Hasil Analisis Capaian Skor Item Tingkat Konformitas Siswa SMA
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat konformitas siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta termasuk ke dalam
kategori sedang. Adapun jumlah siswa yang masuk ke dalam kategori sedang sebanyak 52 orang siswa 60 dari 88 siswa yang dijadikan
subjek penelitian, tidak diperoleh siswa yang masuk ke dalam kategori tingkat konformitas yang tinggi dan sebanyak 36 orang siswa40 masuk
ke dalam kategori rendah. Untuk butir-butir kuesioner pada penelitian ini, peneliti berfokus pada satu 23 item yang menunjukkan tingkat konformitas
sedang. Namun dari 23 item yang berada pada kategori sedang, peneliti hanya mengambil 19 butir item yang diprioritaskan untuk mewakili
tingkat konformitas sedang dan 1 item yang masuk kategori tinggi untuk mewakili peneliti dalam menjelaskan perilaku konformitas yang cukup
tinggi terjadi pada siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta. Perilaku konformitas pada siswa yang diperoleh dari data
penelitian yang masuk ke aspek sedang yaitu 52 60 pada siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 20142015 dapat dilihat
dari tiga aspek konformitas menurut Sears 2004:85 yaitu: pertama, kekompakan. Siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun
ajaran 20142015 tertarik masuk ke dalam sebuah kelompok dapat dikarenakan perasaan suka antara anggota kelompok. Rasa suka itu sendiri
dapat berasal dari adanya harapan bahwa mereka akan memperoleh manfaat apabila bergabung dalam kelompok itu, semakin besar harapan
mereka memperoleh manfaat dari keanggotaannya maka akan semakin
besar kesetiaan mereka pada kelompok dan semakin kompak anggota- anggota yang ada dalam kelompok tersebut. Kekompakan dapat terjadi
karena beberapa hal misalnya, karena eratnya hubungan individu dengan kelompok. Indikasi eratnya hubungan individu dengan kelompok
menyebabkan munculnya perilaku konformitas dapat dilihat dari pernyataan dalam item kuesioner yang dipilih oleh siswa kelas XII SMA
Stella Duce 2 Yogyakarta yaitu: ”saya mengikuti kemanapun teman
kelom pok saya ajak bermain” , saya hanya menceritakan rahasia saya ke
teman- teman kelompok” , “saat liburan sekolah saya memilih tidak
pulang kampung karena senang dengan teman-teman yang ada di sini Jogja,
” menurut saya sahabat adalah yang selalu pergi bersama- sama”.
Dilihat dari pernyataan yang dipilih oleh siswa kelas XII di atas, maka sesuai dengan Sears 2004:85 yang mengemukakan bahwa adanya
kekuatan yang dimiliki oleh kelompok yang menyebabkan siswa tertarik berada dalam kelompoknya. Hal ini dapat dikarenakan kelompok dapat
menciptakan situasi yang nyaman bagi anggotanya. Perasaan nyaman yang dirasakan siswa menyebabkan mereka ketergantungan terhadap kelompok.
Ketergantungan itu dapat terlihat dari adanya siswa yang selalu mengikuti kemanapun kelompoknya pergi. Eratnya hubungan siswa dengan
kelompoknya menyebabkan siswa menganggap kekompakan adalah hal yang mutlak. Setiap ajakan dari kelompok akan sulit untuk ditolak karena
berpikir bahwa mempererat hubungan dengan kelompok dapat dilakukan dengan cara mengikuti kemanapun teman kelompok ajak bermain.
Selain mengikuti kemanapun kelompoknya pergi bermain, siswa juga memilih untuk tidak pulang ke kampung halaman bagi yang tidak
berasal dari Yogyakarta karena menganggap bahwa teman-teman yang di Yogyakarta lebih menyenangkan daripada yang di kampung halaman.
Selain itu kekompakan juga dilakukan oleh siswa-siswa dengan cara hanya ingin menceritakan rahasia kepada teman kelompok saja. Hal ini terjadi
karena adanya rasa percaya kepada kelompok, percaya bahwa kelompok dapat memberikan semangat dan menjaga rahasia mereka. Alasan siswa
bergabung dalam kelompok menurut Vaughan 2005 bahwa adanya dukungan emosional yang diberikan kelompok, misalnya setelah siswa
menceritakan rahasianya kepada kelompok siswa memperoleh dukungan dan semangat. Semakin tinggi rasa nyaman siswa pada kelompok maka
akan semakin tinggi tingkat konformitas. Kekompakan juga dapat terjadi karena keinginan yang kuat
untuk menjadi anggota dari sebuah kelompok. Munculnya keinginan untuk menjadi anggota kelompok adalah karena melihat kelompok yang populer
di sekolah dan dikenal banyak orang. Keinginan untuk dapat bergabung dengan kelompok ini dapat menyebabkan siswa melakukan perilaku yang
mengarah ke konformitas negatif, seperti pada item yang dipilih oleh siswa kelas XII yaitu:
”saya akan berperilaku sesuai dengan aturan kelompok agar saya
dapat diterima sebagai anggota kelompok” , ”saya
lebih mengutamakan kepentingan kelompok daripada kepentingan pribadi”. Keinginan untuk bergabung menjadi anggota dalam kelompok
menyebabkan siswa bersedia melakukan perilaku yang sesuai dengan kelompok agar dapat bergabung dengan kelompok yang diinginkan
mereka. Hal ini sesuai dengan Sears 2004: 85 berpendapat bahwa individu akan rela memenuhi permintaan kelompok agar dapat diterima
oleh kelompok. Selain berprilaku sesuai dengan permintaan kelompok, siswa yang memiliki keinginan yang kuat untuk bergabung dalam sebuah
kelompok di sekolah akan cenderung mengutamakan kepentingan kelompok, keinginan untuk bergabung dengan kelompok inilah yang
memunculkan keinginan untuk menyesuaikan diri dengan kelompok. Siswa akan berusaha untuk menghindar dari segala sesuatu yang tidak
sesuai dengan norma kelompok. Mereka akan patuh pada cita-cita, sikap, dan kebiasaanyang berlaku dalam kelompok.
Perilaku menyesuaikan diri ini merupakan salah satu perubahan sosial pada masa remaja. Siswa kelas XII yang berumur 15-17 tahun
masuk ke dalam usia remaja akhir, dimana salah satu tugas perkembangan yang harus dilalui adalah penyesuaian sosial. Siswa harus menyesuaikan
diri dengan kelompok sebayanya agar diterima di lingkungan sosialnya. Dari penjelasan di atas peneliti mengaitkan dengan butir item
yang juga masuk kategori sedang yang dipilih oleh siswa kelas XII yang juga termasuk dalam perilaku menyesuaikan diri, yaitu:
”saya akan memilih kegiatan yang sama
dengan teman kelompok” dan
”persahabatan terjalin karena memiliki hobi yang sama”. Hal ini sesuai menurut Vaughan 2005 berpendapat bahwa alasan seseorang bergabung
dalam kelompok karena adanya kesamaan sikap dan minat. Individu- individu yang memiliki minat dan sikap yang sama cenderung
berkelompok. Dengan adanya minat yang sama maka siswa akan lebih mudah
untuk mendapatkan informasi-informasi mengenai minatnya tersebut. Penyesuaian diri yang dilakukan individu ini sesuai dengan faktor-faktor
yang menyebabkan konformitas menurut Sears 2004: 80 individu menyesuaikan diri karena rasa takut pada penyimpangan. Rasa takut
dipandang sebagai seseorang yang menyimpang merupakan faktor yang menyebabkan mereka menyesuaikan diri dan melakukan perilaku
konformitas. Hal ini dapat terjadi pada siswa yang tidak ingin terlihat berbeda dari teman yang lain. Harapan siswa menyesuaikan diri adalah
agar kelompok menyukainya dan memperlakukannya dengan baik dan keinginan menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan.
Kedua , kesepakatan juga merupakan aspek konformitas yang
ingin dijelaskan oleh peneliti sehubungan dengan hasil penelitian yang diperoleh dimana tingkat konformitas pada siswa kelas XII SMA Stella
Duce 2 termasuk dalam kategori sedang, artinya perilaku konformitas cukup tinggi juga terjadi pada aspek kesepakatan. Kesepakatan terjadi
karena adanya keyakinan individu pada kelompok. Kesepakatan