan memanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran IPA, yaitu guru dapat membawa kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan di dalam kelas ke alam terbuka, contoh dalam hal ini lingkungan. Memanfaatkan lingkungan sekitar dengan membawa siswa untuk mengamati lingkungan akan menambah keseimbangan dalam kegiatan belajar. Artinya, belajar tidak hanya dapat dilakukan di dalam kelas, akan tetapi belajar juga dapat dilakukan di luar kelas (alam terbuka). Uraian di atas sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Samatowa (Uno & Mohamad, 2011: 137) mengatakan bahwa pemanfaatan lingkungan dapat dilakukan di luar kelas (out door education) dengan memanfaatkan lingkungan sebagai laboratorium alam.


(58)

43

Lingkungan sebagai sumber pembelajaran adalah segala kondisi di luar diri siswa dan guru baik berupa fisik maupun nonfisik yang dapat menjadi perantara agar pesan pembelajaran tersampaikan kepada siswa secara optimal. Sehingga setiap lingkungan yang secara sengaja digunakan dalam proses pembelajaran bisa disebut sebagai sumber pembelajaran (Musfiqon, 2012: 133). Pemanfaatan lingkungan pada mata pelajaran IPA dapat mengarahkan siswa pada peristiwa atau keadaan sebenarnya sehingga sumber belajar lebih nyata, aktual, dan sesuai fakta. Pemanfaatan lingkungan dalam kegiatan pembelajaran juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, keterampilan sosial, budaya, motivasi belajar, dan perkembangan emosional serta intelektual anak. Uraian tersebut sesuai dengan teori Iskandar (Uno & Mohamad, 2011: 137) yang menyatakan bangkitnya motivasi belajar intrinsik siswa sangat dipengaruhi oleh motivasi ekstrinsik, yaitu behavior (lingkungan).

Lingkungan yang berada di sekitar kita baik di sekolah maupun di luar sekolah dapat dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran. Menurut Musfiqon (2012: 132), lingkungan yang dikategorisasikan dapat menjadi sumber pembelajaran diantaranya sebagai berikut:

a. masyarakat di sekeliling sekolah, b. lingkungan fisik di sekitar sekolah,

c. bahan-bahan yang tersisa atau tidak terpakai dan bahan-bahan bekas yang bila diolah dapat dimanfaatkan sebagai sumber dan media dalam pembelajaran,


(59)

44

seperti; tutup botol, batu-batuan, kerang, kaleng bekas, bahan yang tersisa dari kayu, dan

d. peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.

2. Prinsip-Prinsip Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar pada Mata Pelajaran IPA

Menurut Sagala (2010: 180), beberapa prinsip pengajaran dengan alam sekitar yaitu: a. Pengajaran alam sekitar itu, guru dapat memperagakan secara langsung sesuai

dengan sifat-sifat atau dasar-dasar pengajaran.

b. Pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya agar anak aktif atau giat tidak hanya duduk, dengar, catat saja.

c. Pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan pengajaran totalitas, yaitu suatu bentuk dengan ciri-ciri: (1) suatu pengajaran yang tidak mengenai pembagian mata pengajaran dalam daftar pengajaran, tetapi guru memahami tujuan pengajaran dan mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuan, (2) suatu pengajaran yang menarik minat, karena segala sesuatu dipusatkan atas suatu bahan pengajaran yang menarik perhatian anak dan diambilkan dari alam sekitar, dan (3) suatu pengajaran yang memungkinkan segala bahan pengajaran itu berhubung-hubungan satu sama lain seerat-eratnya secara teratur.

d. Pengajaran alam sekitar memberi kepada anak bahan persepsi intelektual yang kukuh dan tidak verbalitas.

e. Pengajaran alam sekitar memberi apersepsi emosional, karena alam sekitar memiliki ikatan emosional dengan anak.

Dari pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan alam merupakan sumber belajar yang memenuhi hampir semua kriteria dalam pemilihan sumber belajar, yaitu praktis, ekonomis, mudah diperoleh, sederhana, fleksibel, dan komponenya sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar memberikan manfaat baik dari segi motivasi,


(60)

45

tingkat pemahaman siswa terhadap materi, keaktifan siswa dalam kegiatan belajar, kekayaan informasi yang didapat, serta tidak kalah penting yaitu akan menimbulkan rasa kecintaan dan kepedulian siswa terhadap lingkungan sekitar.

3. Kelebihan Memanfaatkan Lingkungan sebagai Sumber Belajar pada Mata Pelajaran IPA

Pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar IPA dapat menumbuhkan motivasi dan inspirasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga mampu meningkatakan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran dapat membuat pengetahuan yang diperoleh siswa menjadi lebih tahan lama karena siswa dihadapkan dengan keadaan secara langsung sehingga membuat pembelajaran yang lebih bermakna. Beberapa kelebihan yang diperoleh dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar menurut Uno & Mohamad (2011: 146-147) diantaranya sebagai berikut.

a. Peserta didik dibawa langsung ke dunia yang konkret tentang penanaman konsep pembelajaran, sehingga peserta didik tidak hanya mengkhayal atau membayangkan materi.

b. Lingkungan dapat digunakan setiap saat, kapan pun dan di mana pun sehingga tersedia setiap saat, tetapi tergantung dari jenis materi yang sedang diajarkan. c. Konsep pembelajaran dengan menggunakan lingkungan tidak membutuhkan


(61)

46

d. Pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan mudah dicerna oleh peserta didik karena peserta didik disajikan materi yang sifatnya konkret bukan abstrak. e. Motivasi belajar peserta didik akan lebih bertamabah karena peserta didik

mengalami suasana belajar yang berbeda dari biasanya. f. Membuka peluang kepada peserta didik untuk berimajinasi.

g. Peserta didik akan lebih leluasa dalam berpikir dan cenderung untuk memikirkan materi yang diajarkan karena materi yang diajarkan telah tersaji di depan mata (konkret).

4. Langkah-Langkah Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar IPA

Menurut Sudjana & Rivai (2013: 214-217), menyebutkan ada tiga langkah yang harus ditempuh dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, diantaranya sebagai berikut.

1) Langkah Perencanaan

Hal yang perlu dilakukan sebelum memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, yaitu:

1) menentukan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa berkaitan dengan penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar,

2) menentukan objek yang akan dipelajari atau dikunjungi dengan memperhatikan keterkaitannya dengan tujuan pembelajaran dan kemudahan dalam menggunakan atau mencapai lingkungan, seperti jaraknya tidak terlalu jauh,


(62)

47

tidak memerlukan waktu yang lama, biaya murah, keamanan, tersedia sumber belajar yang bisa dipelajari,

3) menentukan cara belajar atau bentuk kegiatan yang harus dilakukan siswa selama mempelajari lingkungan, seperti mencatat, mengamati, melakukan wawancara, membuat laporan, dan

4) menyiapkan hal-hal teknis, seperti tata tertib, perizinan untuk mengadakan kegiatan, perlengkapan, instrumen yang akan digunakan.

2) Langkah Pelaksanaan

Langkah pelaksanaan yaitu melakukan berbagai kegiatan belajar di tempat tujuan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Langkah pelaksanaan merupakan kegiatan inti dari sebuah kegiatan pembelajaran. Kegiatan belajar siswa dilakukan dengan cara mencatat penjelasan yang diberikan oleh guru, mengamati objek yang akan dipelajari, bertanya kepada guru apabila masih ada hal-hal yang masih belum dipahami, melakukan praktik, dan wawancara.

3) Langkah Tindak Lanjut

Langkah ini berupa kegiatan yang dilakukan di dalam kelas untuk membahas dan mendiskusikan hasil yang telah diperoleh. Guru juga meminta kesan-kesan yang diperoleh siswa dari kegiatan belajar di lingkungan sekaligus menyimpulkan materi. Tugas lanjutan yang diberikan dapat berupa pekerjaan rumah, misal menyusun laporan, membuat karangan, dan membuat pertanyaan.


(63)

48 F. Karakteristik Siswa Kelas III

Kelas III SD masih dikategorikan dalam masa usia kelas rendah yang berkisar antara 6-8 tahun yaitu kelas I-III. Menurut Izzaty, dkk (2013: 115) menyebutkan bahwa masa-masa kelas rendah siswa memiliki ciri-ciri khas diantatanya sebagai berikut.

1. Adanya hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah. 2. Suka memuji diri sendiri.

3. Jika tidak dapat menyelasaikan suatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting.

4. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain, jika itu dirasakan menguntungkan untuk meremehkan anak yang lain.

5. Kemampuan untuk mengingat dan berbahasa berkembang sangat cepat dan mengagumkan.

6. Hal yang bersifat konkret lebih mudah dipahami daripada yang abstrak.

7. Kehidupan adalah bermain. Sehingga pada usia ini, anak belum bisa membedakan dengan jelas antara bermain dan belajar.

G. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian dari Kunthi Hidayati yang menjelaskan bahwa pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dapat meningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA yang dilaksanakan diluar kelas (outdoor activity) dengan pembagian kelompok dan


(64)

49

memberikan kebebasan kepada siswa dalam mengeksplorasi lingkungan sekitarnya. Penelitian relevan lain yang sesuai dengan penelitian ini yaitu penelitian milik Dwi Sumiyati yang menyatakan bahwa dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar keterampilan proses dan hasil belajar siswa kelaa IV mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut terjadi dikarenakan dalam pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, siswa aktif dalam pembelajaran dan tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, namun siswa juga melakukan pengamatan, sehingga pemahaman konsep siswa lebih mendalam.

Selain kedua jurnal di atas, ada juga penelitian yang sejalan dengan penelitian ini, yaitu penelitian Wuri Wuryandani (2013) yang menunjukkan bahwa salah satu sumber belajar yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran PKn di sekolah dasar adalah lingkungan. Lingkungan yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran PKn di sekolah dasar, meliputi lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Kunthi Hidayati, Dwi Sumiyati, dan Wuri Wuryandani dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar di sekolah dasar. Sedangkan perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Kunthi Hidayati dan Dwi Sumiyati dengan penelitian ini adalah objek yang diteliti berbeda. Penelitian Kunthi meneliti peningkatan keaktifan siswa di kelas IV SD 1 Cepokojajar Kabupaten Bantul. Sedangkan penelitian Dwi Sumiyati meneliti peningkatan keterampilan proses dan


(65)

50

hasil belajar siswa kelas IV SD N Balangan II . Sedangkan penelitian ini meneliti pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dalam mata pelajaran IPA di kelas IIIB SD Negeri Panggang, Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Terakhir, perbedaan antara penelitian dari Wuri Wuryandani dengan penelitian yang akan dilaksanakan adalah pada mata pelajaran, kelas, dan lokasi yang berbeda.

H. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengajukan beberapa pertanyaan penelitian, diantaranya sebagai berikut.

1. Apakah SD Negeri Panggang Sedayu, Bantul, Yogyakarta memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran IPA?

2. Apa saja jenis lingkungan yang dimanfaatkan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran IPA di kelas IIIB SD Negeri Panggang, Sedayu, Bantul, Yogyakarta? 3. Bagaimana proses pembelajaran IPA dengan memanfaatkan lingkungan sebagai

sumber belajar?

4. Sejauh mana keuntungan yang diperoleh oleh siswa selama guru memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran IPA?

5. Apa saja kendala yang muncul dalam pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran IPA?


(66)

51 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian merupakan keseluruhan cara yang digunakan dalam melakukan penelitian, mulai perumusan masalah sampai penarikan kesimpulan. Pendekatan penelitian yang berjudul “Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar pada Mata Pelajaran IPA Kelas IIIB SD Negeri Panggang Sedayu, Kabupaten Bantul” menggunakan metode penelitian kualitatif. Sugiyono (2011: 9) menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Hal itu sejalan dengan pendapat Satori & Komariah (2011: 25), bahwa penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, disusun menggunakan kata-kata yang berdasarkan pada teknik pengumpulan, dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi alamiah.

Penelitian kualitatif ini digunakan untuk mendapatkan data yang lebih mendalam dan lebih bermakna. Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini tidak berkenaan dengan angka, melainkan berkenaan dengan mendeskripsikan,


(1)

225

Gambar 5. Wawancara dengan guru IIIB Gambar 6. Wawancara dengan siswa IIIB

Gambar 7. Siswa melakukan percobaan Hujan Buatan

Gambar 8. Siswa bermain game estafet di

dalam kelas

Gambar 9. Siswa mengamati keadaan cuaca di halaman sekolah

Gambar 10. Guru membimbing siswa ketika melakukan percobaan


(2)

226 Gambar 11. Guru memberikan bimbingan kepada siswa yang masih belum memahami materi maupun tugas yang diberikan

Gambar 12. Guru mendampingi siswa ketika belajar di lingkungan sekitar sekolah

Gambar 13. Guru memberikan penjelasan ulang terkait dengan materi yang dipelajari di luar kelas

Gambar 14. Tiap kelompok memprensentasikan hasil


(3)

227

Lampiran 16. Surat Keterangan Melakukan Penelitian


(4)

(5)

(6)