Optimasi Laju Alir Fase Gerak

membran penyaring nitrat selulosa 0,2 µm dan diawaudarakandisonikasi selama 30 menit dan larutan asam asetat 1 dalam metanol setelah dicampur kemudian disaring melalui membran penyaring politetraflouroetilen Berdasarkan data yang diperoleh, maka jenis campuran fase gerak yang dipilih adalah larutan asam format 0,1 dalam air destilasi ganda yang telah dimurnikan setelah dicampur kemudian disaring melalui membran penyaring PTFE 0,5 µm dan diawaudarakandisonikasi selama 30 menit dengan perbandingan fase gerak 10:90, 30:70, 50:50, 70:30 dan 90:10 dapat dilihat pada Lampiran 13, halaman 144. nitrat selulosa 0,2 µm dan diawaudarakandisonikasi selama 30 menit sebagai fase gerak A dan larutan asam format 0,1 dalam metanol setelah dicampur kemudian disaring melalui membran penyaring politetraflouroetilen PTFE 0,5 µm dan diawaudarakandisonikasi selama 30 menit sebagai fase gerak B. Sedangkan perbandingan fase gerak yang digunakan adalah sistem elusi gradien, dimana pada awalnya sistem dijalankan pada perbandingan fase gerak 90:10 hingga isoniazid dan pirazinamid terelusi dan memisah kemudian diubah menjadi perbandingan fase gerak 30:70 dan dipertahankan hingga rifampisin terelusi.

4.2.2 Optimasi Laju Alir Fase Gerak

Laju alir fase gerak 0,3 mLmenit, pada perbandingan fase gerak 90:10 diketahui bahwa pada menit 4,5 isoniazid dan pirazinamid telah terelusi dan memisah sehingga diubah menjadi perbandingan fase gerak menjadi 30:70 pada menit 4,6 dan dipertahankan hingga rifampisin terelusi hingga menit 15. Universitas Sumatera Utara Perubahan perbandingan fase gerak pada laju alir 0,3 mLmenit dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Perubahan perbandingan fase gerak pada laju alir 0,3 mLmenit. Waktu menit Fase Gerak A Fase Gerak B Elusi 90 10 setimbang 0-4,5 90 10 isokratik 4,5-4,6 90 →30 10 →70 gradien linear 4,6-15 30 70 isokratik Laju alir 0,3 mLmenit memberikan resolusi pemisahan dan selektivitas pemisahan isoniazid dan pirazinamid adalah sebesar 4,65 dan 1,97, resolusi pemisahan dan selektivitas pemisahan pirazinamid dan rifampisin adalah sebesar 24,97 dan 4,09. Lempeng teoritikal untuk rifampisin adalah sebesar 19252, lempeng teoritikal untuk isoniazid adalah sebesar 610, lempeng teoritikal untuk pirazinamid adalah sebesar 961. Faktor ikutan untuk rifampisin adalah sebesar 1,722, faktor ikutan untuk isoniazid adalah sebesar 1,582, faktor ikutan untuk pirazinamid adalah sebesar 1,906. Laju alir Fase Gerak 0,5 mLmenit, pada perbandingan fase gerak 90:10 diketahui bahwa pada menit 3 isoniazid dan pirazinamid telah terelusi dan memisah sehingga diubah menjadi perbandingan fase gerak menjadi 30:70 pada menit 3,1 dan dipertahankan hingga rifampisin terelusi hingga menit 10. Perubahan perbandingan fase gerak pada laju alir 0,5 mLmenit dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8. Perubahan perbandingan fase gerak pada laju alir 0,5 mLmenit. Waktu menit Fase Gerak A Fase Gerak B Elusi 90 10 setimbang 0-3 90 10 isokratik 3-3,1 90 →30 10 →70 gradien linear 3,1-10 30 70 isokratik Universitas Sumatera Utara Laju alir 0,5 mLmenit memberikan resolusi pemisahan dan selektivitas pemisahan isoniazid dan pirazinamid adalah sebesar 4,52 dan 1,99, resolusi pemisahan dan selektivitas pemisahan pirazinamid dan rifampisin adalah sebesar 23,11 dan 4,17. Lempeng teoritikal untuk rifampisin adalah sebesar 13883, lempeng teoritikal untuk isoniazid adalah sebesar 522, lempeng teoritikal untuk pirazinamid adalah sebesar 910. Faktor ikutan untuk rifampisin adalah sebesar 1,474, faktor ikutan untuk isoniazid adalah sebesar 1,520, faktor ikutan untuk pirazinamid adalah sebesar 1,886. Laju alir fase gerak 0,7 mLmenit, pada perbandingan fase gerak 90:10 diketahui bahwa pada menit 2 isoniazid dan pirazinamid telah terelusi dan memisah sehingga diubah menjadi perbandingan fase gerak menjadi 30:70 pada menit 2,1 dan dipertahankan hingga rifampisin terelusi hingga menit 7. Perubahan perbandingan fase gerak pada laju alir 0,7 mLmenit dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9. Perubahan perbandingan fase gerak pada laju alir 0,7 mLmenit. Waktu menit Fase Gerak A Fase Gerak B Elusi 90 10 setimbang 0-2 90 10 isokratik 2-2,1 90 →30 10 →70 gradien linear 2,1-7 30 70 isokratik Laju alir 0,7 mLmenit memberikan resolusi pemisahan dan selektivitas pemisahan isoniazid dan pirazinamid adalah sebesar 4,04 dan 2,00, resolusi pemisahan dan selektivitas pemisahan pirazinamid dan rifampisin adalah sebesar 21,45 dan 4,09. Lempeng teoritikal untuk rifampisin adalah sebesar 13278, lempeng teoritikal untuk isoniazid adalah sebesar 388, lempeng teoritikal untuk pirazinamid adalah sebesar 751. Faktor ikutan untuk rifampisin adalah sebesar Universitas Sumatera Utara 1,406, faktor ikutan untuk isoniazid adalah sebesar 1,478, faktor ikutan untuk pirazinamid adalah sebesar 1,778. Resolusi pemisahan dari ketiga kondisi laju alir fase gerak 0,3 mLmenit, 0,5 mLmenit dan 0,7 mLmenit yang telah lebih besar dari 1,5 dan menandakan bahwa pemisahan yang terpisah dengan sempurna. Namun pada laju alir fase gerak 0,5 mLmenit memiliki nilai resolusi pemisahan total yang paling optimum, dimana selisih resolusi pemisahan total pada laju alir fase gerak 0,5 mLmenit terhadap resolusi pemisahan total pada laju alir fase gerak 0,3 mLmenit lebih kecil daripada selisih resolusi pemisahan total pada laju alir fase gerak 0,5 mLmenit terhadap resolusi pemisahan total pada laju alir fase gerak 0,7 mLmenit. Selektivitas pemisahan dari ketiga kondisi laju alir fase gerak 0,3 mLmenit, 0,5 mLmenit dan 0,7 mLmenit yang telah lebih besar dari 1 dan menandakan bahwa sistem kromatografi memiliki kemampuan dalam memisahkan atau membedakan analit yang berbeda. Namun pada laju alir fase gerak 0,5 mLmenit memiliki nilai selektivitas pemisahan total yang paling optimum, dimana selektivitas pemisahan total pada laju alir fase gerak 0,5 mLmenit paling besar dibandingkan dengan selektivitas pemisahan total pada laju alir fase gerak 0,3 mLmenit dan selektivitas pemisahan total pada laju alir fase gerak 0,7 mLmenit. Faktor ikutan dari ketiga kondisi laju alir fase gerak 0,3 mLmenit, 0,5 mLmenit dan 0,7 mLmenit memiliki nilai yang hampir berdekatan. Namun pada laju alir fase gerak 0,5 mLmenit memiliki faktor ikutan yang paling optimum, dimana selisih faktor ikutan pada laju alir fase gerak 0,5 mLmenit terhadap faktor Universitas Sumatera Utara ikutan pada laju alir fase gerak 0,7 mLmenit lebih kecil daripada selisih faktor ikutan pada laju alir fase gerak 0,5 mLmenit terhadap faktor ikutan pada laju alir fase gerak 0,3 mLmenit. Waktu analisis dan lempeng teoritikal dari ketiga kondisi laju alir fase gerak 0,3 mLmenit, 0,5 mLmenit dan 0,7 mLmenit memiliki nilai yang berbeda. Namun pada laju alir fase gerak 0,5 mLmenit memiliki kondisi yang paling optimum, dimana waktu analisis pada laju alir fase gerak 0,5 mLmenit sebesar 10 menit dan lempeng teoritikal yang cukup besar. Waktu analisis pada laju alir fase gerak 0,5 mLmenit yang sebesar 10 menit hanya berbeda 3 menit dengan waktu analisis pada laju alir fase gerak 0,7 mLmenit yang sebesar 7 menit. Tetapi lempeng teoritikal pada laju alir fase gerak 0,5 mLmenit lebih besar dari lempeng teoritikal pada laju alir fase gerak 0,7 mLmenit. Lempeng teoritikal pada laju alir fase gerak 0,3 mLmenit lebih besar dari lempeng teoritikal pada laju alir fase gerak 0,5 mLmenit. Namun waktu analisis pada laju alir fase gerak 0,3 mLmenit yang sebesar 15 menit berbeda 5 menit dengan waktu analisis pada laju alir fase gerak 0,5 mLmenit yang sebesar 10 menit. Berdasarkan data yang diperoleh, maka laju alir fase gerak yang dipilih adalah 0,5 mLmenit. Kromatogram optimasi laju alir fase gerak dapat dilihat pada Lampiran 14, halaman 150.

4.2.3 Optimasi Suhu Oven Kolom