Teori-Teori Keadilan Kajian Yuridis Terhadap Beralihnya Kewenangan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai

73 pendapat yang dikemukakan oleh pakar di bidang hukum yang memberikan defenisi berbeda mengenai keadilan dalam dua kelompok, yaitu: 1. Keadilan Umum Justitia generalis atau keadilan menurut kehendak undang- undang yang harus ditunaikan demi kepentingan umum. 2. Keadilan khusus yang didasarkan atas kesamaan atau proporsionalitas.

2. Teori-Teori Keadilan

a. Aliran Hukum Alam Menurut Friedmann sejarah tentang hukum alam adalah sejarah umat manusia dalam usahanya untuk menemukan apa yang diamanatkan absolute justice keadilaan yang mutlak disaamping sejarah tentang kegagalan umat manusia dalam mencari keadilan tersebut tersebut. Pengertian hukum alam berubah-ubah sesuai dengan perubahan masyarakat dan keadaan politik 95 . Melihat sumbernya, hukum alam dapat berupa: 1. hukum alam yang bersumber dari Tuhan, 2. hukum alam yang bersumber dari rasio manusia. Hukum alam yang bersumber dari Tuhan dianut misalnya oleh Kaum Scholastik abad pertengahan seperti pemikiran dari Thomas van Aquino, Gratius Deceretum, John Salisbury, Dante, Pierre Dubois, Marsilius Padua, dan Johannes Huss dan lainlain. b. Aliran Hukum Positif Pemikiran hukum ini berkembang sejak abad pertengahan dan telah banyak berpengaruh di berbagai negara, tidak terkecuali Indonesia. Aliran ini 95 Sutikno, Filsafar Hukum Jilid II, Jakarta: Penerbitan Pradnya Paramita, 1976, hal. 5 Universitas Sumatera Utara 74 mengidentifikasi hukum dengan undang-undang. Tidak ada sumber hukum selain undang-undang. Satu-satunya sumber hukum adalah undang-undang. H.L.A. Hart menguraikan tentang ciri-ciri pengertian positivisme pada ilmu hukum dewasa ini sebagai berikut 96 : a. pengertian bahwa hukum adalah perintah dari manusia, dan b pengertian bahwa tidak ada hubungan mutlakpenting antara hukum law dan moral atau hukum sebagaimana yang berlaku ada dan hukum yang seharusnya. Pengertian bahwa konsepsi hukum adalah mempunyai arti penting, harus dibedakan dari penyelidikan: historis mengenai sebab musabab dan sumber-sumber hukum, sosiologis mengenai hubungan hukum dengan gejala sosial lain. Pengertian bahwa sistem hukum adalah sistem yang logis, tetap dan bersifat tertutup dalam keputusan-keputusan hukum yang benar tepat biasanya dapat memperoleh dengan alat alat logika dari peraturan-peraturan hukum yang telah dilakukan. Pertimbangan-pertimbangan moral tidak dapat dibuat atau dipertahankan sebagai pernyataan kenyataan yang harus dibuktikan dengan argumentasi- argumentasi rasional, pembuktian atau percobaan.

B. Keadilan Menurut Perpajakan 1. Pendekatan Terhadap Keadilan

Asas equaty keadilan mengatakan bahwa pajak itu harus adil dan merata. Pajak dikenakan kepada orang-orang pribadi sebanding dengan kemampuannya untuk 96 H. L. A. Hart, The Consept of Law, Oxford University Press, 1975, hal. 287 Universitas Sumatera Utara 75 membayar pajak tersebut dan juga sesuai dengan manfaat yang diterimanya dari negara. Namun, meskipun diakui bahwa prinsip keadilan merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan, tetapi terdapat berbagai pendapat dalam upaya mengimplementasikannya 97 . Dalam mengimplementasikan asas equity, terdapat dua pendekatan yaitu asas manfaat benefit received principles dan asas kemampuan membayar The ability to pay principles. Karena adanya keterbatasan dalam penerapan asas manfaat benefits received principles, maka konsep asas kemampuan membayar menjadi alternatif yang terus-menerus dikembangkan. Dalam penerapan asas kemampuan membayar the ability to pay principle dapat dilakukan dengan menggunakan keadilan vertikal dan keadilan horizontal. 2.Keadilan Vertikal Keadilan vertikal diartikan semakin tinggi kemampuan ekonomis wajib pajak, semakin tinggi pula beban pajak yang dikenakan. Konsep ini yang mendasari pengenaan pajak penghasilan secara progresif, seperti dianut sistem perpajakan Indonesia dan dapat digunakan. Syarat keadilan vertikal dalam suatu pemungutan pajak dapat dikatakan terpenuhi bila 98 : a. Wajib pajak yang berada dalam “kondisi”penghasilan kenak pajak yang berbeda diperlakukan secara berbeda pula unequal treatment for the unquals 97 Rosdiana, Haula, Pengantar Ilmu Perpajakan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012, hal.160 98 Op. Cit, Jan Hendrik Raper, hal 85 Universitas Sumatera Utara 76 b. Dalam “kondisi” penghasilan kena pajak yang tidak sama akan dihasilkan pajak terutang yang tidak sama pula. Jumlah pajak yang harus dibayar semakin besar, sebanding dengan semakin besarnya kemampuan wajib pajak tersebut membayar. Pendekatan keadilan vertikal di atas, dapat digunakan untuk melihat pemenuhan prinsip keadilan dalam pemungutan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan dan jenis-jenis pajak lainnya. 3.Keadilan Horizontal Keadilan Horizontal adalah dalam “kondisi” penghasilan kena pajak yang sama, wajib pajak yang mempunyai penghasilan kena pajak yang sama akan dikenakan pajak yang sama. Keadilan horizontal dalam perspektif pajak mengandung makna, untuk wajib pajak dengan kondisi kemampuan atau penghasilan yang sama harus dikenakan jumlah pajak yang sama. Syarat keadilan horizontal dalam suatu pemungutan pajak dapat dikatakan terpenuhi apabila 99 : a. Wajib pajak yang berada dalam “kondisi”penghasilan kena pajak yang sama diperlakukan sama equal treatment for the equals. b. Semua orang yang mempunyai tambahan ekonomi yang sama dengan tanggungan yang sama tanpa membedakan jenis atau sumber penghasilan, harus membayar pajak dalam jumblah yang sama. 99 Chairil A. Pohan, Optimizing Corporate Tax Management, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011, hal 83. Universitas Sumatera Utara 77 Pendekatan keadilan vertikal di atas, dapat digunakan untuk melihat pemenuhan prinsip keadilan dalam pemungutan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan dan jenis jenis pajak lainnya.

C. Jenis-jenis Tarif Pajak

Tarif pajak adalah persentasi dari dasar pengenaan pajak terhadap objek pajak yang menjadi tanggungannya. Tarif pajak biasanya berupa persentasi dasar pengenaan pajak, yang berupa nilai uang yang dijadikan dasar untuk menghitung pajak yang terutang. Salah satu unsur yang menentukan rasa keadilan dalam pemungutan pajak adalah tarif pajak yang harus dicantumkan dalam undang-undang pajak. Pemungutan pajak tidak dapat terlepas dari keadilan, karena adil dapat menciptakan keseimbangan sosial, yang sangat penting untuk kesejahteraan masyarakat pada umumnya 100 . Besarnya tarif dalam undang-undang pajak tidak selalu ditunjukkan secara nilai persentase akan tetapi bisa dengan nilai nominal. Jenis-jenis tarif pajak tersebut, antara lain seperti berikut: 100 R. Santoso Brotodiharjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Bandung: Refika Aditama, 2008, hlm. 178. Universitas Sumatera Utara 78

1. Tarif Proposional

Dokumen yang terkait

PELAKSANAAN PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN PERKOTAAN (PBB-PP) DARI PEMERINTAH PUSAT KEPADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

1 10 44

EKSTENSIFIKASI DAN INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) OLEH PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI.

0 0 16

ANALISIS PERALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) DARI PAJAK PUSAT KE PAJAK DAERAH DAN KONTRIBUSI TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA SURAKARTA.

0 0 16

DAMPAK PENGALIHAN PENANGANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) DARI PEMERINTAH PUSAT KE PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN WONOGIRI.

0 1 14

Pelimpahan Wewenang Pengelolaan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan dari Pemerintah Pusat ke Daerah besturc

0 0 7

Perencanaan Pemerintah Kabupaten Kudus Dalam Mempersiapkan Pengalihan Pajak Bumi Dan Bangunan Sektor Perdesaan Dan Perkotaan Sebagai Pajak Daerah

0 0 13

BAB II KEWENANGAN PEMUNGUTAN PBB P2 SEBELUM DAN SETELAH PERALIHAN DARI PEMERINTAH PUSAT KEPADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI A. Pajak Bumi dan Bangunan 1. Sejarah PBB di Indonesia - Kajian Yuridis Terhadap Beralihnya Kewenangan Pemungutan Pa

0 0 46

BAB I - Kajian Yuridis Terhadap Beralihnya Kewenangan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 24

KAJIAN YURIDIS TERHADAP BERALIHNYA KEWENANGAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DARI PEMERINTAH PUSAT KE PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

0 4 15

ANALISIS TUNGGAKAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN TERHADAP REALISASI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN PASCA PENGALIHAN PENGELOLAAN DARI PEMERINTAH PUSAT KE PEMERINTAH DAERAH DI KABUPATEN BOJONEGORO

0 0 17