8
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi ?
2. Apakah maturity perusahaan berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi ?
3. Apakah financial leverage perusahaan berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi ?
4. Apakah profitabilitas perusahaan berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi ?
5. Apakah liabilitas perusahaan berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi ?
6. Apakah ukuran perusahaan, maturity, financial leverage, profitabilitas, dan likuiditas perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap peringkat
obligasi ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pengaruh signifikan ukuran perusahaan terhadap peringkat
obligasi. 2. Mengetahui pengaruh signifikan maturity terhadap peringkat obligasi.
9
3. Mengetahui pengaruh signifikan financial leverage terhadap peringkat obligasi.
4. Mengetahui pengaruh signifikan profitabilitas terhadap peringkat obligasi.
5. Mengetahui pengaruh signifikan likuiditas terhadap peringkat obligasi. 6. Mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, maturity, financial leverage,
profitabilitas dan likuiditas secara simultan terhadap peringkat obligasi.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan: a. Bagi peneliti akademisi
Bagi penelitiakademisi yang ingin melakukan penelitian di bidang yang sama diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan
sumber informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya. b. Bagi calon investor dan investor obligasi
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan ataupun panduan dalam menilai kualitas obligasi dan membantu dalam hal
pengambilan keputusan investasi dalam obligasi. c. Bagi perusahaan penerbit obligasi
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan sehubungan dengan pengaruh dari informasi akuntansi dan non akuntansi yang
berpotensi mempengaruhi peringkat obligasi yang dijualnya di pasar modal.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Sinyal Signalling Theory
Menurut Wolk, et al., 2004: 96 teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal menunjukkan adanya
asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi perusahaan tersebut. Asimetri informasi
menurut Scott 2003:7 adalah “suatu kondisi di mana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari pihak lain”. Asimetri informasi terjadi karena
manajemen perusahaan mengetahui lebih banyak informasi mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak eksternal investor dan kreditor.
Kurangnya informasi kepada pihak eksternal menyebabkan mereka kesulitan untuk menilai prospek perusahaan dan melindungi diri dengan memberikan harga
yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi
asimetri informasi. Salah satu cara untuk mengurangi asimetri informasi adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar. Sinyal yang diberikan perusahaan
dapat berupa laporan keuangan, informasi kebijakan perusahaan maupun informasi lain yang dilakukan secara sukarela oleh manajemen perusahaan
Estiyanti dan Gerianta, 2012:5. Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada obligasi suatu perusahaan,
pihak eksternal perusahaan seperti calon investor tentu sangat membutuhkan
11
informasi tentang kondisi obligasi. Untuk itu sesuai dengan teori sinyal diharapkan informasi berupa pemberian peringkat obligasi yang dipublikasikan
dapat menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait hutang yang dimiliki Prandana, 2013.
Teori sinyal dalam penelitian ini menjelaskan bahwa manajemen perusahaan sebagai pihak yang memberikan sinyal berupa laporan keuangan
perusahaan dan informasi non keuangan kepada lembaga pemeringkat. Lembaga pemeringkat obligasi ini melakukan proses pemeringkatan sehingga dapat
menerbitkan peringkat obligasi bagi perusahaan penerbit obligasi ini. Peringkat obligasi ini memberikan sinyal tentang probabilitas kegagalan pembayaran hutang
sebuah perusahaan. Dengan adanya peringkat obligasi maka calon investor dapat membuat keputusan yang tepat untuk memutuskan apakah akan membeli atau
tidak membeli obligasi perusahaan tersebut.
2.1.2 Pasar Modal
Pasar modal capital market menurut Latumaerissa 2011:353 adalah “pasar yang menyediakan sumber pembelanjaan dengan jangka waktu yang relatif
panjang, yang diinvestasikan pada barang modal untuk menciptakan dan memperbanyak alat-alat produksi dan akhirnya meningkatkan keuntungan
perusahaan”. Sementara itu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefenisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek. Didalam pasar modal dikenal dengan istilah efek, yaitu setiap surat
12
pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti hutang, right bukti right, warrant, opsi, atau setiap derivatif dari
efek-efek atau setiap instrumen yang ditetapkan BAPEPAM sebagai efek. Dalam menjalankan fungsinya, pasar modal memberikan manfaat yang
cukup besar bagi pemodal investor dan perusahaan emiten. Adanya pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal atau investor kesempatan
untuk berinvestasi tidak hanya pada perbankan dan atau real assets. Para pemodal atau investor juga dapat melakukan investasi melalui pembelian efek melalui
pasar modal seperti saham, obligasi, atau efek-efek lainnya. Investor dapat bebas memilih berbagai efek yang diinginkan, apakah dalam bentuk saham, obligasi
atau efek lainnya. Investor juga dapat membentuk portofolio investasi yaitu dengan mengkombinasikan dana pada berbagai jenis efek, dengan mengharapkan
keuntungan yang lebih dan diharapkan dapat mengurangi resiko yang mungkin terjadi. Untuk perusahaan emiten, pasar modal berfungsi sebagai alternatif
sumber penghimpunan dana selain perbankan. Pasar modal memungkinkan suatu perusahaan menerbitkan surat berharga sekuritas, baik surat tanda hutang
obligasi maupun surat tanda kepemilikan saham. Dalam melakukan penghimpunan dana melalui pasar modal, perusahaan membutuhkan biaya yang
relatif kecil. Dengan memanfaatkan sumber dana dari pasar modal, maka perusahaan juga dapat terhindar dari kondisi debt to equity ratio yang terlalu
tinggi.
13
2.1.3 Obligasi
2.1.3.1 Pengertian Obligasi
Obligasi bonds adalah suatu kontrak jangka panjang di mana pihak peminjam setuju untuk melakukan pembayaran bunga dan pokok pinjaman pada
tanggal tertentu kepada pemegang obligasi tersebut Brigham dan Houston, 2010:273.
Menurut Fabozzi 2000:1 obligasi adalah “instrumen hutang yang mengharuskan penerbitnya disebut juga debitur atau peminjam untuk membayar
sejumlah yang dipinjam ditambah bunga selama periode waktu tertentu”. Menurut Brealey dkk., 2007:130 obligasi adalah “sekuritas yang
mewajibkan penerbitnya untuk melakukan pembayaran tertentu pada pemegang saham”.
Menurut Bursa Efek Indonesia obligasi adalah “surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak
yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak
pembeli obligasi tersebut”.
2.1.3.2 Karakteristik Obligasi
Karakteristik obligasi menurut Latumaerissa 2011:367 antara lain sebagai berikut:
a. Nilai nominal face value adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh
tempo. b. Kupon interest rate adalah nilai bunga yang diterima pemegang
obligasi secara berkala kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah
14
setiap 3 atau 6 bulanan. Kupon obligasi dinyatakan dalam annual presentation.
c. Jatuh tempo maturity adalah tanggal di mana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal
obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan
jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk diprediksi, sehingga memiliki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan
obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Secara umum, makin panjang jatuh tempo suatu obligasi, makin tinggi
nilai kuponbunganya.
d. Penerbitemiten issuer, mengetahui dan mengenal penerbit obligasi merupakan faktor yang sangat penting dalam melakukan investasi
obligasi Ritel. Mengukur risikokemungkinan dari penerbit obligasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon danatau pokok obligasi
tepat waktu disebut default risk dapat dilihat dari peringkat rating obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat seperti
PEFINDO atau Kasnic Indonesia.
2.1.3.3 Risiko Investasi Obligasi
Dalam melakukan investasi pada obligasi terdapat berbagai risiko yang harus dihadapi oleh investor. Menurut Brigham dan Houston 2010: 292-297,
risiko-risiko dalam investasi obligasi adalah sebagai berikut: 1. Risiko Tingkat Bunga Interest Rate Risk
Tingkat bunga pasar akan terus berfluktuasi dari waktu ke waktu, dan kenaikan tingkat bunga akan mengarah pada penurunan nilai
obligasi. Risiko penurunan nilai obligasi yang diakibatkan oleh naiknya tingkat bunga ini disebut sebagai risiko tingkat bunga
interest rate risk.
2. Risiko Tingkat Reinvestasi Reinvestment Rate Risk Risiko tingkat reinvestasi merupakan risiko penurunan suku bunga
yang akan menyebabkan penurunan pendapatan dari portofolio obligasi. Karena jika tingkat bunga turun, pemegang obligasi
jangka panjang akan mengalami penurunan pendapatan. Hal itu disebabkan oleh banyaknya obligasi yang akan ditarik untuk
digantikan dengan obligasi bersuku bunga lebih rendah. Meskipun obligasi yang tidak dapat ditarik akan jatuh tempo, namun obligasi
tersebut harus diganti dengan obligasi yang hasilnya lebih rendah.
3. Risiko Gagal Bayar Default Risk Risiko gagal bayar merupakan risiko apabila perusahaan emiten
mempunyai masalah likuiditas dan tidak mampu melunasi kewajibannya ataupun mengalami kebangkrutan makan pemegang
15
obligasi akan menderita kerugian. Jika emiten gagal bayar, jumlah yang diterima oleh investor akan lebih kecil daripada
pengembalian yang dijanjikan.
2.1.4 Peringkat Obligasi
Peringkat obligasi merupakan opini dari lembaga pemeringkat serta sumber informatif bagi pemodal atas risiko obligasi yang diperdagangkan Berdasarkan
Keputusan Bapepam-LK Nomor 151BL2009. Dapat dikatakan bahwa peringkat obligasi mencoba mengukur risiko kegagalan default risk, yaitu peluang emiten
atau peminjam akan mengalami kondisi tidak mampu memenuhi kewajiban keuangannya Keown et al., 2011:237.
Peringkat obligasi merupakan salah satu acuan dari investor ketika memutuskan membeli suatu obligasi. Peringkat obligasi yang baik tidak hanya
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya, tetapi juga menunjukkan bahwa kinerja perusahaan berlangsung secara efektif dan efisien
karena mampu mengelola hutang untuk kemajuan bisnis yang dijalankan. Informasi yang dikeluarkan oleh agen pemeringkat sangat membantu investor
untuk memilih sekuritas obligasi mana yang tepat. Agen pemeringkat obligasi adalah lembaga independen yang memberi informasi pemeringkatan skala risiko
utang, salah satu diantaranya adalah sekuritas obligasi sebagai petunjuk seberapa aman suatu obligasi bagi investor. Keamanan ini ditunjukkan oleh kemampuannya
dalam membayar bunga dan melunasi pokok pinjaman. Berdasarkan Keputusan Bapepam-LK Nomor 135BL2006 tentang
“Pemeringkatan Atas Efek Bersifat Utang” menyatakan bahwa emiten yang akan menerbitkan obligasi wajib memperoleh hasil pemeringkatan obligasi. Hasil
16
pemeringkatan tersebut diterbitkan oleh lembaga pemeringkat yang telah mendapat izin usaha sebagai lembaga pemeringkat dari Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 1331DPNP tanggal 22
Desember 2011 perihal Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia, terdapat tiga lembaga pemeringkat, yaitu PT. PEFINDO Pemeringkat
Efek Indonesia, PT. Fitch Ratings Indonesia dan PT. ICRA Indonesia. Penelitian ini lebih mengacu pada PT. PEFINDO, dikarenakan perusahaan tersebut
merupakan lembaga pemeringkat rating tertua di Indonesia dan perusahaan- perusahaan lebih banyak menggunakan PT. PEFINDO sebagai agen pemeringkat
obligasi perusahaan mereka. PT. PEFINDO telah berdiri sejak tahun 1993, sedangkan PT. Fitch Rating Indonesia dan PT. ICRA Indonesia mulai mendapat
pengakuan dari Bank Indonesia sejak tahun 2008 dan 2010. PT. PEFINDO menguasai 90 pasar pemeringkatan obligasi dan sejak tahun 1996 perusahaan
tersebut telah melakukan aliansi strategis dengan Standard Poor’s SP yang merupakan perusahaan pemeringkat global terkemuka, yang memberikan manfaat
bagi perusahaan tersebut untuk meyusun metodologi pemeringkatan berstandar internasional. Tabel berikut ini menunjukkan definisi peringkat menurut PT.
PEFINDO.
Tabel 2.1 Definisi Peringkat Obligasi PT. PEFINDO
Peringkat Definisi
idAAA Efek hutang dengan peringkat AAA merupakan peringkat
tertinggi yang diberikan oleh PT PEFINDO yang didukung
17
oleh kemampuan Obligor yang superior dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial
jangka panjang sesuai dengan yang diperjanjikan.
idAA Efek utang dengan peringkat AA memiliki kualitas kredit
sedikit di bawah peringkat tertinggi, didukung oleh kemampuan Obligor yang sangat kuat untuk memenuhi
kewajibn finasial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan relatif dibandingkan dengan entitas Indonesia
lainnya.
idA Efek utang dengan peringkat A memiliki dukungan
kemampuan Obligor yang kuat dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban
finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, namun cukup peka terhadap perubahan yang
merugikan.
idBBB Efek utang dengan BBB didukung oleh kemampanan
obligor yang memadai relatif dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial,
namun kemampuan tersebut dapat diperlemah oleh perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang
merugikan.
idBB Efek utang dengan peringkat BB menunjukan dukungan
kemampuan Obligor yang sedikit lemah dibandingkan dengan entitas lainnya untukmemenuhi kewajiban finansial
jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, serta peka terhadap keadaan bisnis dan perekonomian yang
keadaan bisnis dan perekonomian yang tidak menentu.
idB Efek utang dengan peringkat B menunjukan parameter
perlindungan yang lemah. Walapun Obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban finansial
jangka panjangnya, namun adanya perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan akan
memperburuk kemampuan obligor utuk memenuhi kewajiban finansialnya.
idCCC Efek utang dengan peringkat CCC menggambarkan obligor
memiliki kapasitas yang rentan untuk gagal bayar dan tergantung pada kondisi bisnis dan keuangan yang lebih
menguntungkan untuk dapat memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya atas efek hutang.
idD Efek utang dengan peringkat D menggambarkan obligor
tidak memiliki kapasitas untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya
relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Dengan kata lain obligor dalam kondisi gagal bayar.
Sumber : www.pefindo.com
18
Peringkat dari idAA hingga idB dapat dimodifikasi dengan penambahan plus + atau minus -. Tanda plus + ataupun minus - digunakan untuk
menunjukkan kekuatan relatif dari kategori peringkat www.pefindo.com
. Secara umum peringkat obligasi yang diberikan oleh agen pemeringkat dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu investment grade AAA, AA, A dan BBB dan non investment grade BB, B, CCC dan D.
2.1.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi
Faktor-faktor yang memengaruhi peringkat obligasi menurut Keown et al., 2011: 237 adalah “proporsi modal terhadap hutang perusahaan, tingkat
profitabilitas perusahaan,tingkat kepastian dalam menghasilkan pendapatan, besar kecilnya perusahaan, dan sedikit penggunaan hutang subordinat”.
Sementara faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi menurut Brigham dan Houston 2010: 300 adalah sebagai berikut:
1. Berbagai macam rasio-rasio keuangan. Semakin baik rasio-rasio keuangannya, maka semakin tinggi peringkat obligasi perusahaan.
2. Ketentuan hipotek. Jika obligasi dijamin oleh hipotek maka obligasi tersebut memiliki nilai yang relatif tinggi terhadap jumlah
hutang yang diobligasikan, maka peringkatnya akan meningkat. 3. Ketentuan subornasi. Apabila obligasi disubornasikan ke hutang
lain maka obligasi tersebut akan diberi peringkat paling sedikit satu tingkat di bawah peringkat yang seharusnya diberikan jika
tidak disubornasikan.
4. Ketentuan jaminan. Jika hutang suatu perusahaan lemah dijamin oleh perusahaan yang kuat biasanya induk perusahaan yang
lemak tersebut, maka obligasinya akan diberikan peringkat yang sama dengan perusahaan yang kuat.
5. Dana pelunasan. Apabila obligasi memiliki dana pelunasan maka hal ini akan menjadi nilai tambah di mata lembaga pemeringkat.
6. Jatuh tempo. Obligasi dengan waktu jatuh tempo yang lebih singkat dinilai kurang berisiko dibandingkan obligasi dengan
jangka waktu yang lebih panjang, dan hal ini akan mempengaruhi peringkatnya.
7. Stabilitas laba dan penjualan emiten.
19
8. Regulasi peraturan yag berkaitan dengan industri emiten 9. Antitrust
10. Operasi di luar negeri 11. Faktor lingkungan hidup dan tanggung jawab produk
12. Kewajiban atas produk 13. Kewajiban pensiun
14. Masalah ketenagakerjaan 15. Kebijakan akuntansi. Jika kebijakan akuntansi suatu perusahaan
dan laba yang dilaporkannya menjadi dipertanyakan, maka hal ini akan memberikan dampak negatif pada peringkat obligasinya.
2.1.5 Rasio Keuangan 2.1.5.1 Ukuran Perusahaan
Size
Ukuran perusahaan dapat diinterpretasikan sebagai skala operasi perusahaan yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan tersebut. Skala operasi ini dapat
menimbulkan berbagai penafsiran, antara lain luasnya pangsa pasar, kuatnya permodalan, serta tingginya tingkat penjualan. Besarnya ukuran sebuah
perusahaan dapat menarik minat investor untuk melakukan investasi pada perusahaan tersebut.
Ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan total aset, penjualan dan ekuitas yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Perusahaan yang memilki total
aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan di mana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan
dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan mampu
menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil Bouzouita dan Young 1998 dalam Adams et al., 2000.
20
2.1.5.2 Financial Leverage
Rasio leverage menurut Lubis dan Putra 2012:110 merupakan “rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutangnya”.
Jika rasio ini cukup tinggi, maka hal tersebut menunjukkan tingginya penggunaan hutang, sehingga hal ini dapat membuat perusahaan mengalami kesulitan
keuangan, dan biasanya memiliki resiko kebangkrutan yang cukup besar. Financial leverage memiliki tiga implikasi yang penting, yaitu:
1. Dengan meningkatkan penggunaan hutang berarti pemegang saham
perusahaan tetap akan dapat mengontrol perusahaan dengan tidak meningkatkan investasi mereka pada perusahaan.
2. Kreditor akan melihat kepada ekuitas perusahaan, atau pemilik yang
menyediakan dana dan melihat margin of safety, maka bila proporsi modal lebih tinggi dikeluarkan oleh para pemegang saham akibatnya akan semakin
kecil resiko dari kreditor. 3.
Bila perusahaan memperoleh pendapatan yang lebih besar dari bunga yang harus dibayarnya dari investasi yang dilakukannya dengan meminjam maka
hal tersebut dianggap sebagai return keuntungan pemilik modal.
2.1.5.3 Profitabilitas
Rasio profitabilitas menurut Lubis dan Putra 2012:110 merupakan “rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan yang ditunjukkan oleh
laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan”. Sementara menurut Brigham dan Houston 2010:146 rasio profitabilitas adalah “sekelompok
21
rasio yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan hutang pada hasil operasi”.
Tingkat profitabilitas dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas yang
tinggi mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk memenuhi kewajibannya.
2.1.5.4 Likuiditas
Rasio likuiditas menurut Lubis dan Putra 2012:110 merupakan “rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya”. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aset lancar yaitu aset yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat
berharga, piutang dan persediaan. Dari aset lancar tersebut, persediaan merupakan aset lancar yang paling kurang liquid dibanding dengan yang lainnya
Linandarini, 2010: 49. Selain itu persediaan merupakan aset lancar yang nilai bukunya sangat mungkin berbeda dengan nilai pasar karena tidak
mempertimbangkan kualitas persediaan, sebagian persediaan mungkin menjadi rusak, usang, atau hilang.
Salah satu alat yang dipakai untuk mengukur likuiditas adalah dengan menggunakan rasio cepat quick ratio. Rasio cepat quick ratio dapat dihitung
dari perbandingan antara aset lancar dikurangi persediaan dengan kewajiban lancar. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada
waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan liquid dan mempunyai aktiva lancar lebih besar daripada hutang lancarnya.
22
2.1.6 Rasio Non-Keuangan 2.1.6.1 Umur Obligasi
Maturity
Umur obligasi maturity adalah jangka waktu sejak diterbitkannya obligasi sampai dengan tanggal jatuh tempo obligasi. Jatuh tempo adalah tanggal di mana
pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai
dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk diprediksi, sehingga memiliki resiko yang
lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Secara umum, makin panjang jatuh tempo suatu obligasi,
makin tinggi nilai kuponbunganya Latumaerissa, 2011: 367. Investor cenderung kurang menyukai obligasi dengan umur yang lebih panjang karena risiko yang
akan didapat juga akan semakin besar.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan peringkat obligasi sebagaimana diuraikan berikut ini dan diikhtisarkan pada tabel 2.2.
Adams, et al. 2000 melakukan penelitian dengan judul “The Determinants of Credit Ratings in the United Kingdom Insurance Industry”. Metode analisis
yang digunakan adalah analisis ordered probit models. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas, likuiditas dan bentuk organisasi berpengaruh
signifikan terhadap peringkat obligasi dari A.M. Best. Sedangkan peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh SP, likuiditas dan leverage berpengaruh
signifikan terhadap peringkat obligasi.
23
Magreta dan Nurmayanti 2009 melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi ditinjau dari
Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi”. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas,
produktivitas dan jaminan obligasi yang berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi, sementara ukuran perusahaan, rasio likuiditas, leverage,
reputasi auditor dan umur obligasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.
Linandarini 2010 melakukan penelitian dengan judul “Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Peringkat Obligasi Perusahaan di Indonesia”.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis MDA Multiple Discriminant Analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio liquidity, profitability
productivity dapat mempengaruhi prediksi peringkat obligasi, sementara solvability, leverage tidak berpengaruh secara signifikan didalam mempengaruhi
prediksi peringkat obligasi. Adrian 2011 melakukan penelitia dengan judul “Analisis Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Rasio leverage, profitabilitas dan umur obligasi berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi, sementara hanya
rasio likuiditas yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.
24
Winardi 2013 melakukan penelitian dengan judul “Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi”. Metode
analisis yang digunakan adalah analisis regresi ordinal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
peringkat obligasi, sementara leverage, profitabilitas, jaminan obligasi, umur obligasi, reputasi auditor tidak berpengaruh sihmifikan terhadap peringkat
obligasi. Irma., dkk 2013 melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-
Faktor yang Memengaruhi Peringkat Obligasi pada Lembaga Keuangan Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Metode analisis yang digunakan adalah
analisis faktor dan analisis regresi logistik. Hasil dari analisis faktor adalah Size, likuiditas dan reputasi auditor merupakan faktor yang mempengaruhi peringkat
obligasi; sedangkan hasil dari analisis logistik menunjukkan bahwa size berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
Pertiwi 2013 melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi”. Metode analisis yang digunakan adalah
analisis regresi logistik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rasio leverage, solvabilitas dan jaminan berpengaruh signifikan terhadap peringkat
obligasi, sementara profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.
Penelitian terdahulu di atas dapat diikhtisarkan dalam tabel 2.2 berikut ini.
25
Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama, Tahun, Judul penelitian
dan Objek penelitian
Variabel Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Adams, Burton Hardwick
2000 “The Determinants of
Credit Ratings in the United
Kingdom Insurance
Industry”. Objek penelitian:
perusahaan asuransi.
Variabel Independen:
Kecukupan modal, profitabilitas,
likuiditas, pertumbuhan,
ukuran perusahaan, bentuk organisasi,
reasuransi
dan kegiatan usaha
Variabel Dependen:
Peringkat Obligasi Ordered
probit model Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa profitabilitas, likuiditas
dan bentuk organisasi. berpengaruh signifikan
terhadap peringkat obligasi dari A.M. Best.
Sedangkan peringkat obligasi yang
dikeluarkan oleh SP, likuiditas dan leverage
berpengaruh signifikan terhadap peringkat
obligasi.
Magreta dan Nurmayanti
2009 “Faktor- faktor yang
Mempengaruhi Prediksi
Peringkat Obligasi ditinjau
dari Faktor Akuntansi dan
Non Akuntansi”. Objek penelitian:
seluruh perusahaan selain
perusahaan sektor perbankan dan
lembaga keuangan.
Variabel Independen:
Ukuran perusahaan, rasio
likuiditas, profitabilitas,
leverage, produktivitas, umur
obligasi, jaminan obligasi, reputasi
auditor
Variabel Dependen:
Peringkat Obligasi Regresi
Logistik Profitabilitas,
produktivitas dan jaminan obligasi yang
ber-pengaruh signifikan terhadap peringkat
obligasi. Sedangkan ukuran perusahaan,
rasio likuiditas, leverage, reputasi
auditor dan umur obligasi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap
peringkat obligasi.
Linandarini 2010
“Kemampuan Rasio Keuangan
dalam Memprediksi
Peringkat Obli- Variabel
Independen: Rasio leverage, liquidity,
solvability, profitability,
productivity MDA
Multiple Discriminant
Analysis Rasio
liquidity, profitability
productivity dapat
mempenga-ruhi prediksi peringkat
obligasi sementara solvability, leverage
26
gasi Perusahaan di Indonesia”.
Objek penelitian: semua
perusahaan non- keuangan.
Variabel Dependen:
Peringkat Obligasi tidak berpengaruh
secara signifikan didalam mempengaruhi
prediksi peringkat obligasi.
Adrian 2011 “Analisis Faktor-
faktor yang Mempengaruhi
Peringkat Obligasi pada
Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI”.
Objek penelitian: perusahaan
manufaktur. Variabel
Independen: Rasio leverage,
profitabilitas, likuiditas, umur
obligasi Variabel
Dependen: Peringkat Obligasi
Regresi Logistik
Rasio leverage,
profitabilitas dan umur obligasi berpengaruh
signifikan terhadap peringkat obligasi.
Sedangkan hanya rasio likuiditas yang tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap
peringkat obligasi.
Winardi 2013 “Faktor
Akuntansi dan Non Akuntansi
yang Mempengaruhi
Prediksi Peringkat
Obligasi”. Objek penelitian:
perusahaan keuangan.
Variabel Independen:
Ukuran Perusahaan,
Leverage, Profitabilitas,
Jaminan Obligasi, Umur Obligasi,
Reputasi Auditor Variabel
Dependen: Peringkat Obligasi
Regresi Ordinal
Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap peringkat obligasi. Sedangkan
leverage, profitabilitas, jaminan obligasi, umur
obligasi, reputasi auditor tidak
berpengaruh signifikan terhadap peringkat
obligasi.
Irma., dkk 2013 “Analisis Faktor-
Faktor yang Memengaruhi
Peringkat Obligasi pada
Lembaga Keuangan Bank
yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”. Objek penelitian:
perusahaan lembaga
keuangan bank. Variabel
Independen: Pertumbuhan
Perusahaan Growth, Ukuran
Perusahaan Size, Likuiditas
Perusahaan, Jaminan Secure,
Umur Obligasi Maturity,
Reputasi Auditor Variabel
Dependen: Peringkat Obligasi
Regresi logistik
Hasil dari analisis faktor adalah Size,
likuiditas dan reputasi auditor merupakan
faktor yang mempengaruhi
peringkat obligasi sedangkan hasil dari
analisis logistik menunjukkan bahwa
size
berpengaruh terhadap peringkat
obligasi.
27
Pertiwi 2013 “Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi
Peringkat Obligasi”.
Objek penelitian: perusahaan non-
keuangan. Variabel
Independen: Rasio Leverage,
Profitabilitas, Solvabilitas dan
Jaminan secure Variabel
Dependen: Peringkat Obligasi
Regresi Logistik
Rasio leverage,
solvabilitas dan jaminan berpengaruh signifikan
terhadap peringkat obligasi. Sedangkan
profitabilitas tidak berpengaruh signifikan
terhadap peringkat obligasi.
Sumber: Diolah Peneliti 2014 2.3
Kerangka Konseptual
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah
penting. Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas maka kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Ukuran Perusahaan X
1
Maturity X
2
Financial Leverage DER X
3
Profitabilitas ROA X
4
H
5
H
4
H
3
H
2
Peringkat Obligasi Y
H
1
Likuiditas QR X
5
H
6
28
Gambar 2.1 mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan X
1
, maturity X
2
, rasio financial leverage X
3
, rasio profitabilitas X
4
dan rasio likuiditas X
5
mempengaruhi peringkat obligasi Y, baik secara parsial maupun simultan. Penjelasan detail mengenai pengaruh ukuran perusahaan, maturity, financial
leverage, profitabilitas dan likuiditas terhadap peringkat obligasi adalah sebagai berikut:
1. Ukuran Perusahaan Size
Ukuran perusahaan dapat diinterpretasikan sebagai skala operasi perusahaan yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan tersebut. Ukuran perusahaan dapat
diukur dengan menggunakan total aset, penjualan dan ekuitas yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Perusahaan dengan total aktiva yang besar biasanya telah
mapan dalam permodalan dan memiliki kemampuan dalam mengelola sumber- sumber keuangannya karena perusahaan tersebut biasanya bukan merupakan
perusahaan baru sehingga telah cukup berpengalaman dalam industri. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan besar kurang berisiko dibandingkan
perusahaan-perusahaan kecil. Perusahaan yang semakin besar dan banyak dikenal oleh masyarakat mempunyai semakin banyak informasi yang dapat diperoleh
investor, maka semakin kecil pula ketidakpastian yang dimiliki oleh investor. Dalam melakukan investasi obligasi, investor tentu akan memilih membeli
obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan yang dipandang mampu untuk melakukan pelunasan dan pembayaran bunga atas obligasi tersebut. Dengan
menggunakan ukuran perusahaan, investor dapat mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar bunga obligasi secara periodik dan melunasi pokok
29
pinjaman yang dapat meningkatkan peringkat obligasi perusahaan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Pottier, 1997, 1998; Bouzouita dan Young, 1998 dalam Adams
et al., 2000 yang menemukan bahwa “perusahaan besar memiliki peringkat
obligasi yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil”.
2. Umur Obligasi Maturity
Umur obligasi Maturity adalah jangka waktu sejak diterbitkannya obligasi sampai dengan tanggal jatuh tempo obligasi. Obligasi yang jatuh tempo dalam
jangka waktu yang pendek akan lebih mudah diprediksi, sehingga memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo
dalam waktu yang panjang. Investor cenderung kurang menyukai obligasi dengan umur yang lebih panjang karena risiko yang akan didapat juga akan semakin
besar. Sehingga perusahaan yang peringkat obligasinya tinggi umumnya menggunakan umur obligasi yang lebih pendek daripada perusahaan yang
menggunakan umur obligasi yang lebih lama. Mark dan David 2006 dalam Sutanti 2008: 34 melakukan pengujian secara
empiris mengenai penentuan struktur debt maturity menggunakan pengukuran struktur maturity mengenai informasi detail secara keseluruhan hutang
perusahaan. Mereka menemukan dukungan yang kuat untuk prediksi atas hubungan signifikan antara debt maturity dan peringkat obligasi; perusahaan yang
peringkat obligasinya tinggi menggunakan term debt yang lebih pendek sedangkan perusahaan lain menggunakan term debt yang lebih lama.
30
3. Financial Leverage
Rasio leverage digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutangnya. Investor perlu mengetahui kesehatan perusahaan dengan
mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutangnya. Jika perusahaan lebih banyak menggunakan modal sendiri daripada hutang untuk membiayai
perusahaannya maka perusahaan tersebut sehat dan tidak mudah bangkrut. Semakin besar rasio leverage perusahaan, semakin besar risiko kegagalan
perusahaan. Hal ini mengindikasikan perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi
kewajibannya. Dengan demikian semakin rendah leverage perusahaan maka semakin baik peringkat obligasi perusahaan tersebut. Adams et al. 2000
menjelaskan bahwa “semakin besar rasio leverage perusahaan, semakin besar resiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah leverage perusahaan, semakin baik
peringkat yang diberikan terhadap perusahaan”. Hasil penelitian ini juga searah dengan penelitian yang dilakukan oleh Adrian 2011 dan Pertiwi 2013 yang
menemukan bahwa financial leverage berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.
4. Profitabilitas Profitabilitas mengukur efektivitas perusahaan yang ditunjukkan oleh laba
yang dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan. Kemampuan perusahaan menhasilkan laba mencerminkan kemampuan perusahaan memperoleh aliran kas
masuk. Perusahaan yang profitabilitasnya tinggi akan memperoleh aliran kas yang baik, dengan demikian perusahaan mempunyai risiko gagal bayar yang
31
lebih kecil. Sehingga profitabilitas yang tinggi akan memberikan peringkat obligasi yang lebih baik pula. Brotman 1989, Bouzouita and Young 1998
dalam Adams, 2000 menyatakan bahwa “semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar default
dan semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan tersebut”. Hasil penelitian ini juga searah dengan penelitian yang dilakukan Magreta dan
Nurmayanti 2009 , Linandarini 2010 dan Adrian 2011 yang menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.
5. Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan liquid dan mempunyai aktiva lancar
lebih besar daripada hutang lancarnya. Kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya secara tidak langsung berpengaruh pada kewajiban
jangka panjang yang baik pelunasan obligasi. Adams et al. 2000 menyatakan bahwa “tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi
keuangan perusahaan sehingga secara finansial akan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi”. Hasil penelitian ini juga searah dengan penelitian yang
dilakukan Linandarini 2010 dan Irma., dkk 2013 yang menemukan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.
32
2.4 Hipotesis Penelitian