Upaya peningkatan percaya diri siswa melalui bimbingan kelompok dengan menggunakan metode experiential learning pada siswa SMP (penelitian tindakan Bimbingan dan Konseling pada siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan tahun ajaran 2015/2016).

(1)

UPAYA PENINGKATAN PERCAYA DIRI SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK

DENGAN MENGGUNAKAN METODE EXPERIENTIAL LEARNING PADA SISWA SMP

(Penelitian Tindakan Bimbingan dan Knseling pada Siswa Kelas VIII SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016)

Ruri Puspita Sari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan; 1) meningkatkan percaya diri siswa melalui layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan metode experiential learning; 2) membandingkan hasil ukur peningkatan percaya diri siswa dalam tiap siklus; 3) mengetahui ada tidaknya peningkatan percaya diri siswa secara signifikan.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK). Penelitian ini dilakukan di SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta. Subjek penelitian ini berjumlah 20 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi dan setiap siklus beralokasi 1X45 menit yang terdiri dari berbagai kegiatan bimbingan kelompok. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dengan observasi dan angket percaya diri. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan percaya diri siswa dari kondisi awal sebelum diberi tindakan yaitu rata-rata skor 57, menjadi 62,6 pada siklus I, dan pada siklus II meningkat menjadi 63,5. Hasil uji hipotesis antara pra penelitian-siklus I adalah -2.260 dan Asymp Sign (2-tailed) adalah 0.024. Pada pra penelitian-siklus II diperoleh nilai Z adalah -2.518 dan Asymp Sign (2-tailed) adalah 0.012. Pada sikus I-siklus II diperoleh nilai Z sebesar 0,627 dan Asymp Sign (2-tailed) adalah 0,627.Maka Ho diterima dan tidak terdapat perbedaan di siklus I-siklus II.Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa terdapat peningkatan signifikan percaya diri siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan antar siklus pra tindakan dengan siklus I maupun siklus II, namun tidak signifikan pada siklus I dan siklus II.


(2)

STUDENTS SELF CONFIDANCE ESCALATION EFFORT TROUGH GROUP COUNSELING

WITH EXPERIENTIAL LEARNING METHOD ON JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS

(Guidance and Counselling Action Research on 2nd Year Students of Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Junior High School Yogyakarta Class of 2015/2016)

RuriPuspita Sari Sanata Dharma University

Yogyakarta

This research aims to; 1) escalate the students’ self-confidence through group counselling service by using experiential learning method; 2) compare the measurement

results of students’ self-confidence escalation in each cycle; 3) identify whether there is

any significant escalation on the students’ self-confidence.

This research is a Guidance and Counselling Action Research. The research is held in Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Junior High School, Yogyakarta. The subjects are 20 students of the school, consist of 10 female students and 10 male students. There are two cycles of performing the research, each cycle is held by planning, implementing, observing, and reflecting. Each cycle lasts for 45 minutes for group counselling activities. Data collection technique used for this research is by using observation and self-confidence questionnaire. The data collected from this research is analyzed inquantitative descriptive.

The result of this research shows that there is self-confidence escalation on the students compared to the previous time before the actions are taken. The average score escalates from 57 to 62.6 in cycle I, and escalates to 63.5 in cycle II. Hypothesis testing on the research of cycle I is -2.260 and Asymp Sign (2-tailed) is 0.024. On the pre-research of cycle II, the Z value obtained is 0.627 and Asymp Sign (2-tailed) is 0.627. Therefore, Ho is accepted and there is no difference between cycle I and cycle II. Thus, it can be concluded that there is a significant escalation on Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Junior High School 2nd year students’ self-confidence between pre-action cycle and cycle I and cycle II, but it is not significant in cycle I and cycle II.


(3)

UPAYA PENINGKATAN PERCAYA DIRI SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK

DENGAN MENGGUNAKAN METODE EXPERIENTIAL LEARNING PADA SISWA SMP

(Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Tahun Ajaran 2015/2016)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh : Ruri Puspita Sari NIM : 121114007

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

i

UPAYA PENINGKATAN PERCAYA DIRI SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK

DENGAN MENGGUNAKAN METODE EXPERIENTIAL LEARNING PADA SISWA SMP

(Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Tahun Ajaran 2015/2016)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh : Ruri Puspita Sari NIM : 121114007

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan

Karena itu bila kau sudah selesai (mengerjakan yang lain). Dan berharaplah kepada Tuhanmu. (Q.S Al Insyirah: 6-8)

Sebuah tantangan akan selalu menjadi beban, jika itu hanya dipikirkan. Sebuah cita-cita juga adalah beban, jika itu angan-angan

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

1. Allah SWT 2. Ibu dan Ayah 3. Kakakku

4. Dosen Pembimbing (Ibu Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si.) 5. Teman-teman Prodi BK USD angkatan 2012


(8)

(9)

(10)

vii

ABSTRAK

UPAYA PENINGKATAN PERCAYA DIRI SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK

DENGAN MENGGUNAKAN METODE EXPERIENTIAL LEARNING PADA SISWA SMP

(Penelitian Tindakan Bimbingan dan Knseling pada Siswa Kelas VIII SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016)

Ruri Puspita Sari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan; 1) meningkatkan percaya diri siswa melalui layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan metode experiential learning; 2) membandingkan hasil ukur peningkatan percaya diri siswa dalam tiap siklus; 3) mengetahui ada tidaknya peningkatan percaya diri siswa secara signifikan.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK). Penelitian ini dilakukan di SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta. Subjek penelitian ini berjumlah 20 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi dan setiap siklus beralokasi 1X45 menit yang terdiri dari berbagai kegiatan bimbingan kelompok. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dengan observasi dan angket percaya diri. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan percaya diri siswa dari kondisi awal sebelum diberi tindakan yaitu rata-rata skor 57, menjadi 62,6 pada siklus I, dan pada siklus II meningkat menjadi 63,5. Hasil uji hipotesis antara pra siklus I adalah -2.260 dan Asymp Sign (2-tailed) adalah 0.024. Pada pra penelitian-siklus II diperoleh nilai Z adalah -2.518 dan Asymp Sign (2-tailed) adalah 0.012. Pada sikus I-siklus II diperoleh nilai Z sebesar 0,627 dan Asymp Sign (2-tailed) adalah 0,627.Maka Ho diterima dan tidak terdapat perbedaan di siklus I-siklus II.Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa terdapat peningkatan signifikan percaya diri siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan antar siklus pra tindakan dengan siklus I maupun siklus II, namun tidak signifikan pada siklus I dan siklus II. Kata kunci: percaya diri, experiential learning, dan bimbingan kelompok.


(11)

viii ABSTRACT

STUDENTS SELF CONFIDANCE ESCALATION EFFORT TROUGH GROUP COUNSELING

WITH EXPERIENTIAL LEARNING METHOD ON JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS

(Guidance and Counselling Action Research on 2nd Year Students of Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Junior High School Yogyakarta Class of 2015/2016)

RuriPuspita Sari Sanata Dharma University

Yogyakarta

This research aims to; 1) escalate the students’ self-confidence through group counselling service by using experiential learning method; 2) compare the measurement results of students’ self-confidence escalation in each cycle; 3) identify whether there is any significant escalation on the students’ self-confidence.

This research is a Guidance and Counselling Action Research. The research is held in Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Junior High School, Yogyakarta. The subjects are 20 students of the school, consist of 10 female students and 10 male students. There are two cycles of performing the research, each cycle is held by planning, implementing, observing, and reflecting. Each cycle lasts for 45 minutes for group counselling activities. Data collection technique used for this research is by using observation and self-confidence questionnaire. The data collected from this research is analyzed inquantitative descriptive.

The result of this research shows that there is self-confidence escalation on the students compared to the previous time before the actions are taken. The average score escalates from 57 to 62.6 in cycle I, and escalates to 63.5 in cycle II. Hypothesis testing on the pre-research of cycle I is -2.260 and Asymp Sign (2-tailed) is 0.024. On the pre-research of cycle II, the Z value obtained is 0.627 and Asymp Sign (2-tailed) is 0.627. Therefore, Ho is accepted and there is no difference between cycle I and cycle II. Thus, it can be concluded that there is a significant escalation on Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Junior High School 2nd year students’ self-confidence between pre-action cycle and cycle I and cycle II, but it is not significant in cycle I and cycle II.


(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas berkah dan rahmat Allah SWT, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

Penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu guna perbaikan penulisan skripsi ini diharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sebagai bahan masukan untuk menghasilkan karya ilmiah yang lebih baik di masa yang akan datang.

Dalam penyelesaian skripsi ini banyak pihak yang turut membantu dalam berupa semangat dan doa dari berbagai pihak yang sangat mendukung. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, oleh sebab itu rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan memberikan kelancaran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si. Selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dan ketekunan dalam membimbing dan mendapingi setiap tahap dan seluruh proses penyusunan skripsi ini.


(13)

x

3. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan dan membagi ilmunya selama masa studi di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

4. Drs. Budi Angkoso selaku kepala sekolah SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan yang telah berkenan memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian di SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan .

5. Drs. Tri Widiyanto selaku guru bimbingan dan konseling yang bersedia membantu, membimbing, dan mengarahkan dalam melaksanakan penelitian. 6. Seluruh siswa SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan khususnya siswa kelasa VIII

C Tahun Ajaran 2015/2016 atas kebersamaan dan kebahagiaanya saat melaksanakan penelitian.

7. Kedua orangtua tersayang, Bapak Tugiran dan Ibu Sri Astuti atas motivasi, nasehat, kepercayaan, doa dan segalanya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 8. Kakak tercinta, Anton Kurniawan yang selalu mendukung dengan semangat dan

doa-doanya.

9. Gaudensius Gasim yang selalu memberikan doa, dukungan dan motivasi

10.Seluruh mahasiswa BK USD angkatan 2012 yang selalu memberikan motivasi, semangat, dan kebahagiaan.

11.Mas Stefanus Priyatmoko yang telah sabar dalam mebantu mengurus administrasi perkuliahan serta penyelesaian skripsi ini.

12.Kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.


(14)

(15)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………. ii

HALAMAN PENGESAHAN……….. iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN……….. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………. vi

ABSTRAK……… vii

ABSTRACT………. viii

KATA PENGANTAR………. ix

DAFTAR ISI……… xi

DAFTAR TABEL……… xiv

DAFTAR GRAFIK……….. xv

DAFTAR GAMBAR……… xvi

DAFTAR LAMPIRAN………..……. xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Identifikasi Masalah……… 3

C. Pembatasan Masalah……… 4

D. Rumusan Masalah……… 4

E. Tujuan Penelitian……….. 5


(16)

xiii

G. Definisi Operasional Variabel……….. 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Percaya Diri 1. Pengertian Percaya Diri………. 8

2. Aspek-aspek Percaya Diri………. 9

3. Ciri-ciri Percaya Diri………. 10

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Percaya Diri….. 11

5. Tingkah Laku Orang yang Tidak Percaya Diri………. 14

B. Hakikat Metode Experiential Learning 1. Pengertian Experiential Learning………. 16

2. Tujuan Experiential Learning……… 17

3. Manfaat Experiential Learning………. 18

C. Hakikat Bimbingan Kelompok 1. Pengertian Bimbingan Kelompok………. 18

2. Tujuan Bimbingan Kelompok……….. 19

3. Manfaat Bimbingan Kelompok……… 20

D. Metode Experiential Learning dalam Layanan Bimbingan Kelompok... 22

E. Hasil Penelitian-penelitian yang Relevan……… 23

F. Kerangka Pikir……… 24

G. Hipotesis Tindakan……….. 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian……… 28

B. Setting (Lokasi dan Waktu Penelitian)……… 29

C. Subjek Penelitian………. 29

D. Jenis Tindakan dan Indikator Keberhasilan………. 29

E. Instrumen Penelitian ……… 30

F. Prosedur Penelitian……….. 38


(17)

xiv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian……… 45

1. Proses Pelaksanaan Penelitian……… 45

2. Hasil Observasi Perilaku Siswa………. 55

3. Hasil Pengolahan Angket Percaya Diri………. 56

B. Pembahasan………. 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……… 74

B. Saran……… 75

DAFTAR PUSTAKA……….. 76


(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria Keberhasilan……… 30

Tabel 3.2 Kisi-kisi Panduan Observasi Kiraan Sifat……… 31

Tabel 3.3 Kisi-kisiSkalaPercayaDiri……….. 33

Tabel 3.4 Hasil Kompetensi Validitas Skor Percaya Diri .………. 35

Tabel 3.5 Daftar Indeks Korelasi Reliabilitas……..……… 37

Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Reliabilitas……….………. 37

Tabel 3.7 Kategorisasi Skor Tingkat Percaya Diri Subjek ……… 40

Tabel 3.8 Kategorisasi Skor Butir-butir Percaya Diri ………. 42

Tabel 4.1 Tahapan Langkah experiential learning……… 48

Tabel 4.2 Tahapan Langkah experiential learning……… 52

Tabel 4.3 Penggolongan Skor Percaya Diri pada Data Awal……… 58

Tabel 4.4 Penggolongan Capaian Skor Butir-butir Percaya Diri pada Data Awal… 59 Tabel 4.5 Penggolongan Skor Percaya Diri Subjek pada Siklus I………... 61

Tabel 4.6 Penggolongan Capaian Skor Butir-butir Skala Percaya Diri Siklus I….. 62

Tabel 4.7 Penggolongan Capaian Skor Percaya Diri Subjek pada Siklus II……… 65

Tabel 4.8 Penggolongan Capaian Skor Butir-butir Skala Percaya Diri Siklus II…. 66

Tabel 4.9 Capaian Skor Percaya Diri Antar Siklus……… 70


(19)

xvi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Hasil Observasi Perilaku Percaya Diri dan Tidak Percaya Diri……… 56

Grafik 4.2 Penggolongan Skor Subjek Pra Tindakan……….. 58

Grafik 4.3 Skor Subjek Pra Tindakan……….. 59

Grafik 4.4 Hasil Pengolahan Data Skala Percaya Diri Siswa……….. 60

Grafik 4.5 Penggolongan Skor Subjek Pra Tindakan dan Siklus I……… 61

Grafik 4.6 Skor Subjek Tahap Siklus I………... 62

Grafik 4.7 Penggolongan Data Angket Percaya Diri Siswa……… 63

Grafik 4.8 Skor Subjek Pada Siklus I dan Siklus II………. 65

Grafik 4.9 Perkembangan Skor Subjek pada Siklus I dan Siklus II……… 66

Grafik 4.10 Pengolahan Data Angket Percaya DiriSiswa……….. 67

Grafik 4.11 Perkembangan Butir-butir Percaya Diri Siwa Antar Siklus………… 68


(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Model Experiential Learning……… 17


(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Satuan Pelayanan Bimbingan……… 79

Lampiran 2 Lembar Observasi……….. 87

Lampiran 3 Angket Percaya Diri Siswa……….88

Lampiran 4 Tabulasi Pengolahan Data Angket………. 92

Lampiran 5 Hasil Uji Validitas Angket………. 98

Lampiran 6 surat Ijin Penelitian………... 101


(22)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Percaya diri merupakan suatu bentuk kepribadian yang ditandai dengan sikap percaya dan yakin terhadap diri sendiri. Percaya diri sangat penting bagi kehidupan individu agar individu memiliki arah dan tujuan dalam hidupnya, sehingga individu tersebut menjadi pribadi yang mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Individu yang memiliki sikap percaya diri dapat bertanggung jawab dan berani menerima resiko dari perbuatannya. Hal inidapat nampak pada diri individu, seperti berani mengemukakan pendapat, yakin akan kemampuan yang ia miliki, berani mengambil keputusan sendiri, berani melakukan suatu hal baru, dan bertanggung jawab atas keputusan serta hal-hal yang ia lakukan. Individu yang tidak memliki rasa percaya diri, akan merasa minder, ragu-ragu, dan selalu takut dalam melakukan suatu hal .Gejala rasa kurang percaya diri ini dapat ditandai dengan nada bicara yang gagap, gemetaran, dan menjadi pribadi yang pasif. Kurangnya rasa percaya diri invidu disebabkan karena kurang percaya pada potensi atau kemampuan yang ia miliki, dan dipengaruhi oleh lingkungan, khususnya lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah sangat mempunyai pengaruh yang signifikan dalam pembentukkan sikap percaya diri siswa dan masih banyak faktor-faktor


(23)

lain yang mempengaruhi kurangnya rasa percaya diri siswa yang tidak dibahas di dalam penelitian ini.

Berdasarkan pengalaman selama mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan, terdapat 4 siswa yang kurang percaya diri. Hal ini dibuktikan pada saat melakukan layanan bimbingan klasikal, banyak siswa yang malu, enggan mengemukakan pendapatnya di depan umum, ragu-ragu untuk bertanya, dan tidak beraniketika disuruh maju ke depan kelas. Masalah kepercayaan diri yang dialami oleh siswa perlu ditingkatkan agar tidak membuat prestasi belajar siswa menurun sehingga siswa dapat berkembang secara optimal.

Upaya menumbuhkan rasa percaya diri dimulai dari dalam diri sendiri, sehingga diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan rasa percaya diri, diantaranya dapat dilakukan dengan menggunakan metode experiential learning. Adanya metode experiential learning banyak kegiatan yang dapat merubah rasa kurang percaya diri siswa karena dalam metode ini siswa dapat terjun langsung dalam kegiatan tersebut sehingga siswa dapat menambah pengetahuan dan pengalaman. Misalnya, dengan melalui berbagai kegiatan seperti permainan, membaca puisi, menonton video, sharing dan refleksi dari berbagai kegiatan yang dialami siswa menjadi paham dengan potensi yang dimiliki sehingga siswa tidak merasa minder, tidak merasa malu, tidak sungkan dan berani mengemukakan pendapatnya di depan umum.

Di sekolah, guru adalah panutan bagi para siswa untuk berkembang. Guru selayaknya memberikan panutan yang baik kepada para siswanya oleh


(24)

sebab itu guru mampu bersikap baik dan kreatif dalam memberikan bimbingan dan layanan, khususnya guru BK yang membimbing siswa agar siswa menjadi pribadi yang memiliki rasa percaya diri tanpa harus merasakan perasaan minder di lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya di sekolah. Dalam layanan bimbingan kelompok yang berfokus pada pengembangan karakter atau pembentukkan kepribadian, guru BK harus memberikan strategi penyampaian yang menyenangkan, mudah dipahami oleh siswa, dan kreatif yaitu dengan menggunakan metode pendekatan belajar melaui pengalaman (experiential learning). Oleh sebab itu, layanan bimbingan kelompok akan menjadi kegiatan yang tidak membosankan dan menarik bagi siswa karena cara penyampaian yang diberikan guru BK tidak monoton dan tidak mengandalkan ceramah.

Berdasarkan fenomena-fenomena yang telah dipaparkan di atas, maka akan diadakan penelitian dengan judul “Upaya Peningkatan Percaya Diri Siswa Menggunakan Metode Experiential Learning dalam Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa SMP”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dilakukan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Tingkat kepercayaan diri siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan perlu ditingkatkan.

2. Belum diketahui secara pasti faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya percaya diri siswa.


(25)

3. Perilaku kurang percaya diri siswa terjadi pada beberapa siswa yang nampak pada perilaku kurang berani menyampaikan pendapat dan perasaannya di depan umum.

4. Metode bimbingan sangat berngaruh pada tingkat percaya diri siswa. C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada kajian upaya peningkatan percaya diri siswa melalui layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan metode experiential learning.

D. Rumusan Masalah

Berangkat dari beberapa kondisi yang melatarbelakangi penelitian ini, dirumuskan permasalahan yang menjadi fokus sorot PTBK sebagai berikut: 1. Apakah percaya diri siswa dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan

keompok dengan menggunakan metode experiential learning pada siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan?

2. Seberapa tinggikah peningkatan percaya diri siswa Kelas VIII SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan mealui layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan metode experiential learning dalam tiap siklus? 3. Apakah terdapat peningkatan percaya diri siswa kelas VIII SMP Taman

Dewasa Ibu Pawiyatan yang signifikan dengan penggunaan metode experiental learning antar siklus?


(26)

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan percaya diri siswa melalui layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan metode experiential learning pada siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan.

2. Mengetahui hasil ukur peningkatan percaya diri siswa Kelas VIII SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan mealui layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan metode experiential learning dalam tiap siklus. 4. Mengetahui ada tidaknya peningkatan kepercayaan diri siswa VIII SMP

Taman Dewasa Ibu Pawiyatan yang signifikan dengan penggunaan metode experiental learning antar siklus.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan mengembangkan pengetahuan dalam memberikan bimbingan kelompok dengan menggunakan metode experiential learning.

2. Manfaat Praktis a. Bagi guru BK

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru BK sebagai dasar untuk memberikan layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan metode experiential learning.


(27)

Prosedur penelitian ini memberi kesempatan kepada peneliti untuk berlatih mengaplikasikan prosedur penelitian tindakan dalam Bimbingan dan Konseling guna meningkatkan rasa kepercayaan diri siswa setelah mengikuti bimbingan kelompok melalui metode experiential learning.

c. Bagi siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa.

d. Bagi peneliti lain

Prosedur penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti lain untuk mengaplikasikan metode experiential learning.

G. Definisi Operasional Variabel

Supaya tidak salah pengertian dan salah penafsiran maksud dari judul penelitian ini, maka peneliti merasa perlu memberikan penegasan-penegasan batasan istilah dalam judul penelitian ini:

1. Percaya diri merupakansuatu kepercayaan diri terhadap diri sendiri yang dimiliki oleh setiap orang dalam kehidupannya, serta bagaimana orang tersebut memandang dirinya secara utuh dengan mengacu pada konsep diri.

2. Bimbingan kelompok merupakan bantuan yang diberikan kepada individu sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh siswa yang dilaksanakan dalam situasi kelompok.


(28)

3. Experiential Learning merupakan proses belajar, proses perubahan yang menggunakan pengalaman sebagai media belajar atau pembelajaran.


(29)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam babini dipaparkan tentang hakikat percaya diri, faktor-faktor percaya diri, gejala kurang percaya diri, memupuk rasa percaya diri, layanan bimbingan kelompok dalam metode Experiential Learning.

A. Hakikat Percaya Diri 1. Pengertian Percaya Diri

Banyak orang pernah mengalami masalah dengan rasa percaya diri.Hal ini terkait dengan soal keberanian yang ada pada dalam dirinya. Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Berikut beberapa pengertian percaya diri menurut para ahli:

Lauster (2002:4) mengungkapkan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan-tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestsasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri.

Rakhmat (2000:109) mengungkapkan bahwa kepercayaan diri dapat diartikan sebagai suatu kepercayaan terhadap diri sendiri yang dimiliki oleh setiap orang dalam kehidupannya, serta bagaimana orang tersebut memandang dirinya secara utuh dengan mengacu pada konsep diri.


(30)

Hakim (2002:6) mengungkapkan bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.

Berdasarkan pengertian kepercayaan diri menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri merupakan sikap keyakinan individu terhadap kemampuan sendiri untuk bertingkah laku sesuai yang diharapkan sebagai suatu perasaaan yang yakin pada tindakannya, bertanggung jawab terhadap tindakannya, dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain.

2. Aspek-aspek Kepercayaan Diri

Ghufron (2011:35) menyebutkan beberapa aspek-aspek rasa percaya diri, yaitu:

a. Keyakinan akan kemampuan diri yaitu sikap positif anak tentang dirinya bahwa anak mengerti sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya. Anak yang memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya maka, anak akan menyadari akan kemampuan yang dimilikinya.

b. Optimis yaitu sikap positif anak yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan kemampuannya. Anak yang memiliki sikap optimis dalam dirinya, maka anak berani mencoba hal-hal yang baru.


(31)

c. Obyektif yaitu anak yang percaya diri memandang permasalahan atau sesuatu sesuai dengan kebenaran yang semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri.

d. Bertanggung jawab yaitu kesediaan anak untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya, sehingga anak tersebut berani menghadapi tantangan dalam dirinya.

e. Rasional yaitu analisa terhadap sesuatu masalah, sesuatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akan dan sesuai dengan kenyataan. Anak yang memiliki pikiran rasional, maka anak tersebut dapat berpikir positif tentang dirinya maupun lingkungan disekitarnya.

3. Ciri-ciri Individu yang Memiiki Percaya Diri

Hakim (2002:5) menyebutkan bahwa ciri-ciri orang yang mempunyai kepercayaan diri antara lain:

a. Selalu bersikap tenang di dalam mengerjakan segala sesuatu; b. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai;

c. Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul di dalam berbagai situasi;

d. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi; e. Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang

penampilannya;

f. Memiliki kecerdasan yang cukup;


(32)

h. Memiliki keahlian atau keterampilan lain yang menunjang kehidupannya, misalnya keterampilan bahasa asing;

i. Memiliki kemampuan bersosialisasi;

j. Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik;

k. Memiliki pengalaman hidup yang menempa mentalnya menjadi kuat dan tahan di dalam menghadapi berbagai cobaan hidup;

l. Selalu bereaksi positif di dalam menghadapi berbagai masalah, misalnya dengan tetap tegar, sabar dan tabah;

Nasution (2000:73) mengungkapkan bahwa rasa kurang percaya diri pada individu dapat dilihat dengan gejala-gejala tertentu yang dapt ditunjukkan dalam berbagai perilaku. Gejala-gejala perilaku kurang percaya diri yaitu suka melamun, kelakuan tidak baik, berlebihan untuk menunjukkan kebaikan keadaan emosi, keadaan seperti gagap dan ngompol, serta gejala lainnya.kurang percaya diri ini dengan berbagai faktor menyebabkan mungkin timbul kelakuan menarik diri atau negative, seperti malas, menyendiri, pengecut dan sebagainya.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Percaya Diri

Hakim (2002:121) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya percaya diri, yaitu:

a. Faktor internal 1) Konsep diri

Konsep diri merupakan penilaian mengenai diri sendiri. Terbentuknya konsep diri pada seseorang diawali dengan


(33)

perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam sosialisasi dengan lingkungan. Seseorang yang mempunyai rasa rendah diri biasanya memiliki konsep diri yang negatif, sebaliknya seseorang yang memiliki rasa percaya diri akan memiliki konsep diri yang positif.

2) Kondisi fisik

Perubahan kondisi fisik juga berpengaruh pada kepercayaan diri. Penampilan fisik dan ketidakmampuan fisik seseorang juga bisa menyebabkan rasa rendah diri pada diri orang tersebut.

3) Pengalaman hidup

Kepercayaan diri yang terbentuk dalam diri setiap orang merupakan hasil dari pengalamannya sepanjang hidup. Biasanya orang yang memiliki pengalaman mengecewakan, akan menyebabkan timbulnya rasa rendah diri pada dirinya. Terlebih jika pada dasarnya seseorang memilih rasa tidak aman, kurang kasih sayang, dan kurang perhatian.

b. Faktor eksternal 1) Pendidikan

Tingkat pendidikan yang rendah cenderung akan membuat seseorang dibawah kekuasaan yang lebih pandai, sebaliknya seseorang yang memiliki pendidikan yang tinggi akan lebih mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Seseorang tersebut


(34)

akan mampu memenuhi keperluan hidup dengan rasa percaya diri dan kekuatannya.

2) Lingkungan

Lingkungan disini merupakan lingkungan keluarga dan masyarakat. Dukungan yang diterima dari lingkungan keluarga, seperti anggota keluarga yang saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi pada diri seseorang. Begitu juga dengan lingkungan masyarakat yang memberikan dampak positif, maka seseorang akan berkembang menjadi lebih baik.

Krisis percaya diri adalah persoalan yang sangat penting untuk diselesaikan, karena kepercayaan diri adalah modal awal untuk siapa saja dalam menghadapi hidup yang penuh dengan persaingan. Tentu saja banyak cara yang dapat dilakukan bahkan dilatih untuk meningkatkan kepercayaan diri dalam jangka waktu panjang.

Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional, maka individu harus memulainya dari dalam diri sendiri.Hal ini sangat penting mengingat bahwa hanya individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya. Setiawan Pongky (2014:46) menyatakan cara memupuk rasa percaya diri yaitu, menilai dari secara objektif, beri penghargaan yang jujur terhadap diri, positive thinking, berani


(35)

mengambil resiko, dan belajar mensyukuri dan menikmati rahmat tuhan.

5. Tingkah Laku Orang yang Tidak Percaya Diri

Individu yang memiiki rasa rendah diri atau tidak percaya diri, individu tersebut akan menjadi pribadi yang tidak mandiri dan individu tersebut akan bergantung pada orang lain. Kelemahan yang dimiliki oleh seseorang baik berasal dari luar maupun dari dalam dirinya dapat menimbulkan perasaan rendah diri. Orang yang merasa rendah diri dapat nampak dari tingkah lakunya.Setiawan Pongky (2014:21) menyebutkan tingkah laku orang yang rendah diri antara lain sebagai berikut:

a. Penyendiri

Selalu menyendiri dan menarik diri dari pergaulan. Orang yang menganggap dirinya tidak mempunyai kemampuan yang berarti biasanya tidak mau bergaul dan menarik dari pergaulan. Mereka mungkin menganggap dirinya tidak berharga dibanding orang lain yang mereka anggap lebih baik dalam setiap aspek.

b. Peragu

Selalu ragu dalam bertindak. Orang yang merasa tidak memiliki kemampuan yang berarti akan selalu ragu-ragu dalam bertindak, perasaan seperti itu akan merugikan diri sendiri.


(36)

Orang yang rendah diri tidak ingin bersaing positif.Ia merasa tidak mampu untuk mengikuti persaingan seperti orang lain. Karena ia merasa tidak mempunyai kemampuan atas dirinya sendiri.

d. Tidak sportif

Orang yang rendah diri menolak untuk berpartisipasi dalam semua jenis kompetisi, di mana kemampuan mereka akan diuji melawan orang lain. Meski ia melakukannya, sikap yang suka mencela sepertinya akan muncul. Meski begitu, dia sangat menikmati kemenangan, waktu itu mungkin bukan atas usahanya sendiri.

e. Sangat sensitif

Orang yang memiliki rasa rendah diri, maka orang tersebut akan sangat sensitif terhadap pujian dan kritikan. Jika dipuji, dia akan mempertanyakan ketulusan dari orang yang memuji, dan jika dikritik, dia akan segera mempertahankan diri. Dia tidak bisa merespon humor ringan dengan baik.

f. Memancing pujian

Orang yang rendah diri itu sangat suka memancing pujian dari orang lain. Akan tetapi, terkadang, meski ingin sekali dipuji, dia mungkin tidak ingin menerimanya dan percaya bahwa orang yang memuji tersebut hanyalah karena dipancing.


(37)

Orang yang rendah diri juga takut untuk mencoba sesuatu yang baru, karena jauh di dalam hatinya dia sangat takut membuat kesalahan sehingga akan terus menerus teringat dengan kesalahannya tersebut. B. Hakikat Metode Experiential Learning

1. Pengertian Experiential Learning

Banyak sekali metode pendekatan belajar yang digunakan dalam penyampaian materi agar tidak monoton dan lebih menarik.Salah satunya melalui metode pendekatan belajar menggunakan pengalaman (experiential learning). Berikut pengertian experiential learning menurut para ahli:

Konsep experiential learning pertama kali dicetuskan oleh Kolb (1984). Kolb mengatakan “experiential learning: experience as the source of learning and development”. Dalam pernyataan tersebut, makna pengalaman nyata peserta didik. Peserta didik berperan secara aktif mengeksplorasi, dan membuat catatan tentang peristiwa yang terjadi. Berdasarkan unsur experiential learning di atas, dapat disimpulkan bahwa experiential learning adalah suatu metode belajar di mana siswa teribat secara personal dalam proses belajar sehingga siswa mengalami apa yang mereka pelajari yang diharapkan dapat membangun pengetahuan yang diperoleh dari perpaduan antara memahami dan mentransformasi pengalaman.


(38)

Gambar 2.1. Siklus Model Experiential Learning 2. Tujuan Experiential Learning

Baharudin dan Wahyuni (2012:165) menyatakan bahwa tujuan dari model ini adalah untuk mempengaruhi siswa dengan tiga cara, yaitu: a. Mengubah struktur kognitif siswa,

b. Mengubah sikap siswa,

c. Memperluas keterampilan-keterampilan siswa yang telah ada,

Ketiga elemen tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi secara keseluruhan, tidak terpisah-pisah, karena apabila salah satu elemen tidak ada, maka kedua elemen lainnya tidak akan efektif. Model experiential learning memberi kesempatan kepada siswa untuk memutuskan pengalaman apa yang menjadi fokus mereka, keterampilan-keterampilan apa yang mereka ingin kembangkan, dan bagaimana cara mereka membuat konsep dari pengalaman yang mereka alami tersebut. Hal ini berbeda dengan pendekatan belajar tradisional di mana siswa menjadi pendengar pasif dan hanya guru yang mengendalikan proses belajar tanpa melibatkan siswa.

PENGALAMAN

REFLEKSI

KONSEP IMPLEMENTASI


(39)

3. Manfaat Experiential Learning

Manfaat model experiential learning secara individual antara lain: a. Meningkatkan kesadaran akan rasa percaya diri,

b. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi, perencanaan dan pemecahan masalah,

c. Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan untuk menghadapi situasi yang buruk,

d. Menumbuhkan dan meningkatkan rasa percaya antar sesama anggota kelompok,

e. Menumbuhkan dan meningkatkan semangat kerjasama dan kemampuan untuk berkompromi,

f. Menumbuhkan dan meningkatkan komitmen dan tanggung jawab, g. Menumbuhkan dan meningkatkan kemauan untuk memberi dan

menerima bantuan,

h. Mengembangkan ketangkasan, kemampuan fisik dan koordinasi C. Hakikat Bimbingan Kelompok

1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Seorang guru BK wajib memberikan layanan bimbingan kepada siswanya. Hal ini terkait dengan kebutuhan siswa di sekolah. Layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu bantuan dalam situasi kelompok yang diberikan oleh guru BK kepada siswa untuk membahas masalah-masalah atau kebutuhan yang dihadapi siswa. Berikut beberapa pengertian bimbingan kelompok menurut para ahli:


(40)

Juntika (2006:23) mengungkapan bahwa bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok.

Hartinah (2009:13) mengungkapkan bahwa bimbingan kelompok adalah kegiatan yang diberikan kepada kelompok individu yang mengalami masalah, dimana kelompok sebagai wadah isi bimbingan konseling yang disurahkan.

Winkel & Sri Hastuti (2004:547) mengungkapkan bahwa bimbingan kelompok merupakan salah satu bentuk usaha pemberian bantuan kepada orang-orang yang mengalami masalah.

Prayitno (1999:61) mengungkapkan bahwa bimbingan kelompok adalah sutu layanan bimbingan yang di berikan kepada siswa secara bersama-sama atau kelompok itu menjadi besar, kuat dan mandiri.

Berdasarkan pengertian bimbingan kelompok menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah salah satu teknik dalam bimbingan konseling untuk memberikan bantuan kepada siswa yang dilakukan oleh seorang pembimbing atau konselor melalui kegiatan kelompok yang dapat berguna untuk mencegah berkembangnya masalah-masalah yang dihadapi siswa.

2. Tujuan Bimbingan Kelompok

Prayitno (2004:2-3) menyebutkan beberapa tujuan bimbingan kelompok, yakni:


(41)

Tujuan umum dari layanan bimbingan kelompok adalah berkembangnya sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi anggota kelompok. Melalui layanan bimbingan kelompok hal-hal yang mengganggu atau menghimpit perasaan yang diungkapkan, diringankan melalui berbagai cara dan dinamika melalui berbagai masukan dan tanggapan baru. Selain bertujuan sebagaimana bimbingan kelompok, juga bermaksud mengentaskan masalah klien dengan memanfaatkan dinamika kelompok.

b. Tujuan khusus

Bimbingan kelompok bermaksud membahas topik-topik tertentu. Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif. Dalam hal ini kemampuan berkomunikasi verbal maupun non verbal ditingkatkan.

3. Manfaat Bimbingan Kelompok

Manfaat bimbingan kelompok memang sangat besar dan manfaat bimbingan kelompok menurut Hartinah (2009:8) antara lain:

a. Tenaga pembimbing masih sangat terbatas dan jumlah murid yang perlu dibimbing begitu banyak sehingga pelayanan bimbingan secara perseorangan tidak akan merata.

b. Melalui bimbingan kelompok, murid dilatih menghadapi suatu tugas bersama atau memecahkan suatu masalah bersama. Dengan demikian,


(42)

sedikit banyak didik untuk hidup secara bersama. Hal tersebut akan diperlukan/dibutuhkan selama hidupnya.

c. Dalam mendiskusikan suatu bersama, murid didorong untuk berani mengemukakan pendapatnya dan menghargai pendapat orang lain. Selain itu, beberapa murid akan lebih berani membicarakan kesukarannya dengan penyuluh sekolah mereka mengerti bahwa teman-temannya juga mengalami kesukaran tersebut.

d. Banyak informasi yang dibutuhkan oleh murid dapat diberikan secara kelompok dan cara tersebut lebih ekonomis.

e. Melalui bimbingan kelompok, beberapa murid menjadi lebih sadar bahwa mereka sebaiknya menghadap penyuluh untuk mendapat bimbingan secara lebih mendalam.

f. Melalui bimbingan kelompok, seorang ahli bimbingan yang baru saja diangkat dapat memperkenalkan diri dan berusaha mendapat kepercayaan dari murid.

Dalam sejarah perkembangan bimbingan kelompok mula-mulaperhatian diarahkan kepada penyebaran informasi/keterangan yang berkenaan dengan bimbingan belajar dan bimbingan jabatan.Kemudian, diusahakan pula untuk memasukkan penjelasan mengenai perkembangan pribadi yang sehat, kesehatan mental, pergaulan yang sehat, kesehatan mental, dan pergaulan sosial yang baik. Dengan demikian, jenis bimbingan pribadi juga mendapatkan perhatian.Dalam memberikan pelayanan tersebut


(43)

D. Metode Experiential Learning dalam Layanan Bimbingan Kelompok Layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan metode experiential learning adalah metode pendekatan belajar melalui pengalaman yang disajikan dalam kelompok, sehingga siswa dapat meningkatkan peran sosial dan membentuk relasi antar siswa yang satu dengan yang lainnya. Layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan metode experiential learning bertujuan untuk meningkatkan akan rasa percaya diri siswa, siswa dapat memecahkan masalah yang terjadi di dalam kelompok, menumbuhkan dan meningkatkan rasa percaya antar sesama anggota kelompok. Metode experiential learning dalam layanan bimbingan kelompok sangat efektif digunakan kepada siswa yang memiliki masalah kurang percaya diri, Karena di dalam kelompok siswa harus bisa meningkatkan semangat kerjasama dan kemampuan untuk berkompromi antar teman kelompok. Selain itu, siswa dapat berbicara di depan umum karena setelah kegiatan selesai siswa dapat menceritakan pengalaman yang terkait dengan kegiatan tersebut.

Bentuk pelaksanaan metode experiential learning dalam layanan bimbingan kelompok adalah kegiatan belajar dengan menggunakan media belajar sebagai pengalaman sesuai dengan topik bimbingan yang akan dilaksanakan, sehingga siswa dapat memperoleh makna dan pengalaman dari kegiatan tersebut. Guru menyiapkan media belajar yang digunakan dalam memberi bimbingan kelompok. Misalnya guru menggunakan media kertas dan pulpen.Sebenarnya media bisa disiapkan oleh guru atau siswa itu sendiri, tetapi jika siswa yang menyiapkan harus dibentuk kelompok terlebih dahulu


(44)

sebelum pelaksanaan bimbingan kelompok. Misalnya topik bimbingan yang akan dibawakan oleh guru adalah siapa aku, jadi guru bisa meminta masig-masing siswa menuliskan sifat-sifat positif yang diketahui oleh semua orang lain dan sifat yang tidak diketahui oleh orang lain. Selanjutnya masing-masing siswa menuliskan sifat-sifat positif masing-masing-masing-masing-masing-masing teman kelompoknya.Ini poin positif untuk siswa agar siswa bisa lebih mengenal diri sendiri baik dari pribadi sendiri maupun dari teman-teman.Selain itu, siswa dapat memandang dirinya secara positif sehingga siswa bisa percaya diri dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari.

Dalam pelaksanaan kegiatan experiential learning, guru dapat meminta siswa untuk menceritakan pengalaman positif apa saja yang didapatkan selama mengikuti kegiatan.

E. Hasil Penelitian-penelitian yang Relavan 1. Penelitian Ade Syarifah

Hasil penelitian ini yaitu: 1) Kepercayaan diri siswa dapat ditingkatkan melalui metode experiential learning. Peningkatan kepercayaan diri dibuktikan dengan perolehan rata-rata pre test sebesar 95,00 dan 135,03 adanya peningkatan sebesar 40,03 poin. 2) Proses meningkatkan kepercayaan diri melalui experiential learningyaitu dengan mengidentifikasi aspek-aspek kepercayaan diri kemudian mempraktikannya melalui teknik diskusi kelompok, permainan dan bermain peran (role play).


(45)

2. Penelitian Yusika Dwi Marthafani

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan antara pre-test dan post-test, dimana terdapat penaikan skor item dan skor subjek pada setiap siklusnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat adanya peningkatan kepercayaan diri secara signifikan pada siswa kelas VIII ASMP Kanisius Kalasan Yogyakarta setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok melalui layanan bimbingan kelompok berbasis outbound. Hasil uji hipotesis pada pra penelitian-Siklus I adalah -3,245 dan Asymp Sign (2-tailed) adalah 0,001. Pada siklus I-siklus II nilai Z adalah -3,216 dan AsympSign (2-tailed) adalah 0,001. Pada siklus II-siklus III nilai Z adalah -3,151 dan Asymp Sign (2.tailed) adalah 0,002. Pada pra penelitian-siklus III nilai Z adalah -4,244 dan Asymp Sign (2-tailed) adalah 0,00. Dari hasil uji hipotesis disimpulkan bahwa 0,00 < 0,05 maka Ho ditolak . hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan diri pada siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta dapt ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok berbasis aktivitas outbound.

F. Kerangka Pikir

Rendah diri Bimbingan Kelompok menggunakan experiential learning Aspek kepercayaan Diri:

1. Keyakinan akan kemampuan diri 2. Optimis 3. Obyektif 4. Bertanggung jawab 5. Rasional Siswa dapat berpartisipasi

dalam menemukan dan

menyelesaikan sendiri masalah terkait kegiatan bimbingan kelompok (sesuai dengan topik bimbingan) yaitu:

1. Keinsafan diri dan Jendela Johari


(46)

Telah dipaparkan beberapa teori penelitian. Penelitian ini telah mengkaji teori dalam konteks kepercayaan diri. Penelitian ini menghubungkan antara kepercayaan diri ,experiential learning, dan bimbingan kelompok, dimana ketiganya saling berkaitan dan berkesinambungan, kepercayaan diri siswa akan ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan metode experiential learning. Kegiatan dan aktivitas dari metode experiential learningakan memberikan pengalaman-pengalaman bagi siswa untuk dapat menyelesaikan masalah yang ada di dalam permainan yang akan meningkatkan kepercayaan dirinya.

Untuk itu dalam layanan bimbingan kelompok perlu ada sebuah metode belajar yang dilakukan dengan sebuah kegiatan agar membuat kepercayaan diri siswa benar-benar tinggi. Salah satu metode yang dimungkinkan mampu membuat kepercayaan diri siswa tinggi ialah metode experiential learning yang didalamnya terdapat beberapa aktivitas yang memberikan pengalaman bagi siswa untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa. Metode experiential learning memiliki keunggulan dalam memotivasi belajar siswa, membangkitkan semangat, minat dan yang terutama membangkitkan rasa kepercayaan diri siswa. Sehingga siswa merasa tidak bosan dan jenuh dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok dengan menggunakan metode experiential learning, dan muncul perilaku yang menunjukkan kepercayaan diri setelah mengikuti kegiatan tersebut. Jika sudah ada perilaku yang menunjukkan kepercayaan diri dalam diri siswa, maka hal ini akan


(47)

berdampak pada perilaku di kelas maupun dilingkungan masyarakat. Berikut ciri-ciri perilaku siswa yang memiliki kepercayaan diri antara lain selalu bersikap tenang di dalam mengerjakan segala sesuatu,mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai, mampu menetralisasi ketegangan yang muncul di dalam berbagai situasi, mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi, memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya, memiliki kecerdasan yang cukup, memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup, memiliki keahlian atau keterampilan lain yang menunjang kehidupannya, misalnya keterampilan bahasa asing, memiliki kemampuan bersosialisasi, memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik, memiliki pengalaman hidup yang menempa mentalnya menjadi kuat dan tahan di dalam menghadapi berbagai cobaan hidup. selalu bereaksi positif di dalam menghadapi berbagai masalah, misalnya dengan tetap tegar, sabar dan tabah. Hal ini juga akan membuat siswa mau dan mampu meresapi setiap pengalaman yang terjadi dalam kegiatan, sehingga para siswa dapat berkembang dengan optimal sesuai dengan aspek kepribadian, belajar, karier, dan sosial dalam kehidupan sehari-hari.

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut di atas diajukan hipotesis tindakan sebagai beriku:

Ho: Percaya diri siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan tidak dapat ditingkatkan melalui bimbingan kelompok dengan menggunakan metote experiential learning.


(48)

Ha: Percaya diri siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan dapat ditingkatkan melalui bimbingan kelompok dengan menggunakan metode experiential learning.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisi paparan mengenai jenis penelitian, setting penelitian, subjek penelitian, jenis tindakan dan indikator keberhasilan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan teknik analisis data.

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK) yang dilaksanakan berdasasrkan prosedur penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas atau Classsroom Action Research (CAR) adalah proses pengkajian masalah bimbingan di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut (Sanjaya, 2009: 26). Menurut Kusumah, (2010:9) penelitian tindakan pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan”, yang dilakukan dalam rangkaian guna memecahkan masalah. Penelitian ini menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas dalam konteks proses pelaksanaan bimbingan.

Penelitian ini mengkaji masalah kepercayaan diri siswa yang masih rendah.Selanjutnya diberikan tindakan perbaikan berupa penerapan bimbingan kelompok dengan menggunakan metode experiential learning sebagai upaya peingkatan percaya diri siswa.


(50)

B. Setting (Lokasi dan Waktu Penelitian) 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII C SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan

2. Waktu Penelitian

Semester II tahun ajaran 2015/2016 dimulai bulan awal April 2016 sampai dengan bulan awal Mei 2016.

3. Partisipan dalam penelitian

Pada pelaksanaan penelitian ini dibantu oleh mitra kolaboratif yaitu: a. Mitra Kolaboratif 1

Nama : Drs. Tri Widiyanto

Jabatan : Guru BK SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan b. Mitra Kolaboratif 2

Nama : Bernadet Dwi Atmi N. NIM : 121114040

Status : Mahasiswa BK USD C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Kelas ini terdiri dari 20 siswa dengan 10 siswi perempuan dan 10 siswa laki-laki.

D. Jenis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Jenis Tindakan


(51)

Jenis tindakan yang diberikan dalam penelitian ini adalah bimbingan kelompok dengan menggunakan metode experiential learning. yang di dalamnya terdapat berbagai kegiatan pendukung menjadi salah satu kegiatan bimbingan kelompok, siswa dapat langsung mendapatkan pengalaman dari kegiatan experiential learning yang ia ikuti.

2. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan pada setiap akhir siklus. Tindakan dalam penelitian ini dikatakan berhasil jika hasil yang dicapai oleh siswa melebihi kriteria yang dihasilkan pada data awal. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1 Kriteria Keberhasilan Indikator Kriteria Keberhasilan Pre- Test Target Sikus I Capaian Siklus I Target Siklus II Capaian Sikus II Percaya diri

a. Rata-rata skor percaya diri siswa. b. Peningkatan

yang terjadi tiap siklus

57 60

20 anak 62,6 14 anak 61 20 anak 63,5 17 anak

F. Instrumen Penelitian

Penyusunan instrumen dalam penelitian ini berdasarkan aspek-aspek kepercayaan diri yang telah dipaparkan pada bab II, disusun instrumen untuk mengungkap tingkat kepercayaan diri siswa di kelas VIII SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan.


(52)

1. Lembar Observasi

Observasi dilaksanakan untuk mengetahui perubahan-perubahan langsung menyangkut ada tidaknya indikasi perubahan perilaku siswa dalam mengikuti bimbingan kelompok, maka dalam penelitian ini digunakan satu lembar oservasi yaitu lembar observasi perilaku siswa selama pelaksanaan metode experiential learning. Lembar observasi digunakan sebagai pedoman peneliti dalam melakukan observasi pelaksanaan metode tersebut termasuk di dalam aktivitas siswa pada saat kegiatan berlangsung sehingga kegiatan tidak terlepas dari konteks permasalahan dan tujuan penelitian. Hasil observasi ini juga digunakan sebagai tolak ukur tindakan berikutnya. Berikut contoh tabel pedoman observasi:

Tabel 3.2

Kisi-kisi Panduan Observasi Kiraan Sifat

No Waktu Perilaku Menit

1-10 Menit 11-20 Menit 21-30 Menit 31-40 1 Berani berbicara

2 Mendengarkan 3 Bertanya 4 Memperhatikan 5 Menjawab pertanyaan 6 Berani mengacungkan jari 7 Berani maju ke depan kelas 8 Berani menunjukan hasil pekerjaan 9 Diam saja

10 Gugup jika berbicara 11 Menundukan kepala

12 Tidak mau menunjukan hasil pekerjaan

13 Malu menjawab 14 Takut maju kedepan


(53)

2. Angket

Menurut Sugiyono (2010:199) angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket yang digunakan merupakan Skala Percaya Diri yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori yang telah dipaparkan oleh ahli.

Angket digunakan untuk mengukur kepercayaan diri siswa seteah mengikuti bimbingan kelompok menggunakan metode experiental learning pada tiap siklus. Skala dibagikan disetiap akhir siklus sesudah pelakasanaan kegiatan bimbingan kelompok. Angket yang digunakan adalah kuesioner tertutup dengan alternatif jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang Sesuai (KS), Tidak Sesuai (TS). Siswa mengisi angket dengan memberikan tanda √ (chek list) sesuai kondisi yang dialami siswa terhadap pernyataan. Berikut isi kisi-kisi angket percaya diri.


(54)

Tabel 3.3

Kisi-kisi Angket Percaya Diri Siswa

No Aspek Indikator Item

Favorable

Item Unfavorable

Jumlah 1 Memiliki

keyakinan

a. Siswa bersungguh-sungguh akan apa yang ingin dilakukannya b. Siswa menyadari akan

kemampuan yang dimilikinya 1,2 3,4,32 31 5 3 4

2 Optimis a. Siswa mampu bersikap yakin terhadap dirinya b. Siswa mau mencoba untuk

hal yang baru

6,7 8,9,10,34 33 11,12 3 6 3 Berperilaku

Obyektif

a. Siswa mampu memandang permasalahan sesuai dengan kebenaran

b. Siswa mampu memandang sesuatu menurut dirinya sendiri

13,14,15

16,17,18, 36

35 4

4

4 Bertanggung Jawab

a. Siswa mampu

menanggung konsekuensi dari kesalahannya b. Siswa berani menghadapi

tantagan

19,20,37

22,23,24, 38

21 4

4 5 Rasional a. Siswa mampu berpikir

positif tentang dirinya b. Siswa mampu

menyesuaikan dirinya 25,26,39 28,40 27 29,30 4 4

3. Uji Validitas

Menurut Wina (2009:41), pada penelitian tindakan kelas, validitas itu adalah ketepatan alat ukur sebagai instrument dalam proses penelitian. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan pada kuesioner percaya diri.Penelaah butir-butir pada instrumen (expert judgement) dilakukan oleh ahli yaitu Dra. M.J Retno Priyani, M.Si. Hasil yang diperoleh ditelaah ahli yaitu perlu dilakukan perbaikan pada butir-butir instrumen agar setiap butir instrumen menjadi kalimat yang efektif sehingga mudah dipahami dan butir instrument menjadi kalimat yang efektif sehingga mudah dipahami dan butir instrumen juga secara logis sesuai dengan kisi-kisi


(55)

kuesioner. Dari hasil penelaah ahli, berdasarkan kesesuaian butir pernyataan dengan kisi-kisi instrumen maka kuesioner dinyatakan siap untuk digunakan dalam penelitian tindakan Bimbingan dan Konseling ini.Pengujian validitas dilakukan dengan uji coba terpakai.Teknik uji yang digunakan melalui pendekatan analisis korelasi Pearson Product moment.

Formula;

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ – ∑

Keterangan:

=

Korelasi skor-skor total kuesioner dan total butir-butir N

=

Jumlah subyek

X

=

Skor item kuesioner

Y

=

Skor total butir-butir kuesioner

XY

=

Hasil perkalian antara skor X dan skor Y

Tahap pelaksanaannya menggunakan program komputer SPSS 16 Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,300. Bila harga korelasi di bawah 0,300 maka dapat disimpulkan bahwa butir instrument tersebut tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang Sugiyono (2010:179). Pelaksanaan uji coba terhadap instrumen (uji empirik) dilakukan pada bulan April-Mei 2016.Hasil uji coba kemudian dihitung menggunakan rumus Pearson Product Moment dengan jumlah subjek (N) 20 siswa. Berikut adalah hasil keputusan pengujian validitas konstruk.


(56)

Tabel 3.4

Hasil Kompetensi Validitas Skor Percaya Diri

Nomor Item

r hitung Signifikansi Keterangan

1 0,876 .000 Valid

2 0,940 .000 Valid

3 0,838 .000 Valid

4 0,760 .000 Valid

5 0,860 .000 Valid

6 0,697 .001 Valid

7 0,865 .000 Valid

8 0,779 .000 Valid

9 0,705 .001 Valid

10 0,816 .000 Valid

11 0.890 .000 Valid

12 0,893 .000 Valid

13 0.693 .001 Valid

14 0,037 .877 Tidak valid

15 0,448 .047 Valid

16 0,905 .000 Valid

17 0,896 .000 Valid

18 0,376 .102 Valid

19 0.682 .001 Valid

20 -0,086 .719 Tidak valid

21 0,337 .146 Valid

22 0,855 .000 Valid

23 0,787 .000 Valid

24 0,809 .000 Valid

25 0,549 .012 Valid

26 0,667 .001 Valid

27 0,083 .728 Tidak valid

28 0,784 .000 Valid

29 0,305 .191 Valid

30 0,623 .003 Valid

31 0,370 .109 Valid

32 0,089 .708 Tidak valid

33 0,394 .086 Valid

34 0,879 .000 Valid

35 0,550 .012 Valid

36 -0,161 .497 Tidak valid

37 0,457 .043 Valid

38 0,662 .001 Valid

39 0,668 .001 Valid


(57)

4. Uji Reliabilitas Angket Percaya Diri

Realibilitas sebenarnya mengacu kepada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur (Azwar, 2011: 83).Realibilitas mengukur sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Bila dilakukan pengukuran di waktu yang berbeda pada kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama. Untuk mengukur realibilitas kuesioner rumus yang digunakan adalah rumus dari Pearson yaitu rumus korelasi product-moment. Hasil dari perhitungan rumus Pearson kemudian dimasukan ke dalam rumus Spearmen Brown.Rumus koefisien skor-skor belahan ganjil-genap dengan teknik korelasi product-moment disajikan sebagai berikut:

Rumus Korelasi Product-Moment (Pearson)

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ – ∑

Keterangan:

=

Korelasi skor-skor total kuesioner dan total butir-butir N

=

Jumlah subyek

X

=

Skor item kuesioner

Y

=

Skor total butir-butir kuesioner

XY

=

Hasil perkalian antara skor X dan skor Y

Koefisien korelasi antar item-item ganjil dan item-item genap yang diperoleh dari hasil perhitungan rumus di atas baru mencerminkan taraf reliabilitas separuh atau setengah tes. Untuk memperoleh taraf reliabilitas satu tes digunakan formula koreksi dari Spearmen Brown.Rumusnya adalah sebagai berikut:


(58)

r1 =

keterangan:

r1 = Reliabilitas internal seluruh instrument rb = Korelasi belahan ganjil-genap

kemudian ditentukan derajat reliabilitas dengan berpedoman dengan daftar indeks korelasi reliabilitas (Masidjo, 1995: 209) seperti yang disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.5

Daftar Indeks Korelasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kualifikasi ±0,91 - ±1,00 Sangat Tinggi

±0,71 - ±0,90 Tinggi

±0,41 - ±0,70 Cukup

±0,20 - ±0,40 Rendah

0,00 - ±0,20 Sangat Rendah

Berdasarkan perhitungan reliabilitas, diperoleh nilai koefisien atau nilai reliabilitas intrumen sebesar 0,970. Dengan demikian instrument penelitian masuk dalam kategori sangat tinggi untuk nilai reliabilitasnya.

Tabel 3.6

Rekapitulasi Hasil Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach 's Alpha

N of Items


(59)

G. Prosedur Penelitian (Deskripsi Siklus Penelitian)

Prosedur kerja dalam penelitian tindakan ini meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini, dilaksanakan dalam 2 siklus. Sebelum masuk ke siklus I, dilakukan observasi terlebih dahulu untuk mengetahui situasi kelas dan kepercayaan diri siswa. Prosedur penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 1. Pra Siklus

Saat pra siklus dilakukan observasi perilaku siswa saat di kelas dan membagikan angket untuk mengetahui tingkat percaya diri siswa di kelas. 5. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

PELAKSANAAN

PERENCANAAN SIKLUS 1 PENGAMATAN

REFLEKSI

PELAKSANAAN

PERENCANAAN SIKLUS 2 PENGAMATAN


(60)

1) Mempersiapkan Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB). Topik yang disiapkan ialah siapa aku?. Topik ini diberikan agar siswa dapat menilai dirinya secara positif.

2) Mempersiapkan jenis dan alat permainan.

3) Mempersiapkan instrumen penelitian berupa angket kepercayaan diri, lembar observasi, dan pedoman wawancara.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Pengenalan awal dan penjelasan mengenai materi dengan topik Percaya Diri.

2) Tanya jawab dan penjelasan singkat terkait dengan materi yang disampaikan.

3) Melaksanakan kegiatan

4) Refleksi kegiatan yang telah dilaksanakan 5) Penutupan berupa pengisian angket percaya diri

Waktu yang digunakan dalam pelaksanaan sesuai dengan yang ada pada SPB. Terlampir catatan waktu dalam SPB tercatat 45 menit.

c. Tahap Pengamatan

Pada tahap ini mitra kolaboratif mengamati proses jalannya bimbingan kelompok. Pengamatan dilakukan guna mendapatkan rekam data mengenai layanan bimbingan kelompok yang telah dilaksanakan. d. Tahap Refleksi

Pada tahap penelitian ini, dan mitra kolaboratif berdiskusi mengenai proses jalannya bimbingan kelompok yang telah dilaksanakan. Melalui


(61)

data observasi maka akan didapatkan rekam data untuk mendukung angket kepercayaan diri. Diharapkan melalui diskusi ini, peneliti mendapatkan umpan balik sehingga akan didapatkan hasil refleksi yang akan digunakan sebagai upaya perbaikan siklus selanjutnya.

3. Siklus II

Setelah melakukan refleksi dan evaluasi dari upaya perbaikan siklus I maka disusun upaya perbaikan siklus II sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

1) Menyiapkan SPB sebagai skenario proses jalannya layanan bimbingan kelompok. Topik yang akan digunakan pada siklus ini ialah aku dan kelebihanku. Topik ini diberikan agar siswa mengetahui dan sadar akan potensi yang dimilikinya.

2) Menyiapkan instrumen penelitian berupa angket kepercayaan diri, lembar observasi, dan pedoman wawancara.

b. Tahap pelaksanaan

Pelaksanaan upaya perbaikan siklus II dilakukan sesuai tahapan dalam SPB dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus I. Layanan bimbingan kelompok pada siklus II diharapkan proses metode experiential learning yang terjadi lebih padu, siswa lebih terlibat dalam seluruh kegiatan, dan aktif.

c. Tahap Pengamatan

Tahap ini, mitra kolaboratif mengamati proses jalannya kegiatan layanan bimbingan kelompok.


(62)

d. Tahap Refleksi

Seperti upaya perbaikan siklus I, setelah selesai pelaksanaan, bersama mitra kolaboratif melakukan diskusi untuk mendapatkan umpan balik dari upaya perbaikan yang telah dilaksanakan.

H. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan komperatif. Analisis deskriptif adalah suatu teknik pengolahan data yang bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan kelompok data dari populasi yang diamati. Sedangkan komperatif adalah jenis penelitian yang digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu variabel tertentu. Berikut rincian teknik analisa data dalam penelitian ini. 1. Teknik Analisis Data Observasi

a. Data Observasi

Hasil data observasi diolah dan dianalisis setelah penelitian tindakan diberikan, hasil data diolah secepat mungkin agar dapat menjadi rujukan bagi siklus berikutnya. Hasil observasi yang diterima dari hasil pengamatan kolabolator kemudian dianalisis dan meningterpretasikan data yang telah diberikan. Setelah itu didiskusikan dengan mitra kolaboratif mengenai siklus yang telah dilakukan. Kemudian didiskusikan mengenai hal-hal yang perlu diperbaiki pada siklus berikutnya.


(63)

2. Menentukan Skor Data Kuesioner Percaya Diri

Kuesioner percaya diri siswa terdiri dari 40 butir pertanyaan. Skoring kuesioner untuk butir item favourable (+) adalah 4 untuk jawabansangat sesuai, 3 untuk jawaban sesuai, 2 untuk jawaban kurang sesuai, dan 1 untuk jawaban tidak sesuai. Untuk butir unfavourable (-) adalah 1 untuk jawaban sanagat sesuai, 2 untuk jawaban sesuai, 3 untuk jawaban kurang sesuaidan 4 untuk jawaban tidak sesuai.

3. Menentukan Kategori Distribusi Normal

Angket percaya diri pada penelitian ini dianalisis dengan menggunakan pengkategorisasian 3 jenjang ordinal yaitu tinggi, sedang dan rendah. Azwar (2011:6) menjelaskan mengkategorikan subjek dan butir item berdasarkan kriteria kategori. Oleh karena itu perlu dihitung untuk mendapatkan rentang kategori subjek dan kategori butir item. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

a. Kategori Skor Subjek

Kategori ini untuk menentukan nilai skor tiap subjek berada dalam daerah kategori tertentu. Kategori skor subjek didapatkan berdasasarkan perhitungan sebagai berikut:

Skor maksimal teoritik : 140 Skor minimal teoritik : 35

Luas jarak : 140-35= 105 Standar deviasi (sd/σ) : 105:6= 17


(64)

Tabel 3.7

Kategorisasi Skor Tingkat Percaya Diri Subjek

No Formula Kriteria Rentang

Skor Kategori 1 [ ] 104 < X Tinggi 2 [ ] [ ] 70 < X ≤ 104 Sedang 3 [ ] X ≤ 70 Rendah

b. Kategori Skor Item

Kategori skor item ini bertujuan agar mudah untuk menentukan tinggi atau rendahya suatu item, dengan jumlah 35 item. Sehingga jika item itu rendah maka item tersebut digunakan sebagai pedoman perbaikan pada siklus selanjutnya. Kategori skor item didapatkan melalui perhitungan sebagai berikut:

Skor maksimal teoritik : 80 Skor minimal teoritik : 20

Luas jarak : 80-20 = 60 Standar deviasi (sd/σ) : 60:6 = 10 Mean toritik (µ) : (80+20):2 = 50

Tabel 3.8

Kategorisasi Skor Butir-butir Tingkat Percaya Diri

No Formula Kriteria Rentang

Skor Kategori 1 [ ] < 60 Tinggi 2 [ ] [ ] 40 < X ≤ 60 Sedang 3 [ ] X ≤ 40 Rendah


(65)

4. Uji Hipotesis

Uji hipotesis merupakan tahap akhir pengujian data untuk mendapatkan hasil uji beda penelitian tiap siklusnya. Dalam penelitian ini uji hipotesis menggunakan Uji Wilcoxon. Singgih (2012) menjelaskan Ho sitolah jika ada nilai asymp < nilai Z.


(66)

BAB IV

HASIL PENELITIANDAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian tentang hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. A. Hasil Penelitian

1. Proses Pelaksanaan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konselng a. Data Awal Penelitian (Pra Tindakan)

Sebelum tindakan dilaksanakan, peneliti mengumpulkan data awal (pra tindakan) pada hari Jumat, 22 April 2016, pukul 07.00 – 07.40 WIB.Subjek yang digunakan adalah siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta.Jumlah siswa yang hadir pada saat itu sebanyak 20 orang.Pengumpulan data dilakukan dengan observasi perilaku siswa yang dilakukan oleh dua orang mitra kolaboratif sebagai observer dan angket percaya diri siswa yang diisi oleh siswa.

Topik yang diberikan pada saat pre-test yaitu

“Kepemimpinan”.Alasan guru pembimbing memberikan topik “Kepemimpinan” agar siswa memiliki jiwa sebagai seorang

pemimpin selain itu dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa, karena untuk menjadi seorang pemimpin harus memiliki sikap percaya diri. Metode yang digunakan oleh guru pembimbing adalah ceramah dan tanya jawab. Guru pembimbing meminta masing-masing siswa untuk mengisi pertanyaan di papan tulis tentang ciri-ciri pemimpin yang baik. Dari kegiatan ini sudah terlihat mana siswa yang sangat aktif dan mana siswa yang tidak aktif.Pada saat itu siswa


(67)

takut dan ragu-ragu untuk maju dan menunjukkan sikap kurang percaya diri, tetapi guru pembimbing terus mengajak siswa untuk berani maju mengisi beberapa pertanyaan di papan tulis.Setelah guru pembimbing mengajak siswa akhirnya ada salah satu siswa yang berani untuk maju menjawab pertanyaan di papan tulis.Guru BK senang sekali melihat ada salah satu siswa yang berani maju menjawab pertanyaan di papan tulis.Kemudian, Guru BK memberikan penegasan bahwa kegiatan ini diberikan untuk melatih kepercayaan diri siswa.

Setelah materi selesai diberikan, siswa diberikan angket percaya diri pada saat mengikuti bimbingan kelompok.Kemudian peneliti melakukan evaluasi dan refleksi dengan dua orang mitra kolaboratif yang bertindak sebagai observer untuk mencari penyebab siswa kurang percaya diri pada saat kegiatan bimbingan kelompok. b. Siklus I

1) Tahap Perencanaan

Sebelum melaksanakan tindakan siklus I, terlebih dahulu disusun rencana kegiatan berupa penggunaan Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB).Metode yang digunakan untuk menyampaikan materi bimbingan yaitu experiential learning.Peneliti yang juga bertindak sebagai guru pembimbing dalam kelas menyiapkan

media yang dibutuhkan. Topik yang diberikan “Siapa


(68)

yang diungkapkan oleh siswa melalui angket percaya diri yang diisi oleh siswa saat pra tindakan.

Selain menyiapkan SPB dan media, peneliti juga menyiapkan pedoman observasi perilaku siswa yang akan diisi oleh dua orang observer dan juga menyiapkan angket percaya diri siswa yang akan diisi oleh para siswa. Pedoman observasi dan angket percaya diri siswa akan digunakan selama kegiatan bimbingan klasikal berlangsung.

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus I berlangsung pada hari Jumat, 24 April 2016, pukul 07.00-07.40 WIB di ruang kelas VIII C. Jumlah siswa yang hadir pada saat siklus I sebanyak 20 orang. Pada pelaksanaan tindakan siklus I, peneliti membuat runcian kegiatan sevagai berikut:

a) Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal, peneliti membuka kegiatan dengan salam pembuka dan memberikan pengantar tentang metode serta materi yang akan diberikan. Peneliti juga menjelaskan tugas yang harus dikerjakan siswa selama kegiatan berlangsung.

b) Kegiatan Inti

Pada siklus I, peneliti memberikan materi dalam kelompok besar, pada saat itu siswa yang hadir berjumlah


(69)

20 orang. Materi yang diberikan mengenai “Siapa Aku?” menggunakan media kertas dan alat tulis. Sebelum memulai kegiatan, peneliti memberikan pengantar singkat tentang kegiatan yang dilaksanakan. Peneliti membagikan kertas berjumlah lima lembar pada masing-masing siswa lalu menjelaskan aturan dan waktu pengerjaan. Siswa diperbolehkan memulai menulis beberapa sifat yang masing-masing siswa pikir dan diketahui oleh orang-orang lain (Daerah Terbuka) serta beberapa sifat yang masing-masing siswa pikir tidak diketahui oleh orang-orang lain yang hadir di sini (Daerah Tersembunyi) di selembar kertas.

Setelah siswa selesai menulis, siswa yang berada di dalam kelas dibagi menjadi 5 kelompok dan dibagi secara acak agar siswa tidak memilih-memilih teman dan mampu beradaptasi dengan teman sekelompoknya. Masing-masing peserta mengambil lima lembar kertas. Masing-masing siswa menuliskan dua sifat positif teman-teman sekelompok di setiap kertas. Selanjutnya, masing-masing siswa menuliskan dua sifat positif yang tidak diketahui oleh orang lain (Daerah tersembunyi). Sesudah siswa selesai siswa dapat mengumpulkan semua kertas, selanjutnya peneliti mengocok kertas tersebut dan meletakkannya di


(1)

1

2

2

3

3

3

3

3

2

3

3

4

4

127

2

1

2

3

3

2

3

1

1

3

2

2

4

112

3

3

3

3

3

3

3

3

2

3

2

3

3

120

4

2

3

3

2

3

3

3

2

3

2

2

3

124

5

2

3

2

2

3

3

4

2

3

2

2

4

125

6

3

2

3

3

3

3

4

2

3

4

4

3

133

7

2

2

3

3

2

3

3

2

4

3

4

4

127

8

2

2

2

3

2

3

3

2

3

2

3

3

108

9

2

3

3

3

2

3

3

1

4

3

4

4

127

10

3

2

3

3

3

3

2

2

2

3

4

3

121

11

3

3

4

4

1

4

2

1

4

4

4

4

144

12

2

2

3

2

3

3

2

2

3

3

3

3

116

13

3

4

4

4

4

3

3

2

3

4

4

4

143

14

1

1

4

3

2

2

4

2

4

4

4

4

122

15

2

1

2

2

3

3

4

2

3

3

3

3

123

16

3

3

3

4

2

2

3

2

3

3

3

4

120

17

3

3

3

2

3

4

3

1

4

3

4

4

134

18

2

2

3

3

3

3

3

2

3

3

4

4

127

19

2

2

3

2

4

2

3

2

3

3

4

4

127

20

1

3

4

2

3

4

3

1

4

1

4

4

129


(2)

Lampiran 5

Hasil Uji Validitas

No

Item

Parameter Hasil Hitung

Kesimpulan

1 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N .876” .000 20 Valid 2 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .940” .000 20 Valid 3 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .838” .000 20 Valid 4 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .760” .000 20 Valid 5 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .860” .000 20 Valid 6 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .697” .000 20 Valid 7 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .865” .000 20 Valid 8 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .779” .000 20 Valid 9 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .705” .001 20 Valid 10 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .816” .000 20 Valid 11 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .890” .000 20 Valid 12 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .893” .000 20 Valid 13 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N ..693” .001 20 Valid 14 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .037 .877 20 Tidak valid 15 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .448” .047 20 Valid 16 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .905” .000 20 Valid


(3)

17 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N .896” .000 20 Valid 18 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .376 .102 20 Valid 19 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .682” .001 20 Valid 20 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N -.086 .719 20 Tidak valid 21 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .337 .146 20 Valid 22 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .855” .000 20 Valid 23 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .787” .000 20 Valid 24 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .809” .000 20 Valid 25 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .549” 012 20 Valid 26 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .667” .001 20 Valid 27 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .083 .728 20 Tidak valid 28 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .784” .000 20 Valid 29 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .305 .191 20 Valid 30 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .623” .003 20 Valid 31 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .370 .109 20 Valid 32 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .089 .708 20 Tidak valid 33 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .394 .086 20 Valid 34 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N .879” .000 20 Valid


(4)

35 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

.550’ .012

20

Valid 36 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N

.161 .497 20

Tidak valid 37 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N

.457’ .043

20

Valid 38 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N

.662” .001

20

Valid 39 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N

.668” .001

20

Valid 40 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N

.794” .000

20


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Efektifitas penerapan metode ekperimen dengan kerja kelompok pokok bahasa bunyi pada siswa kelas II A Cawu 2 SLTP Negeri 2 Jember tahun ajaran 2001/2002

0 6 76

Peningkatan pemahaman wacana argumentasi melalui penerapan strategi PQ4R (penelitian tindakan pada siswa kelas XI SMA Islam Al-Mukhlisin)

1 18 89

Peningkatan kemampuan reduplikasi dalam karangan narasi dengan metode tugas individu: penelitian tindakan kelas pada siswa kelas VIII SMP PGRI 2 Ciputat

12 84 118

Upaya meningkatkan hasil belajar kimia siswa dengan metode discovery melalui kegiatan laboratorium pada konsep sistem koloid (penelitian tindakan kelas di MAN 12 Jakarta Barat kelas XI)

21 156 173

Upaya peningkatan pemahaman konsep matematika siswa dengan pendekatan belajar bermakna (meaningful learning): penelitian tindakan kelas di SMP Waskita Madya Kota Tangerang

0 10 96

Hubungan antara komunikasi orang tua dan siswa dengan prestasi belajar siswa : studi penelitian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Pamulang

0 5 94

Peningkatan kemampuan penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi melalui penerapan metode latihan individual (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas X SMA PGRI 56 Ciputat)

1 28 108

Upaya meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas 5 pada materi FPB dan KPK melalui metode learning tournament

1 6 156

Peningkatan hasil belajar ips siswa melalui penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) (penelitian tindakan kelas dikelas VIII-2 SMP PGRI 1 Ciputat)

1 6 0

Upaya meningkatkan kemampuan menulis matematis melalui pendekatan matematika realistik (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas III MIN Bantargebang)

3 18 199