Prinsip-prinsip Penerjemahan Proses Penerjemahan

commit to user 12 bahasa isyarat yang digunakan oleh mereka yang tidak bisa berbicara pun bisa dialihkan. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penerjemahan bukan hanya pengalihan teks yang terdapat dalam Bsu ke Bsa tetapi juga pengalihan makna yang terdapat dalam Bsu ke Bsa dengan bentuk yang berterima dan mudah dipahami. Di samping itu bentuk kewajaran juga harus dipertimbangkan karena sering terjemahan yang mempertahankan bentuk Bsu kurang berterima dikalangan pembaca karena sulit memahami maknanya. Bassnett-McGuire 1991:2 memberikan pengertian penerjemahan yang lebih luas dengan menyatakan bahwa penerjemahan merupakan usaha menyampaikan sebuah teks yang terdapat dalam Bsu ke dalam Bsa dengan mengupayakan agar makna lahir dari kedua teks sama dan struktur dari Bsu juga sedapat mungkin dipertahankan, namun tidak begitu dekat untuk menghindari penyimpangan serius pada Bsa.

2.1.1.2 Prinsip-prinsip Penerjemahan

Ada beberapa prinsip dalam penerjemahan yang harus menjadi perhatian penerjemah. Konsep kesepadanan makna antara teks Bsu dan teks Bsa harus diutamakan. Prinsip-prinsip ini merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh seorang dalam melakukan penerjemahan. Tytler dalam Hatim dan Mason 1990:16 menegaskan bahwa terjemahan yang baik harus memenuhi beberapa syarat berikut ini: commit to user 13 1. That the translation should give a complete transcript of the ideas of the original 2. That the style and manner of the writing should be of the same character with that of the original 3. That the translation should have all the ease of original composition Dengan memahami prinsip penerjemahan dengan baik maka seorang penerjemah dapat menghasilkan terjemahan yang baik dan berterima dikalangan pembacanya. Dengan demikian penerjemah tidak boleh asal-asalan menambahkan atau mengurangi makna yang terdapat dalam Bsu ketika menerjemahkannya atau mengalihkannya kedalam Bsa. Penambahan dan pengurangan boleh dilakukan setelah memperhatikan faktor linguistik dan non- linguistiknya dan selama penambahan dan pengurangan yang dilakukan tidak mengubah makna yang terdapat dalam Bsu. Baker 1992 mengatakan bahwa “ Most languages are likely to have equivalents for the more general verbs of speech such a s say a nd speak, but many may not have equivalents for the specific ones. La ngua ges understanda bly tend to make only those distinctions in mea ning which are releva nt to their particular environtment,” . Dari kutipan ini dapat diperoleh pengertian bahwa ada unit linguistik yang mempunyai padanan antara satu bahasa dengan bahasa lain akan tetapi juga ada juga yang tidak. Disinilah kemampuan seorang penerjemah sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan permasalahan ini. commit to user 14

2.1.1.3 Proses Penerjemahan

Proses merupakan rangkaian yang harus dilalui selama kegiatan berlangsung mulai dari awal hingga akhir. Dengan demikian proses penerjemahan merupakan langkah-langkah atau tahapan yang dilakukan seorang penerjemah mulai dari tahap menganalisis makna yang terdapat dalam Bsu sampai terciptanya sebuah terjemahannya dalam Bsa. Nida menggambarkan proses penerjemahan dalam tiga tahap sebagai berikut: A Source B Receptor Analysis Restructuring X Transfer Y Gambar 1. Proses Penerjemahan Nida, 1975:80 Pada diagram di atas terlihat bahwa langkah pertama yang dilakukan adalah menganalisis sebuah teks. Hal ini dapat dilakukan dengan membaca teks yang akan diterjemahkan dengan tujuan untuk mengetahui apa yang ingin disampaikan oleh si penulis asli dan untuk mengidentifikasi kata-kata sulit dan istilah teknis dari kalimat kompleks. Sebagai contoh, garis bawahi kata-kata yang sulit lalu carilah padanan katanya di kamus. Analisis juga dilakukan terhadap hubungan kata secara gramatikal, kolokasi-kolokasi, idiom dan sebagainya. Soemarmo, 1997:2. commit to user 15 Tahap selanjutnya adalah proses transfer atau pengalihan makna dari Bsu ke Bsa. Proses ini terjadi dalam pikiran penerjemah sehingga kecerdasan seorang penerjemah untuk mengikuti alur pemikiran penulis teks Bsu sangat berperan dalam tahap ini. Dalam proses ini seorang penerjemah harus menjaga kesetaraannya dengan maksud kesetaraan dalam hal makna, nuansa, dan gaya yang menjadi ciri dari teks yang diterjemahkan. Dalam tahap inilah dimungkinkan adanya penghilangan dan penambahan makna atau penjelasan yang sebenarnya tidak terdapat dalam Bsu tetapi terdapat dalam Bsa. Penghilangan dan penambahan dapat dilakukan sejauh tidak mengubah makna yang terdapat dalam Bsu karena dalam dua bahasa yang berbeda sudah pasti terdapat perbedaan konsep dan istilah yang mana dalam bahasa yang satu terdapat suatu istilah sedangkan dalam bahasa lain tidak ditemukan padanannya. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti faktor sosial, budaya, masyarakat dan lain sebagainya. Basnett 1991:30 mengatakan “ once the principle is accepted that sa meness cannot exist between two la ngua ges, it becomes possible to a ppr oach the question of loss a nd gain .” Menurut Bassnet tidak ada kesamaan mutlak yang terdapat antara dua bahasa sehingga terjadinya loss and gain mungkin saja terjadi dalam penerjemahan. Dari pendapatnya di atas dapat disimpulkan bahwa dalam penerjemahan terjadinya penghilangan dan penambahan makna bisa saja terjadi karena dalam penerjemahan akan sangat sulit menemukan padanan makna yang benar-benar sama antara kedua bahasa yang terlibat. Selanjutnya yang harus dilakukan penerjemah apabila telah selesai dengan analisisnya adalah penyusunan kembali kalimat dalam Bsa Restr ucturing . commit to user 16 Kalimat-kalimat yang dihasilkan pada tahap analisis tentunya belum tertata dengan baik, oleh karena itu perlu dilakukan penyusunan kembali kalimat-kalimat tersebut sesuai dengan struktur Bsa yang baku, kata-kata yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan, serta gaya bahasa yang sesuai, apakah itu bahasa formal, informal, sastra atau puisi sehingga dihasilkan terjemahan yang tidak kaku, mudah dipahami dan akurat. Larson 1984:3-4 juga menggambarkan proses penerjemahan menurut versinya. Menurut Larson proses penerjemahan dimulai dari adanya teks yang akan diterjemahkan, kemudian yang harus dilakukan penerjemah adalah: 1. Mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi dan konteks budaya dari teks bahasa sumber 2. Menganalisis teks bahasa sumber untuk menemukan maknanya discovering the meaning 3. Mengungkapkan kembali makna yang sama itu dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam bahasa sasaran dan konteks budayanya re-express the meaning

2.1.1.4 Ideologi Penerjemahan