commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Sebagai negara sedang berkembang, Indonesia termasuk masih kekurangan wirausahawan. Hal ini dapat dipahami, kerena kondisi pendidikan di
Indonesia masih belum menunjang kebutuhan pembangunan sektor ekonomi. Perhatikan, hampir seluruh sekolah masih didominasi oleh pelaksanaan
pendidikan dan pembelajaran yang konvensional. Mengapa hal itu dapat terjadi? Di satu sisi institusi pendidikan dan masyarakat kurang mendukung pertumbuhan
wirausahawan. Di sisi lain, banyak kebijakan pemerintah yang tidak dapat mendorong semangat kerja masyarakat, misalkan kebijakan harga maksimum
beras, maupun subsidi yang berlebihan yang tidak mendidik perilaku ekonomi masyarakat.
Kenyataan menunjukkan, bahwa kehidupan saat ini telah diwarnai oleh inovasi-inovasi di berbagai bidang. Inovasi sebagai proses kreatif, tidak akan
sukses ketika inovator belum memiliki semangat kewirausahaan. Pemahaman kesadaran ini menuntut penyajian matapelajaran Kewirausahaan khususnya di
SMK dan Inovasi tidak bertumpu pada ranah kognitif, tetapi juga afektif, dan psikomotorik. Dengan kata lain, melalui pendidikan kejuruan, selain semakin
memahami konsep enterpreneurship juga diharapkan meningkatkan semangat enterpreneurship siswa.
Wirausahawan Entrepreneur adalah orang yang menjalankan perusahaan atau usaha rintisan sendiri dan mempunyai tanggung jawab atas risiko yang
commit to user dihadapi kegiatannya tersebut. Usaha tersebut umumnya disebut sebagai
wirausaha. Wikipedia Bahasa Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi KBBI mendefinisikan wirausahawan sebagai orang yang pandai atau berbakat
mengenali produk baru, menyusun cara baru dalam berproduksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, mengatur permodalan operasinya, serta
memasarkannya. Sedangkan, Louis Jacques Filion menggambarkan wirausahawan sebagai
orang yang imajinatif, yang ditandai dengan kemampuannya dalam menetapkan sasaran serta dapat mencapai sasaran-sasaran itu. Ia juga memiliki kesadaran
tinggi untuk
menemukan peluang-peluang
dan membuat
keputusan. Persamaannya dari pengertian - pengertian tersebut yaitu wirausahawan memiliki
dan mampu berpikir kreatif-imajinatif, melihat peluang dan membuat bisnis baru. Seorang wirausahawan adalah seorang manajer, tetapi melakukan kegiatan
tambahan yang tidak dilakukan semua manajer. Manajer bekerja dalam hierarki manajemen yang lebih formal, dengan kewenangan dan tanggung jawab yang
didefinisikan secara jelas sedangkan pengusaha menggunakan jaringan daripada dari kewenangan formal. Wikipedia Bahasa Indonesia.
Matapalajaran Kewirausahaan di SMK dilaksanakan untuk menumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan pada para siswa dan juga guru, serta diharapkan
menjadi wahana pengintegrasian secara sinergi antara penguasaan sains dan teknologi dengan jiwa kewirausahaan. Selain itu diharapkan pula hasil-hasil
penelitian dan pengembangan tidak hanya bernilai akademis saja, namum mempunyai nilai tambah bagi kemandirian perekonomian bangsa.
commit to user Kewirausahaan, dapat didefinisikan sebagai kemampuan melihat menilai
kesempatan-kesempatan peluang bisnis serta kemampuan mengoptimalisasikan sumberdaya dan mengambil tindakan serta bermotivasi tinggi dalam mengambil
resiko dalam rangka mensukseskan bisnisnya. Jadi kewirausahaan merupakan upaya mengoptimalkan potensi-poitensi individu dalam menjalankan bisnis atau
mengelola usaha. Peranan sekolah kejuruan, khususnya SMK rumpun bisnis dan manajemen
dalam memotivasi lulusannya menjadi seorang wirausahawan muda sangat penting dalam menumbuhkan jumlah wirausahawan. Dengan meningkatnya
wirausahawan dari kalangan muda akan mengurangi pertambahan jumlah pengangguran bahkan menambah jumlah lapangan pekerjaan. Pertanyaannya
adalah bagaimana pihak sekolah dapat mencetak wirausahawan muda yang tangguh?.
Pendidikan kewirausahaan di Indonesia masih kurang memperoleh perhatian yang cukup memadai, baik oleh dunia pendidikan maupun masyarakat. Banyak
pendidik yang kurang memperhatikan penumbuhan sikap dan perilaku kewirausahaan peserta didik, baik di sekolah-sekolah kejuruan, maupun di
pendidikan profesional. Orientasi mereka, pada umumnya hanya pada menyiapkan tenaga kerja.
Salahsatu upaya meningkatkan kualitas pembelajaran matapelajaran Kewirausahaan adalah dengan meningkatkan proses kegiatan belajar mengajar.
Strategi dan pendekatan pembelajaran perlu disesuaikan dengan konteks kekinian yang tengah terjadi di masyarakat. Selain itu, pemilihan materi atau bahan ajar
commit to user juga perlu disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan dinamika perkembangan
masyarakat. Diantara bentuk upaya meningkatkan proses kegiatan pembelajaran adalah
melalui inovasi penggunaan media pembelajaran. Guru harus mempertimbangkan pentingnya penggunaan media pembelajaran. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, khususnya teknologi informasi sangat berpengaruh terhadap perencanaan dan implementasi strategi pembelajaran. Oleh sebab itu guru perlu
harus menggunakan berbagai media sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan media komunikasi, bukan saja dapat
mempermudah dan mengefektifkan proses pembelajaran, akan tetapi juga bisa membuat proses pembelajaran lebih menarik.
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau
pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm 1977:114 mengemukakan bahwa
media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs 1977:5 berpendapat bahwa
media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isimateri pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National
Education Associaton 1969:67 mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk
teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat
commit to user merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat
mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk
melakukan komunikasi dengan si-belajar Martin Briggs, dalam Degeng, 1990:216. Media sebagai alat bantu dalam pembelajaran adalah suatu kenyataan
yang tidak dapat dihindari, karena memang gurulah yang menghendakinya. Media sebagai alat bantu berfungsi membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-
pesan atau bahan pelajaran. Menurut Harjanto 1997:238 dalam menggunakan media sebagai alat bantu komunikasi dalam pembelajaran, kiranya harus
didasarkan pada kriteria pemilihan yang obyektif. Sebab penggunaan media pendidikan tidak sekedar menampilkan program pengajaran kedalam kelas,
melainkan juga harus dikaitkan dengan tujuan pembelajaran, strategi dan bahan ajar.
Penggunaan media dalam pembelajaran juga dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kegagalan komunikasi. Artinya, materi pelajaran atau pesan yang
disampaikan guru tidak dapat diterima siswa secara optimal, tidak seluruh materi dapat dipahami, bahkan salah dalam menafsirkan isi pesan tersebut.
Seringkali pengertian media pembelajaran disalahtafsirkan dengan berbagai jenis peralatan atau sarana yang ada di kelas. Memang media pembelajaran
memerlukan peralatan atau sarana untuk menyampaikannya, namun yang terpenting bukanlah peralatan itu tetapi pesan atau informasi belajar yang
dibawakan oleh media itu Winatapura, 2002:5.6. Sedangkan Oemar Hamalik 2003:200 menyatakan bahwa sering terjadi salah tafsir bahwa penggunaan alat
bantu pengajaran menjadikan pekerjaan guru lebih efisien dan mudah, padahal
commit to user yang seharusnya adalah bagaimana siswa belajar dengan lebih mudah. Jadi
kehadiran media pembelajaran lebih berarti untuk memudahkan siswa dalam belajar, daripada membantu guru memudahkan pekerjaannya mengajar.
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Pemanfaatan
media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu mempelajari bagaimana
menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
Pada kenyataannya media pembelajaran masih sering terabaikan dengan berbagai alasan, antara lain: terbatasnya waktu untuk membuat persiapan
mengajar, sulit mencari media yang tepat, tidak tersedianya biaya, dan lain-lain. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap guru telah mempunyai
pengetahuan dan ketrampilan mengenai media pembelajaran. Dengan demikian sesungguhnya kuncinya ada pada kemauan guru untuk membuat dan
mengembangkan media pembelajaran. Selain
permasalahan media
dalam pembelajaran
matapelajaran Kewirausahaan sebagaimana diuraikan sebelumnya, ada satu hal lagi yang penting
untuk diperhatikan dalam upaya meningkatkan jiwa kewirausahaan siswa, yaitu masalah sikap kewirausahaan. Kita harus mengakui bahwa sikap kewirausahaan
pada masyarakat kita memang masinh rendah. Secara historis masyarakat kita memiliki sikap feodal yang diwarisi dari penjajah Belanda, ikut mewarnai
orientasi pendidikan kita. Sebagian besar anggota masyarakat mengaharapkan output pendidikan sebagai pekerja, sebab dalam pandangan mereka bahwa pekerja
commit to user terutama pegawai negeri adalah priyayi yang memiliki status sosial cukup tinggi
dan disegani oleh warga masyarakat. Lengkaplah sudah, baik pendidik, institusi pendidikan, maupun masyarakat, memiliki persepsi yang sama terhadap harapan
ouput pendidikan. Berdasarkan masalah-masalah yang diidentifikasi di atas, sudah cukup
jelas menggambarkan permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian ini, yaitu penggunaan media pembelajaran dan sikap kewirausahaan siswa, serta bagaimana
pengaruhnya terhadap prestasi belajar matapelajaran Kewirausahaan siswa.
B. Pembatasan Masalah