Analisis SWOT dalam penyelenggaraan sekolah dapat membantu pengalokasian sumber daya seperti anggaran, sarana dan prasarana, sumber
daya manusia, fasilitas sekolah, potensi lingkungan, dan sebagainya yang lebih efektif. Analisis SWOT dalam program sekolah dapat dilakukan
dengan membuat matriks SWOT.
17
Adapun contoh dari penggunaan strategi yang dihasilkan dari matriks SWOT sebagai berikut:
a. Strategi Strength-Oppurtinity Strategi ini menggunakkan kekuatan pesantren untuk meraih
peluang-peluang yang ada di luar pesantren. Dengan demikian, jika pada hasil analisis ternyata diketahui bahwa pesantren memiliki
banyak kelemahan, maka pesantren harus segera mengatasinya agar menjadi kuat. Sedangkan, jika pesantren menghadapi banyak
ancaman, pesantren harus berusaha menghindarinya dan konsentrasi pada berbagai peluang yang ada.
b. Strategi Weakness-Oppurtinity Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan
pesantren dengan memanfaatkan peluang-peluang. Mungkin saja, pesantren kesulitan memanfaatkan peluang-peluang yang ada karena
banyaknya kelemahan internal pesantren. c. Strategi Strength-Threat
Melalui strategi ini, pesantren harus berupaya untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman.
d. Strategi Weakness-Threat Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara
mengurangi kelemahan serta mengurangi ancaman.
18
17
Kompri, Manajemen Pendidikan - Jilid 3, Bandung : Alfabeta, 2015, Cet. 1, h. 258.
18
Didin Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan: Konsep Prinsip Pengelolaan Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012, Cet. 1, h. 165.
Gambar 2.1 Kerangka Kerja Analisis SWOT
19
6. Implementasi Strategi
Implementasi strategi dalam manajemen sekolah melibatkan upaya besar yang bertujuan mentransformasikan tujuan strategi ke dalam aksi yaitu
penyelenggaraan program sekolah. Betapapun hebatnya suatu strategi, apabila tidak diimplementasikan tentu saja strategi itu tidak akan bermakna
bagi pengembangan sekolah.
20
Langkah implementasi ini juga dijadikan ajang pembuktian bagi suatu strategi apakah sudah optimal atau belum.
Dalam penerapan strategipengimplementasian suatu strategi maka perlu dilakukan hal sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi misi, arah dan sasaran organisasi
Kepala sekolah harus menetapkan misi sekolah secara utuh dengan melibatkan pemilik, pelanggan, dan pegawai sebagai konstituen
organisasi. Selain itu, sasaran yang akan ditetapkan juga harus dapat terukur sehingga arah dapat ditentukan secara lebih jelas.
b. Mengidentifikasi assessment lingkungan eksternal organisasi.
Dalam hal ini, kepala sekolah harus memperhatikan kondisi yang sedang terjadi dan kemungkinan perubahan yang akan terjadi,
termasuk pada organisasi sekolah lain yang serupa sehingga
19
. Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip, dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, Yogyakarta: Kaukaba, 2012, Cet. 1, h. 167.
20
Kompri, Manajemen Pendidikan - Jilid 3, Bandung : Alfabeta, 2015, Cet. 1, h. 255.
ENVIRONMENTAL SCAN
Internal Analysis External Analysis
Strength Weaknes
s Opportunnity
Threats
SWOT MATRIX
sekolah dapat
mengambil keputusan
yang tepat
dalam mengembangkan sekolahnya.
c. Mengidentifikasi assessment lingkungan internal organisasi
Selain memperhatikan kondisi dari lingkungan eksternal sekolah, kepala sekolah juga harus mengetahui kemampuan dan kondisi
internal dari sekolah yang dipimpinnya.
21
d. Merumuskan strategi
Dalam tahap ini, kepala sekolah harus mempersiapkan strategi alternatif, memilih strategi dan memutuskan strategi apa yang akan
digunakan. e.
Melaksanakan strategi Suatu strategi dapat dikatakan berhasil, jika penerapannya sesuai
dengan yang direncanakan. f.
Mengendalikan strategi Untuk mengetahui atau melihat sejauh mana efektivitas dari
implementasi strategi, maka diperlukan evaluasi strategi guna memperbaiki kekurangan atau kesalahan yang terjadi.
22
Penerapan merupakan hasil dari suatu perencanaan. Sehingga sebelum melakukan proses perencanaan maka perlu dilakukan analisis untuk
mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh sekolah. Dalam menerapkan strategi juga diperlukan pengawasan sehingga
apa yang diterapkan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.
Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa strategi yang dilakukan oleh kepala sekolah harus berdasarkan hasil analisis SWOT yang
terdiri dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh sekolah sehingga strategi tersebut dapat memberikan dampak positif
terhadap kemajuan sekolah.
21
. Ibid., h. 245.
22
. Didin Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan: Konsep Prinsip Pengelolaan Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012, Cet. 1, h. 158.
7. Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sarana dan
Prasarana Pendidikan
Sasaran dari pengembangan sarana dan prasarana adalah terwujudnya sarana dan prasarana pendidikan di sekolah yang sesuai
Standar Nasional Pendidikan yaitu dengan memanfaatkan dana yang ada atau mencari terobosan lain dalam penambahan dana untuk 1
perbaikanpengadaanpembangunan gedung dan ruangan sesuai dengan kebutuhan sekolah, 2 pengadaanperbaikanpenambahan peralatan praktik
laboratorium IPA,
Bahasa, dan
Komputer, 3
pengadaanperbaikanpenambahan modul, buku, referensi, manual, diktat, majalah, jurnal, dll, 4 pengadaanperbaikanpenambahan media pendidikan
pada semua mata pelajaran, 5 peningkatan perawatan sarpras sekolah 6 pengadaanperbaikanpenambahan
sarana TU,
7 Pelaksanaan
pengadaanperbaikanpenambahan sarpras, 8 pelaksanaan evaluasi pengembangan sarpras, 9 dan sebagainya sesuai dengan sasaran dan
program. Masalah yang dihadapi untuk mencapai sasaran tersebut berdasarkan
analisis SWOT adalah 1 kurang efektifnya koordinasi antar warga sekolah, 2 rendahnya pemahaman karyawanguru dalam pemanfatan teknologi
informasi atau lab di sekolah, 3 rendahnya dana atau anggaran yang dimiliki oleh sekolah, 4 lemahnya pemahaman sekolah terkait sarana dan
prasarana yang dibutuhkan sekolah. Strategi yang dapat dilakukan oleh sekolah berdasarkan analisis
masalah di atas untuk mewujudkan sasaran dari pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana antara lain: 1 membentuk tim khusus,
2 melaksanakan workshoppelatihan secara internal di sekolah, 3 melakukan kerjasama dengan Komite Sekolah, 4 melakukan kerjasama
dengan lembagainstansi lain, khususnya dalam pengadaan sarpras, 5 mengadakan kunjungan ke sekolah lain, 6 melakukan kerjasama dengan
LPTIperguruan tinggi,
7 melakukan
kerjasama dengan
dunia usahaindustri, 8 dan sebagainya.
23
Dalam proses manajemen sarana dan prasarana, perencanaan gedung sekolah termasuk perencanaan untuk fasilitas merupakan pekerjaan
yang kompleks dan makan waktu serta memerlukan terbentuknya hubungan kerja sama yang akrab dengan masyarakat. Oleh sebab itu, perencanaan
gedung sekolah memerlukan kepemimpinan kepala sekolah yang dinamis. Kepala sekolah mempunyai tanggungjawab yang signifikan untuk
mengkoordinasikan bahan-bahan masukaninput dari para guru, peserta didik, orang tua, dan warga setempat.
24
Selain itu, dalam melakukan perencanaan sarana dan prasarana pendidikan. seorang kepala sekolah mempunyai peranan yang strategis.
Kepala sekolah dituntut untuk serba bisa, karena bukan saja harus memiliki pengetahuan yang memadai mengenai bangunan sekolah,
melainkan juga banyak pengetahuan mengenai perabot dan perlengkapan. Kepala sekolah bersama-sama dengan staff menyusun daftar kebutuhan
sekolah, kemudian mempersiapkan perkiraan tahunan untuk untuk diusahakan penyediaannya sesuai dengan kebutuhan. Menyimpan dan
memelihara serta mendistribusikan kepada guru-guru yang bersangkutan, dan menginventarisasi alatsarana tersebut pada akhir tahun pelajaran.
25
Demikian banyak dan kompleksnya sumber daya sekolah yang harus dibina oleh kepala sekolah, sehingga betapa penting peranan
kepemimpinan kepala sekolah di dalam merencanakan dan memelihara fasilitas sekolah. Merencanakan fasilitas yang baru maupun yang
diperbarui memerlukan keterlibatan secara tepat dari para guru, siswa, dan masyarakat sehingga fasilitas sekolah dirasakan bermanfaat, dapat dipakai
dan fleksibel.
23
Rohiat, Manajemen Sekolah, Bandung: PT. Refika Aditama, 2009, Cet. 2, h. 90.
24
Wahjosumidjo, Kepemimpinan
Kepala Sekolah:
Tinjauan Teoritik
dan Permasalahannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Jakarta, 2010, Cet. 7, h. 328.
25
Wahyu Sri Ambar, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, Jakarta: CV. Multi Karya Mulia, 2007, Ed. 1, h. 39.