Analisis Volatilitas ANALISIS VOLATILITAS VARIABEL EKONOMI

Tabel 16. Perkembangan Jumlah Perusahaan pada Industri Besar dan Sedang di Indonesia, Tahun 2006-2008 Jenis Industri Jumlah Perusahaan unit Pertumbuhan 2006 2007 2008 2006- 2007 2007- 2008 Makanan dan Minuman 6 615 6 341 6 316 -4.14 -0.39 Tekstil 2 809 2 820 2 701 0.39 -4.22 Pakaian Jadi 3 256 2 917 2 349 -10.41 -19.47 Kulit dan Barang dari Kulit dan Alas Kaki 813 764 737 -6.03 -3.53 Kayu, Barang-barang dari Kayu tidak termasuk furnitur, dan Barang-barang Anyaman 1 782 1 648 1 702 -7.52 3.28 Kertas dan Barang dari Kertas 526 553 457 5.13 -17.36 Batu Bara. Pengilangan Minyak Bumi dan Pengolahan Gas Bumi, Barang-barang dari Hasil Pengilangan Minyak Bumi, dan Bahan Nuklir 73 96 55 31.51 -42.71 Kimia dan Barang-barang dari Bahan Kimia 1 179 1 151 1 253 -2.37 8.86 Karet dan Barang dari Karet dan Barang dari Plastik 1 847 1 774 1 881 -3.95 6.03 Barang Galian Bukan Logam 2 047 1 916 1 965 -6.40 2.56 Logam Dasar 276 260 261 -5.80 0.38 Barang-barang dari Logam, kecuali Mesin dan Peralatannya 1 020 981 854 -3.82 -12.95 Mesin dan Perlengkapannya 477 436 383 -8.60 -12.16 Mesin Listrik Lainnya dan Perlengkapannya 279 285 290 2.15 1.75 Kendaraan Bermotor 336 302 366 -10.12 21.19 Alat Angkutan, selain Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih 380 380 431 0.00 13.42 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2009a diolah. Industri tekstil dan industri pakaian jadi menempati urutan kedua dan ketiga terbesar setelah industri makanan dan minuman dalam jumlah perusahaan. Kedua industri tersebut selama periode 2006-2008 mencapai pertumbuhan yang negatif. Berkurangnya jumlah perusahaan pada kedua industri tersebut diduga karena semakin tingginya persaingan produk tekstil baik di pasar domestik maupun pasar internasional. Semakin banyaknya produk tekstil dan pakaian jadi dari China yang membanjiri pasar dalam negeri dan pasar internasional menjadi tekanan yang berat bagi industri tekstil dan pakaian jadi Indonesia. Lebih lanjut, krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008 juga merupakan salah satu faktor yang juga diduga menyebabkan penurunan jumlah perusahaan pada industri tekstil dan pakaian jadi. Hal ini mengindikasikan bahwa kedua sektor industri tersebut sangat sensitif terhadap krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008. Jumlah perusahaan yang menurun seiring penurunan permintaan negara tujuan ekspor komoditi industri tersebut yang mengalami resesi. Sementara itu, beberapa jenis industri yang masih dapat mencapai penambahan jumlah perusahaan adalah industri kimia, karet dan barang dari karet, mesin listrik dan perlengkapannya, kendaran bermotor dan alat angkut. Hal ini mengindikasikan bahwa kelompok industri tersebut masih cukup potensial untuk terus berkembang sehingga jumlah perusahaan pada kelompok industri tersebut cenderung mengalami peningkatan. 6.1.2. Perkembangan Indeks Produksi Indeks produksi merupakan suatu indikator yang mencerminkan perubahan output industri dari tahun ke tahun. Peningkatan yang terjadi pada nilai indeks produksi menunjukkan bahwa output suatu industri tersebut meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada Tabel 17 ditunjukkan data perkembangan indeks produksi setiap industri besarsedang Indonesia selama periode 2006-2008. Berdasarkan Tabel 17, diketahui bahwa beberapa industri mencapai indeks produksi yang terus meningkat selama tahun 2005-2008. Industri tersebut adalah industri makanan dan minuman, tekstil, kertas dan barang dari kertas, logam dasar, serta industri kendaraan bermotor. Namun demikian, apabila dikaji lebih lanjut ternyata bahwa pertumbuhan indeks produksi yang dicapai periode 2007- 2008 relatif lebih rendah dibandingkan periode 2006-2007. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan indeks produksi dari industri-industri tersebut cenderung mengalami perlambatan. Tabel 17. Indeks Produksi Industri Besar dan Sedang di Indonesia, Tahun 2006- 2008 Jenis Industri Indeks Produksi Pertumbuhan 2006 2007 2008 2006- 2007 2007- 2008 Makanan dan Minuman 232.91 245.01 251.51 5.20 2.65 Tekstil 88.46 98.34 101.66 11.17 3.38 Pakaian Jadi 169.65 130.58 93.08 -23.03 -28.72 Kulit dan Barang dari Kulit dan Alas Kaki 101.56 101.09 115.25 -0.46 14.01 Kayu, Barang-barang dari Kayu tidak termasuk furnitur, dan Barang-barang Anyaman 64.72 54.10 51.09 -16.41 -5.56 Kertas dan Barang dari Kertas 105.99 122.40 126.28 15.48 3.17 Kimia dan Barang-barang dari Bahan Kimia 227.33 308.81 287.68 35.84 -6.84 Karet dan Barang dari Karet dan Barang dari Plastik 117.66 102.97 112.12 -12.49 8.89 Logam Dasar 141.43 158.53 168.53 12.09 6.31 Barang-barang dari Logam, kecuali Mesin dan Peralatannya 109.86 84.22 71.91 -23.34 -14.62 Mesin dan Perlengkapannya 195.56 279.74 253.61 43.05 -9.34 Mesin Listrik Lainnya dan Perlengkapannya 159.11 124.01 125.99 -22.06 1.60 Kendaraan Bermotor 88.60 114.88 140.62 29.66 22.41 Alat Angkutan, selain Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih 85.87 78.24 105.97 -8.89 35.44 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2009a diolah. Sementara itu, industri yang mengalami penurunan indeks produksi selama tahun 2006-2008 adalah industri kayu dan barang dari kayu, industri karet dan barang dari karet, serta industri barang dari logam. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja dari kelompok industri tersebut cenderung menurun. Upaya-upaya perbaikan perlu dilakukan agar kinerja dari kelompok industri tersebut kembali dapat ditingkatkan dan indeks produksi yang dicapai pada tahun-tahun selanjutnya lebih baik dibandingkan saat ini.

6.1.3. Perkembangan Nilai Output

Untuk perkembangan nilai output industri sedang dan besar disajikan pada Tabel 18. Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa secara umum sebagian besar industri cenderung mencapai peningkatan nilai output dari tahun ke tahun. Peningkatan nilai output juga dapat dicapai oleh industri yang nilai indeks produksinya mengalami pertumbuhan negatif. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan nilai output dari kelompok industri tersebut lebih disebakan oleh peningkatan harga ouput dan bukan disebabkan oleh peningkatan jumlah output yang diproduksi. Lebih lanjut, berdasarkan Tabel 18 juga diketahui bahwa industri makanan dan minuman masih merupakan primadona dalam penciptaan nilai output nasional dengan tren pertumbuhan rata-rata sebesar 28.80 persen per tahun dengan peningkatan nilai dari 264.57 miliar pada tahun 2006 menjadi 435.99 miliar pada tahun 2008. Nilai output yang besar juga dihasilkan oleh industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia. Sektor industri ini terus mengalami peningkatan nilai output setiap tahunnya dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 30.90 persen. Sementara itu, beberapa jenis industri mencapai pertumbuhan nilai output yang negatif. Industri-industri tersebut adalah industri minyak bumi dan industri dari logam. Penurunan nilai output dari industri tersebut konsisten dengan capaian indeks produksi yang juga mengalami penurunan. Tabel 18. Perkembangan Nilai Output Industri Besar dan Sedang di Indonesia, Tahun 2006-2008 Jenis Industri Nilai Output miliar rupiah Pertumbuhan 2006 2007 2008 2006- 2007 2007- 2008 Makanan dan Minuman 264.57 335.55 435.99 26.83 29.93 Tekstil 103.34 111.72 154.86 8.10 38.62 Pakaian Jadi 45.37 47.11 74.45 3.83 58.04 Kulit dan Barang dari Kulit dan Alas Kaki 23.47 22.24 33.36 -5.26 50.01 Kayu, Barang-barang dari Kayu tidak termasuk furnitur, dan Barang-barang Anyaman 38.21 47.75 43.74 24.98 -8.40 Kertas dan Barang dari Kertas 71.96 91.76 104.59 27.51 13.98 Batu Bara, Pengilangan Minyak Bumi dan Pengolahan Gas Bumi, Barang- barang dari Hasil Pengilangan Minyak Bumi, dan Bahan Nuklir 7.89 7.53 7.66 -4.64 1.79 Kimia dan Barang-barang dari Bahan Kimia 147.58 173.13 244.50 17.32 41.22 Karet dan Barang dari Karet dan Barang dari Plastik 99.99 105.80 142.94 5.80 35.10 Barang Galian Bukan Logam 39.66 44.50 70.12 12.21 57.57 Logam Dasar 81.76 108.29 147.02 32.44 35.77 Barang-barang dari Logam, kecuali Mesin dan Peralatannya 32.20 41.27 28.32 28.16 -31.38 Mesin dan Perlengkapannya 24.46 21.36 31.22 -12.67 46.18 Mesin Listrik Lainnya dan Perlengkapannya 31.86 33.80 32.83 6.09 -2.87 Kendaraan Bermotor 69.85 71.57 89.17 2.46 24.59 Alat Angkutan, selain Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih 46.25 72.29 61.23 56.33 -15.31 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2009a diolah. 6.1.4. Perkembangan Nilai Tambah Perkembangan nilai tambah dari setiap jenis industri disajikan pada Tabel 19. Berdasarkan tabel tersebut secara umum dapat diketahui bahwa nilai tambah dari setiap industri cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai output dengan nilai input. Dengan demikian, peningkatan nilai tambah merupakan salah satu indikator dari perkembangan suatu industri. Semakin tinggi nilai tambah yang dapat dihasilkan suatu industri maka menunjukkan perkembangan industri yang semakin baik. Tabel 19. Perkembangan Nilai Tambah Industri Besar dan Sedang di Indonesia, Tahun 2005-2008 Jenis Industri Nilai Tambah miliar rupiah Pertumbuhan 2006 2007 2008 2006- 2007 2007- 2008 Makanan dan Minuman 81.91 94.64 115.93 15.55 22.49 Tekstil 37.53 39.34 49.09 4.81 24.80 Pakaian Jadi 19.36 21.16 26.74 9.33 26.36 Kulit dan Barang dari Kulit dan Alas Kaki 10.39 9.37 12.86 -9.86 37.26 Kayu, Barang-barang dari Kayu tidak termasuk furnitur, dan Barang-barang Anyaman 14.63 18.02 15.75 23.16 -12.57 Kertas dan Barang dari Kertas 30.72 32.58 42.72 6.07 31.13 Batu Bara, Pengilangan Minyak Bumi dan Pengolahan Gas Bumi, Barang-barang dari Hasil Pengilangan Minyak Bumi, dan Bahan Nuklir 5.27 3.14 3.26 -40.41 3.75 Kimia dan Barang-barang dari Bahan Kimia 58.24 79.78 100.13 36.97 25.51 Karet dan Barang dari Karet dan Barang dari Plastik 29.84 34.43 38.72 15.40 12.45 Barang Galian Bukan Logam 18.92 24.04 36.35 27.09 51.22 Logam Dasar 20.10 24.78 32.10 23.25 29.53 Barang-barang dari Logam, kecuali Mesin dan Peralatannya 12.51 14.63 10.16 16.94 -30.55 Mesin dan Perlengkapannya 9.01 9.37 11.64 3.97 24.24 Mesin Listrik Lainnya dan Perlengkapannya 10.81 12.11 10.32 12.09 -14.81 Kendaraan Bermotor 46.37 40.92 49.04 -11.75 19.83 Alat Angkutan, selain Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih 18.58 37.85 24.75 103.75 -34.63 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2009a diolah. Konsisten dengan perkembangan pada nilai output, industri makanan dan minuman merupakan industri yang memiliki nilai tambah terbesar dengan nilai sebesar 81.91 miliar rupiah pada tahun 2006 dan meningkat menjadi 115.93 miliar rupiah pada tahun 2008. Hal ini mengindikasikan bahwa industri makanan dan minuman merupakan industri yang memiliki perkembangan yang cukup baik dengan penciptaan nilai tambah yang terus meningkat. Kebutuhan hidup sehari- hari masyarakat yang terus meningkat menjadikan sektor ini memiliki peningkatan nilai tambah setiap tahunnya. Diurutan kedua, nilai tambah yang besar juga dihasilkan oleh industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia. Sektor industri ini terus mengalami peningkatan nilai output setiap tahunnya yang meningkat dari 58.24 miliar rupiah pada tahun 2006 menjadi 100,13 miliar rupiah pada tahun 2008. Sementara itu, industri kilang minyak dan industri barang dari logam merupakan industri yang mengalami penurunan nilai tambah selama periode 2006-2008. Peningkatan efisiensi dari kedua industri tersebut perlu dikembangkan agar mampu mencapai pertumbuhan nilai tambah yang positif. Peningkatan efisiensi dapat dilakukan dengan peningkatan teknologi produksi sehingga lebih efisien serta penciptaan produk-produk turunan yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

6.1.5. Perkembangan Ekspor dan Impor

Tujuan dari kegiatan ekspor yang dilakukan adalah untuk meningkatkan devisa negara. Selama periode 2005-2008, perkembangan nilai ekspor sektor industri relatif berfluktuaktif. Namun, jika dilihat dari total ekspornya selama tahun 2005-2008 terdapat lima industri yang memiliki nilai ekspor terbesar. Kelima industri tersebut adalah industri makanan dan minuman, karet dan plastik, logam dasar, tekstil, serta kimia dan barang kimia. Ekspor terbesar selama tahun 2005 hingga 2008 dicapai oleh industri makanan dan minuman dengan total ekspor sebesar 51.91 miliar US. Kemudian diikuti dengan industri karet dan plastik dengan 27.41 miliar US. Industri logam dasar memiliki total nilai ekspor 26.67 miliar US dan industri tekstil dengan 23.40 miliar US. Lebih lanjut, industri kimia dan barang kimia memiliki total nilai ekspor 22.37 miliar US. Lebih lengkap perkembangan nilai ekspor dari setiap industri dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Nilai Ekspor Industri Besar dan Sedang di Indonesia, Tahun 2005-2008 Jenis Industri Ekspor juta US Total Ekspor 2005-2008 2005 2006 2007 2008 Makanan dan Minuman 8 318.68 9 848.88 14 157.95 19 585.41 51 910.91 Tekstil 5 327.00 5 822.75 6 163.73 6 086.54 23 400.02 Pakaian Jadi 3 162.84 3 474.28 3 414.43 3 453.24 13 504.78 Kulit dan Barang dari Kulit dan Alas Kaki 1 386.97 1 644.46 1 679.60 1 925.15 6 636.18 Kayu, Barang-barang dari Kayu tidak termasuk furnitur, dan Barang- barang Anyaman 3 160.94 3 406.20 2 065.20 2 098.93 10 731.28 Kertas dan Barang dari Kertas 3 078.77 3 815.74 3 033.19 3 511.96 13 439.67 Batu Bara, Pengilangan Minyak Bumi dan Pengolahan Gas Bumi, Barang-barang dari Hasil Pengilangan Minyak Bumi, dan Bahan Nuklir 2 496.10 3 218.83 1 572.17 2 298.82 9 585.92 Kimia dan Barang-barang dari Bahan Kimia 4 536.57 5 236.52 6 310.44 6 284.17 22 367.70 Karet dan Barang dari Karet dan Barang dari Plastik 4 620.14 6 616.85 7 444.02 8 724.37 27 405.38 Barang Galian Bukan Logam 898.62 1 025.55 1 048.29 996.14 3 968.61 Logam Dasar 4 320.60 6 341.30 8 361.72 7 650.98 26 674.61 Barang-barang dari Logam, kecuali Mesin dan Peralatannya 1 115.60 1 543.98 1 785.80 1 848.10 6 293.47 Mesin dan Perlengkapannya 1 567.95 1 753.54 2 410.45 3 126.95 8 858.88 Mesin Listrik Lainnya dan Perlengkapannya 2 465.42 3 034.12 2 931.21 3 097.73 11 528.48 Kendaraan Bermotor 1 126.30 1 464.75 147.26 194.94 2 933.26 Alat Angkutan, selain Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih 726.96 1 198.46 1 167.68 1 106.56 4 199.66 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2009a diolah.