Tangkai Potensi Ligninolitik Jamur Pelapuk Kayu Kelompok Pleurotus

a a b b b b b 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 Jenis Isolat J u m lah Ta ng ka i 1. P. djam or EB9 2. P. ostreatus HO 3. H. petaloides EA4 4. H. petaloides EB24 5. H. petaloides EAB7 6. H.petaloides EB14-2 7. H. petaloides EB6 1 7 2 3 6 5 4 1,9b 1,0a 3,0a 1,0a 0,9c 0,5b 0,8c 0,4b 1,0c 0,3b 0,7c 0,3b 0,8c 0,3b 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 Ukuran tangkai terpendek Ukuran tangkai terpanjang Jenis Isolat U ku ran T an g kai cm 1. P. djamor EB9 2. P. ostreatus HO 3. H. petaloides EB6 4. H. petaloides EA4 5. H. petaloides EAB7 6. H.petaloides EB14-2 7. H. petaloides EB24 1 3 2 1 7 6 5 4 3 2 7 6 5 4 Faktor jenis isolat tidak berpengaruh nyata terhadap diameter tangkai tubuh buah isolat jamur. Namun faktor waktu panen berpengaruh nyata terhadap diameter tangkai tubuh buah isolat jamur. Faktor jenis isolat berpengaruh nyata terhadap ukuran tangkai terpendek isolat jamur, sedang faktor waktu panen dan interaksi antara isolat dan waktu panen tidak berpengaruh nyata terhadap ukuran tangkai terpendek isolat jamur. Ukuran tangkai terpendek isolat dikelompokkan menjadi dua kelompok yang secara nyata berbeda yaitu pertama, kelompok dari genus Pleurotus P. djamor EB9 dan P. ostreatus HO dan kedua, kelompok dari genus Hohenbuehelia Gambar 6.12. Gambar 6.11 Jumlah tangkai rata-rata tujuh isolat kelompok Pleurotus. Gambar 6.12 Tangkai terpendek dan terpanjang rata-rata tujuh isolat kelompok Pleurotus . 1,9a 7,5a 1,6a 6,6a 1,7a 5,4b 1,9a 4,7b 1,6a 4,5b 1,5a 4,4b 1,4a 4,1b 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 Diameter pileus terbesar Diameter pileus terkecil Jenis Isolat Di am et er Pi le us c m 1. P. djamor EB9 2. P. ostreatus HO 3. H. petaloides EAB7 4. H. petaloides EB24 5. H. petaloides EB6 6. H. petaloides EA4 7. H.petaloides EB14-2 1 1 7 6 5 4 3 2 6 5 4 3 2 7 Faktor jenis isolat berpengaruh nyata terhadap ukuran tangkai terpanjang isolat jamur. Ukuran tangkai terpanjang dari ketujuh isolat dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yang berbeda nyata Gambar 6.12. P. djamor EB9 3,0 cm dipisahkan dengan P. ostreatus HO 1,9 cm, dan genus Hohenbuehelia H. petaloides EA7 1,0 cm, EB6 0,9 cm, EB24 0,8 cm, EA4 0,8 cm dan EB14- 2 0,7 cm berada dalam satu kelompok tersendiri. 2. Pileus Faktor jenis isolat, faktor waktu panen dan faktor interaksi antara isolat dan waktu panen tidak berpengaruh nyata terhadap diameter pileus terkecil isolat jamur. Diameter pileus terkecil pada ketujuh isolat tidak berbeda nyata, sehingga tidak dapat menjadi alat untuk mengelompokkan Gambar 6.13. Gambar 6.13 Diameter pileus terbesar dan terkecil rata-rata tujuh isolat kelompok Pleurotus. Faktor jenis isolat dan faktor waktu panen berpengaruh nyata terhadap diameter pileus terbesar isolat jamur. Diameter pileus terbesar dari ketujuh isolat dikelompokkan menjadi dua kelompok yang secara nyata berbeda yaitu pertama, kelompok dari genus Pleurotus dan kedua, kelompok dari genus Hohenbuehelia Gambar 6.13. Karakter Morfologi Tubuh Buah Jamur Secara Mikroskopis Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelima isolat EB14-2, EB24, EA4, EAB7, dan EB6 mempunyai sistidia berdinding tebal yang disebut metuloid dan lapisan gelatin pada tudungnya, sehingga dimasukkan ke dalam genus Hohenbuehelia , sedangkan, P. djamor EB9 tidak mempunyai lapisan gelatin dan sistidianya tidak berdinding tebal Gambar 6.15 dan 6.16. Secara umum bentuk dan ukuran basidiospora, basidia dan sistidia kelima isolat H. petaloides dibandingkan dengan P. djamor EB9 dan P. ostreatus HO cukup berbeda Gambar 6.18, 6.20, 6.23. P. djamor EB9 mempunyai persamaan karakter morfologi dengan dibanding isolat liar lainnya. Persamaan karakter morfologi secara mikroskopis yang paling menonjol antara genus Pleurotus dengan kelima isolat H. petaloides adalah pada warna jejak spora, bentuk basidiospora, basidia dan adanya sambungan apit pada miselium: 1. Jejak spora umumnya berwarna putih, namun pada Pleurotus ada jejak spora yang berwarna pink muda, 2. Bentuk basidiospora Pleurotus dan H. petaloides yang bulat sampai elips, 3. Basidiospora Pleurotus dan H. petaloides mempunyai dinding tipis dan halus, 4. Basidiospora Pleurotus dan H. petaloides bersifat non-amiloid, artinya kalau diberi larutan Melzer’s iodine warnanya tidak berubah menjadi biru, berarti tidak mengandung amilumpati, 5. Umumnya mempunyai sambungan apit, 6. Bentuk basidia Pleurotus dan H. petaloides dengan 4 sterigmata. P. djamor EB9 mempunyai karakter morfologi yang berbeda dibanding isolat liar lainnya. Perbandingan karakter morfologi secara mikroskopis yang paling menonjol antara genus Pleurotus P. djamor EB9 dan P. ostreatus HO dengan kelima isolat H. petaloides yaitu pada bentuk dan ukuran basidiospora, basidia dan sistidia: 1 Bentuk basidiospora H. petaloides lebih bulat dibanding bentuk basidiospora genus Pleurotus yang lebih elips, terlihat dari perbandingan panjang dan lebar basidiosporanya Gambar 6.14, 2 Ukuran panjang basidiospora H. petaloides lebih pendek secara nyata dibanding ukuran panjang basidiospora P. djamor EB9 dan P. ostreatus HO Gambar 6.19, 3 Lebar basidiospora H. petaloides juga lebih pendek dibanding lebar basidiospora P. djamor EB9 dan P. ostreatus HO walaupun tidak secara nyata Gambar 6.19, 4 Ukuran basidia H. petaloides yang lebih panjang dibanding ukuran basidia P. djamor EB9 dan P. ostreatus HO Gambar 6.20 dan 6.21, 5 Lebar basidia H. petaloides lebih pendek dibanding lebar basidia P. djamor EB9 dan P. ostreatus HO Gambar 6.21, 6 Bentuk sistidia H. petaloides yang berdinding tebal metuloid Gambar 6.14 dan 6.15, 7 Ukuran sistidia H. petaloides yang lebih panjang dibanding ukuran sistidia P. djamor EB9 dan P. ostreatus HO Gambar 6.22 dan 6.23, 8 Lebar sistidia H. petaloides yang lebih panjang dibanding lebar sistidia P. djamor EB9 dan P. ostreatus HO Gambar 6.22. 9 H. petaloides mempunyai lapisan gelatin di atas lapisan daging pileus, sedangkan genus Pleurotus P. djamor EB9 dan P. ostreatus HO terlihat tidak mempunyai lapisan gelatin di atas lapisan daging pileus Gambar 6.16. Sumber: Foto Elis Nina Herliyana Gambar 6.14 Penampakan mikroskopik. A. H. petaloides EB14-2. B. H. petaloides EB24. C. H. petaloides EA4. D. H. petaloides EAB7. E. H. petaloides EB6. F. P. djamor EB9. G. P. ostreatus HO. Aa, Ba, Ca, Da, Ea, Fa, dan Ga. Basidiospora. Ab, Bb, Cb, Cc, Db, Eb, Ec, Fb, Fd, Fe, Ff dan Gc. Sistidia. Miselium pada Ac lapisan gelatin, Bc1 lapisan pileipelid, Bc2 lapisan gelatin, Bc3 lapisan daging, Cd pileipelid. Dc1 dan Gb. Clamp connection. Dc2. Oidia. Fc. Struktur khusus. Gd. Basidia. Skala : 5 µm. a b c d G b c a E b a c D 1 2 a b c d C a b a b c A B c 1 2 3 f a d e b c F f Hasil penelitian menunjukkan kelima isolat yang terdiri atas EB14-2, EB24, EA4, EAB7, dan EB6 mempunyai sistidia berdinding tebal yang disebut metuloid, sehingga kelima isolat tersebut dimasukkan ke dalam genus Hohenbuehelia , sedangkan, P. djamor EB9 mempunyai sistidia yang tidak berdinding tebal Gambar 6.15. Sumber: Foto Elis Nina Herliyana Gambar 6.15 Sistidia berdinding tipis pada P. djamor EB9 A dan Sistidia berdinding tebal metuloid pada H. petaloides B tanda panah. Skala : +1,3µm. Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa isolat H. petaloides EB14-2, EB24, EA4, EAB7, dan EB6 mempunyai lapisan gelatin di atas lapisan daging pileus , sedangkan genus Pleurotus P. djamor EB9 dan P. ostreatus HO terlihat tidak mempunyai lapisan gelatin di atas lapisan daging pileus Gambar 6.16. B A Sumber: Foto Elis Nina Herliyana Gambar 6.16 Karakter morfologi pada irisan melintang tudung. A. P. ostreatus HO dan B. P. djamor EA9, yang tidak memiliki lapisan gelatin. C. H. petaloides EB14-2, D. H. petaloides EB24, E. H. petaloides EA4, F. H. petaloides EAB7, dan G. H. petaloides EB6, yang mempunyai lapisan gelatin yang hialin LG. Skala : +5 µm. Untuk memperoleh nama spesies maka dilakukan pengamatan pada sistidia di tempat-tempat yang spesifik seperti pada lapisan gelatin. H. petaloides mempunyai ciri khas berupa adanya sistidia pada pileipelis dan lapisan gelatin A B C L D L F L G L E L Corner 1994. Isolat EB14-2, EB24, EA4, EAB7, dan EB6 diketahui mempunyai sistidia pada pileipelis dan lapisan gelatin Gambar 6.17. Sumber: Foto Elis Nina Herliyana Gambar 6.17 Sistidia pada lapisan gelatin A dan B dan Sistidia pada pileipelis H. petaloides EB6 C dan D tanda panah. Skala : +1,3 µm.

1. Basidiospora

Hasil pengamatan karakter morfologi secara mikroskopis isolat yang diuji, maka diperoleh panjang basidiospora berkisar antara 4,7 sampai 8,1 µm dan lebar basidiospora berkisar antara 2,7 sampai 4,2 µm. Ukuran panjang dan lebar basidiospora tiap isolat dibandingkan dan dirangkum pada Gambar 6.18 untuk melihat sebaran tiap kelompok isolat. A B C D 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 Lebar 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 Pa njang P. ostreatus HO P. djamor EB9 H. petaloides EAB7 H. petaloides EB6 H. petaloides EA4 H. petaloides EB24 H. petaloides EB14-2 Gambar 6.18 Plot antara panjang dengan lebar basidiospora ketujuh isolat yaitu H. petaloides EB14-2, H. petaloides EB24, H. petaloides EA4, H. petaloides EAB7, H. petaloides EB6, P. djamor EB9 dan P. ostreatus HO. Ukuran panjang basidiospora rata-rata ketujuh isolat dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok yang secara nyata berbeda. P. ostreatus HO mempunyai panjang basidiospora rata-rata terbesar 8,1 µm, secara kelompok terpisah dari P. djamor EB9 7,4µm. H. petaloides EB14-2 6,4 µm dan H. petaloides EA4 5,9 µm berada dalam satu kelompok. Ketiga isolat H. petaloides lainnya H. petaloides EAB7 4,7 µm, EB24 4,7 µm dan EB6 4,7 µm berada dalam kelompok dengan panjang basidiospora paling pendek Gambar 6.19. Lebar basidiospora pada ketujuh isolat tidak berbeda nyata, sehingga tidak dapat menjadi alat untuk mengelompokkan Gambar 6.19.