elagat. Hara 1993 dalam Harismah 2002 menyatakan bahwa senyawa tanin dapat dipakai sebagai antimikroba bakteri dan virus. Menurut Ikigai et al. serta
Shimamura dalam Harismah 2002 antimikroba disebabkan oleh terdapatnya gugus pirogalol dan gugus galoil. Menurut teori warna, struktur tanin dengan
ikatan rangkap dua yang terkonjugasi pada polifenol sebagai kromofor pengemban warna dan adanya gugus OH sebagai auksokrom pengikat warna
dapat menyebabkan warna coklat. Tanin juga mampu menggumpalkan protein. Tanin dapat berikatan dengan protein, sehingga menjadi kompleks yang
tidak larut. Tanin juga dapat menghambat penyerapan zat besi, salah satu komponen mikro bagi jamur Wibisana 2000. Menurut Davidson 1993 dalam
Wibisana 2000 komponen fenolik telah lama dikenal sebagai komponen antimikroba. Tanin sebagai komponen polifenol alami yang banyak terdapat pada
tumbuhan, memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan mikroba dengan mekanisme: 1 bereaksi dengan membran sel; 2 menginaktivasi enzim-enzim
esensial dan 3 destruksiinaktivasi fungsional terhadap material genetik.
Pertumbuhan dan Perkembangan Isolat-isolat Kelompok Pleurotus pada Substrat Serbuk Gergajian Kayu Sengon
1. Total Bobot Basah Hasil Panen dan Nilai Efisiensi Biologi
Dewasa ini proses perkembangan teknologi budidaya jamur kultivasi seperti jamur tiram semakin meningkat. Keberhasilan budidaya jamur ditentukan
oleh kualitas media tanam, proses budidaya, faktor lingkungan dan kualitas bibit yang digunakan Chang dan Miles 1989; Royse 2000. Selain itu, keberhasilan
budidaya jamur khususnya jamur tiram ditentukan oleh persiapan bahan baku media termasuk kualitas serbuk gergajian kayu yang digunakan, pencampuran
bahan-bahan tambahan, pemasukan ke dalam kantong plastik, teknik penanaman, pemeliharaan hingga penanganan pada saat masa panen dan pascapanen
Kushendrarini 2003; Suprapti, 2000. Substrat pertumbuhan kelompok Pleurotus yang digunakan dalam
penelitian ini adalah serbuk gergajian kayu sengon. Kayu ini banyak digunakan oleh masyarakat untuk bahan perumahan berupa balok, tiang, papa, dan kaso.
Namun limbah penggergajian kayu sengon ini sampai sekarang belum banyak
dimanfaatkan secara optimal. Kayu tropis ini mempunyai kadar selulosa 48,33 persen, lignin 27,28 persen dan pentosan 16,34 persen, dengan nisbah CN
53,170,25 Nurhayati 1988. Kayu sengon memiliki bobot jenis yang rendah yaitu berkisar antara 0,24-0,49 dengan rata-rata 0,33 Widarmana 1984.
Substrat serbuk gergajian ini kemudian diperkaya dengan gips dan kapur serta dedakbekatul padi yang merupakan hasil samping penggilingan padi.
Mineral kalsium yang ditambahkan ke dalam substrat adalah gips CaSO4 dan kalsium karbonat CaCO3. Tujuannya adalah untuk memperbaiki pH, struktur
atau permeabilitas media produksi. Total mineral kalsium yang ditambahkan berkisar 0,5-1 dari total media tanam, dapat berasal dari satu jenis mineral
kalsium atau bersama-sama Priyadi dan Akhmadi 2000. Bekatul polish bagian luar dari butiran beras setelah kulit padi sekam
dan kulit ari Soemardi 1975, terdiri atas perikarp, lapisan aleuron, embrio dan sebagian endosperm serta mengandung sebagian besar vitamin dari biji. Dari
gabah kering giling setelah mengalami pengupasan kulit dan penyosohan dihasilkan bekatul 8, sekam 20, beras 65 dan hilang 7 Grist 1965.
Komposisi kimia bekatul adalah kadar air 9,7, kadar protein 13,3, kadar lemak 15,8, kadar abu 10,4, karbohidrat 39, serat kasar 11,8 Houston dan
Kohler 1970. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa faktor isolat, faktor panen
maupun interaksi antara faktor isolat dan faktor panen berpengaruh nyata terhadap total bobot basah hasil panen isolat jamur. Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa faktor isolat berpengaruh nyata terhadap nilai EB isolat jamur. Isolat P. ostreatus
HO memberikan respon yang paling tinggi dan berbeda nyata dibanding perlakuan lainnya pada nilai rata-rata total bobot basah hasil panen per kantong
substrat 142,4 gram. Nilai rata-rata total bobot basah hasil panen per kantong substrat terendah pada Pleurotus EB14-2 sebesar 34,8 gram
Isolat P. ostreatus HO juga memberikan respon yang paling tinggi dan berbeda nyata dibanding perlakuan lainnya yaitu dengan nilai EB 119,0. Nilai
EB terendah pada Pleurotus EB14-2 sebesar 29,1. Nilai EB Pleurotus spp. pada media serbuk gergajian kayu sengon dapat mencapai 52,6 Gunawan 1997,
pada media campuran serbuk gergajian kayu sengon dengan limbah kertas