Karena itu masyarakat memilih angkutan murah, meriah dan mengabaikan aturan keselamatan; rela berdesak-desakan di atas atap kereta api, berjubel dalam
angkutan bus kota, dan lain-lain. Manajemen sendiri juga sering menempatkan masalah K-3 bukan sebagai first priority dan menganggap semua pengeluaran
yang terkait dengan program-program K3 hanya sebagai biaya costs yang harus ditanggung, pemborosan dan bukan sebagai investasi untuk melindungi asset-
asset mesin, fasilitas dan infrastruktur produksi, danatau SDM-nya. Pentingnya
keselamatan kerja pada satu industri mengharuskan kita mengadakan pendekatan keselamatan kerja, seperti perencanaan yang tepat, sistem tata ruang yang baik,
pakaian kerja yang sesuai, penggunaan alat – alat pelindung diri, pengaturan warna, tanda – tanda peringatan, tanda petunjuk, label, penerangan ventilasi yang
baik dan usaha terhadap kebisingan
9
.
3.5.1. Perencanaan
Masalah keselamatan kerja harus benar – benar diperhatikan pada saat perencanaan dan bukan baru dipikirkan sesudah pabrik tersebut berdiri.
Perencanaan yang tepat sangat ekonomis, lebih mudah untuk mengadakan penyesuaian pada tingkat perencanaan dari pada sesudah pabrik tersebut selesai.
Sekalipun pabrik telah mulai beroperasi, perencanaan tetap penting untuk mencapai standar keselamatan kerja atau efisiensi selanjutnya. Hasil – hasil yang
lebih baik diperoleh dengan lebih murah melalui perencanaan keselamatan kerja
9
Zulkarnaini dan Hasman, J.,Keselamatan Kerja Industri, Politeknik USU, 1992.
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya dari pada perbaikan sesudahnya. Pendidikan dan latihan dalam peningkatan keterampilan dan keselamatan kerja harus termasuk dalam
perencanaan lebih – lebih hal itu bagi tenaga kerja baru.
3.5.2. Tata Ruang
Penentuan tata ruang dari suatu pabrik beserta peralatannya harus dipertimbangkan dengan baik. Biaya yang lebih besar dapat timbul dikemudian
hari bila terjadi kekeliruan dalam menetapkan tata ruang dari sebuah pabrik.
3.5.3. Pakaian Kerja
Pakaian kerja termasuk sepatu kerja sering sekali tidak memadai untuk melakukan pekerjaan. Dalam pemilihan pakaian kerja harus memperhitungkan
bahaya – bahaya yang mungkin timbul dan menimpa pekerja. Pakaian kerja harus dipilih menurut kemampuannya untuk mengurangi bahaya sebesar mungkin.
Namun pakaian kerja biasanya tidak mampu melindungi pekerja terhadap logam panas, asam – asam, bagian – bagian yang tajam dan aneka resiko lainnya. Dalam
hal ini alat pelindung diri harus digunakan.
3.5.4. Peralatan Pelindung Diri
Saat ini alat perlindungan diri telah banyak didesain sedemikian rupa dan telahpun menerapkan standar – standar tertentu agar kemampuan perlindungannya
semakin baik. Walaupun demikian masih banyak pekerja yang beranggapan
Universitas Sumatera Utara
penggunaan alat perlindungan diri mengganggu pelaksanaan kerja. Dalam hal ini penyuluhan dan bimbingan perlu diberikan. Alat – alat perlindungan diri meliputi:
1. Pelindung mata
Salah satu masalah tersulit dalam pencegahan kecelakaan adalah pencegahan kecelakaan yang menimpa mata. Orang yang tidak terbiasa dengan kaca mata
biasanya tidak memakai perlindungan tersebut dengan alasan mengganggu pelaksanaan pekerjaan dan mengurangi kenikmatan kerja. Kecelakaan mata
berbeda – beda dan aneka jenis kacamata perlindungan diperlukan, sebagai contoh pekerjaan dengan kemungkinan adanya resiko dari bagian – bagian
yang melayang memerlukan kacamata dengan lensa kokoh sedangkan bagi pekerjaan las diperlukan lensa penyaringan sinar las yang tepat.
2. Pelindung telinga
Kebisingan yang berasal dari generator – generator listrik, mesin – mesin diesel, kompresor dan lain – lain merupakan masalah yang tidak kecil dalam
industri. Salah satu cara penanggulanganya adalah dengan menggunakan perlindungan telinga.
3. Pelindung pernafasan
Paru – paru harus dilindungi manakala udara tercemar atau kemungkinan kekurangan oksigen dalam udara. Pencemaran mungkin berbentuk gas, uap,
logam, kabut, debu dan lain – lainnya.
Universitas Sumatera Utara
4. Alat pelindung diri lainnya
a. Sepatu pengaman
Adanya kemungkinan tertimpa benda – benda berat memerlukan sepatu dengan ujung tertutup baja dan lapisan baja didalam solnya. Lapisan ini
perlu untuk melindungi pekerja dari tusukan benda – benda runcing dan tajam, khususnya pada pekerja bangunan. Pekerja listrik harus memakai
sepatu pengaman non konduktor, yaitu sepatu tanpa paku – paku logam dan pekerja ditempat yang menimbulkan loncatan api.
b. Sarung tangan
Sarung tangan harus diberikan kepada pekerja dengan pertimbangan akan bahaya dan persyaratan yang diperlukan, diantaranya bebasnya bergerak
jari dan tangan. c.
Topi pengaman Topi pengaman harus dipakai oleh pekerja yang mungkin tertimpa pada
kepala karena benda jatuh atau melayang atau benda lain yang bergerak. Topi harus cukup keras dan kokoh, tetapi ringan, bahaya plastik dengan
lapisan kain terbukti sangat cocok untuk keperluan ini.
3.5.5. Pemakaian Warna, Peringatan, Tanda – tanda dan Label