Perkembangan Bahasa Siswa Sekolah Dasar Kelas Rendah

72 bagaimana sifat fisik tetap konstan sebagai tampilan dan mengubah bentuk. Gagasan Vygotsky dalam John W. Santrock 2009: 191 menyebutkan bahwa pembelajaran siswa harus menyesuaikan dan menginternalisasi percakapan sesuai dengan diri mereka sendiri. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat pengalaman dalam mempelajari dunia yang sebenarnya. Elemen utama penganut Vygotskian dalam pembelajaran adalah zona perkembangan proksimal tugas-tugas yang sulit dipelajari sendiri, namun dapat dipelajari dengan bantuan orang dewasa ataupun teman yang lebih berpengalaman. Sebagian besar kegiatan penganut Vygotskian mereka membentuk kelompok-kelompok.

2. Perkembangan Bahasa Siswa Sekolah Dasar Kelas Rendah

Pengetahuan mengenai kosakata pada hakikatnya merupakan bagian dari tes intelegensi, dan sama pentingnya dengan aspek perkembangan bahasa lainnya yang merupakan aspek penting dari intelegensi anak. Menurut Berko Gleason dalam John W. Santrock 2009: 216 anak-anak memperoleh keahlian baru yang membuat mereka dapat belajar menulis dan membaca, termasuk meningkatnya penggunaan bahasa untuk berbicara mengenai hal-hal yang tidak tampak secara fisik, belajar mengenai kata, serta belajar untuk mengenali dan berbicara mengenai bunyi. 73 Menurut John W. Santrock, kemajuan dalam kosakata dan tata bahasa selama tahun-tahun sekolah dasar dibersamai dengan perkembangan kesadaran metalinguistik yang merupakan pengetahuan mengenai bahasa seperti tahu apa arti preposisi atau kemampuan untuk mendiskusikan bunyi sebuah bahasa. Kesadaran metalinguistik memberikan kesempatan pada anak untuk berpikir mengenai bahasa mereka, mengerti dan mendefinisikan kata-kata. Berko Gleason, 2005: 4. Seperti yang dikemukakan oleh Tadkiroatun Musfiroh 2005: 100 melalui kegiatan bercerita mampu mendidik sekaligus merangsang berkembangnya komponen kecerdasan linguistik, yaitu kemampuan menggunakan bahasa untuk mencapai sasaran praktis. Mendengar cerita yang bagus bagi anak, sama artinya dengan melakukan serangkaian kegiatan fonologis, sintaksis, semantik, dan pragmatik. Selama menyimak cerita, anak belajar bagiamana bunyi-bunyi yang bermakna diucapkan dengan benar, bagaimana kata-kata disusun dengan benar dan logis serta mudah dipahami, bagaimana konteks berfungsi dalam makna. Hal yang lebih penting, anak belajar bagaimana pelajaran pragmatika bahasa tentang bagaimana memulai pembicaraan, bagaimana memilih sapaan dan diksi yang sopan, bagaimana mengucapkan salam, hal ini berarti secara tidak langsung anak telah meningkatkan kecerdasan linguistiknya. 74 Menuru Berko Gleason dalam John W. Santrock 2005: 218 menjelaskan bahwa sebelum belajar membaca, anak belajar menggunakan bahasa untuk berbicara mengenai hal-hal yang tidak ada, mereka belajar mengenai apa itu kata, serta mereka belajar bagaimana mengenali bunyi dan membahas tentang hal tersebut. Jika anak mengembangkan kosakata yang luas, maka langkah mereka selanjutnya untuk membaca akan lebih ringan, sebaliknya jika anak yang memulai sekolah dasar dengan bekal kosakata yang sedikit akan mengalami banyak kesulitan ketika mereka belajar membaca. Perkembangan kosakata memiliki peranan yang penting dalam pemahaman bacaan menurut Berninger dalam John W. Santrock 2009: 218. Hal itu sejalan seperti yang dijelaskan oleh Tadkiroatun Musfiroh 2005: 108 bahwa anak berbicara dan mendengar sebelum ia belajar membaca. Oleh karena itu, pengembangan sistem bahasa lisan yang baik sangat penting untuk mempersiapkan anak belajar membaca. Membacakan cerita dapat menjadi contoh yang efektif bagi anak bagaimana aktivitas membaca harus dilakukan. Secara tidak langsung, anak memperoleh contoh tentang orang yang gemar dan pintar membaca dari apa yang dilihatnya. Apabila sering memperoleh contoh, minat baca anak akan tumbuh dan secara sukarela anak akan belajar 75 mengidentifikasikan lambang-lambang tulis dalam rangkaian kata dan dalam rangkaian kalimat. Menstimulasi minat baca anak lebih penting daripada mengajarkan mereka membaca. Menstimulasi memberi efek menyenangkan, sedangkan mengajar seringkali justru membunuh minat baca anak, apalagi jika hal tersebut dilakukan secara paksa. Pengalaman menunjukkan anak-anak yang dibiarkan berkutat secara aktif dengan lingkungan baca memiliki minat dan kemampuan baca lebih besar dibandingkan anak-anak yang diajarkan membaca dengan paksaan. Bahkan, dengan pengajaran yang paksa, anak menunjukkan kemunduran minat baca.

3. Kebutuhan Peserta Didik Siswa Sekolah Dasar