Prosedur Diagnosis Kesulitan Belajar

untuk menentukan cara yang tepat dalam mengatasi kesulitan belajar siswa. Menurut Partowisastro dan Hadisuprapto 1984:37 langkah 3.1 menanyakan tentang teknik-teknik yang dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. Kemudian pada langkah 3.2 menanyakan tentang teknik penilaian yang harus digunakan guna menilai tingkat keberhasilan pemecahan kesulitan yang telah dilaksanakan. Sedangkan langkah 3.3 memiliki tujuan untuk mengetahui hasil penilaian terhadap cara memecahkan kesulitan belajar yang telah dilakukan dan bagaimana tindak lanjut yang akan dilaksanakan.

7. Prosedur Diagnosis Kesulitan Belajar

Menurut Entang 1984:19-30, langkah-langkah pokok prosedur dan teknik diagnosis kesulitan belajar, adalah sebagai berikut: a. Identifikasi Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar Identifikasi ini bertujuan untuk menentukan siswa-siswa yang mengalami kesulitan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan supaya dapat mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan, yang pertama adalah menandai siswa dalam satu kelas atau dalam satu kelompok siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan cara membandingkan posisi peringkat dalam kelas dengan ketentuan minimal penguasaan materi yang telah ditetapkan sebelumnya PAP. Menurut Entang 1984:19-20 langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan menggunakan PAP, yaitu sebagai berikut: 1 Menetapkan angka nilai kualifikasi minimal sebagai batas lulus. 2 Membandingakan prestasi setiap siswa dengan angka batas lulus, dan mencari siswa yang nilai prestasinya dibawah nilai ketentuan minimal. 3 Himpunlah semua siswa yang angka nilai prestasinya dibawah angka batas lulus. 4 Jika prioritas layanan ditujukan kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan yang paling berat, maka siswa yang memiliki selisih terbesar antara nilainya dan nilai batas minimal, merupakan siswa yang mengalami kesulitan terberat. Entang 1984:22 menyampikan alternatif kedua untuk menentukan siswa yang mengalami kesulitan belajar, yaitu menggunakan norm referenced. Teknik untuk melaksanakan alternatif ini, menurutnya adalah sebagai berikut: 1 Carilah atau hitunglah rata-rata kelas atau kelompok dengan mengoperasikan formula yang telah ditetapkan, yaitu jumlah nilai atau nilai berbobot keseluruhan dibagi dengan jumlah anggota atau populasi kelas. 2 Tandailah siswa yang angka nilai prestasinya berada di bawah rata-rata prestasi kelasnya. 3 Kalau mau diadakan proritas layanan bimbingannya, maka buatlah rangkingnya. Alternatif lainnya menurut Entang 1984:23-24, yaitu dengan menggunakan catatan observasi kelas atau laporan proses kegiatan belajarnya. 1 Penggunaan catatan waktu belajar efektif Pencatatan berapa waktu efektif yang dapat digunakan oleh siswa dalam memecahkan soal atau mengerjakan tugas tetentu, menjadi sangat berharga karena dapat menggambarkan siapa siswa yang selalu menyelesaikan soal dengan lebih cepat atau siswa yang selalu terlambat. 2 Penggunaan catatan kehadiran presensi dan ketidakhadiran absensi Frekuensi ketidakhadiran dapat menjadi indikator untuk menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan relevansi antara frekuensi ketidakhadiran dengan kualifikasi prestasi siswa. 3 Penggunaan catatan partisipasi participation chart Dalam bidang studi tertentu yang mengutamakan penguasaan keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi sosial dalam menyumbangkan pikiran, menyanggah, menjawab dengan argumentasi tertentu, catatan partisipasi siswa dalam kelompok sangat diperlukan. Catatan ini digunakan supaya kita memperoleh gambaran seberapa besar kontribusi yang diberikan oleh siswa dalam kelompok. 4 Penggunaan catatan dan bagan sosiometri. Pada waktu-waktu tertentu, terkadang siswa diminta untuk bekerja dalam kelompok. Salah satu kondisi yang mungkin terjadi adalah terdapat siswa yang banyak disenangi sehingga banyak dipilih sebagai teman dalam kerja kelompok atau sebaliknya terdapat pula siswa yang tidak banyak disenangi sehingga sangat jarang yang memilih, bahkan tidak ada yang memilih siswa tersebut menjadi anggota kelompok mereka. Siswa yang banyak tidak disenangi mungkin akan merasa minder dan tidak percaya diri dalam menyampaikan pendapat atau berdinamika. Situasi ini bisa menyebabkan menurunnya semangat belajar yang kemudian dapat memunculkan kesulitan belajar. Itulah alternatif langkah-langkah yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar. b. Melokalisasikan Letak Kesulitan Permasalahan Setelah menentukan siswa yang mengalami kesulitan belajar, langkah selanjutnya yang harus ditempuh adalah menentukan letak kesulitan belajar tersebut. Hal-hal yang perlu ditelaah ialah : 1 Mendekati kesulitan belajar pada bidang studi tertentu. Dengan jalan membandingkan nilai prestasi individu dalam setiap mata pelajaran yang diikuti, maka kita dapat menentukan pada mata pelajaran manakah siswa mengalami prestasi paling rendah atau mengalami kesulitan belajar. 2 Mendeteksi pada kawasan tujuan belajar dan bahan ruang lingkup bahan pelajaran manakah kesulitan terjadi. Untuk mengetahui kawasan tujuan belajar yang dianggap paling mengalami kesulitan, maka diperlukan tes diagnostik. 3 Analisis terhadap catatan mengenai proses belajar. Hasil Analisis terhadap catatan-catatan keterlambatan penyesuaian tugas soal, ketidakhadiran, kurang aktif dalam partisipasi, kurang penyesuaian sosial, sudah cukup jelas menunjukkan posisi siswa dari kasus-kasus yang bersangkutan. c. Lokalisasi Jenis Faktor dan Sifat yang Menyebabkan Mereka Mengalami Kesulitan Secara garis besar faktor kesulitan dapat timbul dari dua hal, yaitu: 1 Faktor internal a Kelemahan mental, faktor kecerdasan, intelegensi, atau kecakapan bakat khusus tertentu yang dapat diketahui melalui tes tertentu. b Kelemahan fisik, panca indra, syaraf, kecacatan, karena sakit, dan sebagainya. c Ganguan yang bersifat emosional. d Sikap dan kebiasaan yang salah dalam mempelajari bahan pelajaran-pelajaran tetentu. e Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar yang dibutuhkan untuk memahami bahan lebih lanjut. 2 Faktor eksternal a Situasi atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang siswa untuk aktif antisifatif. b Sifat kurikulum yang kurang fleksibel. c Ketidakseragaman pola dan standar administrasi. d Beban studi yang terlampau berat. e Metode mengajar yang kurang memadai. f Sering pindah sekolah. g Kurangnya alat dan sumber belajar untuk kegiatan belajar mengajar. h Situasi rumah yang kurang mendorong untuk melakukan aktivitas belajar. Untuk dapat mengenal faktor-faktor di atas, maka diperlukan beberapa cara dan alat. Cara dan alat tersebut antara lain: 1 Tes kecerdasan 2 Tes bakat khusus 3 Skala sikap baik yang sudah standar maupun yang secara sederhana dibuat oleh guru 4 Inventory 5 Wawancara dengan siswa yang bersangkutan 6 Mengadakan observasi yang intensif baik di dalam maupun diluar kelas 7 Wawancara dengan guru dan wali kelas, dan dengan orang tua atau teman-temannya bila diperlukan. d. Perkiraan kemungkinan Setelah melakukan beberapa catatan tentang kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, maka kita dapat memperkirakan: 1 Apakah siswa tersebut masih mungkin ditolong untuk mengatasi kesulitannya atau tidak. 2 Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa tersebut. 3 Kapan dan dimana pertolongan itu dapat diberikan. 4 Siapa yang dapat memberikan pertolongan. 5 Bagaimana cara menolong siswa agar dapat dilaksanakan dengan efektif 6 Siapa sajakah yang harus dilibatkan dalam menolong siswa tersebut. e. Penetapan kemungkinan cara mengatasinya Langkah kelima ini merupakan langkah menyusun rencana atau alternatif rencana yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan siswa. Rencana penyembuhan yang dilakukan hendaknya mengandung hal-hal berikut ini: 1 Cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan yang dialami oleh siswa. 2 Menjaga agar kesulitan yang serupa jangan sampai terulang. f. Tindak lanjut Kegiatan tindak lanjut adalah kegiatan melakukan pengajaran remedial yang diperkirakan paling tepat dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan. Kegiatan ini dapat berupa: 1 Melaksanakan bantuan berupa melaksanakan pengajaran remedial. 2 Membagi tugas dan peranan orang-orang tertentu dalam memberikan bantuan kepada siswa. 3 Senantiasa melakukan check dan recheck kemajuan siswa baik pemahaman mereka terhadapap bantuan yang diberikan, maupun mengecek tepat guna program remedial yang dilakukan untuk setiap saat diadakan revisi dan improvisasi. 4 Mentransfer atau mengirimkan siswa yang menurut perkiraan tidak mungkin lagi ditolong karena diluar kemampuan guru atau penyuluh.

8. Tes Diagnostik