2.2 Kajian Variabel Penelitian
2.2.1 Konservatisme Akuntansi
Konservatime adalah sikap atau aliran dalam menghadapi ketidakpastian untuk mengambil tindakan atau keputusan atas dasar munculan outcome yang terjelek dari
ketidakpastian tersebut. Sikap konservtif juga mengandung makna sikap berhati – hati dalam menghadapi risiko dengan cara bersedia mengorbankan sesuatu untuk
mengurangi atau menghilangkan risiko Suwardjono, 2005:245. Menurut FASB 1980 dalam Georgakpoulus et al., 2011 konservatisme dapat didefinisikan sebagai
reaksi kehati-hatian prudent terhadap ketidakpastian untuk memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko yang ada dalam bisnis telah dipertimbangkan dengan cukup.
Ketidakpastian tersebut harus dicerminkan dalam laporan keuangan agar nilai prediksi tentang laba atau rugi perusahaan dapat dihitung dengan cermat. Sikap akuntansi yang
konservatif ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang terbaik bagi semua pengguna laporan keuangan.
Prinsip konservatisme merupakan prinsip pengecualian atau prinsip yang mengubah konsensus umum. Dikatakan mengubah karena prinsip ini membuat
pembatasan pada penyajian data akuntansi yang relevan dan terpercaya. Menurut prinsip ini, apabila kita dihadapkan untuk memilih antara dua atau lebih prinsip
akuntansi yang sama – sama diterima, kita harus mengutamakan pilihan yang memberikan pengaruh keuntungan paling kecil pada equity pemilik. Lebih khusus lagi
kita harus memiliki nilai yang paling rendah untuk melaporkan pos aktiva dan hasil, dan nilai yang paling tinggi untuk melaporkan pos kewajiban dan biaya yang akan
dibayar. Prinsip konservatisme ini menggambarkan bahwa akuntansi itu menganut sikap pesimis sewaktu memilih prinsip akuntansi untuk menyusun laporan keuangan
Harahap, 2011:90. Sikap konservatisme merupakan anitisipasi terhadap kerugian yang akan
ditanggung oleh perusahaan daripada laba yang akan diterima oleh perusahaan. LaFond dan Roychowdhury 2007 menyatakan bahwa konservatisme akuntansi meliputi
pengguna standar yang lebih tepat untuk mengakui badnews sebagai kerugian dan goodnews sebagai keuntungan dan memfasilitasi kontrak yang efisien antara manajer
dan shareholders. Dengan kata lain sikap konservatisme merupakan sikap kehati- hatian yang mana sikap ini mengakui biaya dan rugi lebih cepat, mengakui pendapatan
atau laba lebih lambat, menilai aktiva dengan nilai yang terendah dan menilai kewajiban dengan nilai yang tertinggi.
Konservatisme akuntansi dalam penerapannya di perusahaan masih terjadi kontroversi mengenai sikap konservatisme ini, ada beberapa pihak yang mendukung
konservatisme akuntansi ini seperti Francis et al., 2005 dalam Georgokopoulus et al., 2011 yang berpendapat bahwa akuntansi konservatif menghasilkan kualitas akuntansi
yang tinggi. Dan bahkan secara tesirat standar akuntansi yang ada di Indonesia PSAK juga menyarankan akuntansi konservatif, hal ini dapat dilihat dalam aturan-aturan yang
ada di dalamnya mengenai akuntansi konservatif. Bukan tanpa alasan ada berbagai pihak yang mendukung hal ini karena akuntansi dirasa akan memberikan keuntungan
dalam kontrak-kontrak antara pihak dalam perusahaan dan luar perusahaan. Akuntansi konservatif juga mampu membatasi manajemen dalam membesar-besarkan laba
perusahaan karena mengakui badnews lebih cepat daripada goodnews, yang mana hal ini akan memberikan gambaran yang cukup realistis kepada para pengguna laporan
keuangan. Konservatisme akuntansi dalam penerapannya selain ada beberapa pihak yang
setuju namun ada juga pihak-pihak yang menentang konsep ini karena dianggap konservatisme akuntansi tidak bermanfaat karena mengandung informasi yang bias dan
tidak mencerminkan keadaan yang sesungguhnya diperusahaan. Seperti yang diungkapkan oleh Kiryanto dan Supriyanto, 2006. Mereka beranggapan bahwa
laporan akuntansi yang dihasilkan dengan metoda yang konservatif cenderung bias dan dak mencerminkan realita. Pendapat ini dipicu oleh oleh definisi mengenai akuntansi
konservatif, dimana metode ini mengakui kerugian lebih cepat daripada pendapatan dimana hal ini tidak mencermikan keadaan sesungguhnya yang sedang dialami oleh
perusahaan. Sterling menyebut konservatisme akuntansi sebagai prinsip penilaian akuntansi
yang paling kuno dan mungkin paling bertahan. Hari ini, penekanan pada penyajian yang objektif dan adil serta keutamaan investor sebagai pengguna telah mengurangi
ketergantungan pada konservatisme. Konservatisme saat ini dipandang lebih sebagai pedoman untuk diikuti dalam situasi luar biasa, dan bukan sebagai aturan umum untuk
diterapkan secara kaku dalam semua situasi. Konservatisme masih digunakan dalam beberapa situasi yang memerlukan penilaian akuntan, seperti memilih estimasi umur
manfaat dan nilai sisa dari aktiva untuk akuntansi depresiasi dan konsekuensi aturan dari penerapan konsep “mana yang lebih rendah antara biaya atau harga pasar” dalam
penilaian persediaan dan efek – efek ekuitas yang dapat dijual. Karena hal tersebut pada dasarnya adalah manifestasi dari intervensi akuntan yang dapat menimbulkan bias,
kesalahan, distorsi yang mungkin, dan laporan yang menyesatkan, pandangan saat ini mengenai konservatisme sebagai prinsip akuntansi cenderung untuk menghilang
Belkaoui, 2006:288.
2.2.2. Proporsi Komisaris Independen