4. Cluster Sampling
Dalam banyak kejadian, populasi berada dalam keadaan seperti terkotak-kotak menunjukkan karakteristik yang berbeda. Misalnya suatu wilayah dihuni oleh
penduduk yang bersifat multi-kultur. Masing-masing kultur tentu memperlihatkan cirinya sendiri dan akan sulit hidup bersama kecuali mengadopsi toleransi
terhadap perbedaan. Ada kultur yang peka terhadap peluang ekonomi sehingga setiap kesempatan bisnis yang terbaca oleh sub-group ini langsung ditindaklanjuti
dengan menerima semua risiko pengorbanan. Ada pula kultur yang sangat relatif religius sehingga tida terlalu peka terhadap peluang bisnis tetapi peka dengan nilai
ketuhanan, dan seterusnya. Jika penelitian tentang perilaku masyarakat terhadap partisiapasi dalam pembangunan dilakukan di wilayah yang multi-kultur ini
dengan populasi adalah seluruh penduduk yang sudah berumur 15 tahun maka metode cluster sampling sangat tepat digunakan.
5. Area Sampling
Area sampling sangat mirip bahkan sering digabung dalam cluster sampling. Dalam area sampling, cluster dari populasi adalah perbedaan lokasi
geografis dari populasi. Misalnya, populasi berada dalam lokasi yang berbeda karakteristiknya. Misalnya, populasi berada di daerah perkotaan, daerah pantai,
pegunungan, pedalaman dan lain-lain. Seperti halnya dengan cluster sampling, area sampling juga dilakukan dengan cara memilih secara random area investigasi
dan pada area terpilih dilakukan pengambilan sampel dengan menggunakan salah satu metode simple random sampling, sytematic sampling, atau stratified random
sampling, sesuai dengan kondisinya. Juga dalam area sampling dapat dilakukan multi-stage sampling kalau perlu dilakukan.
3.4.3 Non-Probability Sampling
Berbeda halnya dengan probability sampling, pada non-probability sampling, setiap elemen populasi yang akan ditarik menjadi anggota sampel tidak
berdasarkan pada probabilitas yang melekat pada setiap elemen tetapi berdasarkan karakteristik khusus masing-masing elemen. Hal ini mengidikasikan bahwa
temuan-temuan dari analisis terhadap sampel terpilih tidak dimaksudkan untuk generalisasi tetapi untuk mendapatkan informasi awal yang cepat dengan cara
murah. Beberapa model dari metode sampling yang non-probabilistik ini adalah convinience sampling dan purposive sampling.
1. Convinience Sampling
Seoperti disebutkan oleh namanya, convinience sampling adalah suatu metode sampling dimana para respondennya adalah orang-orang yang secara sukarela
menawarkan diri conviniencely avaiable dengan alasan masing-masing. Misalnya, suatu perusahaan industri makanan seperti makanan dalam kemasan
kaleng ingin mendapatkan informasi tentang bagaimana pandangan konsumen terhadap mutu produk yang dihasilkan. Untuk itu, perusahaan membawa produk-
produk tersebut ke pasar dan menawarkan kepada siapa saja yang bersedia mencicipi dan memberikan informasi tentang mutu produk tersebut menurut
penilaian masing-masing.
2. Purposive Sampling
Purposive sampling adalah metode sampling non-probability yang menggunakan orang-orang tertentu specific target-group sebagai sumber
datainformasi. Orang-orang tertentu yang dimaksud disini adalah individu atau kelompok yang karena pengetahuan, pengalaman, jabatan dan lain-lain yang
dimilikinya menjadikan individu atau kelompok tersebut perlu dijadikan sumber informasi. Individu atau kelompok khusus ini langsung dicatat namanya sebagai
reponden tanpa melalui proses seleksi secara random. Purposive sampling dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu judgement
sampling dan quota sampling. Judgement sampling adalah tipe pertama dari purposive sampling, responden terlebih dahulu dipilih berdasarkan pertimbangan
tertentu misalnya karena kemampuannya atau kelebihannya diantara orang-orang lain dalam memberikan data dan informasi yang bersifat khusus yang dibutuhkan
peneliti. Quota Sampling adalah tipe kedua purposive sampling dimana kelompok-
kelompok tertentu dijadikan reponden sumber datainformasi untuk memenuhi kuota yang telah ditetapkan. Pada umumnya, sejak awal penelitian kuota telah
ditetapkan untuk masing-masing kelompok berdasarkan gambaran persentaseproporsi kelompok dalam populasi.
3.5 Validitas Data
Validitas data ialah suatu ukuran yang mengacu kepada derajat kesesuaian antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data. Data yang
valid akan diperoleh apabila instrumen pengumpulan data juga valid. Beberapa literatur membedakan validitas instrumen atas dua tipe yaitu validitas internal dan
validitas eksternal. Validitas internal berkenaan dengan derajat keakurasian rancangan penelitian. Rancangan penelitian yang baik termasuk rancangan
pengumpulan data akan dapat mengidentifikasi sumber data yang tepat dan alatinstrumen pengumpulan data yang juga tepat. Validitas eksternal berkenaan
dengan derajat akurasi hasil penelitian jika dilakukan generalisasi dan diterapkan pada populasi dari mana data penelitian diambil. Salah satu cara yang umum yang
digunakan untuk menguji validitas instrumen ialah melalui analisis korelasi correlational analysis. Analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan rumus
Korelasi Product Moment yang dikembangkan oleh Pearson, yaitu sebagai berikut :
2 2
2 2
Y Y
N X
X N
Y X
X N
r
Dimana, r = koefisien korelasi antara X dan Y
X = skor variabel independen X Y = skor variabel independen Y
3.6 Reliabilitas Data
Reliabilitas sebuah alat ukur berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data yang dihasilkan dari proses pengumpulan data dengan
menggunakan instrumen tersebut. Ada dua ukuran yang umum digunakan untuk
mengetahui derajat reliabilitas atau kehandalan instrumen pengumpulan data, yaitu stabilitas instrumen dan konsistensi internal instrumen. Stabilitas instrumen
adalah suatu ukuran yang menunjukkan derajat kestabilan instrumen terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan instrumen tersebut. Artinya jika instrumen
tersebut digunakan dalam pengukuran variabel yang sama dalam waktu yang berbeda dan memberikan hasil yang sama makan dikatakan stabilitas instrumen
tersebut cukup baik. Konsistensi internal instrumen memberikan indikasi homogenitas item dalam pengukuran dalam arti seberapa jauh instrumen tersebut
menjadikan item-item yang diukur secara bersama-sama menjadi sebuah set dan secara independen menjadi bagian yang berarti terhadap keseluruhan.
Pengujian reliabilitas pada umumnya dikenakan untuk pengujian stabilitas instrumen dan konsistensi internal instrumen. Pengujian terhadap kedua
karakteristik dari instrumen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa metode. Untuk pengujian stabilitas instrumen terdapat dua macam uji yaitu test-retest
reliability dan parallel-form reliability. Pengukuran konsistensi internal instrumen
pengumpulan data dapat dilakukan dengan dua cara yaitu interitem consistency reliability
dan split-half reliability. Salah satu alat test yang sering digunakan dalam pengujian konsistensi internal instrumen ialah Koefisien Alpha Cronbach.
Koefisien Alpha Cronbach digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen yang pertanyaannya menggunakan skor dalam rentangan tertentu. Rumus yang
digunakan dalam menghitung koefisien tersebut ialah :
2 2
1 1
t b
k k
r