Analisis Mean Time to Failure MTTF Analisis Nilai Keandalan Analisis Pemilihan Maintenance actions

Berarti data selang waktu antar kerusakan sparepart berdistribusi weibull 2 paramater. Tabel 6.1. Hasil Pengujian Distribusi Masing-masing Spare part No. Spare part Stabel Stes Distribusi Parameter 1 Sepatu rem kanvas sepatu rem 0,81 0.2488 Weibull α = 95.8322 β = 12.4724

2 Gasket silinder rem kain panas depan

0,75 0.2353 Weibull α = 106.992 β = 12.6694

3 Perapat oil kain panassil roda belakang

0,75 0.3262 Weibull α = 103.959 β = 10.2277 4 Plat koplingkanvas kopling 0,86 0.2472 Weibull α = 126.242 β = 24.1502

5 Saringan pembersih

0,76 0.0713 Weibull α = 175.623 β = 17.2908

6 Elemen saringan filter minyak

0,77 0.1195 Weibull α = 209.745 β = 18.9269

6.3. Analisis Mean Time to Failure MTTF

Penentuan MTTF bertujuan untuk mengetahui waktu rata-rata sampai mengalami kerusakan pada spare part kritis. Dengan mengetahui nilai MTTF- nya, maka dapat diketahui kapan sebaiknya dilakukan maintenance sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kerusakan ketika bus sedang beroperasi karena dapat membahayakan penumpang, muatan dan kendaraan serta sopir itu sendiri. Nilai MTTF masing-masing spare part dapat dilihat pada tabel berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 6.2. Mean Time To Failure untuk Masing-Masing Spare part No. Spare part MTTF 1 Sepatu rem kanvas sepatu rem 91.9702 2 Gasket silinder rem kain panas depan 102.7658 3 Perapat oil kain panassil roda belakang 99.0209 4 Plat koplingkanvas kopling 123.4521 5 Saringan pembersih 170.3719

6 Elemen saringan filter minyak

203.9770 Diketahui bahwa MTTF sepatu rem adalah sebesar ± 92 hari dengan nilai R keandalan sebesar 0.55 lihat lampiran L.2. Artinya waktu rata-rata spare part tersebut akan mengalami kegagalan setelah 92 hari operasi dengan peluang spare part tersebut akan mampu menjalankan fungsinya sebesar 55.

6.4. Analisis Nilai Keandalan

Secara teoritis, nilai keandalan realibility suatu spare part akan menurun seiring dengan waktu pengoperasiannya. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa nilai keandalan masing-masing spare part semakin menurun dengan bertambahnya waktu operasi dari spare part tersebut lampiran L.2. Hal tersebut juga diperjelas oleh grafik keandalan setiap spare part lampiran L.3 dimana keandalan semakin menurun sejalan dengan lama dari periode perawatan. Hal ini yang akan menjadi pertimbangan untuk menentukan periode perawatan pencegahan, agar diperoleh kondisi jadwal perawatan pencegahan yang optimal. Universitas Sumatera Utara

6.5. Analisis Pemilihan Maintenance actions

Maintenance actions dapat dipertimbangkan dari beberapa hasil pengolahan data sebelumnya. Pertimbangan-pertimbangan tersebut sub bab 5.2.6 menghasilkan kesimpulan pemilihan maintenance actions yang sesuai, yang akan mendukung pembuatan periode maintenance bus. Kesimpulan- kesimpulan tersebut adalah: 6. Maintenance actions yang dipilih adalah preventive maintenance yaitu mengganti spare part sebelum rusak tidak terpakai lagi sehingga sistem tetap beroperasi . 7. Oleh karena spare part kritis bus tersebut merupakan bagian dari spare part lain yang saling berkaitan, maka inspection tetap dilakukan pada saat pembongkaran spare part kritis yang akan diganti dilakukan. Misalnya ketika akan mengganti plat kopling kanvas kopling, maka terlebih dahulu harus membongkar plat penekan, pegas diafragma kopling, dan tutup kopling. Dengan membongkar semua bagian tersebut maka dapat dilakukan inspection pada setiap bagian seperti mengecek keretakan, keausan, dan lain-lain. 8. Spare part sepatu rem kanvas sepatu rem untuk roda depan dan belakang, gasket silinder rem kain panas depan, dan perapat oil kain panassil roda belakang merupakan satu sistem. Artinya pembongkaran salah satu spare part tersebut melibatkan pembongkaran spare part lain. 9. Pembongkaran spare part tersebut memberikan alternatif keputusan untuk penggantian spare part tersebut sekaligus, terutama apabila periode waktu penggantian spare part tersebut berdekatan. Namun penggantian spare part Universitas Sumatera Utara sekaligus tersebut merupakan keputusan dan kebijakan policy pihak finansial dan tidak dibahas didalam penelitian ini. 10. Setiap penggantian spare part tersebut hanya memerlukan waktu beberapa jam saja minor shutdown. Spare part tersebut juga bukan bagian dari mesin. Hal itu berarti penggantian spare part tersebut tidak mengakibatkan turun mesin overhaul, sehingga maintenance dapat dilakukan ketika jam istirahat bus. Hal ini juga didasarkan pada jam istirahat bus yang relatif panjang karena setiap bus hanya melakukan satu kali perjalanan dalam satu hari sedangkan satu kali perjalanan memakan waktu ± 9-10 jam. 11. Pemeliharaan rutin dilakukan setiap waktu dan waktunya telah ditentukan oleh perusahaan pabrikasi kendaraan bus. Namun pada kenyataannya, dengan berbagai pengalaman pihak perusahaan CV.Moria serta kondisi jalan untuk rute armada yang tidak terlalu bagus, maka waktu pemeliharaan rutin ini ditentukan oleh pihak perusahaan sendiri dan berkoordinasi dengan pihak bengkel. Pemeliharaan rutin tersebut adalah sebagai berikut : a. Minyak pelumas oli bus diganti setiap 10.000 km. b. Filter oli saringan oli diganti setelah dua kali ganti oli ± 20.000 km. c. Oli gardan diperiksa setiap 20.000 km. d. Melumasi spare part dengan minyak gemuk untuk mengurangi suara berisik setiap 30.000 km. e. Overhaul mesin dilakukan oleh pihak perusahaan secara rutin untuk mengecek semua spare part mesin kendaraan dan dilakukan setiap 360.000 km. Universitas Sumatera Utara

6.6. Analisis Periode Perawatan Penggantian Pencegahan