Pengertian Gadai Syariah Rahn

39 memberikan kekuasaan kepada orang yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang yang berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan. 51 Beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa gadai syariah rahn dalam padangan Islam adalah harta yang dijadikan oleh pemiliknya sebagai jaminan hutang dan kepercayaan terhadap hutang, yang dapat dijadikan seluruh atau sebagiannya untuk pembayaran hutang apabila orang yang berhutang tidak dapat membayar hutangnya.

3. Prinsip Gadai Emas Syariah

Prinsip yang digunakan dalam gadai emas syariah baik di bank syariah ataupun di pegadaian syariah tidak berbeda dengan prinsip gadai pada umumnya. Mulai dari persyaratan, biaya ongkos administrasi, biaya pemeliharaan penyimpanan, hingga mekanisme penjualan barang gadaian ketika pihak yang menggadaikan tidak dapat melunasi utangnya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam gadai emas syariah baik di bank syariah maupun di lembaga yang menawarkan produk gadai emas syariah. Hal yang dimaksud adalah biaya administrasi dan biaya pemeliharaan. 52 51 Andri Soemitra, “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”, Kencana Prenada Media Group, 200 9, Ed. Ke-1, Cet. ke-1, h. 387 52 http:ekonomikeadilan.wordpress.com20110805 kajian-fiqh-muamalah-tentang- gadai-emas-syariah 14032014, 20.30 40 Dalam website tersebut juga menjelaskan tentang biaya administrasi dan biaya pemeliharan sebagai berikut: a. Biaya administrasi Biaya administrasi adalah ongkos atau pengorbanan materi yang dikeluarkan oleh bank dalam hal pelaksanaan akad gadai dengan penggadai rahin. Para ulama sepakat bahwa segala biaya yang bersumber dari barang yang digadaikan adalah menjadi tanggungan penggadai. Oleh karena itu, biaya administrasi gadai dibebankan kepada penggadai. Karena biaya administrasi merupakan ongkos yang dikeluarkan bank, maka pihak bank yang lebih mengetahui dalam menghitung rincian biaya administrasi. Setelah bank menghitung total biaya administrasi, kemudian nasabah atau penggadai mengganti biaya administrasi tersebut. Namun, tidak banyak atau bahkan sangat jarang nasabah yang mengetahui rincian biaya administrasi tersebut. Bank hanya menginformasikan total biaya administrasi yang harus ditanggung oleh nasabah atau penggadai tanpa menyebutkan rinciannya. Keterbukaan dalam menginformasikan rincian biaya administrasi tersebut sangat penting dalam rangka keterbukaan yang kaitannya dengan ridha bi ridha, karena biaya administrasi tersebut dibebankan kepada nasabah atau penggadai. 53 53 http:ekonomikeadilan.wordpress.com20110805 41 Dewan Syariah Nasional dalam Fatwa No. 26 DSN-MUI III2002 menyebutkan bahwa biaya atau ongkos yang ditanggung oleh penggadai besarnya didasarkan pada pengeluaran yang nyata- nyata diperlukan. Artinya, penggadai harus mengetahui besar rincian dan pengeluaran apa saja yang dikeluarkan oleh bank untuk melaksanakan akad gadai, seperti biaya materai, jasa penaksiran, formulir akad, foto copy, print out, dll. Hal tersebut diatas yang juga menyebabkan biaya administrasi harus dibayar di depan. 54 Intinya adalah pihak bank tidak diperbolehkan untuk mengambil keuntungan dari akad gadai syariah. Karena pada dasarnya akad gadai adalah transaksi pinjam-meminjam qardh yang bersifat tabarru’ yang berarti kebaikan atau tolong menolong. Sehingga tidak diperkenankan untuk mengambil keuntungan atau manfaat dari kegiatan pinjam-meminjam qardh karena sifatnya adalah tabarru’. Dalam website tersebut mengutip hadist Nabi Muhammad SAW, sebagai berikut: 55 ًابر ف ً عفْ رج ضْرق ك Artinya: “Setiap pinjaman yang menarik suatu manfaat maka itu termasuk salah satu bentuk riba. ” [HR Al-Baihaqi] 54 Dewan Syariah Nasional MUI dan Bank Indonesia, 2006, “Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional MUI”, Cet 3, CV. Gaung Persada, Ciputat-Jakarta 55 http:ekonomikeadilan.wordpress.com20110805 42 b. Biaya pemeliharaan Ujrah Biaya pemeliharaan atau penyimpanan merupakan biaya yang dibutuhkan untuk merawat barang gadaian selama jangka waktu pada akad gadai. Sesuai dengan pendapat para jumhur ulama biaya pemeliharaan atau penyimpanan menjadi tanggungan penggadai rahin. Karena pada dasarnya penggadai rahin masih menjadi pemilik dari barang gadaian tersebut, sehingga dia bertanggungjawab atas seluruh biaya yang dikeluarkan dari barang gadai miliknya. Dalam website tersebut juga menjelaskan tentang Akad yang digunakan untuk penerapan biaya pemeliharaan atau penyimpanan adalah akad ijarah sewa. Artinya, penggadai rahin menyewa tempat di bank untuk menyimpan atau menitipkan barang gadainya, kemudian bank menetapkan biaya sewa tempat. Dalam pengertian lainnya, penggadai rahin menggunakan jasa bank untuk menyimpan atau memelihara barang gadainya hingga jangka waktu gadai berakhir. Biaya pemeliharaan penyimpanan ataupun biaya sewa tersebut diperbolehkan oleh para ulama dengan merujuk kepada diperbolehkannya akad ijarah. 56 Biaya pemeliharaan penyimpanan sewa dapat berupa biaya sewa tempat SDB Save Deposit Box, biaya pemeliharaan, biaya keamanan, dan biaya lainnya yang diperlukan untuk memelihara atau menyimpan barang gadai tersebut. 57 56 http:ekonomikeadilan.wordpress.com20110805 57 Ibid