Pengelolaan Pembelajaran Matematika Kelas 6 Di Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi Widarti S811108056

(1)

commit to user

DI SEKOLAH DASAR NEGERI 4 PURWODADI

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan

O l e h : Widarti NIM: S811108056

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012


(2)

commit to user

DI SEKOLAH DASAR NEGERI 4 PURWODADI

Oleh : Widarti S811108056

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. (Em). Dr. Sri Yutmini, M. Pd. NIP.

...

Pembimbing II Prof. Dr. Samsi Haryanto, M. Pd NIP. 194404041976031001

...

Mengatahui

Ketua Program Studi Tekonologi Pendidikan

Dr. Nunuk Suryani, M.Pd NIP. 19661109 199003 2 001


(3)

commit to user

DI SEKOLAH DASAR NEGERI 4 PURWODADI

Oleh: Widarti S811108056

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Prof. Dr. H. Mulyoto, M.Pd

NIP. 19430712 197301 1 001

...

Sekretaris Dr. Nunuk Suryani, M.Pd

NIP. 19661108 199004 2 001

...

Anggota Penguji 1. Prof. (Em). Dr. Sri Yutmini, M. Pd. ...

Anggota Penguji 2. Prof. Dr. Samsi Haryanto, M. Pd

NIP. 194404041976031001 ... Mengetahui

Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

Dr. Nunuk Suryani, M.Pd NIP. 19661108 199004 2 001

...

Direktur Program

Pascasarjana


(4)

commit to user

Nama : Widarti

NIM : S811108056

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS 6 DI SEKOLAH DASAR NEGERI 4 PURWODADI adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Okober 2012 Yang membuat pernyataan


(5)

commit to user

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua. (Aristoteles)

Kebijakan dan kebajikaan adalah perisai terbaik. (Aspinal)


(6)

commit to user

Tesis ini kupersembahkan kepada:

Almamater yang memberikan ilmu dan pengetahuan

Suamiku yang selalu setia memberikan dukungan


(7)

commit to user

Puji syukur kupanjatkan kehadirat-Mu ya Allah atas rahmat, nikmat dan penyertaan, tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam mencapai derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak mendapatkan dorongan, bimbingan, bantuan, dan saran dari berbagai pihak sehingga tesis ini dapat selesai. Perkenankanlah pada kesempatan ini penulis mengucapkan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S. Selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus M.S Selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Periode Tahun 2012.

3. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd selaku Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi.

4. Dr Suharno, M.Pd selaku sekretaris Program Studi Teknologi Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi.

5. Prof. (Em). Dr. Sri Yutmini, M. Pd., selaku pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu serta dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan yang sangat berharga sehingga tesis ini dapat terselesaikan.


(8)

commit to user

meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, petunjuk serta arahan yang sangat berharga sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

7. Para dosen Program Studi Teknologi Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

8. Karyawan kantor Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah melayani administrasi dengan baik untuk keperluan penyusunan tesis.

9. Kepala sekolah, guru, dan siswa SD Negeri 4 Purwodadi yang telah berkenan memberi ijin untuk mengadakan penelitian di sekolah yang dipimpinnya. 10.Keluarga SD Negeri 3 Genuksuran dan SD Negeri 1 Karanganyar yang selalu

memberikan kesempatan.

11.Rekan-rekan mahasiswa Program studi Teknologi Pendidikan dan segenap pihak yang telah memberikan bantuan dan perhatian sehingga terselesainya tesis ini.

Semoga segala kebaikan dan ketulusan yang diberikan mendapatkan limpahan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari penyusunan tesis ini masih ada kekurangan, namun besar harapan penulis tegur sapa dan saran sangat penulis harapkan sehingga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya. Amin.

Surakarta, Oktober 2012 Penulis


(9)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN TESIS ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C.Tujuan Penelitian ... 7

D.Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. KAJIAN TEORI ... 9

A.Kajian Teori ... 9

1. Konsep Manajemen ... 9

2. Konsep Pembelajaran ... 17

3. ... 24

4. Hakikat Pembelajaran Matematika ... 55

5. Pengelolaan Pembelajaran Matematika ... 61

6. ... 73

B. Penelitian Terdahulu ... 82

C.Kerangka Berfikir ... 83

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 86


(10)

commit to user

C.Kahadiran Peneliti ... 88

D.Data, Sumber Data dan Nara Sumber ... 88

E. Teknik Pengumpulan Data ... 91

F. Teknik Analisis Data ... 94

G.Keabsahan Data ... 96

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 98

A. ... 98

B. Hasil Penelitian ... 106

1. Pengelolaan Pembelajaran Matematika Kelas 6 di SD Negeri 4 Purwodadi ... 106

2. Hasil yang Dicapai Pembelajaran Matematika Kelas 6 SD Negeri 4 Purwodadi ... 124

3. Kendala yang Dialami Dalam Pembelajaran Matematika Kelas 6 SD Negeri 4 Purwodadi ... 137

C.Pembahasan ... 141

1. Pengelolaan Pembelajaran Matematika Kelas 6 di SD Negeri 4 Purwodadi ... 141

2. Hasil yang Dicapai Pembelajaran Matematika Kelas 6 SD Negeri 4 Purwodadi ... 148

3. Kendala yang Dialami Dalam Pembelajaran Matematika Kelas 6 SD Negeri 4 Purwodadi ... 154

BAB V. SIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI ... 158

1. Simpulan... 158

2. Implikasi ... 162

3. Saran ... 163


(11)

commit to user

1. Pedoman ... 169

2.Catatan L ... 172

3.Lembar Ob ... 221

4.Si ... 222

5.RP ... 223


(12)

commit to user

Widarti. S811108056. Pengelolaan Pembelajaran Matematika Kelas 6 di Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan Pengelolaan pembelajaran Matematika Kelas 6 di Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi. (2 Mendeskripsikan hasil yang dicapai pembelajaran Matematika Kelas 6 di Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi. (3) Mendeskripsikan kendala yang dialami dalam pembelajaran Matematika Kelas 6 di Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain holistik. Nara sumber dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, dan siswa. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model analisis interaktif.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Model pembelajaran matematika kelas 6 Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi menggunakan model pembelajaran diagnosis. Guru melakukan analisis kesulitan pembelajaran yang ditindakanjuti dengan program remedial dan pengayaan . Program pelengkap tindak lanjut dari model diagnosis adalah penyelenggaraaan klinik matematika di mana siswa yang memilki kemampaun lebih akan menjadi dokter matematika bagi siswa-siswa lainnya. Pembelajaran matematika dikemas dengan menggunakan pendekatan CTL di mana materi diberikan dengan mengaitkan dengan lingkungan di sekitar siswa termasuk melakukan kegiatan pembelajaran di luar kelas seperti di alun-alun untuk menghitung keliling alun-alun-alun-alun yang berbentuk lingkaran. Evaluasi dilakukan secara rutin baik dalam bentuk tes maupun non tes. (2) Hasil yang dicapai dalam pembelajaran matematika kelas 6 Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi tidak hanya dinilai dari prestasi akademiknya saja, namun juga terlihat dari nilai-nilai karakter bangsa yang diberikan melalui kegiatan pemgintegrasian dengan pembelajaran matematika. Siswa mampu mencapai nilai KKM yang ditentukan sekolah senilai 75. Disamping itu, siswa mampu mencapai nilai tertinggi ujian nasional se Kabupaten Purwodadi. Kegiatan lomba tingkat kabupaten dan nasional juga diraih oleh siswa kelas 6. (3) Kendala yang dialami dalam pembelajaran matematika kelas 6 Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi belum signifikan dirasakan. Hanya kendala dalam diri siswa yang menjadi tantangan bagi guru untuk bisa mengtasinya. Siswa terkesan malas belajar matematika sehingga guru melakukan pendekatan individual baik di sekolah maupun mendatangi rumah siswa untuk melakukan koordinasi dengan orang tua siswa. Selain itu, di awal kegiatan pembelajaran siswa masih kurang siap dalam menerima materi, sehingga guru melakukan kegiatan berbagai kegiatan apersepsi untuk menarik perhatian siswa.


(13)

commit to user

DINAS PENDIDIKAN

UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN PURWODADI

SEKOLAH DASAR NEGERI 4 PURWODADI

Alamat : Jln. Jendral Sudirman No. 10 Purwodadi , Telp. (0292)422056

SURAT KETERANGAN Nomor :

Yang bertanda tangan di bawah ini akepala SD Negeri 4 Purwodadi UPTD Pendidikan Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan menerangkan dengan sesungguhnya bahwa :

Nama : WIDARTI

NIM : S811108056

Program Studi : Teknologi Pendidikan

Program : Pasca Sarjana

Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret Surakarta

Sesuai dengan surat permohonan ijin Penelitian No.

4636/UN.27.10/PG/ 2012 tertanggal 26 September 2012, yang bersangkutan telah mengadakan penelitian di SD Negeri 4 Purwodadi mulai tanggal 2 Oktober sampai dengan 1 Nopember 2012 dengan judul penelitian

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS 6 DI SD NEGERI 4 PURWODADI

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Purwodadi, 31 Oktober 2012 Kepala SD Negeri 4 Purwodadi

SUKARDI, S.IP


(14)

(15)

Widarti. S811108056. Pengelolaan Pembelajaran Matematika Kelas 6 di Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan Pengelolaan pembelajaran Matematika Kelas 6 di Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi. (2 Mendeskripsikan hasil yang dicapai pembelajaran Matematika Kelas 6 di Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi. (3) Mendeskripsikan kendala yang dialami dalam pembelajaran Matematika Kelas 6 di Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain holistik. Nara sumber dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, dan siswa. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model analisis interaktif.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Model pembelajaran matematika kelas 6 Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi menggunakan model pembelajaran diagnosis. Guru melakukan analisis kesulitan pembelajaran yang ditindakanjuti dengan program remedial dan pengayaan . Program pelengkap tindak lanjut dari model diagnosis adalah penyelenggaraaan klinik matematika di mana siswa yang memilki kemampaun lebih akan menjadi dokter matematika bagi siswa-siswa lainnya. Pembelajaran matematika dikemas dengan menggunakan pendekatan CTL di mana materi diberikan dengan mengaitkan dengan lingkungan di sekitar siswa termasuk melakukan kegiatan pembelajaran di luar kelas seperti di alun-alun untuk menghitung keliling alun-alun-alun-alun yang berbentuk lingkaran. Evaluasi dilakukan secara rutin baik dalam bentuk tes maupun non tes. (2) Hasil yang dicapai dalam pembelajaran matematika kelas 6 Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi tidak hanya dinilai dari prestasi akademiknya saja, namun juga terlihat dari nilai-nilai karakter bangsa yang diberikan melalui kegiatan pemgintegrasian dengan pembelajaran matematika. Siswa mampu mencapai nilai KKM yang ditentukan sekolah senilai 75. Disamping itu, siswa mampu mencapai nilai tertinggi ujian nasional se Kabupaten Purwodadi. Kegiatan lomba tingkat kabupaten dan nasional juga diraih oleh siswa kelas 6. (3) Kendala yang dialami dalam pembelajaran matematika kelas 6 Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi belum signifikan dirasakan. Hanya kendala dalam diri siswa yang menjadi tantangan bagi guru untuk bisa mengtasinya. Siswa terkesan malas belajar matematika sehingga guru melakukan pendekatan individual baik di sekolah maupun mendatangi rumah siswa untuk melakukan koordinasi dengan orang tua siswa. Selain itu, di awal kegiatan pembelajaran siswa masih kurang siap dalam menerima materi, sehingga guru melakukan kegiatan berbagai kegiatan apersepsi untuk menarik perhatian siswa.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan elemen penting dalam kehidupan seseorang dan merupakan aspek strategis bagi suatu Negara. Sifat pendidikan adalah komplek, dinamis dan kontekstual. Oleh karena itu pendidkan bukanlah hal yang mudah atau sederhana untuk dibahas. Kompleksitas pendidikan ini menggambarkan bahwa pendidikan itu adalah sebuah upaya yang serius karena pendidkan melibatkan aspek kognitif, afektif dan keterampilan yang akan membentuk diri seseorang secara keseluruhan menjadi manusia seutuhnya. Mengacu pada kompleksitas dan dinamisasi pendidikan tersebut, maka para pakar dan pemerhati pendidikan telah banyak menyumbangkan pemikirannya dengan maksud untuk memperbaiki mutu dan memajukan pendidikan (Sagala, 2006:1).

Berbicara tentang pendidikan, kita sebenarnya sedang membicarakan suatu aspek kehidupan yang melibatkan semua manusia, tidak ada manusia yang tidak pernah bersentuhan dengan pendidikan, akan tetapi tidak semua manusia mau memperhatikan pendidikan atau memiliki kepedulian yang besar terhadap dunia pendidikan. Padahal pendidikan diselenggarakan oleh manusia dan sasarannya juga manusia. Dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan, baik dilihat dari aspek kuantitatif maupun kualitatif, secara nasional pemerintah telah mengambil kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan, seperti perubahan dan penyempurnaan kurikulum pendidikan nasional, undang-undang dan


(17)

peraturan pendidikan, peningkatan angka partisipasi belajar anak usia sekolah pada semua jenjang sekolah, penambahan alokasi anggaran pendidikan dan konsep manajemen pendidikan berbasis sekolah.

Salah satu usaha dalam bidang pendidikan adalah melalui pengelolaan pembelajaran pada peserta didik. Proses pembelajaran dianggap penting dalam pendidikan karena pembelajaran merupakan komponen yang paling utama. Pembelajaran terdiri dari dua hal yaitu asosiasi dan diferensiasi. Asosiasi adalah pembelajaran bahwa dua hal itu harus dijalankan secara bersama. Misalnya, kita belajar bahwa sendok akan selalu digunakan bersama dengan pisau, cangkir dengan piring, Guntur akan diiikuti dengan kilat cahaya, rasa sakit disebabkan karena luka, dst. Diferensiasi adalah pembelajaran untuk membedakan satu hal dengan hal lain. Kita belajar bahwa hijau dalam melihat lampu lalu lintas,yang berarti kita harus jalan; bahwa kucing bukan anjing, dengan demikian jelas bahwa asosiasi dan diferensiasi merupakan dua sisi dari satu koin, di mana yang satu kadang tampak lebih jelas sedangkan yang lain tidak (Boeree, 2008 : 40-41).

Mengingat pembelajaran merupakan aspek yang sangat penting, maka dalam prosesnya perlu dilakukan pengelolaan dengan baik. Proses pembelajaran sendiri sangat terkait dengan berbagai komponen yang sangat komplek. Antara komponen yang satu dengan yang lain memiliki hubungan yang bersifat sistemik, artinya masing-masing komponen memiliki peranan sendiri-sendiri tetapi memiliki hubungan yang saling terkait (Suwardi, 2007 : 1).


(18)

dimanfaatkan secara optimal. Hal ini akan terwujud, jika guru sebagai desainer pembelajaran memiliki kompetensi manajemen pembelajaran. Secara sederhana manajemen pembelajaran dapat diartikan usaha untuk mengelola sumber daya yang digunakan dalam pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Suwardi, 2007 : 1).

Dalam pendidikan istilah manajemen dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya. Manajemen merupakan aktivitas kelompok bukan individu, artinya akativitas yang berhubungan dengan kerja sama antar anggota organisasi untuk mencapi tujuan yang telah ditetapkan, aktivitas tersebut berupa kegiatan-kegiatan rutin, seperti administrasi pengajaran, kesiswaan, kepegawaian, keuangan dan sarana prasarana (Pidarta, 2004 : 4).

Menurut Suryosubroto (2004 : 16-17) menyatakan bahwa manajemen mengandung pengertian proses pengelolaan untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses tersebut dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Perta ma ,

Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapai, berapa lama, berapa orang yang diperlukan dan berapa banyak biayanya. Perencanaan dibuat sebelum suatu tindakan dilaksanakan. Kedua,

pelaksanaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Dalam pelaksanaan, setiap organisasi harus memiliki kekuatan yang mantap dan meyakinkan sebab jika tidak kuat, maka proses pendidikan seperti yang


(19)

sistematis dan berkesinambungan, di samping itu kegiatan evaluasi digunakan untuk mengetahui sampai sejauhmana perencanaan telah mencapai tujuan, dan kesulitan apa yang ditemui selama pelaksanaan tersebut. Selanjutnya dengan mengetahui kelemahannya maka dapat digunakan untuk perbaikan pengelolaan

selanjutnya. Pembelajaran sendiri berasal dari kata belajar yang berarti adanya

perubahan pada diri seseorang. Perubahan yang dimaksudkan mencakup aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Dengan demikian pembelajaran dapat diartikan proses yang dirancang untuk mengubah diri seseorang, baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Suwardi, 2007 : 30).

Pada dasarnya suatu proses pembelajaran terkait dengan berbagai komponen yang sangat komplek. Komponen tersebut meliputi tujuan materi, media, siswa, guru dan komponen lainnya. Masing masing komponen tersebut saling terkait sebagai sebuah sistem, oleh karena itu dalam mengelola pembelajaran perlu didasarkan pada pendekatan sistem tersebut (Suwardi, 2007 : 31).

Terkait dengan pengelolaan pembelajaran, tampaknya penting juga diperkenalkan tentang pendekatan dan strategi kontekstual dalam pembelajaran. Apalagi kalau dikaitkan dengan pelaksanaan kurikulum yang berbasis kompetensi, pendekatan ini menjadi relevan dan mendukung dalam proses pembelajaran (Sardiman, 2008 : 222).


(20)

pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia nyata si siswa, yang dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan para siswa sebagai anggota keluarga masyarakat. Berangkat dari konsepsi ini diharapkan hasil pembelajaran akan lebih bermakna. Proses pembelajarannya akan berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan hanya sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa (Suwardi, 2007 : 222).

Salah satu contoh pembelajaran dengan pendekatan kotekstual atau realistik tersebut adalah pembelajaran matematika yang memberikan peluang pada siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika. Dalam menyelesaikan suatu masalah yang dimulai dari masalah-masalah yang dapat dibayangkan oleh siswa, siswa diberi kebebasan menemukan strategi sendiri, dan secara perlahan-lahan guru membimbing siswa menyelesaikan masalah tersebut secara matematis formal melalui matematisasi horisontal dan vertikal. Ada istilah kontekstual dan juga ada istilah realistik.

Pada pembelajaran matematika istilah kontekstual dikenal sebagai pendekatan Contextual Tea ching a nd Lear ning atau yang lebih dikenal dengan

pendekatan CTL dan realistik dikenal sebagai pendekatan Realistic Ma thematic

Educa tion (RME) dan di Indonesia dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika

Realistik Indonesia (PMRI) (Supinah, 2008: 7). SD Negeri 4 Purwodadi merupakan SD yang mempunyai prestasi matematika yang baik di tingkat


(21)

pembelajaran yang cukup lengkap di banding sekolah lain yang ada di kecamatan Purwodadi, kabupaten Grobogan sehingga mendukung proses pembelajaran, selain itu sekolah ini juga telah menghasilkan output yang baik, terbukti dari

prestasi kejuaraan siswa pada bidang matematika, serta rata-rata siswa memperoleh hasil yang baik pada pelajaran tersebut

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengambil judul mengenai Pengelolaan Pembelajaran Matematika Kelas 6 di SD Negeri 4 Purwodadi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini Pengelolaan Pembelajaran Matematika Kelas 6 di Fokus tersebut dijabarkan menjadi tiga sub fokus yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana pengelolaan pembelajaran Matematika Kelas 6 di SD Negeri 4 Purwodadi?

2. Bagaimana hasil yang dicapai pada pembelajaran Matematika Kelas 6 SD Negeri 4 Purwodadi?

3. Bagaimana Kendala yang dialami dalam pembelajaran Matematika Kelas 6 SD Negeri 4 Purwodadi?


(22)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Pengelolaan Pembelajaran Matematika Kelas 6 di SD Negeri 4 Purwodadi dalam tiga hal.

1.Tujuan Umum

Mengetahui Pengelolaan Pembelajaran Matematika Kelas 6 di SD Negeri 4 Purwodadi

2.Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran Matematika Kelas 6 di SD Negeri 4 Purwodadi.

b. Mendeskripsikan hasil yang dicapai pada pembelajaran Matematika Kelas 6 di SD Negeri 4 Purwodadi.

c. Mendeskripsikan kendala yang dialami dalam pembelajaran Matematika Kelas 6 di SD Negeri 4 Purwodadi.

D. Manfaat Penelitian 1.Manfaat Teoretis

a. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu matematika dalam rangka pemecahan masalah.

b. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengungkap permasalahan sejenis yang memerlukan penelitian lebih lanjut.


(23)

2.Manfaat Praktis

a. Bagi Dinas Pendidikan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengambil kebijakan di bidang pendidikan untuk pengembangan dan peningkatan kreativitas pembelajaran guru matematika secara keseluruhan.

b. Bagi Kepala sekolah dapat dijadikan landasan dalam meningkatkan motivasi dan supervisi mengenai pengelolaan pembelajaran guru-guru matematika

c. Bagi Guru matematika dapat memotivasi agar terus meningkatkan kemampuan mengajarnya dalam lingkungan guru SD Negeri 4 Purwodadi, khususnya mata pelajaran matematika, sehingga mata pelajaran matematika tidak dianggap sebagai mata pelajaran menakutkan, tetapi menjadi mata pelajaran yang disukai oleh seluruh siswa.


(24)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori 1. Konsep Manajemen

Manajemen berasal dari bahasa Inggris to mana ge yang berarti mengurus,

mengatur, melaksanakan dan mengelola (Muhroji dkk, 2004 :1). Definisi yang menurut Stoner dalam TIM FKIP UMS, manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Ini berarti bahwa manajer atau pemimpin organisasi apapun berusaha agar tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat tercapai.

Manajemen adalah serangkaian kegiatan merencanakan,

mengorganisasikan, menggerakkan, mengembangkan terhadap segala upaya dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana, untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan, secara efisien dan efektif Wahjosumidjo (2000: 117).

Pengelolaan atau manajemen diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujan tertentu. Definisi pengelolaan oleh para ahli terdapat perbedaan-perbedaan hal ini disebabkan karena para ahli meninjau pengertian dari sudut yang berbeda-beda. Ada yang meninjau pengelolaan dari segi fungsi, benda,


(25)

kelembagaan dan yang meninjau pengelolaan sebagai suatu kesatuan. Namun jika dipelajari pada prinsipnya definisi- definisi tersebut mengandung pengertian dan tujuan yang sama.

Berikut ini adalah pendapat dari beberapa ahli tentang manajemen. Antara lain yakni Wardoyo (1980:41) memberikan definisi bahwa pengelolaan atau manajemen adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan ,pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Harsoyo (1977:121) pengelolaan atau manajemen adalah suatu

bertujuan untuk menggali dan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan tertentu yang telah direncanakan sebelumnya.

Pengelolaan atau manajemen sendiri merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Pengelolaan adalah suatu proses kerjasama sistematik, sistemik, dan komprehensif dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pengendalian dapat disebut pula sebagai pengendalian suatu usaha, yaitu: (1) Proses pendelegasian atau pelimpahan

wewenang kepada beberapa penanggung jawab dengan tugas-tugas

kepemimpinan, (2) Proses pergerakan serta bimbingan pengendalian semua sumber daya manusia dan sumber daya materiil dalam kegiatan pencapaian tujuan organisasi (Kartono, 2004: 75).


(26)

Manajemen didefinisikan oleh Parker Follet dalam Sagala (2006: 49)

sebagai proses pencapaian tujuan melalui pendayagunaan sumber daya manusia dan material secara efisien. Manajemen seringkali diartikan dalam pengertian yang sempit yaitu kegiatan ketata usahaan yang intinya adalah kagiatan rutin catat mencatat, mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan surat-menyurat dengan segala aspeknya, serta mempersiapkan laporan Suryosubroto (2004: 21). Mary Parker Follet mendefinisikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (Tim, 2004: 1). Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer dalam mencapai tujuan organisasi melalui pengaturan orang lain untuk melakukan tugas-tugas yang mungkin diperlukan, jadi manajer tidak bekerja sendiri.

Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengelolaan atau manajemen adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang bertujuan menggali dan memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki secara efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan.

Sampai saat ini, masih belum ada kesepakatan baik di antara praktisi maupun di antara teoritis mengenai apa yang menjadi fungsi-fungsi pengelolaan,atau sering pula disebut unsur-unsur pengelolaan.


(27)

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapainya, berapa lama, berapa orang yang diperlukan dan berapa banyak biayanya. Perencanaan itu dibuat sebelum suatu tindakan dilaksanakan (Suryosubroto, 2004 : 16).

Langkah-langkah pokok dalam perencanaan, yaitu:

a). Penentuan tujuan dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1)Menggunakan kata-kata yang sederhana,

2)Mempunyai sifat fleksibel, 3)Mempunyai sifat stabilitas,

4)Ada dalam perimbangan sumber daya, meliputi semua tindakan yang diperlukan.

b). Pendefinisian gabungan situasi secara baik, yang meliputi unsur sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya modal.

c). Merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan secara jelas dan tegas. Terdapat empat tahap dalam perencanaan, yaitu : (a) menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan; (b) merumuskan keadaan saat ini; (c) mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan; (d) mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan. Perencanaan juga dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu:

a). Rencana global yang merupakan penentuan tujuan secara menyeluruh dan jangka panjang,


(28)

b). Rencana strategis merupakan rencana yang disusun guna menentukan tujuan-tujuan kegiatan atau tugas yang mempunyai arti strategis dan mempunyai dimensi jangka panjang,

c). Rencana operasional yang merupakan rencana kegiatan-kegiatan yang berjangka pendek guna menopang pencapaian tujuan jangka panjang, baik dalam perencanaan global maupun perencanaan strategis.

Perencanaan strategi akhir-akhir ini menjadi sangat penting sejalan dengan perkembangan lingkungan yang sangat pesat dan sangat sulit diprediksikan, seperti perkembangan teknologi yang sangat pesat, pekerjaan manajerial yang semakin kompleks, dan percepatan perubahan lingkungan eksternal lainnya. Secara ringkas langkah-langkah dalam penyusunan perencanaan strategik, sebagai berikut:

a). Penentuan misi dan tujuan, yang mencakup pernyataan umum tentang misi, falsafah dan tujuan.

b). Pengembangan profil perusahaan, yang mencerminkan kondisi internal dan kemampuan perusahaan dan merupakan hasil analisis internal untuk mengidentifikasi tujuan dan strategi sekarang, serta memerinci kuantitas dan kualitas sumber daya -sumber daya perusahaan yang tersedia.

c). Analisa lingkungan eksternal, dengan maksud untuk mengidentifikasi cara-cara dan dalam apa perubahan-perubahan lingkungan dapat mempengaruhi organisasi.


(29)

dalam konteks bisnis, namun secara esensial konsep perencanaan strategik ini dapat diterapkan pula dalam konteks pendidikan, khususnya pada tingkat persekolahan, karena memang pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang

menghadapi berbagai tantangan internal maupun eksternal, sehingga

membutuhkan perencanaan yang benar-benar dapat menjamin sustanabilitas pendidikan itu sendiri.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Suryosubroto (2004 : 16) menyatakan bahwa pengorganisasian

diartikan sebagai kegiatan membagi tugas tugas kepada orang-orang yang terlibat dalam kerja sama pendidikan, karena tugas-tugas ini demikian banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, maka tugas-tugas ini dibagi untuk dikerjakan masing-masing anggota organisasi.

Berkenaan dengan pengorganisasian ini, beberapa asas dalam organisasi, diantaranya adalah :

a). Organisasi harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja yang sesuai dengan kebutuhan;

b). Pengelompokan satuan kerja harus menggambarkan pembagian kerja; c). Organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab; d). Organisasi harus mencerminkan rentangan kontrol;

e). Organisasi harus mengandung kesatuan perintah; dan f). Organisasi harus fleksibel dan seimbang.


(30)

a). Pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi;

b). Pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang logik dapat dilaksanakan oleh satu orang;

c). Pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk

mengkoordinasikan pekerjaan para anggota menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis.

c. Pelaksanaan (actuating)

Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (a ctuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Dalam hal ini, Terry (2006 : 73) mengemukakan bahwa a ctua ting merupakan usaha

menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut. Dari pengertian di atas, pelaksanaan (a ctua ting) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan


(31)

(a ctua ting) ini adalah bahwa seseorang akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika :

1)Merasa yakin akan mampu mengerjakan

2)Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya

3)Tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak,

4)Tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan 5)Hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.

d. Pengawasan (Controlling)

Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian sebagai

salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud atau tujuan yang telah digariskan semula.

Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk

mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.

Proses pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu : a). Penetapan standar pelaksanaan;


(32)

d). Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan penyimpangan-penyimpangan; dan

e). Pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan.

Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen.

Seringkali terlihat bahwa manajemen pendidikan masih cenderung menggunakan kurikulum nasional yang kaku baik pada tingkat nasional, regional atau lokal. Kondisi ini membawa isi pendidikan itu, terutama pendidikan dasar, menjadi sangat akademik sifatnya dan oleh karena itu cenderung lebih bersifat memorisasi. Proses pembelajaran menjadi sangat rutin dan mekanistik karena bertujuan menguasai standar nasional. Kondisi ini lebih menjadi parah lagi dengan adanya sistem evaluasi nasional yang cenderung menyamaratakan (Tilaar, 2008 : 42).

2. Konsep Pembelajaran

Fontana seperti yang dikutip oleh Udin S. Winataputra (1995:2) dikemukakan bahwa lea rning (belajar) mengandung pengertian proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003:2) yakni belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri


(33)

Proses belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang mengandung dua makna yaitu agar siswa menguasai substansi yang dipelajari dan agar siswa memiliki nilai kemampuan sikap dan watak yang dibentuk dari proses belajar mengajar. Di dalam dunia pendidikan siswa harus mampu untuk learn to know, learn to do, learn to live together, learn to be. Makna pembelajaran yang seperti ini akan mampu membentuk karakter atau watak siswa yang diwujudkan dalam bentuk menyatunya antara pikiran, perasaan dan tindakan atau perbuatan.

Menurut Mulyadi (2002:17) Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan adanya rangsangan dan respon, rangsangan tersebut berasal dari luar kemudian direspon. Tidak hanya perubahan pada tingkah laku saja tetapi juga dapat berupa keterampilan, dan pengetahuan pada individu.

Dari definisi di atas diartikan bahwa belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan diri individu yang belajar, baik aktual maupun potensial.

b. Perubahan tersebut pokoknya berupa perubahan kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif sama.

c. Perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha

Dalam proses pendidikan, di sekolah kegiatan belajar merupakan hal yang pokok di mana guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pembelajar. Belajar merupakan suatu proses yang membawa perubahan individu. Menurut Taba


(34)

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

seseorang mengalami proses belajar kalau ada perubahan pada diri individu. Belajar pada hakekatnya adalah usaha yang direncanakan melalui pengaturan dan penyediaan kondisi yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar seoptimal mungkin sehingga dapat dilihat bahwa pengajaran adalah peristiwa yang komplek dan dapat dipandang sebagai suatu sistem.

Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan dalam rangka menciptakan suatu perubahan pada diri individu yang melakukannya. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan ilmu pengetahuan, tetapi juga dapat terbentuk perubahan keterampilan dan sikap, sesuai dengan pendapat Arikunto (1992:19):

Secara sederhana belajar diartikan sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukannya dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya baik berupa pengetahuan, keterampilan atau sikap.

Hal serupa juga disampaikan oleh Hamalik (2001: 4) sebagai berikut: Belajar adalah proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antar individu dan lingkungan. Proses dalam hal ini merupakan


(35)

berkesinambungan serta merupakan kegiatan yang terpadu secara keseluruhan mewarnai dan memberikan karakteristik terhadap belajar mengajar itu.

Dari keterangan di atas tergambar bahwa belajar merupakan suatu proses dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan yang baru yang menghasilkan perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik, sehingga seseorang yang akan belajar mengalami perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik dibandingkan sebelum mengalami proses belajar. Hal ini tidak terlepas dari usaha individu itu dalam berinteraksi dengan individu lainnya dan lingkungannya.

Keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran baik secara fisik maupun mental mampu memberikan kontribusi terhadap hasil belajar secara optimal. Menurut Dimyati (2006: 297) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Maka pembelajaran fisik hendaknya selalu melibatkan siswa secara aktif guna mengembangkan kemampuan siswa antara lain kemampuan mengamati, mengaplikasikan konsep dan melaksanakan penelitian serta mengkomunikasikan hasil penemuan. Pembelajaran dengan menggunakan model STAD mengharapkan siswa mampu belajar aktif sehingga dapat menggali lebih banyak konsep-konsep yang sedang dipelajari.


(36)

diajukan selama berabad-abad. Asosiasi adalah pembelajaran bahwa dua hal itu harus dijalankan bersama, sedangkan diferensiasi adalah pembelajaran untuk membedakan salah satu hal dengan hal yang lain (Boeree, 2008: 39).

Proses pembelajaran meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Perencanaan pembelajaran merupakan langkah yang paling penting dalam mencapai suatu keberhasilan pembelajaran (Suwardi, 2007: 31) Perencanaan pembelajaran dilakukan untuk: (1) perencanaan pembelajaran dapat dijadikan alat untuk menemukan dan memecahkan masalah, (2) perencanaan pembelajaran dapat mengarahkan proses pembelajaran (3) perencanaan pembelajaran dapat dijadikan dasar dalam memanfaatkan sumber daya secara efektif, dan perencanaan pembelajaran dapat dijadikan alat untuk meramalkan hasil yang akan dicapai.

Salah satu aspek dalam pembelajaran adalah interaksi belajar mengajar di dalam kelas, sehingga diperlukan usaha dalam mengelola kelas. Menurut Suharsimi dalam Suwardi (2007: 107) pengelolaan kelas berarti suatu usaha yang dilaksanakan penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantunya dengan maksud agar tercapai suatu kondisi optimal sehingga terlaksana kegiatan belajar mengajar sehingga dapat dicapai seperti tujuan yang diharapkan. Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, maka guru perlu menghindari timbulnya gangguan atau masalah di dalam kelas.

Pembelajaran, khususnya dalam pendidikan dasar, bukan sekedar transmisi ilmu pengetahuan sebagai fakta, tetapi lebih dari itu ialah mengolah daya


(37)

jawab. Teori belajar mengatakan bahwa proses belajar tidak berjalan di ruang kosong. Data, ilmu pengetahuan hanya bisa diserap dengan dalam kaitannya dengan dunia nyata, terutama bagi peserta didik muda dibangku pendidikan dasar (Tilaar, 2008 : 42).

Proses belajar dan mengajar merupakan dua hal yang berbeda tetapi membentuk satu kesatuan, ibarat sebuah mata uang yang bersisi dua. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa, sedang mengajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru. Pembelajaran menurut Hamalik (2008: 57) adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Lebih lanjut Hamalik (2008: 65-66) menyebutkan bahwa terdapat tiga ciri khas dalam sistem pembelajaran, yaitu rencana, saling ketergantungan dan tujuan.

Menurut Suharsimi dalam Suwardi (2007: 107) pengelolaan kelas berarti suatu usaha yang dilaksanakan penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantunya dengan maksud agar tercapai suatu kondisi optimal sehingga terlaksana kegiatan belajar mengajar sehingga dapat dicapai tujuan seperti yang diharapkan. Agar proses pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan baik, maka guru perlu menghindari timbulnya gangguan atau masalah di dalam kelas. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

a. Guru menerapkan suatu sistem, misalnya membuat keputusan secara terencana dan dilaksanakan dengan konsisten, adil dan tepat;


(38)

c. Menjelaskan peraturan artinya menunjukkan kepada siswa tentang perilaku yang baik dan tidak serta batas-batas perilaku yang boleh dilakukan dan tidak;

d.Menghindari terjadinya penilaian watak kepada siswa jangan mengumpat jangan meragukan nilai pribadi siswanya;

e. Masalah insiden artinya bila terjadi permasalahan secara individu maupun kelompok, satu dan yang lain tidak berkaitan;

f. Mendekati siswa yang bertingkah artinya jika ada gejala siswa akan berperilaku negatif, sesegera mungkin menghentikan perbuatan siswa dengan cara tanpa menegur tetapi cukup memberi isyarat;

g.Melakukan humor artinya persoalan dianggap ringan dan sambil membuat suasana baik, kegaduhan dapat terhindari, terjadinya pelanggaran;

h.Tidak mengacuhkan artinya memperhatikan gejala dan pelanggaran yang terjadi, terutama terhadap teman yang mengerjakan pelajaran;

i. Menggunakan teknik yang keras artinya; apabila guru dihadapkan pada perilaku distruktif yang jelas tidak terkendalikan;

j. Mengadakan diskusi secara terbuka artinya siswa dapat menyampaikan keluhan-keluhannya secara terbuka baik guru maupun siswa sehingga persoalan atau kesulitan di dalam kelas;

k.Mengadakan Analisis; artinya guru mencari penyebab terjadinya gangguan kelas yang terus menerus serta berusaha menguranginya;


(39)

l. Mengadakan perubahan kegiatan artinya guru segera merespon terhadap kegiatan yang kurang tepat dan merevisinya untuk mencapai pembelajaran yang efektif dan kognitif.

Proses pembelajaran yang bermutu pada hakekatnya terkait erat dengan kemampuan guru itu sendiri. Beberapa keterampilan yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran menurut Djamarah dan Zain dalam Suwardi (2007: 111) adalah:

a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal. Hal ini mencakup sikap tanggap, memberi perhatian dalam kelas, memusatkan perhatian kelompok kegiatan, memberi petunjuk yang jelas, menegur perilaku siswa yang mengganggu, dan memberi penguatan,

b. Keterampilan yang berkaitan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal. Keterampilan ini mencakup modifikasi tingkah laku, artinya guru hendaklah menganalisis tingkah laku siswa yang mengalami masalah dan kesulitan, dengan cara memberi penguatan secara sistematis dan pemecahan masalah dengan cara memperlancar tugas-tugas dan memelihara kegiatan kelompok.

3. Pendekatan dan Strategi Kontekstual a. Pengertian Kontekstual

Johnson dalam Nurhadi, Burhanuddin, dan Agus Gerrad Senduk


(40)

ma ter ia l they a r e studying by connecting a ca demic subjects with the context

of their da ily lives, tha t is, with the context of their per sona l, socia l, a nd

cultura l cir cumsta nces. To a chieve this a im, the system encompasses the

following eight components : ma king mea ningful, colla bora ting, critica l, a ng

cr ea tive thinking, nurtur ing the individua l, r ea ching high sta nda rd, using

a uthentic a ssesment (C TL merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan

membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari hari, yaitu, dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, sistem CTL akan menuntun siswa melalui kedelapan komponen utama CTL: melakukan hubungan yang bermakna, mengerjakan pekerjaan yang berarti, mengatur cara belajar sendiri, bekerja lama, berpikir kritis dan kreatif, memelihara/merawat pribadi siswa, mencapai standar tinggi, dan menggunakan assesment autentik).

Menurut para penulis NWREL (Johnson, 2002:38), ada tujuh atribut yang mencirikan konsep CTh yaitu : mea ningfulnes, a pplica tion of knowledge,

highe r or de r thi nki ng, s ta nda r ds ba s e d c ur r ic ula , c ultur es foc us e d,

a c tive enga gement, and a uthentic a ssessment (Ada tujuh atribut yang

mencirikan konsep CTL, yaitu: keberm aknaan, penerapan ilmu, berpikir tingkat tinggi, kurikulum yang digunakan harus standar, berfokus pada budaya, keterlibatan siswa secara aktif, dan asesmen autentik).Pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextua l tea ching a nd lea r ning) merupakan konsep belajar yang


(41)

nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat (Depdiknas, 2003:5). Pembelajaran Kontekstual dirancang dan dilaksanakan berdasarkan landasan filosofis kontruktivisme yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengontruksi pengetahuan di benak pikiran mereka, karma pada dasarnya pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan (Sugandi, 2004: 41).

Dari rumusan pengertian di atas, berikut disampaikan pernyataan kunci, sebagai penjelasan.

1) Pembelajaran kontekstual merupakan konsepsi belajar yang membantu guru mengaitkan isi pelajaran dengan dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan warga negara.

2) Pembelajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan

siswa menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai m acam tatanan dalam -sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah - masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan.

3) Siswa belajar tidak dalam proses seketika. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh sedikit demi sedikit, berangkat dari penggtahuan yang


(42)

4) Kemajuan belajar siswa diukur dari proses, kinerja, dan produk, berbasis pada prinsip authentic assesment.

b. Karekteristik Pembelajaran Kontekstual

Menurut Nurhadi, Burhanuddin, dan Agus Gerrad Senduk (2003:3 1), pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextua l tea ching a nd lea rning)

memiliki tujuh komponen utama pembelajaran yang efektif, yaitu: kontruktivisme (constr uctivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (lea r ning community), pemodelan (modeling), refleksi

(r eflection), penilaian yang sebenarnya (a uthentic a ssessment).

Gambar : Keterkaitan antar komponen pembelajaran kontekstual

(Sumber : Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, Nurhadi, Burhanudin, dan Agus G.S 2003 : 31)

Penerapan masing-masing komponen pembelajaran kontekstual di atas dijelaskan dalam uraian berikut

1) Kontruktivisme (contr uctivism) Kontruktivisme merupakan landasan Konstruktivism

menemukan

pemodelan

penilaian bertanya

Masyarakat


(43)

yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, dan hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) serta tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Berdasarkar hal tersebut pembelajaran harus

dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima

pengetahuan. Proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses beIajar mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan bukan guru.

Pandangan kontruktivisme lebih diutamakan

dibandingan seberapa banyak siswa memperoleh dan rrtengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan :

a) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.

b) Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan

idenya sendiri.

c) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri. 2) Menemukan (inquir y) .

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi d4ri menemukan sendiri. Guru hares merancang kegiatan yang merujuk


(44)

Observasi (Observa tion)

Bertanya (Questioning)

Mengajukan dengan (Hipotesis)

Pengumpulan data (Da ta gha tering)

Penyimpulan (Concula tion)

Gambar : Proses Inkuiri


(45)

Langkah-langkah yang dilaksanakan:

a) Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun) b) Mengamati atau melakukan observasi.

c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, label, dan karya lainnya.

d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audien lain.

3) Bertanya (questioning) Bertanya (Questioning) merupakan strategi

utama dalam pembelajaran yang berbasis Contextua l Tea ching a nd

Lea rning (CTL). Bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk

mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi

siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian paling dalam

melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan pada aspek yang belum diketahuinya. Pertanya adalah sua tu strategi yang digunakan secara aktif oleh siswa untuk menganalisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan. Pertanyaan-pertanyaan spontan yang diajukan siswa dapat digunakan untuk merangsang siswa berfikir, berdiskusi, dan berspekulasi. Guru dapat menggunakan teknik bertanya dengan cars memodelkan keingintahuan siswa dan mendorong

siswa agar mengajukan pertanyaan -pertanyaan. Dalam sebuah


(46)

b) Mengecek pemahaman siswa;

c) Memecahkan persoalan yang dihadapi;

d) Membangkitkan respon kepada siswa;

e) Mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa; f) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa;

g) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikqhendaki guru;

h) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa;dan i) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

4) Masyarakat belajar (lea r ning community) Konsep (lea r ning community)

menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing, antar teman, antar kelompok, dan antara mereka yang tahu ke mereka yang belum tahu. Dalam pembelajaran Contextua l Tea ching a nd lea r ning (CTL), guru

disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok -kelompok belajar. Siswa dibagi dalam -kelompok--kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat. Masyarakat pembelajar atau learning community m engandung arti sebagai berikut:

a) Adanya kelompok belajar yang berkomunikasi untuk berbagai gagasan dan pengalaman.


(47)

c) Pada umumnya hash kerja kelompok lebih baik daripada kerja individual.

d) Ada rasa tanggung jawab kelompok, semua anggota dalam

kelompok mempunyai langgung jawab yang lama.

e) Upaya membangun motivasi belajar bagi anak yang belum mampu dapat diadakan.

f) Menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan seorang anak belajar dengan anak lainnya.

g) Ada rasa tanggung jawab dan kerja lama antara anggota

kelompok untuk saling memberi dan menerima.

h) Ada guru yang memandu proses belajar dalam kelompok. i) Harus ada komunikasi dua arah atau multi arah.

j) Ada kemauan untuk menerima pendapat yang lebih baik. k) Ada kesediaan untuk menghargai pendapat orang lain. l) Tidak ada kebenaran yang hanya satu raja

m) Dominasi siswa yang pintar perlu diperhatikan agar yang lambat bisa berperan

5) Pemodelan (modeling) Pemodelan artinya, dalam sebuah pembelajaran

keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang biasa ditiru. Model itu bisa cara pengoperasian sesuatu, cara memperbesar dan memperkecil skala peta, cara menggunakan peta, cara mengukur suhu udara dan sebagainya. Pendekatan Contextua l Tea ching a nd


(48)

dirancang dengan melibatkan siswa, model juga dapat didatangkan dari luar. Contoh pemodelan di dalam atau di luar kelas:

a) Guru menyuruh siswa, yang menjadi juara lomba puisi, untuk memberi contoh cara membaca puisi.

b) Guru bahasa Inggris memberi contoh cara melafalkan kata yang benar.

c) Guru IPA mendemonstrasikan cara menggunakan jangka sorong.

d) Guru olah raga menunjuk siswa, yang pandai bermain sepak bola, untuk melaksanakan drible dan tendangan yang benar

e) Guru IPS Ekonomi mendatangkan seseorang yang sukses dalam berdagang ke kelas lalu siswa diminta bertanya tentang beberapa hal dengan orang itu.

f) Guru agama Islam mempraktekkan cara beribadah haji di lapangan (manasik haj i )

6) Refleksi (r eflection) Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru

dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang telah kita lakukan di masa yang lalu. Siswa mengedepankan apa yang barn dipelajari sebagai struhtur pengetahuan yang bar u, yang merupakan pengayaan atau revisi dari perlgetahuan sebelumnya. Realisasi refleksi dapat berupa

a) Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehya hari itu. b) Catatan atau jurnal di buku siswa.


(49)

d) Diskusi e) Hasil karya.

7) Penilaian yang Sebenarnya (authentic a ssessment) Penilaian adalah

proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa

siswa mengalami proses pembelajaran. Apabila data yang

dikumpulkan oleh guru mengidentifikasi bahwa siswa mengalami kemacetaq dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbatas dari kemacetan belajar. Gambaran tentang kem ajuan belajar itu diperlukan sepanjang prows pembelajaran, maka a ssessment tidak hanya dilakukan diakhir periode (semester) pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar seperti US/UN, tetapi dilakukan bersama dengan secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran. Data yang dikumpulkan dalam a ssessment bukanlah untuk mencari informasi

tqntang belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang seharusnya dilekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari, bukan ditekankan pada perolehan sebanyak mungkin informasi di

akhir pembelajaran. Karena a ssessment menekankan proses

pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus di peroleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses


(50)

Prinsip-prinsip yang dipakai dalam penilaian autentik adalah sebagai berikut :

a) Harus mengukur semua aspek pembelajaran : proses, kinerja, dan produk.

b) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran

berlangsung

c) Menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber.

d) Tes hanya sebagai salah satu alat pengumpul data penilaian.

e) Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan

keahlian siswa bukan keluasannya.

f) Tugas-tugas yang diberikan harus mencerminkan bagian kehidupan siswa yang nyata setiap hari.

Karakteristik a uthentic a ssessment dapat dikemukaan butir-butir

berikut:

(1)Dilaksanakan selama dan sesudah pro ses pembelajaran

berlangsung.

(2)Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif.

(3)Yang diukur ketrampilan performance, bukan megingat fakta. (4)Berkesinambungan

(5)Terintegrasi

(6)Dapat digunakan untuk feed ba ck Jenis penilaian yang


(51)

wisata, presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, karya tulis, kelompok diskusi, dan wawancara.

c. Penerapan Pembelajaran Kontekstual

1) Perencanaan Pembelajaran. Perencanaan pembelajaran merupakan

salah satu togas guru yang wajib dilaksanakan sebelum guru tampil di depan peserta didiknya. Dengan perencanaan yang matang diharapkan hasil pembelajaran akan maksimal. Menurut Mulyasa (2005 : 2) perencanaan pembelajaran adalah rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pro ses pembelajaran/interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Kegiatan perencanaan pembelajaran oleh guru meliputi penyusunan perangkat pembelajaran antara lain Program Tahunan (PROTA), Program Semester (PROMES), Silabus, Rencana P embelajaran, Buku

Siswa serta Instrum en Evaluasi yang mengacu pada format

pembelajaran kontekstual.

2) Proses Pembelajaran. Proses pembelajaran yang mengacu pada

pendekatan konteksutal, proses belajar mengajar didominasi oleh aktivitas siswa sedangkan guru hanya berperan sebagi fasilitator bagi siswa dalam menempkan suatu konsep atau memecahkan, suatu masalah. Kegiatan pembelajan dilaksanakan tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga dilaksanakan di luar kolas atau lingkungan sekitar dengan


(52)

kontekstual. Dalam pembelajaran kontekstual sumber belajar tidak hanya berasal dari guru tetapi dari berbagai sumber, seperti buku paket, media masa, lingkungan dan lain-lain.

3) Evaluasi Pembelajaran Kegiatan evaluasi dalam pembelajaran

kontekstual mengacu pada prinsip penilaian yang sebenarnya (a uthentic

a ssesment). Kegiatan evaluasi dilaksanakan selama dan sesudah proses

pembelajaran, dengan menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber yang mengukur semua aspek pembelajaran, yaitu: proses, kinerja dan produk.

d. Prinsip Penerapan Pembelajaran Kontekstual.

Penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual guru harus memegang beberapa prinsip pembelajaran berikut ini

1) Merencanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental. 2) Membentuk kelompok belajar yang sating bergantung

3) Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri. 4) Mempertimbangkan keragaman siswa (diver sity ofstudent). 5) Memperhatihan multi-intelegensi (multiple inteligences) siswa. 6) Melakukan teknik-teknik bertanya (questioning).

7) Menerapkan penilaian authentic (a uthentic a ssessment).

e. Strategi Pembelajaran Pembelajarau Kontekstual

1) Pengajaran Berbasis Masalah.


(53)

suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan

ketrampilan memecahkan masalah, serta untuk memperoleh

pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran ini memacu siswa untuk berpikir tingkat tinggi, di dalam pembelajaran ini adalah bagaimana siswa belajar bagaimana belajar. Pernah guru sebagai penyaji masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi terjadinya dialog antar siswa. Tahapan Pengajaran Berbasis Masalah

a) Guru menjelaskan rajuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat dalam akt ivitas pemecahan masalah

b) Guru membantu siswa mendefinisikan tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah tersebut

c) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan ipformasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan atau pemecahan masalah

d) Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model yang membantu mereka berbagi tugas dengan temannya

e) Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. 2) Pengajaran Kooperatif. Di samping sebagai m ahluk individual, yang


(54)

mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial manusia tidak bisa berdiri sendiri, mahluk yang harus berinteraksi dengan sesamanya. Sebagai pribadi manusia mempunyai perbedaan latar belakang, harapan serta potensi yang berbeda-beda. Perbedaan yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan ketersinggungan dengan sesamanya. Agar tidak terjadi ketersinggungan dan kesalahpahaman antar sesamanya perlu ada interaksi yang saling memberi. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa.

Menurut Nurhadi, Burhanuddin, dan Agus Gerrad Senduk (2003:60) unsure - unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah :

a) Saling ketergantungan positif Guru harus menciptakan suasana agar siswa membutuhkan. Tidak ada siswa yang paling penting semua penting, hubungan ini disebut ketergantungan positif. S aling ketergantungan yang dilakukan siswa adalah ketergantungan mencapai tujuan, ketergantungan dalam menyelesaikan pekerjaan, ketergantungan sumber atau bahan, dan ketergantungan peran. b) Interaksi tatap muka

Dalam kegiatan pembelajaran terjadi tatap muka antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa. Interksi semacam ini memungkinkan siswa belajar saling memberikan informasi, yang pandai membantu yang lemah.


(55)

c) Akuntabilitas individu

Pembelajaran secara berkelompok ini tujuannya agar individu menguasai materi pembelajaran secara maksimal. Hasil penilaian secara individu agar disampaikan guru pada kelompok agar mereka tahu siapa anggota kelompok yang perlu mendapat bantuan. Nilai kelompok berdasarkan komulatif nilai yang diperoleh individu. Penilaian kelompok bersadarkan komulatif nilai individu ini yang disebut dengan akuntabilitas individual.

d) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Keterampilan sosial akan muncul dengan sendirinya ketika pembelajaran koopratif dilaksanakan. Siswa akan memiliki rasa tenggang rasa, menghargai orang lain, berani mengkritik, tidak memaksakan kehendak, mandiri dan sebagainya. Siswa yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan menjalin antar teman akan mendapat teguran baik dari guru maupun teman.

Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif (1) Merumuskan tujuan pembelajaran

(2)Menentukan jumlah anggota dalam kelompok belajar (3)Menentukan tempat duduk siswa

(4)Merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif


(56)

(6)Menjelaskan tugas akademik

(7)Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerja sama

(8)Menyusun akuntabilitas individual (9)Menyusun kerja sama antar kelompok (10) Menjelaskan kriteria keberhasilan

(11) Menjelaskan perilaku siswa yang diharapkan mem antau perilaku siswa

(12) Membantu siswa yang kesulitan menyelasaikan tugas

(13) Melakukan intervensi untuk mengajarkan keterampilan

bekerja sama (14) Menutup pelajaran

(15) Menilai kualitas atau hasil belajar siswa

(16) Menilai kualitas kerja lama antar anggota kelompok

3) Pengajaran berbasis inkuiri. Merupakan pembelajaran yang mendorong siswa untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dan guru mendorong siswa untuk melakukan percobaan yang memungkinkan siswa untuk menemukan sendiri prinsip-psinsip atau konsep-konsep.

Pembelajaran berbasis inkuiri mempunyai banyak keuntungan, pembelajaran ini memacu siswa untuk mengetahui materi yang


(57)

yang dihadapi secara mandiri dan berpikir kritis karena mereka selalu menganalisis dan menangani informasi. Langkah-langkah pembelajaran berbasis inkuiri adalah a) observasi, b) bertanya, c) mengajukan dugaan, d) pengumpulan data, e) penyimpulan

4) Pengajaran Berbasis Proyek atau tugas. Merupakan strategi

pembelajaran komperhensif dimna lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah - masalah authentik.

Menurut Nurhadi, Burhanuddi, dan A gus G. Senduk (2003:35) perbedaan antara Pendekatan Konstekstual dengan pendekatan Tradisional adalah sebagai berikut :

No Pembelajaran Konstektual Pembelajaran Tradisional

1 Siswa secara aktif terlibat dalam proses pemebelajaran

Siswa adalah penerima informasi secara pasif 2 Siswa belajar dari teman

melalui kerja

kelompok,diskusi, saling mengoreksi

Siswa belajar seacra individual

3 Pemeblajaran dikaitkan

dengan dunia nyata dan atau masalah yang disimulasikan

Pembelajaran sangan abstrak dan teoritis


(58)

kesadaran diri kebiasaan

5 Ketrampilan dikembangkan

atas dasar pemahaman

Ketrampilan dikembangkan atas dasar latihan

6 Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri

Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor

7 Seseorang tidak melakukan

yang jelak karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan

Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia takut hukum

8 Bahasa diajarkan dengan

pendekatan komunikatif, yakni siswa diajak

menggunakan bahasa dalam konteks nyata

Bahasa diajarkan dengan pendeketan structural : rumus diterangkan sampai paham, kemudian dilatihkan (drill)

9 Pemahaman rumus

dikembnagkan atas dasar schemata yang sudah ada dalam diri siswa

Rumus itu ada di luar diri siswa yang harus

diterangkan, diterima, dihafalkan, dan dilatihkan 10 Pemahaman rumus

dikembangkan atas dasar skemata yang sudah ada dalam diri siswa yang satu

Rumus adalah kebanaran absulut (sama untuk semua orang). Hanya ada dua kemungkinan yaitu


(59)

dengan skemata siswa (Ongoing pr ocess of development)

atau pemahaman rumus yang benar

11 Siswa menggunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam proses mengupayakan terjadinya proses pembelajaran yang efektif , ikut bertanggung jawab atas terjadinya proses pemeblajaran yang efektif, dan membawa skemata masing amsing ke dalam proses pembelajaran manusia sendiri. Manusia menciptakan atau membangun pengetahuan dengan cara member arti dan memahami pengalamannya

Siswa secara pasif menerima rumus atau kaidah (membaca , mendengarkan, mencatat, menghafal) tanpa memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran atau hukum yang berada di luar diri manusia

13 Karena ilmnu pengetahuan itu dikembangkan oleh manusia sendiri, sementara manusia selalu mengalami peristiwa

Kebenaran bersifat absulut dan pengetahuan bersifat final


(60)

tidak pernah stabil, selalu berkembang

14 Siswa diminta betanggung jawab memonitor dan mengembangkan

pembelajaran mereka m asing masing

Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran

15 Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan

Pembelajaran tidak

memperhatikan pengalaman siswa

16 Hasil belajar diukur dengan berbagai cara : proses, bekerja, hasil karya,

penampilan, rekaman, tes dan lain lain

Hasil belajar hanya diukur dengan tes

17 Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks, dan setting

Pembelajaran terjadi di dalam kelas

18 Penyesuaian adalah hukuman dari perilaku jelek

Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek

19 Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik

Perilaku baik berdasarkan motivasi ektrinsik


(61)

karena di ayakin itulah yang terbaik dan bermanfaat

karena dia terbiasa melakukan begitu. Kebiasaan ini

dibangun dengan hadiah yang menyenangkan

Menurut Depdiknas (2003:520) karakteristik pembelajaran

kontekstual adalah :

1) Kerja sama

2) Saling menunjang

3) Meneyenangkan, tidak membosankan

4) Belajar dengan bergairah

5) Pembelajaran terintegrasi

6) Menggunakan berbagai sumber

7) Siswa aktif

8) Sharing dengan teman

9) Siswa kritis guru kreatif

10) Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta - peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain

11) Laporan kepada orang tua bukan hanya rap or tetapi hasil karya siswa, laporan hasil karya siswa, laporan hash praktikum, karangan siswa, dan sebagainya


(62)

4. Penilaian Pembelajaran Kontekstual a. Penilaian hasil belajar

Robert L. Lin, Noman E. Grotllund (2000: 32) menjelaskan Assesment: Any of a var iety of pr ocedur es used to obta in infor ma tion a bout student

per forma nce. Includes tr a ditiona l pa per a nd pencil tests a s well a s extended

r esponses (e.g., essa ys) a nd per forma nces of a uthentic ta sks (e.g., la bora tor y

experiments). Assessment a nswers the question, "How well does the individua l

per form ? ". Test : An Instrument or systema tic pr ocedur e for mea sur ing a

sa mple of beha vior by posing a set of questions in a unifor m ma nner .

Beca use a test is a for m, of a ssessment, test a lso a nswer , the question, "How

well does the individua l per for m either in compa r ison with other or in

compa rison with a doma in of per for ma nce ta sk s ? ."Mea sur ement: The

pr ocess of obla inig a numer ica l desc ription of the degr ee to which a n

individua l possesses a pa r ticula r cha ra cter istic. Mea surement a ns we r the

que stion, "How much ? " (Penilaian : Berbagai macam prosedur digunakan

untuk mendapatkan informasi tentang tampilan/unjuk kerja siswa. Termasuk tes tertulis dan juga respon - respon yang lebih luas (contoh: esai) dan tampilan tugas-tugas autentik (contoh: percobaan (laboratorium) penaksiran menjawab pertanyaan, Bagaimana terbaiknya memainkan individu ? Tes : Sebuah alat atau prosedur sitematis untuk mengukur sebuah sampel tindak tanduk dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengaq cara seragam. Karena tes yaitu sebuah bentuk taksiran, tes juga menjawab pertanyaan, "Bagaimana sebaiknya


(63)

membandingkan dengan melaksanakan tugasnya ?. Pengukuran: yaitu proses mendapatkan gambaran angka persetujuan yang mana milik pribadi yang bersifat khusus. Pengukuran menjawab pertanyaan, Berapa banyak ? ).

Menurut Sizer dalam Johnson (2002: 165) menyebutkan Authentic a ssessment focuses on objectives, involves ha nds on lea r ning, requires

ma king connection.! a nd colla bora ting, a nd inculca tes higher order thinking

beca use a uthentic a ssessment ta les use these str a tegies, they a llow students

to displa y ma ster y of obyectives a nd depth of under sta nding, while a t the

sa me time increa sing their knowledge a nd discover ing wa ys to improve.

(Penilaian otentik fokus pads tujuan - tujuan yang telah ditetapkan melibatkan pembelajaran yang berkesinambungan, membuat hubungan kolaborasi dan meningkatkan pemikiran yang lebih tinggi. Karena tugas-tugas penilaian

otentik menggunakan strategi-strategi ini yang dapat memberikan

kem ungkinan bagi siswa untuk m enunjukkan penguasaannya terhadap tujuan-tujuan dan pem aham an yang mendalam, pada saat yang lama dapat meningkatkan pengetahnan dan menemukan cara-cara untuk meningkatkan pengetahuan).

Ada empat istilah yang terkait dengan konsep penilaian yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan peserta didik, yaitu pengukuran, pengujian, penilaian, dan evaluasi. Pengukuran (m easurement) adalah pro ses penetapan ukuran terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu (Guilford,1982). Pengukuran pendidikan berbasis kompetensi berdasar pada klasifikasi


(64)

suatu standar. Pengukuran dapat menggunakan tes atau non tes. Pengukuran dapat bersifat kualitatif atau kuantitatif. Kuantitatif hasilnya berupa angka sedangkan kualitatif berupa predikat misalnya sangat baik, baik, cukup, kurang, atau sangat kurang.

Penilaian adalah istilah umum yang mencakup semua metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok peserta didik. Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti yang menunjukkan pencapaian proses belajar peserta didik. Penilaian merupakan suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu (Griffin & Nix, 1991). Penilaian mencakup semua proses pembelajaran. Oleh karena itu kegiatan penilaian tidak terbatas pada karakteristik peserta didik saja tetapai mencakup karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan administrasi sekolah.

Evaluasi (evaluation) adalah penilaian yang sistematis tentang

manfaat atau kegiatan suatu objek (Mehrens & Lehmann, l991). Dalam melakukan evaluasi terdapat judgement untuk menentukan niiai suatu program yang sedikit banyak mengandung unsur subjektif. Evaluasi memerlukan data hasil pengukuran dan informasi hasil penilaian yang memiliki banyak dimensi, seperti kemampuan, kreativitas, sikap, minat, dan sebagainya. Oleh karena itu dalam kegiatan evaluasi alat ukur yang digunakan juga bervarisi bergantung pada jenis. data yang diperoleh.


(1)

ditindaklanjuti dengan kegiatn remedial dan pengayaan yang dilaksnakan di luar jam pembelajaran efektif. Sebagai program pendukung untuk memperbaiki kesulitan siswa dan untuk meningkatkan keberhasilan pembelajaran matematika kelas 6 SD Negeri 4 Purwodadi menerapkan program klinik matematika yang dilaksnakan pada jam ke 0 yaitu sebelum pembelajaran efektif dimulai dengan menugaskan siswa yang beeprestasi baik dalam matematika sebagai dokter matematika bagi teman-temannyavaluasi dilaksnaknan melalui kegiatn ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan semester. Untuk mengetahui hasil pembelajaran matematika diadakan kegiatan evaluasi. Selain tiga kegiatan tersebut, dalam mengelola pembelajaran matematika kelas 6 di SD Negeri 4 Purwodadi guru dan kepala sekolah memperhatikan sarana dan prasarana yang ada untuk dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin serta menganalisis kendala yang dialami dalam pembelajaran matematika yaitu berupa kemalasan siswa untuk belajar matematika. Kemudian kendala tersebut ditindaklanjuti dengan mencari solusi atas kendala yang dialami yaitu dengan memotivasi serta mempersiapkan mental siswa sebelum mengikuti pembelajaran.

2. Hasil yang Dicapai Pembelajaran Matematika Kelas 6 SD Negeri 4 Purwodadi

Hasil yang dicapai dalam pembelajaran matematika kelas 6 SD Negeri 4 Purwodadi tidak hanya dinilai dari prestasi akademiknya saja, namun juga terlihat dari nilai-nilai karakter bangsa yang diintegrasikan melalui kegiatan pembelajaran matematika. Melalui model diagnosis tersebut ternyata siswa


(2)

kelas 6 SD Negeri 4 Purwodadi mampu mencapai nilai KKM yang ditentukan sekolah yaitu 75. Disamping itu, siswa juga mampu mencapai nilai tertinggi pada ujian nasional matematika se Kabupaten Grobogan. Kegiatan lomba tingkat kabupaten dan nasional juga diraih oleh siswa kelas 6. Selain dilihat dari prestasi yang dicapai siswa dalam mata pelajaran matematika, hasil pembelajaran matematika juga dapat dilihat dari ketercapaian visi dan misi pembelajaran matematika kelas 6 SD Negeri 4 Purwodadi, yaitu mneyelenggarankan pembelajaran matematika yang kreatif, bermakna, dan menyenangkan. Hai ini dapat dilihat dari suasana pembelajaran matematika . Hasil yang dicapai tersebut tidak lepas dari wujud koordinasi antara kepala sekolah, guru dan juga orang tua siswa. Guru dalam mengelola pembelajaran menciptakan suasana yang menyenangkan, kreatif dan bermakna sehingga siswa paham akan materi yang disampaikan. Melalui pengintegrasian nilai-nilai karakter bangsa dalam pembelajaran matematika pula maka nilai-nilai-nilai-nilai karakter bangsa seperti jujur, kerja keras, tanggung jawab, mandiri, kreatif, kerja sama, menghargai prestasi, dsb dapat tertanam dalam dalam diri siswa. Melalui kegiatan menyanyikan lagu wajib di awal kegiatan pembelajaran juga tertanam nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme seperti semangat berjuang, pantang menyerah, rela berkorban, dan rasa cinta tanah air.

3. Kendala yang Dialami Dalam Pembelajaran Matematika Kelas 6 SD Negeri 4 Purwodadi

Kendala yang dialami dalam pembelajaran matematika kelas 6 SD Negeri 4 Purwodadi tidak begitu signifikan dirasakan. Hanya kendala dalam


(3)

diri siswa yang menjadi tantangan bagi guru untuk bisa mengatasinya. Masih ada siswa yang terkesan malas belajar matematika, oleh karena itu guru melakukan pendekatan indi6dual baik di sekolah maupun mendatangi rumah siswa untuk melakukan koordinasi dengan orang tua siswa. Selain itu, di awal kegiatan pembelajaran dilakukan berbagai kegiatan untuk memotivasi dan menarik perhatian siswa untuk mengikuti pembelajaran matematika.

B. Implikasi

1. Model pembelajaran diagnostik pada pembelajaran matematika

dilakasanakan melaui kegiatan evaluasi proses yaitu menggunakan metode tanya jawab untuk menganalisis kesulitan siswa. Melalui model pembelajarn diagnostik guru dapat mengetahui letak kesalahan siswa dan selanjutnya ditindaklanjuti memalui kegiatan remedial.

2. Kegiatan remedial merupakan kegiatan layanan kepada siswa berdasarkan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa. kegiatan ini dilaksanakan di luar jam pembelajaran efektif sehingga kegiatan efektif pembelajaran tetap berlangsung.

3. Program pendukung kegiatan remedial dapat diterapkan program kegiatan klinik matematika yaitu kegiatan untuk memberikan latihan soal-soal tentang kesulitan siswa. misalnya tentang perkalian dan pembegian serta soal-soal meteri pembelajaran yang masih dirasakan ada kesulitan. Sebagi dokter matematika ditugaskan siswa yang berprestasi baik dalam matematika sebagai tutor sebaya bagi temen-temannya.


(4)

4. Model pembelajaran direncanakan secara matang melalui berbagai persiapan dan dirancang dengan menggunakan pendekatan siswa aktif sebagi subyek belajar yang sesuai dengan lingkungan, maka siswa akan lebih mudah menerima materi pembelajaran matematika secara optimal. 5. Dari hasil pembelajaran matematika dapat ditunjukkan siswa dalam bidang

akademik maupun non akademik, menandakan bahwa model pembelajaran matematika yang dilakukan efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang diharapkan.

6. Jika kendala dalam pembelajaran matematika dapat diatasi, maka pembelajaran berjalan lancar dan suasana pembelajaran akan lebih kondusif.

C. Saran

1. Bagi kepala sekolah

a) Kepala sekolah diharapkan melakukan kegiatan evaluasi mulai dari perencanaan, penggunaan model pembelajaran, hingga hasil yang sudah dicapai dalam pembelajaran matematika. evaluasi tersebut nantinya dapat dilakukan pertimbangan untuk melakukan kegiatan pembelajaran matematika di periode berikutnya dengan memperbaiki kesalahan yang terjadi.

b) Kepala sekolah diharapkan memberikan kesempatan kepada guru untuk meningkatkan kompetensinya tentang pengelolaan pembelajaran matematika terutama model pembelajaran diagnostik, kegiatan


(5)

remedial, dan klinik matematika dengan memberikan pelatihan pelatihan melalui kegiatan IHT, KKG, Seminar, dan kegiatan lainnya. c) Kepala sekolah bersama jajarannya diharapkan unuk mencari

terobosan agar dapat menambah sarana dan prsarana pembelajaran matematika terutama KIT matematika sehingga pembelajaran matematika dapat berhasil secara optimal.

2. Bagi guru

a) Guru diharapkan dapat meningkatkan kompetensimya tentang model pembelajaran diagnostik, remedial, dan klinik matematika sehingga dapat menerapkan model pembelajaran tersebut dalam pembelajaran sehari-hari.

b) Guru diharapkan selalu meningkatkan kompetensinya sehingga mampu mengelola pembelajaran yang lebih menyenangkan, kreatif, dan bermakna. Selain hal tersebut guru juga dituntut lebih peka terhadap diri siswa, sehingga kesulitan belajar yang dialami siswa segera dapat diatasi.

3. Bagi siswa

Untuk mencapai hasil yang optimal maka siswa lebih baik selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran dan juga aktif dalam program yang diselenggarakan pihak sekolah baik di dalam jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran.


(6)

Agar terjadi hubungan timbal balik antara guru dan orang tua siswa, maka orang tua diharapkan selalu koordinasi dan bersikap kooperatif kepada pihak sekolah guna memberikan dukungan atas berlangsungnya pembelajaran matematika.


Dokumen yang terkait

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEBANG Pengelolaan Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar Negeri Gebang Surakarta.

0 3 19

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEBANG Pengelolaan Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar Negeri Gebang Surakarta.

0 3 16

PENDAHULUAN Pengelolaan Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar Negeri Gebang Surakarta.

0 3 7

PENGELOLAAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR Pengelolaan Media Pembelajaran Matematika Kelas V SD Negeri Banyuanyar I Surakarta.

1 9 19

PENGELOLAAN MEDIA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BOYOLALI Pengelolaan Media Pembelajaran Di Sekolah Dasar Negeri 3 Boyolali.

0 7 17

PENGELOLAAN MEDIA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BOYOLALI Pengelolaan Media Pembelajaran Di Sekolah Dasar Negeri 3 Boyolali.

0 6 15

MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 6 DENGAN MACROMEDIA Media Pembelajaran Matematika Untuk Anak Sekolah Dasar Kelas 6 Dengan Macromedia Flash 8.

0 3 14

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN SEKOLAH RSBI DI SMP NEGERI 1 PURWODADI BERBASIS MBS (MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH) Pengelolaan Pembelajaran Sekolah Rsbi Di SMP Negeri 1 Purwodadi Berbasis MBS (Manajemen Berbasis Sekolah).

0 0 11

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN SEKOLAH RSBI DI SMP NEGERI 1 PURWODADI BERBASIS MBS (MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH) Pengelolaan Pembelajaran Sekolah Rsbi Di SMP Negeri 1 Purwodadi Berbasis MBS (Manajemen Berbasis Sekolah).

0 4 22

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD NEGERI 4 PURWODADI GROBOGAN

1 0 11