Persepsi dan Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah terhadap
                                                                                persepsi  guru  baik  terhadap  pembelajaran  maka  keyakinan  guru  dalam melaksanakan  pembelajaran  juga  akan  baik.  Pernyataan  ini  juga  sejalan  dengan
Thompson berdasarkan penelitiannya bahwa tingkat konsistensi yang tinggi antara keduanya, walaupun hubungan antara persepsi dan praktek pembelajaran itu begitu
kompleks, namun dapat disederhanakan sebagai sebab dan akibat dalam Mulyana, 2000 :9.
Dalam  penelitian  ini,  diketahui  bahwa  secara  keseluruhan  persepsi  guru tentang  pembelajaran  berada  pada  kategori  baik  dengan  persentase  84,68    dan
keyakinan  guru  dalam  melaksanakan  pembelajaran  juga  tergolong  baik  dengan persentase 76,16 .  Hal ini menunjukkan bahwa persepsi  terhadap pembelajaran
dan  keyakinan  guru  IPA  Sekolah  Menengah  di  Kabupaten  Nias  Barat  dalam melaksanakan pembelajaran tergolong baik.
Persepsi  terhadap  pembelajaran  dan  keyakinan  guru  dalam  melaksanakan pembelajaran  dalam  penelitian  ini  dibagi  berdasarkan  lima  aspek  pembelajaran
yaitu: 1 pemahaman tentang pembelajaran, aspek ini meliputi tentang pemahaman terhadap posisin guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan juga pemahaman
tentang proses belajar-menngajar; 2 penguasaan materi; aspek ini meliputi tentang penguasaan materi yang sesuai kurikulum dan kemampuan mengembangkan ilmu
3  strategi  pembelajaran,  aspek  ini  meliputi  tentang  penguasaan  pendakatan saintifik  dan  media  pembelajaran  4  interaksi  dengan  siswa,  aspek  ini  meliputi
tentang  kemampuan  guru  mengenal  dan  memahami  siswa,  komunikasi  guru  dan siswa serta kemampuan membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dan 5
pengelolaan kelas yang meliputi tentang kemampuan mengontrol situasi kelas dan membuat siswa terlibat aktif di kelas.
Berdasarkan  hasil  analisis  data  dapat  dilihat  bahwa  persepsi  guru  memiliki skor  paling  tinggi  pada  aspek  penguasaan  materi.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa
persepsi guru IPA sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat sangat baik dalam aspek penguasaan materi dengan  rata-rata skor sebesar 89,96  , Hal  ini terbukti
bahwa untuk skor persepsi paling tinggi untuk item pernyataan yaitu “sangat perlu
mempersiapkan  bahan  yang  mau  diajarkan  sebelum  mengajar”dengan  skor sebesar  97,17 ,  pernyataan ini menunjukkan bahwa guru IPA menganggap dan
sadar bahwa perlunya mempersiapkan bahan ajar sebelum mengajar. Jika ditinjau dari persepsi guru terhadap pembelajaran, maka salah satu indikator menjadi guru
profesional  yang  berdasarkan  pendapat    Trowbridge    Bybee  dalam  Suparno 2013:8-10  telah  terpenuhi  yaitu  penguasaan  bahan.  Secara  umum,  guru  IPA
sekolah  Menengah  di  Kabupaten  Nias  Barat  menganggap  bahwa  ia  sangat menguasai bahan pembelajaran atau materi pembelajaran dengan sangat baik.
Berdasarkan  aspek  pembelajaran  guru  memiliki  skor  paling  rendah  pada aspek  pemahaman  tentang  pembelajaran  dengan  rata-rata  skor  sebesar  81,23  .
Pada  aspek  ini,  pernyataan  yang  memiliki  rata-rata  skor  terendah  yaitu “Pembelajaran berpusat pada siswa” pernyataan ini memiliki rata-rata skor sebesar
69,81 . Dari jawaban guru dapat disimpulkan bahwa masih ada guru menganggap bahwa murid bukanlah pusat pembelajaran. Sedangkan dalam proses pembelajaran
IPA,  guru  sebaiknya  menjadi  fasilitator  yang  dapat  menfasilitasi  siswa  untuk mengkonstruksi  pengetahuannya  serta  mengembangkannya  dan  siswa  yang
menjadi  pusat  pembelajaran.  Hal  ini  berarti  dalam  pembelajaran  IPA,  siswa dipandang  sebagai  pusat  pembelajaran.  Tetapi  sebagaian  guru  IPA  di  Kabupaten
Nias Barat masih menganggap bahwa siswa bukanlah pusat pembelajaran. Dari hasil analisis data, keyakinan  guru dalam melaksanakan pembelajaran
secara  umum  tergolong  baik.  Jika  ditinjau  untuk  setiap  aspek,  keyakinan  guru dalam  melaksanakan  pembelajaran  memiliki  skor  paling  tinggi  pada  aspek
pengelolaan kelas dengan rata-rata skor sebesar 78,16  sehingga  dapat dikatakan bahwa guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat memiliki keyakinan
paling  tinggi  dalam  melaksanakan  aspek  pengelolaan  kelas.  Pada  aspek  ini  guru memiliki  keyakinan  paling  tinggi  pada  item  pernyataan  yaitu  “saya  tidak
menghukum siswa yang melakukan yang pelanggaran dengan memukul agar tidak melakukan  pelanggaran  kembali
”  rata-rata  skor  guru  dari  pernyataan  ini  yaitu sebesar 85,85 . Berdasarkan item pernyataan ini, maka guru tidak menghukum
siswa dengan memukul tetapi guru menghukum siswa dengan cara lain yang tidak melibatkan kekerasan fisik.
Keyakinan guru pada aspek pembelajaran paling rendah pada aspek strategi pembelajaran  dengan  rata-rata  skor  sebesar  62,56  .  Guru  kurang  yakin  dalam
melaksanakan aspek strategi pembelajaran di kelas. Hal ini dibuktikan dengan skor terendah  keyakinan  guru  dalam  melaksanakan  pembelajaran  yaitu  pada  item
pernyataan  “saya  mengajak  siswa  melakukan  praktikum”  dengan  rata-rata  skor sebesar  65,09  dan “saya sering menggunakan alat peraga” dengan rata-rata skor
sebesar 67,45 . Dari kedua item pernyataan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa guru IPA kurang melakukan perannya sebagai guru yang membantu memfasilitasi
siswa  untuk  memahami  secara  konkrit  materi  pelajaran.  Karena  guru  tidak mengajak  siswa  melakukan  praktikum  ataupun  menggunakan  alat  peraga  dalam
pembelajaran.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  guru  IPA  Sekolah  Menengah  di Kabupaten  Nias  Barat  memiliki  keyakinan  paling  rendah  dalam  melaksanakan
aspek  strategi  pembelajaran  terutama  dalam  melaksakan  praktikum  dan penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran IPA.
Kesenjangan paling besar pada aspek strategi  pembelajaran kemungkinan terjadi karena aspek ini lebih mencirikan pembelajaran IPA yang mana guru IPA
yang baik seharusnya  memiliki strategi pembelajaran yang berbeda dengan guru mata  pelajaran  yang  lain.  Guru  IPA  harus  bisa  mengorganisasikan  pengajaran
dengan cara yang ilmiah dengan melaksanakan pembelajaran yang ilmiah dengan menerapkan  pendekatan  saintifik.  Guru  IPA  yang  professional  juga  menguasai
penggunaan media pembelajaran yang dapat dijadikan alat peraga serta mengajak siswa dalam melaksanakan praktikum.
Terjadinya  kesenjangan  besar  antara  persepsi  dan  keyakinan  dalam melaksanakan  aspek  strategi  pembelajaran  karena  hanya  guru  IPA  profesional
dalam  bidangnya  yang  dapat  menerapkan  hal  ini    dengan  baik  dalam  proses pembelajaran karena aspek ini mencakup khusus pada pembelajaran IPA. Padahal
kenyataan  di  Kabupaten  Nias  Barat  menunjukkan  bahwa  guru  yang  mengampu mata pelajaran IPA bukanlah ahli dalam bidangnya karena kebanyakan guru berasal
dari latar belakang pendidikan non IPA tetapi mengajar IPA SMP maupun Biologi, Fisika dan Kimia SMA.
Bila kedua obyek yang diteliti ini dibandingkan maka terlihat jelas seperti pada  grafik  4.7  bahwa  keyakinan  guru  lebih  rendah  dalam  melaksanakan
pembelajaran  dibandingkan  dengan  persepsinya  terhadap  pembelajaran.  Hal  ini berarti  bahwa  guru  memiliki  persepsi  yang  baik  tetapi  kurang  yakin
melaksanakannya  di  dalam  pembelajaran.  untuk  mengetahui  apakkah  ada  beda antara  persepsi  dan  keyakinan  guru  maka  dilakukan  analisis  uji  T  untuk  dua
kelompok denpenden. Dari  hasil  analisis  menggunakan  uji  Paired-Sample  T  test,  menunjukkan
bahwa  terdapat  perbedaan  yang  signifikan  antara  persepsi  guru  terhadap pembelajaran dan keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Pada tabel
4.14 dapat dilihat bahwa yang memiliki perbedaan paling besar antara persepsi dan keyakinan  yaitu  pada  aspek  strategi  pembelajaran  dan  penguasaan  materi.  Pada
kedua  aspek  ini,  guru  memiliki  persepsi  yang  berada  pada  kualifikasi  baik  dan sangat  baik.  Tetapi  dalam  keyakinan  melaksanakan  kedua    aspek  ini  dalam
pembelajaran  berada  pada  kualialifikasi  baik  dan  cukup.  Terjadinya  perbedaan persepsi dan keyakinan pada aspek strategi pembelajaran karena apa yang dianggap
baik  oleh  guru  belum  tentu  guru  yakin  dapat  melaksanakan  dalam  proses pembelajaran  karena  berbagai  hal  atau  ada  kesenajangan  antara  persepsi  guru
terhadap pembelajaran dan keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajarann. Untuk  masing-masing  klasifikasi  dan  kualifikasi  persepsi  terhadap
pembelajaran dan keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 4.9, berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat persentase guru IPA sekolah
Menengah  dalam  persepsinya  tentang  pembelajaran  pada  kualifikasi  sangat  baik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
                                            
                