BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK dalam era globalisasi ini sudah mengalami kemajuan yang pesat. Dalam menghadapi kondisi
tersebut diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pendidikan yang berkualitas pula. Oleh karena itu, segala aspek dalam bidang pendidikan
harus secara terus menerus dikembangkan dan disempurnakan agar pendidikan senantiasa berkualitas.
Pendidikan merupakan suatu hal yang paling penting bagi kehidupan manusia. Dalam rangka melaksanakan pendidikan tersebut bangsa Indonesia
melakukan usaha untuk mencapai tujuan nasional diantaranya dengan mencerdaskan kehidupan bangsa yang tercantum dalam pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945. Selain itu, menurut Undang-Undang Sisdiknas BAB II pasal 3, tentang fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional, yaitu:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
1
Salah satu mata pelajaran yang menunjang ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas adalah matematika. Mata pelajaran matematika yang
diberikan di sekolah memberikan sumbangan penting bagi siswa dalam pengembangan kemampuan yang sejalan dengan tujuan pendidikan. Menurut
1
Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam Depag, 2003, Cet. III, h. 37.
Depdiknas Jakarta 2006:388 menyatakan bahwa mata pelajaran di SD, SMP, SMA, dan SMK bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
2
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan mamahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh. 4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta ulet dan percaya diri dalam pemecahan matematika.
Hal ini, senada dengan yang diungkapkan oleh NCTM 2000 bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah, guru harus memperhatikan lima
aspek kemampuan pengajaran matematika yaitu pemecahan masalah problem solving, berargumentasi dan penalaran reasonning and proof, komunikasi
communication, koneksi connection, dan representasi representation.
3
Salah satu kemampuan komunikasi yang harus dimiliki siswa adalah kemampuan
komunikasi matematik yakni bagaimana siswa mampu menggunakan matematika sebagai alat komunikasi dalam menyampaikan ide-ide atau gagasan matematika
melalui simbol, tabel, diagram, atau media lain sehingga dapat memperjelas suatu masalah. Dengan demikian, kemampuan komunikasi matematik menjadi
kemampuan yang perlu dikembangkan pada diri siswa. Kemampuan komunikasi matematik merupakan salah satu aspek yang
termasuk ke dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi, sehingga memegang peranan penting dalam matematika seperti yang diungkapkan oleh Peressini dan
2
Fadjar Shadiq, “Apa dan Mengapa Matematika Begitu Penting”, dari www.fadjarp3g.files.wordpress.com, 1 Januari 2010, 11.00 WIB, h. 7-8.
3
NCTM, Principles and Standart for School Mathematics, Reston, VA: NCTM, 2000, p. 4.
Bassett NCTM, 1996 berpendapat “ bahwa tanpa komunikasi dalam matematika kita akan memiliki sedikit keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman siswa
dalam melakukan proses dan aplikasi matematika.
4
Ini berarti, komunikasi dalam matematika dapat membantu guru memahami kemampuan siswa dalam
menginterpretasi dan mengekspresikan pemahaman tentang konsep dan proses matematika yang mereka pelajari.
Secara umum, bentuk-bentuk kemampuan komunikasi matematik siswa mencakup keterampilankemampuan menulis
writting, membaca reading, berdiskusi discussing, dan evaluasi assessing, dan wacana discourse.
5
Kemampuan komunikasi matematik siswa dapat berjalan dengan baik, apabila diciptakan suasana pembelajaran matematika yang kondusif sehingga
dapat mengoptimalkan kemampuan siswa dalam merepresentasi, membaca, menulis, mendengarkan, mendiskusikan, memberikan jawaban atau alasan,
mengemukakan pendapatide dan mengklarifikasi. Siswa harus memiliki kesempatan dan pengalaman yang luas dan terbuka untuk menyampaikan
informasi atau mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa matematika. Kesempatan yang diberikan kepada siswa, selain dapat mengembangkan
kemampuan komunikasi matematiknya juga mendapatkan pengalaman belajar untuk mengkontruksi sendiri pengetahuannya. Hal ini sejalan dengan teori
konstruktivisme bahwa belajar adalah kegiatan yang aktif dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya, sedangkan guru berperan sebagai mediator
dan fasilitator untuk membantu optimalisasi belajar siswa.
6
Namun, pada kenyataannya pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama ini masih bersifat
konvensional. Ini dapat dilihat dari hasil wawancara, salah satu guru metematika yang mengajar di kelas VII di MTs Al-Falah lampiran 1 halaman 64 diperoleh
4
Bambang Aryan, “Komunikasi dalam Matematika”, dari http:rbaryans.wordpress.com,
17 Februari 2010, 07.30 WIB.
5
Bambang Aryan, “Komunikasi dalam Matematika”......., 17 Februari 2010, 07.30 WIB.
6
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008, h. 38.
bahwa pembelajaran yang biasa dilaksanakan adalah metode ceramah dan pemberian tugas. Siswa terkadang jarang diminta untuk mengkomunikasikan ide-
idenya, sehingga siswa sangat sulit untuk dapat menemukan dan memahami sendiri konsep matematika yang dipelajari. Jika metode tanya jawab atau metode
diskusi dilaksanakan pun siswa kurang berani untuk mengemukakan pendapatnya. Kalaupun ada pendapat yang muncul kurang ditanggapi dengan pendapat lain
sebagai respon. Hal ini dapat menjadi penghambat berkembangnya komunikasi matematik siswa.
Menurut hasil penelitian Tim Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika di beberapa Sekolah Dasar di Indonesia mengungkapkan bahwa
kesulitan siswa dalam belajar matematika yang paling menonjol adalah keterampilan berhitung yaitu 51, penguasaan konsep dasar yaitu 50, dan
penyelesaian soal pemecahan masalah 49 Tim PPPG Matematika, 2001: 18. Dilanjutkan pada tahun 2002 penelitian Pusat Pengembagan Penataran Guru
Matematika mengungkapkan di beberapa wilayah Indonesia yang berbeda, sebagian besar siswa SD kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan
masalah dan menerjemahkan soal kehidupan sehari-hari ke model matematika Tim PPPG matematika, 2002: 71. Dari data di atas menunjukkan bahwa
kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematika siswa Indonesia masih rendah.
7
Fakta tersebut memperlihatkan dengan jelas bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa masih rendah. Oleh karena itu, peran guru sangat
diperlukan untuk memacu siswa agar mampu mengkomunikasikan ide matematik yang dimilikinya. Salah satu caranya dengan mengkondisikan suatu model atau
strategi pembelajaran yang membuat siswa mengeluarkan ide matematiknya serta menciptakan pembelajaran yang bersifat aktif. Ide matematik tersebut dapat
7
Mellyirzal, “Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Madrasah Ibtidaiyah Melalui Strategi Think-Talk-Write Berbasis Modul”,
http:mellyirzal.blogspot.com200812mengembangkan-kemampuan-komunikasi-dan.html, 8 Februari 2010, 19.38 WIB.
disampaikan baik secara lisan maupun tulisan melalui gambarsimbol ataupun penjelasan secara aljabar.
Banyak model atau strategi pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas dan dianggap sangat inovatif. Model atau strategi apapun yang diterapkan, yang
paling penting adalah bagaimana model atau strategi pembelajaran tersebut dapat membuat siswa aktif dalam mengkomunikasikan ide atau gagasan baik lisan
maupun tulisan dan mengkontruksi sendiri pengetahuan konsep yang dimilikinya sehingga diharapkan belajar menjadi lebih bermakna.
Penerapan sebuah model pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan, karena model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara
berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuri.
8
Model pembelajaran kooperatif ini berdasarkan pada belajar kontruktivisme yang mengutamakan peran aktif siswa
dalam pembelajarannya. Belajar berkelompok secara kooperatif membuat siswa dilatih dan
dibiasakan untuk saling berbagi sharing pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab.
9
Sharing dalam diskusi merupakan salah satu manfaat pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
mengkomunikasikan pikirannya baik lisan maupun tulisan. Hal ini juga didukung dari hasil penelitian yang dilakukan Davidson 1990a yang melaporkan bahwa
banyak pengaruh positif telah dicatat oleh guru dan siswa. Siswa “belajar bekerjasama dengan siswa lain dan berkomunikasi dalam bahasa matematika.
10
Dengan demikian, pembelajaran kooperatif sangat berperan dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dan berkomunikasi secara
8
Suyatno, Menjelajah Seratus Pembelajaran Inovatif, Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka, 2009, h.51.
9
Suyatno, Menjelajah Seratus Pembelajaran ...., h.51.
10
Sholomo Sharan, Handbook of Cooperative Learning, Yogyakarta: Imperium, 2009, h. 374.
matematik atau komunikasi matematik. Model pembelajaran kooperatif ini memiliki bermacam-macam teknik, salah satunya adalah teknik two stay two stray.
Model pembelajaran kooperatif teknik two stay memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk berkomunikasi dalam mengungkapkan ide atau gagasan
matematika dengan cara membagikan hasil informasi disertai argumentasi dalam diskusi intern kelompok maupun antar kelompok. Oleh karena itu, penggunaan
model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray dalam pembelajaran matematika diharapkan dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap
kemampuan komunikasi matematik siswa. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka judul yang dipilih
dalam penelitian ini yaitu: “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa”.
B. Identifikasi Masalah