Upaya peningkatan motivasi belajar intrinsik siswa SMP melalui bimbingan kelompok berbasis outbound (penelitian tindakan bimbingan dan konseling pada siswa kelas VII dan VIII di Asrama St. Aloysius Turi).

(1)

i ABSTRAK

UPAYA PENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR INTRINSIK SISWA SMP MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK BERBASISOUTBOUND

(Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Pada Siswa SMP Kelas VII dan VIII di Asrama St. Aloysius Turi)

Valentinus Utomo Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan; 1) meningkatkan motivasi belajar intrinsik siswa kelas VII dan VIII SMP di Asrama St. Aloysius Turi melalui layanan bimbingan kelompok berbasis outbound; 2) mengetahui tingkat efektivitas outbound dalam meningkatkan motivasi belajar intrinsik siswa kelas VII dan VIII SMP di Asrama St. Aloysius Turi, Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus dalam penelitian ini dilakukan satu kali pertemuan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII dan VIII di Asrama St. Aloysius Turi, Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 43 siswa. Data penelitian ini ini diperoleh melalui Skala Motivasi Belajar Intrinsik dengan reliabilitas 0.948. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif-kategori distribusi normal dan uji t.

Hasil penelitian menunjukkan: Pada pra tindakan terdapat 2,32 ;, siswa masuk kategori sangat rendah, 2,32 ; siswa masuk kategori rendah , 11,62 ; siswa masuk ke dalam kategori sedang , 62,79 ; siswa masuk ke dalam kategori tinggi dan 20,93 ; siswa masuk ke dalam kategori sangat tinggi. Pada siklus 1 terdapat 13,95 ; siswa masuk ke dalam kategori sedang, 55,81 ; siswa masuk ke dalam kategori tinggi dan 30,23 ; siswa masuk ke dalam kategori sangat tinggi. Pada siklus 2 terdapat 55,81 ; siswa masuk ke dalam kategori tinggi dan 44,18 ; siswa masuk ke dalam kategori sangat tinggi. 2) Jadi ada peningkatan pada pra siklus sampai siklus II dimana terdapat penaikkan skor item dan skor subjek pada setiap peningkatan motivasi belajar intrinsik secara signifikan pada siswa kelas VII dan VIII SMP di Asrama St. Aloysius Turi Yogyakarta setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok berbasis outbound. Jadi, kesimpulannya peningkatan motivasi belajar intrinsik siswa pada kelas VII dan VIII SMP di Asrama St. Aloysius Turi efektif dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok berbasis outbound.


(2)

ii

EFFORTS TO INCREASE INTRINSIC MOTIVATION LEARNING THOURGH GROUP COUNSELING SERVICE BASED OUTBOUND

ACTIVITY TO JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS (Guidance and Counseling Action Research on The Seventh and Eighth

Grade Students Junior High School of St. Aloysius Indormitory Turi

Yogyakarta Academic Year 2014/2015)

Valentinus Utomo

Sanata Dharma University

Yogyakarta

The objective of this research; 1) increase intrinsic motivation learning among the seventh and eighth grade students of St. Aloysius Indormitory Turi through outbound-based group counseling service; 2) identify effectiveness of outbound to increase intrinsic motivation study confidance among the seventh adneight grade students of St. Aloysius Indormitory Turi Yogykarta at 2014/2015 academic year. It was an action research on guidance and counseling that were done in two cycles. Each cycles in this research was done in one meeting. The subject of the research was 43 students of the seventh and eighth grade junior high school of St. Aloysius Indormitory Turi Yogyakarta, academic year 2014/2015, which consisted of 33 male students and 10 female students.

The data was obtained from intrinsic motivation study scale and was supported with the result of observation during group counseling, interview and documentation. The result of the confidence scale reliability coefficient values obtained by the instrument of 0,948. There fore the research intrument in the category of very high for the value of reliability. The data analysis techniques used in the research is a descriptive analysis of the ditribution category and hypothesis testing.

The result of the research: 1) In the pre-action contained 2.32;, the students categorized as very low, 2.32; of students categorized as low, 11.62; of students into the medium category, 62,79; of students into the high category and 20.93; of the students into the category very high. In cycle 1 contained 13.95; of the students into the moderate category, 55.81; of students into the high category and 30.23; of the students into the category very high. In cycle 2 contained 55.81; of the students into the high category and 44.18; of the students into the category very high. Indicated that there is difference in pre-action until cycle II, in which there is increase in the item score and subject score in each cycle it indicated that where was an increase in self confidence significantly on the students after following group counseling servive through outbound based-group counseling service with the following details. 2) It was revealed that intrinsic motivation learning of the seventh and eighth grade student junior high school of St. Aloysius Indormitory Turi Yogyakarta may be improved through outbound-based group counseling service.


(3)

UPAYA PENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR INTRINSIK SISWA SMP MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS OUTBOUND (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Pada Siswa SMP Kelas VII

dan VIII di Asrama St. Aloysius Turi) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh: Valentinus Utomo

101114003

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

i

UPAYA PENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR INTRINSIK SISWA SMP MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS OUTBOUND (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Pada Siswa SMP Kelas VII

dan VIII di Asrama St. Aloysius Turi Tahun Ajaran 2014/2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh: Valentinus Utomo

101114003

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini ku persembahkan untuk

Tuhan Yesus Kristus yang telah memeberikan rahmat dan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini

Kedua orang tua tercinta Bapak PN. Bambang Gunarwoko dan Ibu CH. Pujihastuti

Kedua kakakku Yustina Puspita Sari dan Rosaria Paramitha Sari yang aku sayangi

Seluruh keluarga yang aku sayangi Seluruh sahabatku yang aku sayangi

Almamater Universitas Sanata Dharma khususnya teman-teman BK 2010

Asrama St. Aloysius Turi, Sleman, Yogyakarta yang sudah menjadi tempat penelitian.

Dan seluruh pihak-pihak yang saya kenal dan pernah merasakan kebersamaan


(8)

v MOTTO

Sukses Adalah 1% Yang Berasal Dari 99% Kegagalan (Soichiro Honda)

Jangan pernah takut gagal karena dibalik kegagalan itulah kita mendapatkan pembelajaran yang berharga.

(Valentinus Utomo)

Hadapi Kehidupan Dengan Semangat dan Senyuman dan Penuh Syukur.


(9)

(10)

(11)

viii ABSTRAK

UPAYA PENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR INTRINSIK SISWA SMP MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK BERBASISOUTBOUND

(Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Pada Siswa SMP Kelas VII dan VIII di Asrama St. Aloysius Turi)

Valentinus Utomo Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan; 1) meningkatkan motivasi belajar intrinsik siswa kelas VII dan VIII SMP di Asrama St. Aloysius Turi melalui layanan bimbingan kelompok berbasis outbound; 2) mengetahui tingkat efektivitas outbound dalam meningkatkan motivasi belajar intrinsik siswa kelas VII dan VIII SMP di Asrama St. Aloysius Turi, Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus dalam penelitian ini dilakukan satu kali pertemuan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII dan VIII di Asrama St. Aloysius Turi, Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 43 siswa. Data penelitian ini ini diperoleh melalui Skala Motivasi Belajar Intrinsik dengan reliabilitas 0.948. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif-kategori distribusi normal dan uji t.

Hasil penelitian menunjukkan: Pada pra tindakan terdapat 2,32 %, siswa masuk kategori sangat rendah, 2,32 % siswa masuk kategori rendah , 11,62 % siswa masuk ke dalam kategori sedang , 62,79 % siswa masuk ke dalam kategori tinggi dan 20,93 % siswa masuk ke dalam kategori sangat tinggi. Pada siklus 1 terdapat 13,95 % siswa masuk ke dalam kategori sedang, 55,81 % siswa masuk ke dalam kategori tinggi dan 30,23 % siswa masuk ke dalam kategori sangat tinggi. Pada siklus 2 terdapat 55,81 % siswa masuk ke dalam kategori tinggi dan 44,18 % siswa masuk ke dalam kategori sangat tinggi. 2) Jadi ada peningkatan pada pra siklus sampai siklus II dimana terdapat penaikkan skor item dan skor subjek pada setiap peningkatan motivasi belajar intrinsik secara signifikan pada siswa kelas VII dan VIII SMP di Asrama St. Aloysius Turi Yogyakarta setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok berbasis outbound. Jadi, kesimpulannya peningkatan motivasi belajar intrinsik siswa pada kelas VII dan VIII SMP di Asrama St. Aloysius Turi efektif dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok berbasis outbound.


(12)

ix

EFFORTS TO INCREASE INTRINSIC MOTIVATION LEARNING THOURGH GROUP COUNSELING SERVICE BASED OUTBOUND

ACTIVITY TO JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS (Guidance and Counseling Action Research on The Seventh and Eighth

Grade Students Junior High School of St. Aloysius Indormitory Turi

Yogyakarta Academic Year 2014/2015)

Valentinus Utomo

Sanata Dharma University

Yogyakarta

The objective of this research; 1) increase intrinsic motivation learning among the seventh and eighth grade students of St. Aloysius Indormitory Turi through outbound-based group counseling service; 2) identify effectiveness of outbound to increase intrinsic motivation study confidance among the seventh adneight grade students of St. Aloysius Indormitory Turi Yogykarta at 2014/2015 academic year. It was an action research on guidance and counseling that were done in two cycles. Each cycles in this research was done in one meeting. The subject of the research was 43 students of the seventh and eighth grade junior high school of St. Aloysius Indormitory Turi Yogyakarta, academic year 2014/2015, which consisted of 33 male students and 10 female students.

The data was obtained from intrinsic motivation study scale and was supported with the result of observation during group counseling, interview and documentation. The result of the confidence scale reliability coefficient values obtained by the instrument of 0,948. There fore the research intrument in the category of very high for the value of reliability. The data analysis techniques used in the research is a descriptive analysis of the ditribution category and hypothesis testing.

The result of the research: 1) In the pre-action contained 2.32%, the students categorized as very low, 2.32% of students categorized as low, 11.62% of students into the medium category, 62,79% of students into the high category and 20.93% of the students into the category very high. In cycle 1 contained 13.95% of the students into the moderate category, 55.81% of students into the high category and 30.23% of the students into the category very high. In cycle 2 contained 55.81% of the students into the high category and 44.18% of the students into the category very high. Indicated that there is difference in pre-action until cycle II, in which there is increase in the item score and subject score in each cycle it indicated that where was an increase in self confidence significantly on the students after following group counseling servive through outbound based-group counseling service with the following details. 2) It was revealed that intrinsic motivation learning of the seventh and eighth grade student junior high school of St. Aloysius Indormitory Turi Yogyakarta may be improved through outbound-based group counseling service.


(13)

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan karunianya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi berjudul Upaya

Peningkatan Motivasi Belajar Intrisik Siswa Melalui Bimbingan Kelompok

Berbasis Outbound (Penelitian Tindakan Pada Siswa Kelas VII dan VII SMP Di

Asrama St. Aloysius Turi).

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak mungkin

terwujud tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M. Si. Selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kelancaran

dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Juster Donal Sinaga, M. Pd. Selaku dosen pembimbing yang sudah

meluangkan waktu engan penuh kesabaran dan ketekunan dalam

membimbing dan mendampingi pada setiap tahap dan seluruh proses

penyusunan skripsi ini.

3. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi yang telah memberikan dan membagi

ilmunya kepada penulis selama masa studi di Program Studi Bimbingan

dan Konseling Universitas Sanata Dharma

4. Br. Kosmas Mulyadi, CSA dan para bruder di asrama St. Aloysius Turi

yang sudah memberikan ijin, bantuan dan kemudahan kepada penulis


(14)

xii

5. Seluruh anak-anak Asrama St. Aloysius Turi khususnya kelas VII dan VIII

tahun 2014/2015 atas kebersamaan dan kebahagiaannya saat penulis

melaksanakan penelitian.

6. Kedua orang tua tersayang, Bapak PN. Bambang Gunarwoko dan Ibu CH.

Pujiahastuti atas motivasi, nasehat, kepercayaan, doa dan segalanya

sehingga skripsi dapat terselesaikan.

7. Kedua Kakak penulis Yustina Puspita Sari dan Rosaria Paramitha Sari dan

seluruh keluarga di Pringsewu, Lampung yang selalu mendukung penulis

dengan semangat dan doa-doanya.

8. Kedua ponakan penulis Julia Rose Cleo Zeinnico dan Elizabeth Agacia

Prayustia yang sudah memberikan penghiburan kepada penulis dikala

penulis sedang mengalami kejenuhan.

9. Sahabat Kost Wuluh 19, terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya

selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

10.Sahabat-sahabat bimbingan dan konseling Hendra, Ocep, Josa, Andria,

Lintang dan seluruh mahasiswa BK USD angkatan 2010 yang selalu

memberikan motivasi, semangat dan kebahagiaan.

11.Sahabat Youth Dehonian Community Indonesia dan OMK PRIGISKALI,


(15)

xiii

12.Mas A. Priyatmoko, atas kesabaran dalam membanntu penulis mengurus

administrasi perkuliahan serta penyelesaian skripsi ini.

13.Kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini namun

penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaaat bagi pembaca.

Valentinus Utomo


(16)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GRAFIK ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Definisi Operasional... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Motivasi Belajar ... 9

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 9

2. Jenis-jenis Motivasi Belajar ... 10

3. Faktor-faktor Motivasi Belajar ... 22

4. Fungsi Motivasi Belajar ... 25

B. Outbound ... 26

1. Sejarah Outbound ... 26


(17)

xv

3. Metodologi Outbound ... 29

4. Tujuan Outbound ... 30

5. Manfaat Outbound ... 32

C. Layanan Bimbingan Kelompok Berbasis Outbound... 32

1. Pengertian Bimbingan Kelompok ... 32

2. Manfaat bimbingan kelompok ... 33

3. Teknik Dalam Bimbingan Kelompok ... 34

D. Kajian Penelitian yang Relevan ... 35

E. Kerangka Berpikir ... 37

F. Hipotesis Tindakan ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ... 39

B. Setting (Lokasi dan Waktu Penelitian) ... 40

C. Subjek Penelitian ... 41

D. Jenis dan Desain Penelitian ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 43

F. Instrumen ... 44

G. Prosedur Penelitian... 49

H. Teknik Analisis Data ... 52

I. Validitas dan Reliabilitas ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil ... 59

1. Pra Tindakan ... 60

a. Perencanaan ... 60

b. Pelaksanaan Pra Tindakan ... 61

1) Kegiatan Awal ... 62

2) Kegiatan Inti ... 62

3) Kegiatan Penutup ... 63

c. Data Hasil Angket Pra Tindakan dan Hasil Observasi Skala Kiraan Sifat ... 64

1) Data Hasil Angket Pra Tindakan ... 64

2) Data Hasil Observasi Skala Kiraan Sifat ... 66

d. Refleksi ... 67


(18)

xvi

a. Perencanaan ... 69

b. Pelaksanaan siklus I ... 70

1) Kegiatan Awal ... 70

2) Kegiatan Inti ... 71

3) Kegiatan Penutup ... 74

c. Data Hasil Angket Siklus I dan Hasil Observasi Skala Kiraan Sifat ... 74

1) Data Hasil Angket Siklus I ... 74

2) Data Hasil Observasi Skala Kiraan Sifat ... 76

d. Data Wawancara Siklus I ... 77

e. Refleksi ... 78

3. Siklus II ... 79

a. Perencanaan ... 79

b. Pelaksanaan Siklus II ... 79

1) Kegiatan Awal ... 80

2) Kegiatan Inti ... 80

3) Kegiatan Penutup ... 82

c. Data Hasil Angket Siklus II dan Hasil Observasi Skala Kiraan Sifat ... 83

3) Data Hasil Angket Siklus II ... 83

4) Data Hasil Observasi Skala Kiraan Sifat ... 85

d. Data Wawancara Siklus II ... 86

e. Refleksi ... 86

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 87

1. Hasil Analisis Peningkatan Capaian Skor Motivasi Belajar Intrinsik ... 87

2. Observasi Kiraan Sifat ... 92

3. Kriteria Keberhasilan ... 95

4. Hasil Uji Hipotesis ... 95

C. Pembahasan ... 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 102

B. Keterbatasan Penelitian ... 103

C. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 105


(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Subjek Penelitian ... 41

Tabel 2. Kriteria Keberhasilan ... 42

Tabel 3. Kisi-kisi Panduan Observasi Siswa ... 45

Tabel 4. Skoring/Penilaian Kuisioner Motivasi Belajar Intrinsik Siswa SMP ... 46

Tabel 5. Kisi-kisi Kuisioner Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Intrinsik Melalui Layanan Bimbingan Kelompok dengan Pendekatan Outbound pada Siswa Kelas 7-8 SMP ... 46

Tabel 6. Pedoman Wawancara ... 48

Tabel 7. Kriteria Hasil Presentase Skor Motivasi Belajar Intrinsik Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok ... 53

Tabel 8. Kriteria Guildford ... 58

Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Reliabilitas ... 58

Tabel 10. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 59

Tabel 11. Penggolongan Skor Motivasi Belajar Intrinsik Siswa Tahap Pra Tindakan ... 64

Tabel 12. Analisis Hasil Observasi Motivasi Belajar Intrinsik Siswa Pada Tahap Pra Tindakan ... 67

Tabel 13. Penggolongan Skor Motivasi Belajar Intrinsik Siswa Tahap Siklus I ... 75

Tabel 14. Analisis Hasil Observasi Motivasi Belajar Intrinsik Siswa Pada Tahap Siklus 1 ... 77


(20)

xviii

Tabel 16. Analisis Hasil Observasi Motivasi Belajar Intrinsik Siswa

Pada Tahap Siklus 2 ... 85 Tabel 17. Capaian Skor Perkembangan Motivasi Belajar Intrinsik ... 87 Tabel 18. Capaian Skor Perkembangan Motivasi Belajar Intrinsik ... 89 Tabel 19. Hasil Observasi Perilaku Siswa Yang Termotivasi dan Tidak

Termotivasi Pada Tahap Pra Tindakan ... 92 Tabel 20. Hasil Observasi Perilaku Siswa Yang Termotivasi dan Tidak

Termotivasi Pada Tahap Siklus 1 ... 93 Tabel 21. Hasil Observasi Perilaku Siswa Yang Termotivasi dan Tidak

Termotivasi Pada Tahap Siklus 2 ... 94 Tabel 22. Kriteria Keberhasilan ... 95 Tabel 23. Rekapitulasi Uji T ... 96


(21)

xix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Grafik Skor Subjek Tahap Pra Tindakan ... 65

Grafik 2. Grafik Skor Item Tahap Pra Tindakan ... 66

Grafik 3. Grafik Skor Subjek Siklus 1 ... 75

Grafik 4. Grafik Skor Item Tahap Siklus I ... 76

Grafik 5. Grafik Skor Subjek pada Tahap Siklus 2 ... 84

Grafik 6. Grafik Skor Item pada tahap Siklus 2 ... 85

Grafik 7. Grafik Perbandingan Item Pra Tindakan dan Siklus 1 ... 90

Grafik 8. Grafik Perbandingan Item Siklus 1 dan Siklus 2 ... 91

Grafik 9. Grafik Perbandingan Item Pra Tindakan, Siklus 1, dan Siklus 2 ... 92


(22)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Satuan Pelayanan Bimbingan ... 109 Lampiran 2. Tabulasi Data Skor Motivasi Belajar Intrinsik ... 110 Lampiran 3. Instrumen Penelitian ... 111 Lampiran 4. Nama Permainan Outbound ... 112 Lampiran 5. Hasil Uji Reliabilitas, Validitas dan Uji Hipotesis ... 113 Lampiran 6. Daftar Nama Siswa ... 114 Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian ... 115 Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian ... 116 Lampiran 9. Surat Telah Penelitian ... 117


(23)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini dipaparkan latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia pasti memiliki motivasi di dalam diri untuk

mencapai sebuah tujuan yang diinginkannya. Hal ini di latar belakangi

oleh berbagai macam perilaku manusia. Perilaku tersebut muncul karena

adanya kebutuhan-kebutuhan tertentu. Siswa melakukan kegiatan belajar

karena adanya motivasi untuk belajar dan kebutuhan untuk memiliki

pengetahuan yang luas. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang

saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku yang

permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau

penguatan (reinforced praticed) yang dilandasi tujuan untuk mencapai

tujuan tertentu (Hamzah. B. Uno, 2007: 23).

Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai

keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar,

sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai

(Sardiman, 2011: 75). Dalam kegiatan belajar setiap siswa pasti memiliki

motivasi intrinsik atau motivasi di dalam diri setiap siswa tersebut untuk

mencapai tujuan belajar. Motivasi intrinsik sangat diperlukan dalam


(24)

sekali melakukan kegiatan belajar secara terus menerus. Seseorang

yang memiliki motivasi intrinsik atau motivasi dalam diri selalu ingin

maju dalam belajar. Siswa dapat dimotivasi untuk mengerahkan segala

tenaga yang dibutuhkan untuk belajar antara lain dengan motivasi motivasi

intrinsik atau motivasi dengan stimulus dari dalam diri dan motivasi

ekstrinsik atau motivasi dengan stimulus dari luar diri (Sri Esti, 2006:

356). Misalnya, siswa memilki keinginan untuk meningkatkan prestasi

belajar dengan adanya dorongan dari orang tua yang memberikan hadiah

apabila prestasinya meningkat. Siswa tersebut mengerahkan segala upaya

untuk memenuhi keinginan tersebut dengan cara belajar. Motivasi dalam

diri yang muncul yaitu adanya keinginan untuk meningkatkan prestasi

belajar sedangkan motivasi dengan stimulus dari luar diri yaitu apabila

berhasil meningkatkan prestasi belajar akan memperoleh hadiah dari orang

tua.

Berdasarkan pengamatan dan observasi dari peneliti ketika

melaksanakan Program Pengenalan Lapangan (PPL) di Asrama St.

Aloysius Turi. Peneliti melihat hasil perkembangan belajar siswa SMP di

Asrama St. Aloysius selama pertengahan semester pada tahun 2014

terutama pada nilai-nilai pelajaran, masih ada beberapa siswa yang prestasi

belajarnya menurun. Sedangkan jadwal jam belajar di asrama sudah

terjadwal dengan baik dan semua siswa mengikuti jadwal belajar pun


(25)

yang berkeinginan untuk meraih prestasi dengan hasil yang baik dan

memuaskan.

Pada saat itu pula peneliti juga melakukan wancara tidak

terstruktur kepada para pembimbing anak-anak di Asrama St. Aloysius

Turi. Peneliti menanyakan keadaan proses belajar ketika di asrama melihat

keadaan ketika peneliti PPL di Asrama tersebut. Melihat anak sering tidak

konsentrasi dalam belajar, anak sering tidak fokus dalam belajar, sering

ijin keluar dari ruangan belajar, ada anak yang kesulitan dalam memahami

pelajaran yang diajarkan ketika di sekolah, dan lain-lain. Apakah para

pembimbing tidak memberikan dorongan dan support kepada anak-anak,

walaupun dorongan belajar itu juga harus tumbuh dalam diri anak tersebut.

Kemudia Para Pembimbing Asrama menjelaskan bahwa Para pembimbing

di asrama juga tidak ada hentinya memberikan dorongan dan motivasi

dengan segala cara agar anak didik mereka dapat berhasil dalam belajar

dengan cara mengawasi belajar para siswa dan membimbing mereka bagi

yang kesulitan dalam belajar.

Setiap siswa tentunya memiliki motivasi belajar yang

berbeda-beda. Ada siswa yang memilki dorongan dalam diri yang kuat agar siswa

tersebut dapat mencapai prestasinya. Ada pula siswa yang memilki

dorongan belajar yang tidak kuat dalam dirinya. Rendahnya motivasi

belajar intrisnsik siswa ini adalah masalah yang sering diabaikan oleh para

pembimbing asrama, tetapi hal tersebut jika terus diabaikan akan


(26)

Selain itu anak menjadi tidak memiliki daya juang untuk mencapai prestasi

yang baik.

Upaya untuk menumbuhkan motivasi belajar intrinsik harus

dimulai dari diri sendiri. Sehingga diperlukan suatu upaya untuk

meningkatkan motivasi belajar intrinsik, diantaranya dapat dilakukan

melalui pendekatan outbound. Adanya games dan permainan dalam

metode outbound ini dapat membantu siswa lebih termotivasi dalam

belajarnya. Misalnya, dengan melalui berbagai permainan dan rintanga

siswa dapat berlatih bagaimana ia dapat lebih termotivasi dirinya dalam

belajar setelah melewati rintangan yang mereka alami ketika bermain

dalam kegiatan outbound.

Outbound menjadi sebuah metode yang efektif untuk mengatasi

segala problem diri dan kehidupan saat ini. Sehingga banyak kalangan

tertarik untuk mengagendakan kegiatan dalam sebuah agenda kegiatan

sebagai metode yang cukup efektif untuk dilakukan dalam kondisi genting

sekalipun. Outbound juga sebagai salah satu bentuk perubahan model

pembelajaran pendidikan non formal merupakan contoh dari evolusi dan

reformasi tenaga pendidik dan kependidikan. Dalam kegiatan tersebut

terdapat unsur-unsur yang akan berpengaruh terhadap motivasi belajar

seseorang. Melalui pembelajaran di alam terbuka inilah siswa akan

terdorong untuk memiliki motivasi dalam diri siswa agar dapat mencapai

tujuan belajar dengan baik. Dari hal ini siswa akan mendapatkan


(27)

outbound untuk meningkatakan motivasi intrinsik mereka khususnya

dalam kegiatan belajar yang mereka lakukan. Pengalaman pembelajaran

itu mereka rasakan ketika ia mengikuti permainan dan game yang terdapat

dalam kegiatan outbound atau kegiatan di alam terbuka.

Oleh karena itu berdasarkan dari latar belakang tersebut diatas,

maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Intrisik Siswa Melalui Bimbingan Kelompok Berbasis Outbound (Penelitian Tindakan Pada Siswa Kelas VII dan VII SMP Di Asrama St. Aloysius Turi).

A. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang diidentifikasi masalah sebagai

berikut:

1. Beberapa siswa kelas VII dan VIII SMP di Asrama St. Aloysius Turi,

Sleman, Yogyakarta memiliki motivasi belajar intrinsik yang rendah.

2. Siswa Kelas VII dan VIII SMP St. Aloysius Turi, Sleman Yogyakarta

kurang konsentrasi dalam belajar.

3. Motivasi belajar intrinsik siswa memepengaruhi prestasi belajar siswa.

B. Batasan Masalah

Masalah penelitian ini dibatasi tentang tingkat motivasi belajar

intrinsik siswa dalam aktivitas belajar. Sehingga peneliti hanya membahas

dan mengangkat masalah terkait dengan motivasi belajar intrinsik siswa


(28)

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini secara spesifik masalah-masalah yang dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui bimbingan

kelompok berbasis outbound pada siswa kelas VII-VIII SMP di

Asrama St. Aloysius Turi, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran

2013/2014.

2. Apakah layanan bimbingan kelompok berbasis outbound efektif dalam

meningkatakan motivasi belajar intrinsik siswa kelas VII dan VIII

SMP di Asrama St. Aloysius Turi, Sleman, Yogyakarta.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa melalui layanan

bimbingan kelompok berbasis outbound siswa kelas VII-VIII SMP

di Asrama St. Aloysius Turi, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran

2013/2014.

3. Untuk mengetahui apakah layanan bimbingan kelompok berbasis

outbound efektif dalam meningkatakan motivasi belajar intrinsik siswa

kelas VII dan VIII SMP di Asrama St. Aloysius Turi, Sleman,


(29)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan

khususnya dalam bidang ilmu bimbingan dan konseling, sehingga

dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya pada

kajian yang sama tetapi ruang lingkup yang lebih luas.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru Pembimbing

Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai masukan dlam

mengupayakan peningkatan mutu pembelajaran dan pelayanan

bimbingan kelompok melalui kegiatan outbound traiining kepada

siswa dan meningkatkan motivasi belajar intrinsik siswa.

b. Bagi siswa

Siswa dapat meningkatkan motivasi belajar sehingga dapat

mencapai perkembangan diri ke arah yang lebih baik.

c. Bagi Peneliti

Menambah informasi bagi peneliti mengenai pendeketan

outbound training sehingga peneliti lebih siap dan kreatif dalam

menjalankan tugas-tugas yang akan datang terutama dalam upaya

peningkatan diri siswa khususnya dalam meningkatkan motivasi


(30)

E. Definisi Operasional Variabel

Supaya tidak salah pengertian dan salah penafsiran maksud dari judul

penelitian ini, maka peneliti merasa perlu memberikan

penegasan-penegasan batasan istilah dalam judul penelitian ini:

1. Motivasi Belajar Intrinsik

Motivasi belajar intrinsik adalah dorongan belajar yang timbul dari

dalam diri siswakelas VII dan VIII SMP di Asrama St. Aloysius Turi.

Siswa yang memiliki motivasi belajar intrinsik memiliki dorongan

dalam diri untuk melakukan aktivitas belajar.

2. Outbound

Outbound merupakan metode permainan yang di dalammnya

terdapat berbagai tantangan dan usaha untuk memecahkan

permasalahan. Metode outbound dapat diterapkan dalam bimbingan

sebagai upaya untuk memacu semangat dan kreativitas siswa. Di mana

dalam metode outbound teresebut terdapat nilai-nilai bimbingan yang

dapat meningkatkan motivasi belajar intrinsik siswa.

3. Bimbingan kelompok

Bimbingan kelompok merupakan upaya pemberian informasi

sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh siswa yang


(31)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini penulis memaparkan bebarapa hal penting yang berkaitan

dengan landasan teori antara lain pengertian motivasi belajar, macam-macam

motivasi belajar, fungsi motivasi belajar, penjelasan mengenai bimbingan

kelompok dan penjelasan mengenai outbound.

A. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar.

Motivasi dapat dikemukakan dari berbagai sudut pandang

namun intinya adalah sama yaitu sebagai pendorong yang

mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas

nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Mc Donald mengatakan

bahwa, motivation is a energy change within the person

characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions.

Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi sesorang

yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan), dan reaksi

untuk mencapai tujuan tertentu (Oemar Hamalik, 1992: 173).

Perubahan energi di dalam diri sesorang itu berbentuk suatu

aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai

tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai

motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang


(32)

Dalam hal ini motivasi dan belajar merupakan dua hal yang

saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku

secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebgai hasil

praktik atau penguatan. Dalam proses belajar motivasi sangat

diperlukan, sebab sesorang yang tidak mempunyai motivasi atau

dorongan dalam belajar, tidak akan mungkin melkukan aktivitas

belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan

dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang

menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu

selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya.

Maslow sangat percaya bahwa tingkah laku individu/manusia

dapat dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan kebutuhan

tertentu, seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta,

pengharapan, aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti, dan

kebutuhan estetik. Kebutuhan-kebutuhan inilah menurut Maslow

yang mampu memotivasi tingkah laku individu (Syaiful Bahri

Djamarah, 2011: 149).

2. Jenis-jenis Motivasi Belajar

Motivasi belajar terbagi menjadi dua bagian yaitu motivasi

yang berasal dari dalam diri (intrinsik) dan motivasi yang berasal


(33)

a. Motivasi Intrinsik

1) Pengertian Motivasi Intrisik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi

aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar,

karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk

melakukan sesuatu (Sardiman, 2011: 89). Motivasi intrisik

berasal dari dalam diri individu tanpa ada pengaruh dari

luar. Misalnya siswa gemar membaca, menulis, menyanyi

dan lain-lain tanpa ada paksaan dari orang lain. Siswa

sendiri yang berkeinginan melakukan aktivitas tersebut

dengan senang hati, nyaman, dan tidak merasa terbebani.

Dengan memiliki motivasi intrisik siswa akan dapat

memperoleh hasil yang maksimal dan juga dapat memaknai

apa yang sudah dilakukan.

Menurut Sardiman (2011, 83) motivasi yang ada

pada diri setiap orang disebut juga motivasi intrinsik

memilki ciri-ciri sebagai berikut:

a) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus dalam

waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum

selesai).

b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).


(34)

sebaik mungkin (tidak cepat puas denga prestasi yang

telah dicapainya).

c) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan,

pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap

tindak kriminal, amoral, dan sebagainya.

d) Lebih senang bekerja mandiri.

e) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang

bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga

kurang kreatif).

f) Dapat mempertahnkan pendapatnya (kalu sudah yakin

akan sesuatu).

g) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

h) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Motivasi intrinsik (intrinsic motivation) adalah

motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi hal itu

sendiri (Santrock, 2009: 204). Siswa melakukan aktivitas

karena demi kepentingan dan kemajuan pada dirinya.

Misalnya, pada saat ulangan atau ujian siswa belajar lebih


(35)

2) Aspek-aspek Motivasi Belajar Intrinsik

Menurut Woolfolk (2009) aspek-aspek motivasi belajar

intrinsik seperti kebutuhan, tujuan, interes/minat, emosi,

keyakinan dan skema diri. Keenam aspek tersebut akan

dijelaskan secara rinci di bawah ini:

a) Kebutuhan

Setiap aktivitas yang dilakukan siswa karena adanya

kebutuhan dan dorongan tertentu. Dorongan merupakan

kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam

rangka memenuhi kebutuhan (Dimyati & Mudjiono,

1999: 81). Kebutuhan yang menyebabkan seseorang

berusaha untuk memenuhinya (Uno, 2007: 5). Adanya

suatu proses yang dilalui agar kebutuhan tersebut

tercapai. Motivasi intrinsik yang muncul yaitu dengan

mengerahkan segala kekuatan yang ada pada diri.

Menurut Pintrich (Woolfolk, 2009: 196) terdapat

tiga kebutuhan utama yang dapat dikaji secara intensif

adalah kebutuhan akan prestasi, kekuasaan, dan

afilasi/hubungan. Kebutuhan akan prestasi menjadi

sangat penting bagi siswa untuk belajar lebih giat lagi

agar memperoleh prestasi yang baik. Kebutuhan akan

kekuasaan seperti siswa memiliki kebutuhan akan


(36)

akan hubungan adalah keinginan untuk membangun

pertalian emosional yang erat dan kelekatan dengan

orang lain (Woolfolk, 2009: 196-197). Dengan menjalin

hubungan yang baik maka secara otomatisakan

meningkatkan motivasi untuk belajar, seperti siswa

dapat belajar dengan siswa lainnya, berani bertanya

mengenai materi yang belum dimengerti.

b) Tujuan

Menurut Locke dan Latham (Woolfolk, 2009: 198)

tujuan adalah hasil atau pencapaian yang

pemenuhannya diperjuangkan oleh seseorang. Dalam

mengejar tujuan siswa pada umumnyamenyadari

tentang kondisi tertentu saat ini (saya belum membuka

buku), kondisi ideal tertentu (saya sudah memahami

setiap halaman), dan ketidak sesuaian antara situasi saat

ini dan situasi ideal (Woolfolk, 2009: 198).

Menurut Locke dan Latham (Woolfolk, 2009: 198)

ada empat alasan mengapa menetapkan tujuan dapat

memperbaiki kinerja. Tujuan:

(1) Mengarahkan perhatian kita ke tugas yang ada di

tangan dan mengindari distraksi. Tiap kali pikiran

saya berkelana, menjauh dari klaster, tujuan saya


(37)

mengarahkan perhatian saya kembali ke pekerjaan

menulis.

(2) Memberi energi pada usaha. Sampai titik tertentu,

semakin menantang tujuannya, semakin besar pula

usahanya.

(3) Meningkatkan persistensi. Bila kita memiliki tujuan

yang jelas, kecil kemungkinan kita untuk menyerah

sampai kita meraih tujuan itu: tujuan yang sulit

menuntut usaha dan tenggat waktu yang ketat

menghasilkan kerja yang lebih cepat.

(4) Mendukung perkembangan pengetahuan dan

strategi lama tidak berhasil. Sebagai contoh, bila

tujuan anda adalah mendapat nilai A dan anda tidak

mencapai tujuan itu di kuis yang pertama, anda

mungkin akan mecoba pendekatana belajar baru

untuk kuis berikutnya, seperti menjelaskan

poin-poin kuncinya kepada seorang teman.

c) Interes/minat dan emosi

Interes/minat dan emosi merupakan dua hal yang

sangat penting dan saling berkaitan dalam berbagai

kegiatan seperti belajar. Siswa lebih cenderung

memperhatikan, mempelajari, dan mengingat berbagai


(38)

respons emosional (Alexander & Murphy; Cowey &

Underwood; Reisberg & Heueur, dalam Woolfolk,

2009: 204) yang berhubungan dengan interes/minat

siswa (Renninger, Hidi, & Krapp, dalam Woolfolk,

2009: 204).

Menurut Schiefele; Wigfield dkk (Santrock, 2008:

206) yaitu riset pada minat terutama telah berfokus pada

hubungan minat dan pembelajaran. Minat siswa

dihubungkan terutama tindakan pelajaran siswayang

mendalam seperti ingatan atas gagasan pokok dan

respon terhadap pertanyaan pemahaman yang lebih

sulit, dibanding pembelajaran. Minat siswa

dihubungakan terutama dengan tindakan pelajaran

siswa yang mendalam seperti ingatan atas gagasan dan

respon terhadap pernyataan pemahaman, yang lebih

sulit dibanding pembelajaran yang hanya pada

permukaan, seperti respon terhadap pernyataan

sederhana dan ingatan kata-demi-kata atas teks.

Ada dua macam interes/minat yaitu personal

(individual) dan situsional. Personal inters/minat atau

individual interes adalah aspek yang lebih enduring

untuk menikmati subjek-subjek seperti bahasa, sejarah,


(39)

musik, atau film. Siswa dengan minat individual pada

belajar secara umum berusaha mencari informasi baru

dan memiliki sikap yang lebih positif terhadap sekolah.

Situasional interest adalah aspek yang berumur

lebih pendek dari aktivitas, teks, atau materi yang

mebangkitkan dan mempertahankan perhatian siswa.

Situasional interst yang berhubungan dengan belajar

teks atau materi dengan minat yang lebih besar

sehingga menghasilkan respons emosional yang lebih

positif terhadap materinya, lalu menghasilkan

persistensi yang lebih tinggi, pemrosesan yang lebih

mendalam, dan ingatan yang lebih baik tentang

materinya dan prestasi lebih tinggi.

Sebagai contoh dari situasional interest adalah

puzzle pada pelajaran matematika SMP yang dapat

membangkitkan minat belajar siswa pada mata

pelajaran matematika tetapi tidak bertahan lama, untuk

tetap bertahan maka seorang guru lebih terampil

memasukkan kegiatan-kegiatan matematika yang

berhubungan masalah-masalah pada kehidupan nyata.

Menurut Stipek (Woolfolk, 2009: 204) minat


(40)

bila siswa dapat mengembangkan minat bila siswa

mengalami kesuksesan.

d) Keyakinan dan skema-diri

(1) Keyakinan tentang kemampuan

Sebagian keyakinan paling kuat

memperngaruhi mempengaruhi motivasi di sekolah

adalah keyakinan tentang kemampuan. Dengan

kerja keras, belajar atau latihan. Pengetahuan dapat

ditingkatkan dan oleh sebab itu kemampuan dapat

ditingkatkan (Woolfolk, 2009: 215)

(2) Keyakinan tentang penyebab dan kontrol: teori

atribusi

Teori atribusi menyatakan bahwa individu

termotivasi untuk mengungkapkan penyebab yang

mendasari kinerja dan perilaku mereka sendiri.

Atribusi adalah penyebab-penyebab yang

menentukan hasil (Santrock, 2009: 211).

Weiner mengidentifikasikan tiga dimensi

dari penyebab atribusi: (1) Lokus, apakah penyebab

tersebut internal atau eksternal terhadap perilaku;

(2) stabilitas, tingkat dimana penyebab tersebut

tetap sama atau berubah; dan (3) kemampuan


(41)

seorang siswa dapat merasakan bahwa

kecerdasannya berlokasi secara internal, stabil, tidak

dikendalikan (Santrock, 2009: 212).

(3) Keyakinan tentang self-efficacy dan learned

helplessness

Self-efficacy adalah keyakinan siswa tentang

kompetensi atau efektivitas siswa pada bidang

tertentu (Woolfolk, 2009: 219). Self-efficacy dan

atribusi saling mempengaruhi. Bila kesusksesan

diatribusikan seperti kemampuan atau usaha, maka

Self-efficacy meningkat. Akan tetapi, bila

kesuksesan diatribusikan pada nasib atau intervensi

orang lain, maka Self-eficacy mungkin tidak

diperkuat (Woolfolk, 2009: 219).

Learned helplessness adalah ekspektasi

seseoarng, berdasarkan pengalaman sebelumnya

bahwa dirinya kurang/tidak memiliki kontrol,

bahwa semua usahanya akan gagal (Woolfolk,

2009: 220). Siswa yang tidak memiliki

ketidakberdayaan yang dipelajari akan berdampak


(42)

(4) Keyakinan tentang harga diri

Keyakinan tentang harga diri yaitu perasaan

seseorang bahwa dirinya berharga. Siswa yang

memfokuskan pada tujuan belajar karena mereka

menghargai prestasi dan melihat bahwa kemampuan

dapat ditingkatkan. Siswa tidak takut gagal, karena

kegagalan tidak mengancam kompetensi dan harga

dirinya (Woolfolk, 2009: 221).

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif

dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar,

seperti mendapat pujian, hadiah, dan lain-lain (Sardiman,

2011: 90-91). Sedangkan menurut Woolfolk (2008: 188)

motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang diciptakan oleh

faktor-faktor yang berasal dari luar seperti reward (hadiah)

dan hukuman. Sebagai contih siswa giat belajar menjelang

ujian agar mendapat hasil yang baik dengan tujuan agar

mendapat pujian dari guru dan teman-temanya. Siswa

mengerjakan tugas dengan serius karena takut mendapat

hukuman dari guru dan orang tua. Siswa belajar lebih giat

agar mendapat hadiah yang dijanjikan oleh orang tuanya.


(43)

keinginan yang sebenarnya yang ada di dalam diri siswa

untuk belajar (Prayitno, 1989:13)

Winkel (2007: 195) mengemukakan, yang tergolong

motivasi belajar ekstrinsik antara lain:

1. Belajar demi memenuhi kewajiban.

2. Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan.

3. Belajar demi memperoleh hadiah material yang

dijanjikan.

4. Belajar demi meningkatkan gengsi sosial.

5. Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang

penting, misalnya guru dan orang tua.

6. Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau

demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang/

golongan administratif.

Motivasi ekstrinsik juga menjadi peranan penting bagi

guru yang mengajar yaitu memberi hadiah, pujian,

hukuman dan sebagainya. Guru dapat memberi rangsangan

bagi peserta didik untuk semakin giat dalam belajar.

Motivasi ekstrinsik juga akan sangat mempengaruhi

motivasi belajar intrinsik siswa, yaitu dengan mendapat

rangsangan belajar dari luar, lambat laun siswa akan

menyadari akan makna belajar dan melaksanakan kegiatan


(44)

3. Faktor-Faktor Motivasi Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 97-100) unsur-unsur

yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu cita-cita atau aspirasi

siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa,

unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran dan upaya

guru dalam membelajarkan siswa. Faktor-faktor tersebut akan

dijelaskan secra rinci sebagai berikut:

a. Cita-cita atau Aspirasi Siswa

Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil

seperti keinginan belajar berjalan, makanan yang lezat, berebut

mainan, dapat membaca, dapat menyayi, dan lain-lain (Dimyati

dan Mudjiono, 2009: 97). Dengan adanya cita-cita siswa

menjadi termotivasi dari dalam diri siswa yang memiliki tekad

untuk belajar demi menggapai cita-cita. Cita-cita dapat

berubah-ubah tergantung dari setiap siswa mensikapinya, dapat

berupa jangka panjang maupun jangka pendek.

Cita-cita merupakan keinginan yang terpuaskan dapat

membesarkan kemauan dan semangat belajar (Dimyati dan

Mudjiono 2009: 97). Misalnya, siswa memiliki cita-cita ingin

menjadi dokter, imuwan, guru, arsitek tentunya memilki hasrat

yang kuat untuk belajar.

Aspirasi adalah harapan mencapai target dalam suatu


(45)

taraf aspirasi adalah ukuran kualitas dan kuantitas pada target

yang ditentukan sendiri untuk dicapai (Winkel 2007: 198).

Siswa yang memiliki cita-cita tentu meiliki aspirasi pada

dirinya.

b. Kemampuan Siswa

Keinginan siswa perlu diikuti dengan kemampuan atau

kecakapan mencapainya. Misalnya keinginan mebaca buku

perlu diikuti dengan kemampuan mengenal dan mengucapkan

bunyi-bunyi huruf-hurf tersebut. Keberhasilan membaca suatu

buku akan menambah kekayaan pengalaman hidup.

Keberhasilan tersebut memuaskan dan menyenangkan hatinya.

c. Kondisi Siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani

mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang

sakit, lapar, marah-marah akan mengganggu perhatian belajar.

Sebaliknya seorang siswa kondisi sehat, kenyang, dan gembira

akan mudah memusatkan perhatian dalam belajar.

d. Kondisi Lingkungan Siswa

Lingkungan siswa dapat berupa alam, lingkungan tempat

tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan.

Motivasi belajar sangat ditentukan oleh lingkungannya.


(46)

maka semagat dan motivasi belajar mudah diperkuat (Dimyati

dan Mudjiono, 2009: 99).

e. Unsur-Unsur Dinamis Dalam Belajar.

Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingata, dan

pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup.

Pengalaman belajar siswa berpengaruh pada motivasi dan

perilaku siswa. Pengalaman dengan teman sebaya berpengaruh

pada motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan siswa berupa

alam, tempat tinggal, dan pergaulan juga perubahan.

Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah,

radio, televisi, dan film semakin menjangkau siswa. Kesemua

lingkungan tersebut mendinamikan motivasi belajar.

f. Pembelajaran dan Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa

Upaya guru dalam membelajarkan siswa terjadi di sekolah

dan di luar sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah meliputi

hal-hal berikut: (i) menyelenggarakan tertib belajar di sekolah,

(ii) membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan seperti

pemanfaatan waktu dan pemeliharaan fasilitas sekolah, (iii)

membina belajar tertib pergaulan, dan (iv) membina belajar

tertib pergaulan di sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah

tidak terlepas dari kegiatan luar sekolah. Pusat pendidikan luar

sekolah yang penting adalah keluarga, lembaga agama,


(47)

dituntu untuk menjalin kerjasama dengan pusat-pusat

pendidikan tersebut.

4. Fungsi Motivasi Belajar

Menurut Sardiman (2011: 85) ada tiga fungsi motivasi yaitu:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi penggerak atau motor

yang melepas energi.

b. Menentukan kearah perbuatan, yakni kearah tujuan yang

hendak dicapai.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan

apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan,

dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak

bermanfaat. Bagi tujuan tersebut.

Menurut Hamalik (2003: 161) fungsi motivasi adalah:

a. mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa

adanya motivasi maka tidak akan timbul suatu perbuatan

seperti belajar.

b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan

perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan.

c. Motivasi sebgai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin mobil.

Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau


(48)

B. Outbound

1. Sejarah Outbound

Outbound berasal dari kata Out of Boundries yang artinya

pembelajaran dengan menggunakan metode yang berbeda dari

biasanya. Outbound adalah kegiatan di alam terbuka. Outbound juga

dapat memacu semangat belajar.

Pada tahun 1800-an seorang pelaut inggris bernama Kurt Han

mengamati fenomena yang terjadi pada pelaut di kapalnya yaitu

bahwa pelaut-pelaut muda yang masih kuat secara fisik, ternyata

kurang tangguh dalam menghadapi kerasnya kehidupan pelayaran.

Justru pelaut-pelaut yang sudah lebih tua, yang secara fisik sudah

mengalami penurunan, malah mampu survive dan mampu

memecahkan berbagai masalah kompleks yang timbul. Hal ini bukan

semata karena pengalamannya lebih banyak, tetapi lebih karena

keterampilan-keterampilan personal seperti daya juang, kemampuan

kepemimpinan, problem solving, dan lain-lain. Hal ini menarik

perhatian si pelaut Inggris ini, dan kemudian melakukan pelatihan

bagi setiap anak buahnya. Pelatihan dilakukan selama 30 hari di atas

kapalnya. Dan terbukti, kegiatan ini mampu mengembangkan

kemampuan mereka dalam menghadapi masalah-masalah yang

terjadi.

Pelatihan outbound pada tahap awal ini memakai kegiatan mendaki


(49)

mempunyai anggapan bahwa kegiatan berpetualang bukan merupa

kegiatan main-main melainkan sebagai wahana berlatih anak-anak

muda sebagai ajang menuju kedewasaan.

Dengan menggunakan metode, media dan pendekatan dilakukan

oleh sekolah Outward Bound, banyak ahli pendidikan

mengklasifikasikan bentuk pelatihan yang diajarkan Kurt Han

sebagai adventure education, atau experential learning. Setelah

berakhirnya perang dunia II, metode pelatihan ini berkembang pesat

dan mulai tumbuh dan mulai ditiru di banyak tempat sampai keluar

wilayah Eropa.

Outbound tidak hanya dapat dilakukan oleh orang dewasa atau

hanya dalam dunia pekerjaan. Tetapi di Indonesia sekarang outbound

sudah lebih dikembangkan lagi dengan pembelajaran untuk

anak-anak yang masih belia. Metode ini diketahui baru masuk pada tahun

1990 dengan nama Outward Bound Indonesia.

2. Program-Program dalam Outbound

Untuk dapat hasil yang maksimal dalam sebuah outbound training

maka diperlukan kriteria kerja yang sesuai dengan permasalahan.

Sehingga akan dapat mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan

yang diharapkan.

Demikian juga dalam outbound training. Ancok (2006:4)


(50)

disesuaikan dengan permasalahan yang ada. Lebih jelas mengenai

program dalam outbound training adalah sebagai berikut:

a. Achievement Motivation Training (AMT)

Achievement Motivation Training (AMT) adalah sebuah

program pelatihan untuk pengembangan diri, khususnya dalam

peingkatan motivasi berprestasi pesertanya. Motif berprestasi

yang dikembangakan oleh Achievement Motivation Training

(AMT) adalah suatu pencapaian yang bersifat prestatif.

b. Team Building Outbound

Team Building Outbound merupakan kegiatan kelompok

yang berisi games untuk membangun kinerja kelompok. Biasanya

Team Building Outbound digunakan untuk membangun

produktivitas karyawan yang dibutuhkan dalam organisasi dan

perusahaan.

c. Outing dan Gathering

Outing dan Gathering merupakan kegiatan yang berupa fun

games bertujuan untuk penyegaran atau refreshing. Sehingga

dalam Outing dan Gathering aktivitas fisik, pikiran dan

emosional tidak terlalu berat.

d. School Training Program

School Training Program merupakan program training


(51)

sekolah atau program bimbingan di luar sekolah untuk melatih

kekompakan dan sebagai sarana pengembangan kreativitas siswa

3. Metodologi Outbound

Banyak pakar pendidikan dan pelatihan yang mengajukan konsep

tentang bagaimana sebuah proses belajar akan efektif. Salah satu

pendapat yang dikemukakan oleh Boyett dan Boyett (Ancok,

2006:06), bahwa setiap proses belajar yang efektif memerlukan

tahapan berikut ini, yakni:

a. Pembentukan Pengalaman

Pada tahapan ini peserta dilibatkan dalam suatu kegiatan atau

permainan bersama dengan orang lain. Kegiatan/permainan ini

adalah salah satu bentuk pemberian pengalaman secara langsung

pada peserta pelatihan. Pengalaman secara langsung tersebut akan

dijadikan wahana untuk menimbulkan pengalaman intelektual,

pengalaman emosional, dan pengalaman yang bersifat fisikal.

b. Perenungan Pengalaman

Tahapan perenungan pengalaman (refleksi) bertujuan untuk

memproses pengalaman yang diperoleh dari kegiatan yang telah

dilakukan. Setiap peserta dalam tahapan ini melakukan refleksi

tentang pengalaman pribadi yang dirasakan pada saat kegiatan

berlangsung. Apa yang dirasakan secara intelektual, emosional,


(52)

c. Pembentukan Konsep

Pada tahapan ini para peserta mencari makna dari pengalaman

intelektual, emosional, dan fisikal yang diperoleh dari keterlibatan

dalam kegiatan. Pengalam apakah yang ditangkap dari suatu

permainan, dan apa arti permainan tersebut bagi kehidupan

pribadi maupun kehidupan orang lain. Tahapan ini dilakukan

sebagai kelanjutan tahap refleksi.

d. Pengujian Konsep

Pada tahapan ini para peserta diajak untuk merenungkan dan

mendiskusikan sejauhmana konsep yang telah terbentuk di dalam

tahapan tiga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Tujuan Outbound

Tujuan umum dari kegiatan ini adalah melatih para peserta

untuk mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan yang ada

dengan membentuk sikap profesionalisme para peserta yang

didasarkan pada perubahan dan perkembangan dari individu.

Perkembangan ini meliputi aspek perubahan dan pengembangan

karakter, komitmen serta kinerja yang diharapkan semakin baik.

Sikap dan perilaku profesionalisme seperti ini meliputi hal-hal

sebagai berikut:

Terbentuknya suatu komitmen yang utuh dari setiap peserta

melalui 4C, yaitu :


(53)

2) Pembentukan konsepsi (conception) pemikiran yang

komprehensif,

3) Terjadinya hubungan (connection) yang semakin erat

diantara para bawahan dan atasan, serta

4) Munculnya keyakinan akan kepercayaan ( confidence)

diri akan kemampuan masing-masing peserta yang akan

berpengaruh dalam membangun rasa memiliki

b. Pola perilaku yang berkarakter dalam melakukan

tugas-tugas kehidupan, berdisiplin, bertanggung jawab,

berorientasi ke masa depan, mengutamakan tugas

pengabdian, memiliki sikap, dan etika yang baik.

c. Meningkatkan semangat kerja dalam menjalankan tugas

dan tanggung jawab masing-masing, serta meningkatkan

keberanian peserta dalam mengambil setiap resiko (risk

taking) dari setiap tantangan yang dihadapi.

d. Team building yang solid yang didasarkan pada saling

pengertian, kerja sama, koordinasi, menghargai perbedaan,

sikap mengutamakan tugas daripada kepentingan pribadi

dan meyakini bahwa keberhasilan merupakan buah dari

kerjasama dan kebersamaan.

e. Peningkatan kematangan Emotional Question (EQ) melalui

program Olah Rasa yang menjadi porsi perhatian outbound


(54)

Quotion (SQ) akan sangat membantu peserta dalam

meningkatkan kematangan kemampuan menghadapi

berbagai tantangan dan hambatan dalam setiap

penyelesaian tugas-tugas yang dihadapi.

5. Manfaat Outbound

Outbound tidak hanya menjadikan menyajikan permainan dan

tujuan-tujuan tertentu, tetapi juga memberikan manfaat yang sangat

besar. Sebagaimana beragam tujuan dalam outbound, manfaatnnya

pun juga sangat beragam. Hal ini disesuaikan dengan pemanfaatan

atau penggunaaanya. Secara umum kegiatan di alam terbuaka

(outbound training) ini bermanfaat untuk meningkatkan keberanian

dalam bertindak maupun berpendapat. Kegiatan outbound

membentuk pola pikir yang kreatif, serta meningkatkan kecerdasan

emosional dan spiritual dalam berinteraksi. Kegiatan ini menambah

pengalaman hidup seseorang menuju sebuah pendewasaan diri.

B. Layanan Bimbingan Kelompok Berbasis Outbound

1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Menutut Juntika Nurhisan (2006 : 23) Bimbingan

kelompok merupakan upaya pemberian infomasi pada kelompok

sesuai dengan kebutuhan dan masalah kelompok tersebut. Selain

itu adanya bimbingan kelompok juga dapat diupayakan sebagai

langkah pencegahan suatu masalah yang terjadi pada kelompok.


(55)

dan terorganisir sesuai dengan tujuan dan kebutuhan kelompok

bimbingan.

Bimbingan kelompok berbasis outbound adalah bimbingan

yang ada di dalamnya terdapat berbagai game/permainan

pendukung menjadi salah satu kegiatan bimbingan kelompok.

Adanya kegiatan outbound ini juga memberikan kesempatan pada

siswa untuk berpartisipasi aktif dalam layanan bimbingan

kelompok berbasis outbound. Selanjutnya bermain game menurut

Serik dan Blom (Nandang Rusamana, 2009: 04) menyebutkan

bermain game pada intinya bersifat sosial dan melibatkan balajar

mematuhi peraturan, pemecahan masalah, disiplin diri, dan control

emosional serta adopsi peran-peran pemimpin dan pengikut yang

semuanya merupakan komponen penting dalam bersosialisasi.

Dengan demikian, pada dasarnya setiap aktivitas bermain

selalu didasarkan pada perolehan kesenangan dan kepuasan sebab

fungsi utama bermain adalah untuk relaksasi dan menyegarkan

kembali (refreshing) kondisi fisik dan mental yang berada di

ambang ketegangan.

2. Manfaat Bimbingan Kelompok

Menutut Winkel & Sri Hastuti (2007 : 565 ) Manfaat

bimbingan kelompok adalah mendapat kesempatan untuk

berkontak langsung dengan banyak siswa, memberikan informasi


(56)

yang akan dihadapi, siswa dapat menerima diri setelah menyadari

bahwa teman-temannya sering menghadapi persoalan, kesulitan,

dan tantangan yang kerap kali sama. Siswa juga dapat belajar

untuk berani mengemukakan pendapatnya didepan teman-teman

kelompoknya.

3. Teknik dalam Bimbingan Kelompok

a. Pemberian informasi

Teknik pemberian informasi merupakan pemberian

penjelasan dari fasilitator atau guru pembimbing pada

kelompok. Namun, pemberian informasi ini bisa diberikan

melalui video pendek, papan bimbingan, dan film.

b. Diskusi kelompok

Diskusi kelompok dapat dilakukan pada pertengahan

program bimbingan. Dalam diskusi kelompok, fasilitator

dapat mendampingi kelompok untuk sharing terhadap

permasalahan yang dialami. Sehingga masalah yang

dihadapi dapat diperjelas dengan sharing dari

masing-masing anggota kelompok dan permasalahan tersebut dapat

segera dipecahkan.

c. Permainan

Bermain adalah suatu aktivitas yang menyenangkan.


(57)

mengembangkan pengenalan terhadap lingkungan maupun

terhadap masing-masing anggota kelompok.

postif dalam perkembangan kedewasaan diri.

C. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Menurut penelitian Rukhil Isnaini yang berjudul Meningkatkan

Motivasi Belajar Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok

Dengan Teknik Fun Game Activities di SMP 1 Kedungwuni

Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Tahun Ajaran 2013/2014,

adanya peningkatan motivasi belajar siswa dari kondisi awal dan

setelah siklus I berdasar pengamatan guru BK saat siswa

melaksanakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik fun games

activities model the human charriot race dengan rincian berikut: 1)

Pada pada pra sikus terdapat 70%, siswa masuk kategori rendah, 30%,

siswa masuk kategori sedang, 0%, siswa masuk kategori tinggi. 2)

Pada siklus II terdapat 60%, siswa masuk kategori rendah, 30%, siswa

masuk kategori sedang, 10%, siswa masuk kategori tinggi. 3)

Sedangkan pada siklus II terdapat 0%, siswa masuk kategori rendah,

70%, siswa masuk kategori sedang, 30%, siswa masuk kategori tinggi.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik fun games activities model the human charriot race dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Dari penelitian siklus I, terdapat 6 siswa yang rendah motivasi belajarnya, 3 siswa yang sedang dan 1 siswa yang tinggi serta memperoleh rata-rata 2,8. Dari hasil pengamatan ini masih belum meningkatkan motivasi belajar siswa secara signifikan. Maka pada


(58)

pelaksanaan siklus II diadakan perubahan yaitu tiap kelompok setelah kegiatan permainan teknik fun games activities model the human charriot race diminta menganalisa akan manfaat dan kaitannya dengan tema motivasi belajar sehingga siswa benar menghayati akan motivasi belajar. Dari perubahan tersebut, pada siklus II dari hasil pengamatan terdapat peningkatan yang sangat signifikan yaitu siswa yang motivasi belajarnya rendah menjadi 0 siswa, yang sedang menjadi 7 siswa dan yang tinggi menjadi 3 siswa serta memperoleh rata-rata nilai yaitu 3,7.

2. Menurut penelitian Kustanti Prasetyaningtyas yang berjudul

Peningkatan Motivasi Belajar Melalui Layanan Bimbingan Kelompok

Pada Siswa SMPN 1 Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi, Jawa

Timur Tahun Ajaran 2014/2015, adanya peningkatan pada setiap

siklusnya dengan hasil evaluasi diri siswa sebelum dilakukan

penelitian, terdapat 7 siswa (77,8%) dengan kategori rendah dan 2

siswa (22,2%) sedang dan tidak ada siswa yang memiliki motivasi

tinggi. Sedangkan setelah dikenai tindakan layanan siswa bimbingan

kelompok pada siklus I menjadi 1 siswa (11,1 %) tinggi, 2 siswa (22,2

%) sedang dan 6 siswa (66,7 %) rendah. Pada siklus I telah terjadi

peningkatan motivasi namun belum mencapai indikator pencapaian,

yaitu 75 % siswa memiliki motivasi belajar tinggi. Pada Siklus II

motivasi belajar siswa mengalami peningkatan sebanyak 66,6 %. Pada

siklus I sebanyak 1 siswa (11,1 %) tinggi, 2 siswa (22,2 %) sedang dan

6 siswa (66,7 %) rendah. Sedangkan pada siklus II sebanyak 0 siswa (0


(59)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Motivasi Belajar Siswa

SMPN 1 Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur Tahun

Ajaran 2014/2015 dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan

kelompok.

3. Kerangka Berpikir

Peneliti telah memaparkan beberapa teori yang melandasi

penelitian ini. Peneliti mengkaji teori dalam konteks motivasi belajar

intrinsik. Peneliti menghubungkan antara motivasi belajar intrinsik,

outbound, dan bimbingan kelompok , dimana ketiganya saling berkaitan

dan berkesinambungan. Motivasi belajr intrinsik siswa akan ditingkatkan

melalui layanan bimbingan kelompok berbasis outbound. Aktivitas

outbound akan memberikan pengalaman-pengalaman bagi siswa untuk

dapat menyelesaikan masalah yang ada di dalam permainan yang akan

meningkatkan motivasi belajar intrinsik dalam dirinya.

Untuk itu perlu sebuah aktivitas yang membuat motivasi belajar

intrinsik siswa benar-benar tinggi. Salah satu aktivitas yang dimungkinkan

mampu meningkatkan motivasi belajar intrinsik siswa adalah otbound.

Aktivitas outbound memiliki keunggulan dalam membangkitkan

semangat, gairah, minat, dan kepercayaan diri siswa. Sehingga dengan

demikian siswa merasa puas, senang, dan gembira dalam mengikuti

outbound, dan muncul perilaku yang menunjukkan motivasi belajar

intrinsik setelah mengikuti kegiatan tersebut. Jika sudah ada perilaku yang


(60)

akan berdampak pada perilaku di dalam suatu komunitas asrama maupun

di lingkungan masyarakat. Hal ini juga akan membuat siswa mau dan

mampu meresapi setiap pengalaman yang terjadi di dalam kegiatan,

sehingga para siswa dapat berkembang secara optimal terutama dalam

meningkatn motivasi belajar intrinsik dalam dirinya.

4. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut di atas

diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut:

Ha : Motivasi belajar intrinsik siswa kelas VII dan VIII SMP di

Asrama St. Aloysius Turi dapat ditingkatkan melalui layanan

bimbingan kelompok berbasis outbound.

Ho : Motivasi belajar intrinsik siswa kelas VII dan VIII tidak dapat

ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok berbasis


(61)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian,

rencana tindakan penelitian, validitas dan reliabilitas, prosedur pengumpulan data,

dan teknik analisis data.

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK). Penelitian tindakan Bimbingan dan Konseling

merupakan bentuk suatu kajian yang bersifat reflektif dengan tujuan untuk

memperbaiki kondisi praktik pembelajaran yang telah dilakukan.

Penelitian ini dapat dilaksanakan jika pembimbing sejak awal memang

menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses layanan

bimbingan klasikal yang dihadapi di kelas. Jenis penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan Bimbingan dan

Konseling (PTBK). Hidayat (2012: 18) menyatakan bahwa PTBK dalam

pengertian ini dimaksudkan untuk meningkatkan program layanan BK,

sehingga menjadi lebih baik. PTBK dilakukan oleh guru BK sendiri. Oleh

karena itu masalah yang akan dipecahkan dalam rangka peningkatan

layanan BK adalah masalah yang dirasakan dan dihadapi oleh guru BK

sendiri. Menurut Kemmis & Mc Taggart (dalam Arikunto 2006: 94)

penelitian yang akan dilakukan menggunakan penelitian tindakan (action


(62)

59 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi paparan paparan secara berurutan mengenai deskripsi penelitian, pembahasan, dan keterbatasan penelitian. Hasil penelitian terdiri hasil pra tindakan, siklus I, dan siklus II.

A. Hasil

Pelaksanaan tindakan Bimbingan dan konseling ini di laksanakan

di Asrama St. Aloysius Turi, Sleman, Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan

pada bulan November 2014. Penelitian ini bertujuan meningkatkan

motivasi belajar intrinsik siswa melalui bimbingan kelompok berbasis

outbound. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 kali siklus dengan 2 kali

pertemuan. Adapun waktu penelitian dijabarkan sebagai berikut.

Tabel.10

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Siklus Hari/tanggal Materi Judul Permainan Outbound Pra Tindakan Kamis, 20

November 2014

Belum menghadirkan outbound

Siklus I Minggu, 23 November 2014

Konsentrasi dalam belajar

Estafet tusuk gigi

Taplak Air

Siklus II Minggu, 30 November 2014

Motivasi diri dalam belajar.

Spider web

Hulahup Air.

Memasukkan paku ke dalam botol.


(63)

meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Tindakan

yang direncanakan dalam penelitian ini berupa penggunaan outbound

sebagai upaya peningkatkan motivasi belajar intrinsik siswa dalam

mengikuti layanan bimbingan kelompok. Pada saat memberikan

bimbingan tindakan perbaikan, peneliti hanya meneliti satu kelas dengan

instrumen yang sama.

B. Setting (Lokasi dan Waktu Penelitian)

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VII dan VIII SMP di Asrama St.

Aloysius, Donokerto, Turi, Sleman, Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Semester II tahun ajaran 2014/2015 dimulai bulan Agustus sampai

dengan bulan Desember 2014.

3. Partisipan penelitian

Pada pelaksanaan penelitian, peneliti dibantu oleh mitra kolaboratif

beberapa teman pengamat:

1) Mitra Kolaboratif 1

Nama : Yosef Tri Nugroho

NIM : 101114045

2) Nama : Silvinus Christian Hendra Saputra


(64)

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII dan VIII SMP di Asrama St. Aloysius Turi. Objek dalam penelitian ini adalah motivasi belajar

intrinsik siswa dalam mengikuti layanan bimbingan kelompok berbasis

outbound training.

Tabel.1 Subjek Penelitian Asrama Jumlah

Putera 33

Puteri 10

D. Jenis Tindakan dan Desain Penelitian

1. Jenis Tindakan

Jenis tindakan yang diberikan dalam penelitian adalah bimbingan

kelompok berbasis outbound. Dimana outbound. Yang di dalamnya

terdapat berbagai game/permainan pendukung menjadi salah satu

kegiatan yang menunjangberlangsungnya kegiatan bimbingan

kelompok. Sehingga siswa dapat langsung mendapatkan pengalaman

dari permainan outbound yang ia ikuti.

2. Indikator keberhasilan

Indikator keberhasilan pencapaian peningkatan motivasi belajar

intrinsik siswa dalam mengikuti layanan bimbingan kelompok siswa

kelas VII dan VIII SMP di Asrama St. Aloysius dalam penelitian ini


(65)

a. Kuantitatif

Tabel.2

Kriteria Keberhasilan

Indikator Kriteria Keberhasilan Pra Siklus

1

Siklus 2

a. Rata-rata kuisioner subjek motivasi belajar intrinsik b. Peningkatan

yang terjadi tiap siklus

75 % 80%

3 anak

90%

8 anak

b. Kualitatif

1) Siswa mengikuti bimbingan dengan antusias dan fokus

Siswa dalam mengikuti layanan bimbingan kelompok dapat

mengikuti dengan antusias dan fokus.

2) Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh

fasilitator/instruktur

Siswa dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh

fasilitator dan mengerjakannya dengan baik.

3) Berpartisipasi dalam kelompok

Siswa tidak hanya berdiam diri ketika belajar secara

berkelompok namun aktif dalam kegiatan bimbingan


(66)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data pada penelitian ini dengan:

a. Angket/ skala motivasi belajar intrinsik

Menurut Sugiyono (2010: 199) angket merupakan pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket yang

digunakan merupakan skala motivasi belajar intrinsik yang disusun

oleh peneliti berdasarkan teori yang telah diapaparkan oleh ahli. Skala

disebarkan setiap pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok. Skala

motivasi belajar intrinsik ini diisi siswa setelah siswa mengikuti

bimbingan kelompok. Melalui skala akan diketahui tanggapan siswa

yang kemudian digunakan untuk membandingkan hasil pra siklus dan

siklus selanjutnya.

b. Pengamatan/ Observasi

Lembar pengamatan dibutan untuk menambah data secara lebih

detail. Lembar diisi oleh pengamatan pada saat peneliti memberikan

bimbingan dan tindakan, sehingga akan diketahui

perubahan-perubahan yang terjadi berdasarkan pengamatan yang dilihat. Data

yang diperoleh akan menjadi acuan pada tindakan selanjutnya dengan


(67)

c. Studi dokumen

Dokumen yang digunakan dalam penelitian adalah foto selama

proses penelitian tindakan bimbingan dan konseling berlangsung dan

catatan lapangan yang disusun bersama mitra kolaboratif.

d. Wawancara

Menurut Sugiyono (2010) wawancara digunakan sebagai teknik

pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui

dengan pasti tentang informasi apa yang diperoleh. Wawancara

dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa setelah dilaksanakan

bimbingan kelompok berbasis outbound.

F. Instrumen

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen penelitian

berupa:

1. Lembar observasi kegiatan bimbingan

Lembar observasi berupa catatan penting yang digunakan untuk

mengobservasi hal-hal yang terjadi dalam kegiatan bimbingan, seperti

keterlaksanaan SPB dan keterlaksanaan rencana tindakan. Lembar

observasi ini juga digunakan untuk mengobservasi aktivitas siswa

dalam mengikuti kegiatan bimbingan, kemampuan siswa dalam

menyimpulkan materi, dan antusias siswa dalam mengikuti

bimbingan. Hasil observasi ini juga digunakan sebagai tolak ukur


(68)

Tabel.3 Kisi-kisi Panduan Observasi Siswa

No Waktu Perilaku Menit 1-10 Menit 11-20 Menit 20-30 Menit 30-40

1. Mendengarkan 2. Ngobrol 3. Bermain-main 4. Ribut

5. Tidak fokus 6. Mengganggu 7. Pasif

8. Makan permen karet 9. Mengerjakan tugas yang diberikan 10. Berani menunjukkan hasil pekerjaan

11. Antusias 12. Bosan

13. Tidak konsentrasi 14. Memperhatikan 15 Mencatat materi

2. Pedoman Skala Pengukuran Motivasi Belajar Intrinsik

Skoring untuk setiap jawaban dalam kuisioner dilakukan dengan

memberi nilai pada setiap alternatif jawaban. Skoring setiap pilihan


(69)

Tabel.4

Skoring/Penilaian Kuisioner Motivasi Belajar Intrinsik Siswa SMP

No. Pernyataan

Alternatif Jawaban Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS)

1. Positif 4 3 2 1

2. Negatif 1 2 3 4

Kisi-kisi yang digunakan sebagai pedoman untuk menyusun

pernyataan dalam skala motivasi belajar intrinsik siswa, aspek yang

diamati adalah sebagai berikut.

Tabel.5

Kisi-kisi Kuisioner Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Intrinsik Melalui Layanan Bimbingan Kelompok dengan Pendekatan Outbound pada Siswa

Kelas VII-VIII SMP

No Aspek Indikator No Item Jumlah Positif Negatif

1. Menyadari akan kebutuhan dalam belajar. 1. Kebutuhan meraih prestasi belajar. 2. Kebutuhan untuk menguasai mata pelajaran. 3. Kebutuhan membina hubungan yang baik dengan orang lain untuk pemenuhan dalam proses belajar. 1, 2 5, 6 9, 10 3, 4 7, 8 11, 12 4 4 4

2. Belajar dengan gigih agar

1. Fokus pada tujuan belajar


(70)

meraih tujuan yang dicapai.

untuk mencapai tujuan belajar. 2. Memberi energi

pada usaha untuk mengerjakan tugas yang menantang. 3. Meningkatkan kinerja belajar agar memperoleh hasil yang maksimal. 4. Mendukung perkembangan pengetahuan yang sedang dihadapi dan merubah strategi lama dalam belajar yang belum berhasil. 17, 18 21, 22 25, 26 19, 20 23, 24 27, 28 4 4 4

3 Menunjukkan minat yang kuat serta emosi yang stabil.

1. Menunjukkan minat yang tinggi pada mata pelajaran.

2. Memiliki usaha yang keras untuk membangkitkan minat belajar. 30, 31 34, 35 32, 33 36, 37 4 4

4 Keyakinan tentang kemampuan dan memiliki gambaran yang utuh dalam kemampuan-kempauannya. 1. Keyakinan tentang kemampuan yang dimilki dalam belajar. 2. Keyakinan tentang penyebab yang menentukan hasil belajar. 3. Keyakinan siswa tentang kompetensi pada bidang 38, 39 42, 43 46, 47 50, 51 40, 41 44, 45 48, 49 52, 53 4 4 4


(71)

tertentu dalam belajar. 4. Keyakinan

siswa tentang harga diri.

4

Jumlah 26 26 52

3. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara disusun untuk menelusuri lebih lanjut

tentang hal-hal yang tidak dapat diketahui melalui observasi dan

pengisian skala. Selain itu pedoman wawancara juga mempermudah

peneliti untuk melakukan tanya jawab tentang bagaimana respon

siswa terhadap bimbingan dengan menggunakan pendekatan

outbound.

Tabel.6

Pedoman Wawancara Siswa

1. Bagaimana sikap Anda terhadap bimbingan hari ini? 2. Apakah Anda merasa senang dengan bimbingan hari ini? 3. Bagaimana tanggapan Anda mengenai bimbingan

menggunakan outbound?

4. Manfaat apa saja yang Anda dapat jika bimbingan menggunakan outbound?

5. Apakah penting bimbingan menggunakan pendekatan

outbound?Jelaskan!

4. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan sumber informasi yang sangat

penting. Pembuatan catatan lapangan bersama mitra kolaboratif


(1)

Outbound Taplak Air


(2)

(3)

116

LAMPIRAN 8

Surat Ijin Penelitian


(4)

(5)

117

LAMPIRAN 9

Surat Telah Penelitian


(6)

Dokumen yang terkait

Peningkatan karakter bersahabat melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning (penelitian tindakan Bimbingan dan Konseling pada siswa kelas VII B SMP Aloysius Turi tahun ajaran 2015/ 2016).

1 4 211

Upaya peningkatan percaya diri siswa melalui bimbingan kelompok dengan menggunakan metode experiential learning pada siswa SMP (penelitian tindakan Bimbingan dan Konseling pada siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan tahun ajaran 2015/2016).

3 30 123

Upaya peningkatan percaya diri melalui layanan bimbingan kelompok berbasis aktivitas outbound pada siswa SMP : penelitian tindakan bimbingan dan konseling pada siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.

0 7 201

Upaya peningkatan motivasi belajar siswa SMK melalui bimbingan kelompok menggunakan media film inspiratif : penelitian tindakan bimbingan dan konseling pada siswa kelas XIC SMK Marsudiluhur I Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.

0 0 144

Upaya meningkatkan kepercayaan diri siswa SMP melalui layanan bimbingan pribadi sosial berbasis outbound (penelitian tindakan bimbingan konseling pada siswa kelas VIIA SMP Negeri 4 Pandak Bantul tahun ajaran 2013 / 2014).

2 6 201

Cara belajar dan prestasi belajar matematika siswa asrama kelas VII SMP ST. Aloysius Turi Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014.

0 3 217

Cara belajar dan prestasi belajar matematika siswa asrama kelas VII SMP ST. Aloysius Turi Yogyakarta tahun pelajaran 2013 2014

0 1 214

Peningkatan motivasi mengikuti layanan bimbingan klasikal menggunakan media permainan edukatif penelitian tindakan bimbingan dan konseling pada siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajara

1 1 176

UPAYA GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KONSELING BELAJAR BERBASIS GAYA BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII/A SMP BAITUSSALAM SURABAYA.

0 1 85

TINGKAT MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP SANTO ALOYSIUS TURI TAHUN PELAJARAN 20102011 DAN IMPLIKASINYA PADA TOPIK BIMBINGAN BELAJAR

0 0 90