Faktor Komunikasi HASIL DAN PEMBAHASAN

selera konsumen. Variabel penyusun faktor experience yang kedua adalah Perasaan. Variabel perasaan diwakili dengan tanggapan responden atas pernyataan ” Saya merasa santai menghabiskan waktu di coffee shop “de Koffie Pot” memiliki nilai communality sebesar 46,2 persen. Dengan merujuk pada hasil penelitian, hendaknya coffee shop de Koffie Pot senantiasa memperbaharui atribut­atribut dalam coffee shop yang membuat pengunjung tetap merasa santai dalam menghabiskan waktu di coffee shop de Koffie Pot. Variabel penyusun faktor experience yang ketiga adalah Identitas. Variabel identitas diwakili dengan tanggapan responden atas pernyataan ” Saya rasa ’de Koffie Pot’ merupakan nama yang tepat untuk sebuah coffee shop” memiliki nilai communality sebesar 67,2 persen. Artinya sekitar 67,2 persen dari variabel identitas dapat dijelaskan oleh tiga faktor yang terbentuk. Hasil deskripsi responden menyimpulkan bahwa faktor identitas coffee shop de Koffie Pot merupakan faktor yang berpengaruh bagi responden dalam mengunjungi de Koffie Pot. Variabel Penyusun faktor experience yang terakhir adalah lingkungan dengan nilai communality sebesar 53,5 persen. Variabel lingkungan diwakili dengan tanggapan responden atas pernyataan ” Saya dapat menjangkau tempat coffee shop de Koffie Pot dengan mudah”. Berdasarkan arah korelasi positif, dapat diartikan bahwa apabila faktor lingkungan ditingkatkan, maka persepsi loyalitas konsumen dalam mengunjungi coffee shop de Koffie Pot akan meningkat pula.

b. Faktor Komunikasi

Faktor komunikasi dapat menjelaskan keragaman data sebesar 13,61 persen dan keempat variabel tersebut berkorelasi positif terhadap faktor ini. Variabel yang menyusun faktor komunikasi adalah komunikasi X 6 , co­branding X 9 , website X 11 , dan orang X 12 . Berdasarkan nilai loading pada Tabel 12, variabel experiential marketing yang mempunyai peranan terbesar sampai terkecil dalam mempengaruhi loyalitas konsumen adalah variabel komunikasi, website, co­branding dan orang. Variabel komunikasi diwakili dengan tanggapan responden atas pernyataan ” de Koffie Pot memberikan informasi dengan baik terhadap hal­hal yang tidak saya ketahui tentang produk yang ditawarkan” dan variabel co­branding diwakili dengan tanggapan responden terhadap pernyataan ”de Koffie Pot merupakan tempat yang sering digunakan untuk sebuah meetingrapat perusahaan” yang memiliki nilai communality 66,3 persen dan 61,7 persen. Artinya sekitar 66,3 persen dari variabel komunikasi dan 61,7 persen dari variabel co­branding dapat dijelaskan oleh 3 faktor yang terbentuk. Coffee shop de Koffie Pot perlu lebih meningkatkan peran faktor kerjasama merek variabel co­branding dengan lebih membuka diri dengan perusahaan­ perusahaan yang berpotensi untuk melakukan meeting di de Koffie Pot. Variabel website diwakili dengan tanggapan responden atas pernyataan ”Saya mengenal de Koffie Pot dari website, internet atau media elektronik lainnya” dan variabel orang diwakili dengan tanggapan responden atas pernyataan ” Pelayanan yang diberikan oleh pelayan atau barista membuat saya merasa nyamancomfortable” yang memiliki nilai communality sebesar 66, 4 persen dan 65,4 persen. Artinya sekitar 66,4 persen dari variabel website dan 65,4 persen dari variabel orang dapat dijelaskan oleh tiga faktor yang terbentuk. Berdasarkan arah korelasi, dapat diartikan bahwa semakin baik promosi­promosi yang dilakukan lewat website, media elektronik dan media masa lainnya, maka kecenderungan orang untuk mengunjungi de Koffie Pot akan semakin bertambah pula.

c. Faktor Situasional