Brand Loyalty Loyalitas Merek

namun dianggap tidak relevan atau dinilai rendah oleh sebagian pelanggan lain yang lebih mementingkan atribut kenyamanan. 2. Pelayanan Mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada produk tersebut. Misalnya, mobil merek tertentu menyediakan pelayanan kerusakan atau service mobil 24 jam di seluruh dunia. 3. Ketahanan Mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut. Misal mobil merek tertentu yang memposisikan dirinya sebagai mobil tahan lama walau telah berumur 12 tahun tetapi masih berfungsi dengan baik. 4. Keandalan Konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari satu pembelian ke pembelian berikutnya. 5. Karakteristik produk Bagian-bagian tambahan dari produk feature, seperti remote control sebuah video, tape deck, sistem WAP untuk telepn genggam. Penambahan ini biasanya digunakan sebagai pembeda yang penting ketika dua merek produk terlihat hamper sama. Bagian-bagian tambahan ini memberi penekanan bahwa perusahaan memahami kebutuhan pelanggannya yang dinamis sesuai perkembangan. 6. Kesesuaian dengan spesifikasi Merupakan pandangan mengenai kualitas proses manufuktur tidak ada cacat produk sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan teruji. Misalnya sebuah mobil pada kelas tertentu dengan spesifikasi yang telah ditentukan seperti jenis dan kekuatan mesin, pintu, material untuk pintu mobil, ban, sistem pengapian, dan lainnya. 7. Hasil Mengarah kepada kualitas yang dirasakan yang melibatkan enam dimensi sebelumnya. Jika perusahaan tidak dapat menghasilkan “hasil akhir” produk yang baik maka kemungkinan produk tersebut tidak akan mempunyai atribut kualitas lain yang penting.

2.10.4. Brand Loyalty Loyalitas Merek

Durianto 2004, mengemukakan bahwa brand loyalty loyalitas merek merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek produk yang lain, terutama jika pada merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga ataupun atribut lain. Dalam kaitannya dengan brand loyalty suatu produk, didapati adanya beberapa tingkatan brand loyalty. Masing-masing tingkatannya menunjukkan tantangan pemasaran yang harus dihadapi sekaligus aset yang dapat dimanfaatkan. Adapun tingkatan brand loyalty tersebut adalah sebagai berikut: 1. Switcher berpindah-pindah Pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas ini dikatakan sebagai pelanggan yang berda pada tingkat paling dasar. Semakin tinggi frekuensi pelanggan untuk memindahkan pembeliannya dari suatu merek ke merek-merek yang lain mengindikasikan mereka sebagai pembeli yang sama sekali tidak loyal atau tidak tertarik pada merek tersebut. Pada tingkatan ini merek apa pun mereka anggap memadai serta memegang peranan yang sangat kecil dalam keputusan pembelian. Ciri yang paling nampak dari jenis pelanggan ini adalah mereka membeli suatu produk karena harganya murah. 2. Habitual buyer pembeli yang bersifat kebiasaan Pembeli yang berada pada tingkat loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan merek produk yang dikonsumsinya atau setidaknya mereka tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek produk tersebut. Pada tingkatan ini pada dasarnya tidak didapati alasan yang cukup untuk menciptakan keinginan untuk membeli merek produk yang lain atau berpindah merek terutama jika peralihan tersebut memerlukan usaha, biaya maupun berbagai pengorbanan lain. Dapat disimpulkan bahwa pembeli ini dalam membeli suatu merek didasarkan atas kebiasaan mereka selama ini. 3. Satisfied buyer pembeli yang puas dengan biaya peralihan Pada tingkatan ini, pembeli merek masuk dalam kategori puas bila mereka mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja mereka memindahkan pembeliannya ke merek lain dengan menanggung switching cost biaya peralihan yang terkait dengan waktu, uang, risiko kinerja yang melekat dengan tindakan mereka beralih merek. Untuk dapat menarik minat para pembeli yang masuk dalam tingkat loyalitas ini maka para pesaing perlu mengatasi biaya peralihan yang harus ditanggung oleh pembeli yang masuk dalam kategori ini dengan menawarkan berbagai manfaat yang cukup besar sebagai kompensasinya switching cost loyal. 4. Liking the brand menyukai merek Pembeli yang termasuk dalam kategori loyalitas ini merupakan pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Pada tingkatan ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek. Rasa suka pembeli bisa saja didasari oleh asosiasi yang terkait dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam penggunaan sebelumnya baik yang dialami pribadi maupun oleh kerabatnya ataupun disebabkan oleh perceived quality yang tinggi. Meskipun demikian sering kali rasa suka ini merupakan suatu perasaan yang sulit diidentifikasi dan ditelusuri dengan cermat untuk dikategorikan ke dalam sesuatu yang spesifik. 5. Comitted buyer pembeli yang komit Pada tahapan ini pembeli merupakan pelanggan yang setia. Mereka memiliki suatu kebanggaan sebagai pengguna suatu merek dan bahkan merek tersebut menjadi sangat penting bagi mereka dipandang dari segi fungsinya maupun sebagai suatu ekspresi mengenai siapa sebenarnya mereka. Pada tingkatan ini, salah satu aktualisasi loyalitas pembeli ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut kepada pihak lain. 2.11. Penelitian Terdahulu Taufik 2008 melakukan analisis efektifitas iklan sepeda motor Yamaha Jupiter Series. Dalam penelitian ini dipelajari dampak komunikasi pemasaran berupa iklan, yang dinilai keefektifannya dalam mempengaruhi konsumen. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa iklan sepeda motor Yamaha Jupiter Series menekankan pesan secara emosional dan bertujuan untuk menyadarkan konsumen tentang keberadaan produk sepeda motor Yamaha Jupiter Series terutama di Kota Bogor. Berdasarkan hasil analisis menggunakan metode EPIC model, dapat disimpulkan bahwa dari keempat macam dimensi EPIC iklan ini dinilai cukup efektif, dan atribut yang paling menonjol adalah dimensi communication. Begitu juga dengan hasil analisis menggunakan metode Direct Rating Method DRM dapat disimpulkan bahwa dari kelima dimensi DRM yaitu perhatian, pemahaman, aspek kognitif, aspek afektif, dan sikap responden terhadap iklan dinilai efektif. Fezzi 2006 dalam penelitiannya yang berjudul analisa keefektifan promosi terhadap jumlah penjualan ponsel merek XYZ oleh PT. X, memperlihatkan bahwa kegiatan promosi yang dilakukan PT. X meliputi periklanan, promosi penjualan, pemasaran langsung, humas dan publisitas. Hasil analisis dengan metode EPIC menunjukan bahwa promosi yang dilakukan PT. X berjalan cukup efektif hal ini terlihat dari jumlah penjualan ponsel XYZ cenderung meningkat setelah dilakukannya berbagai strategi promosi oleh PT. X. Immadudin 2004 melakukan penelitian mengenai keefektifan promosi yang dilakukan oleh PT. BPRS Amanah Ummah. Hasil penelitiannya menggunakan metode EPIC model, DRM dan metode regresi. Hasil analisis dengan metode EPIC model dihasilkan bahwa dari dimensi empati, persuasi dan komunikasi, promosi yang dilakukan PT. BPRS Amanah Ummah adalah efektif dan dari dimensi dampaknya cukup efektif. Setelah dirata-ratakan nilai EPIC rate nya mempunyai nilai 2,6525, nilai ini berada dalam rentang skala efektif 2,4-3,2. Hal ini menujukan bahwa secara keseluruhan promosi yang dilakukan oleh PT. BPRS Amanah Ummah efektif dan kinerjanya cukup optimal. Hasil analisis menggunakan metode DRM didapat hasil yang hampir sama dengan metode EPIC yaitu promosi yang dilakukan oleh PT. BPRS Amanah Ummah dikatakan baik. Kartika 2007 melakukan penelititian mengenai elemen-elemen brand equity dari produk merek sabun mandi kesehatan Lifebuoy. Dalam penelitiannya dianalisis elemen-elemen brand equity seperti brand awareness, brand association, brand perceived quality dan brand loyalty . Hasilnya adalah untuk elemen brand awareness sabun Lifebuoy menempati urutan pertama dalam ingatan konsumen. Dilihat dari segi kesan responden terhadap sabun Lifebuoy, responden menekankan bahwa sabun Lifebuoy merupakan sabun kesehatan keluarga dan memiliki asosiasi perlindungan tubuh dari kuman. Dilihat dari loyalitasnya kebanyakan responden telah menggunakan sabun mandi Lifebuoy dan mereka enggan untuk berganti merek kepada sabun mandi kesehatan lain.

III. METODE PENELITIAN 3.1