Resolusi R Faktor Ikutan T

Menurut Snyder dan Kirkland tahun 1979, kolom yang efisien adalah kolom yang mampu menghasilkan pita sempit dan memisahkan dengan baik setiap analit dalam campuran sampel. Nilai lempeng akan semakin tinggi jika ukuran kolom semakin panjang, hal ini berarti proses pemisahan yang terjadi semakin baik. Hubungan yang proporsional antara nilai lempeng pengan panjang kolom disebut sebagai tinggi setara dengan lempeng teoritikal Height Equivalent of a Theoritical Plate atau HETP atau H dan dapat dihitung dengan menggunakan rumus: � = � � Tujuan utama dari analisis kromatografi cair kinerja tinggi secara praktik adalah untuk mendapatkan nilai lempeng teoritis yang maksimum, tinggi setara setara dengan lempeng teoritikal yang minimum dan efisiensi kolom yang tertinggi Snyder dan Kirkland, 1979.

2.5.1.3.5 Resolusi R

s Menurut Ornaf dan Dong tahun 2005, Resolusi Rs merupakan derajat pemisahan dari dua puncak analit yang berdekatan. Resolusi dapat didefinisikan sebagai perbedaan waktu tambat antara dua puncak dibagi dengan rata-rata lebar kedua puncak. Oleh karena itu resolusi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut ini: � = � �2 − � �1 � � 2 − � 1 2 � = 2 × � �2 − � �1 � 2 − � 1 = 1,18 × � �2 − � �1 � 1 22 − � 1 22 Pemisahan yang terpisah dengan sempurna telah dapat terlihat bila resolusi setara dengan 1. Akan tetapi, pada analisis kuantitatif, resolusi yang ditunjukkan Universitas Sumatera Utara harus lebih besar dari 1,5. Sementara itu, bila kedua puncak yang berdekatan memiliki perbedaan ukuran yang signifikan, maka diperlukan nilai resolusi yang lebih besar Meyer, 2004.

2.5.1.3.6 Faktor Ikutan T

f dan Faktor Asimetri A s Idealnya, puncak kromatogram akan memperlihatkan bentuk Gaussian dengan derajat simetris yang sempurna Ornaf dan Dong, 2005. Namun kenyataannya, puncak yang simetris secara sempurna jarang dijumpai bentuk Gaussian seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.8. Jika diperhatikan secara cermat, maka hampir setiap puncak dalam kromatografi memperlihatkan tailing Dolan, 2003. Pada Gambar 2.8, ditunjukkan tiga jenis bentuk puncak. Gambar 2.8. Bentuk puncak kromatogram Meyer, 2004. Pengukuran derajat asimetris puncak dapat dihitung dengan 2 cara, yakni: faktor ikutan atau tailing factor T f dan faktor asimetris. Faktor ikutan atau tailing factor T f seperti yang diterangkan dalam Farmakope Amerika Serikat edisi ketiga puluh United States Pharmacopoeia 30 th Edition USP XXX tahun 2007 dihitung dengan menggunakan lebar puncak pada ketinggian 5 W 0,05 , rumusnya dituliskan sebagai berikut: � � = � + � 2 × � Universitas Sumatera Utara Dengan nilai a dan b merupakan setengah lebar puncak pada ketinggian 5 seperti yang ditunjukkan di Gambar 2.9. Gambar 2.9. Pengukuran derajat asimetris puncak Dolan, 2003. Sedangkan faktor asimetri A s Akan tetapi, nilai a dan b dalam perhitungan faktor asimetri merupakan setengah lebar puncak pada ketinggian 10 seperti yang ditunjukkan di Gambar 2.9. Jika nilai a sama dengan b, maka faktor tailing dan asimetri bernilai 1. Kondisi ini menunjukkan bentuk puncak yang simetris sempurna Dolan, 2003. Bila puncak berbentuk tailing, maka kedua faktor ini akan bernilai lebih besar dari 1 dan sebaliknya bila puncak berbentuk fronting, maka faktor tailing dan asimetri akan bernilai lebih kecil dari 1 Hinshaw, 2004. dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: � � = � � Universitas Sumatera Utara

2.5.1.4 Instrumen Kromatografi Cair Kinerja Tinggi