4. Reaksi Oksidasi pada Media AAG dan AAT
Hasil penelitian menunjukkan semua isolat jamur mempunyai reaksi positif pada medium asam tanat AAT dan asam galat AAG. Reaksi oksidasi
yang positif pada media AAG dan AAT menunjukkan semua isolat merupakan jamur pelapuk putih. Isolat kelompok Pleurotus yang diujikan pada media AAG
dan AAT diduga mengeluarkan enzim ektraseluler oksidase dengan terjadinya reaksi oksidasi dengan asam galat ataupun asam tanat. Untuk mengetahui suatu
jenis jamur termasuk ke dalam jenis pelapuk putih atau bukan dapat dilihat dari reaksi yang terjadi pada media AAG. Suatu isolat yang bereaksi positif terhadap
AAG maka isolat tersebut termasuk ke dalam jenis pelapuk putih walaupun isolat tersebut bereaksi negatif terhadap AAT Noubles 1948.
Uji reaksi oksidasi dengan menggunakan media AAG dan AAT dilakukan pertama kali oleh Bavendamm pada tahun 1928 terhadap jamur penyebab busuk
pangkal batang pada tanaman berkayu Davidson 1938 dalam Noubles 1948. Jamur kelompok pelapuk putih hampir semuanya mengeluarkan enzim
ekstraseluler oksidase. Enzim ini diduga dapat mendegradasi asam galat sehingga sifat racun dari asam ini berkurang atau hilang sama sekali Dharmaputra et al.
1989. Pertumbuhan koloni ketujuh isolat kelompok Pleurotus pada media AAG dan AAT lebih lambat dibandingkan tanpa perlakuan AAG dan AAT, diduga hal
tersebut disebabkan AAG dan AAT mempunyai daya racun bagi isolat-isolat jamur tersebut. Dihidroksifenol sebagai penyusun asam galat atau tanin yang tidak
berwarna akan membentuk kuinon yang berwarna cokelat gelap apabila teroksidasi secara enzimatis Bell dalam Abadi 1987.
Sudiasto 2001 mengungkapkan bahwa tanin biasanya mengingatkan orang kepada asam tanat tannic acid. Tanin banyak terkumpul pada bagian
tanaman yang sedang aktif tumbuh, misalnya buah muda, bunga, tunas dan paru. Tanin yang dapat dihidrolisis atau pyrogallol tannin dikenal juga sebagai asam
galat gallic acid. Asam tanat merupakan bubuk putih kekuningan sampai coklat muda. Bahan ini tidak berbau, rasanya ”sepet” dan sangat larut dalam air, alkohol
dan gliserin. Menurut Fengel dan Wegener 1984 tanin merupakan salah satu jenis senyawa fenolik pada zat ekstraktif di sel-sel kayu. Tanin mudah
terhidrolisis dengan air menjadi glukosa dan asam fenolat asam galat dan asam
elagat. Hara 1993 dalam Harismah 2002 menyatakan bahwa senyawa tanin dapat dipakai sebagai antimikroba bakteri dan virus. Menurut Ikigai et al. serta
Shimamura dalam Harismah 2002 antimikroba disebabkan oleh terdapatnya gugus pirogalol dan gugus galoil. Menurut teori warna, struktur tanin dengan
ikatan rangkap dua yang terkonjugasi pada polifenol sebagai kromofor pengemban warna dan adanya gugus OH sebagai auksokrom pengikat warna
dapat menyebabkan warna coklat. Tanin juga mampu menggumpalkan protein. Tanin dapat berikatan dengan protein, sehingga menjadi kompleks yang
tidak larut. Tanin juga dapat menghambat penyerapan zat besi, salah satu komponen mikro bagi jamur Wibisana 2000. Menurut Davidson 1993 dalam
Wibisana 2000 komponen fenolik telah lama dikenal sebagai komponen antimikroba. Tanin sebagai komponen polifenol alami yang banyak terdapat pada
tumbuhan, memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan mikroba dengan mekanisme: 1 bereaksi dengan membran sel; 2 menginaktivasi enzim-enzim
esensial dan 3 destruksiinaktivasi fungsional terhadap material genetik.
Pertumbuhan dan Perkembangan Isolat-isolat Kelompok Pleurotus pada Substrat Serbuk Gergajian Kayu Sengon
1. Total Bobot Basah Hasil Panen dan Nilai Efisiensi Biologi
Dewasa ini proses perkembangan teknologi budidaya jamur kultivasi seperti jamur tiram semakin meningkat. Keberhasilan budidaya jamur ditentukan
oleh kualitas media tanam, proses budidaya, faktor lingkungan dan kualitas bibit yang digunakan Chang dan Miles 1989; Royse 2000. Selain itu, keberhasilan
budidaya jamur khususnya jamur tiram ditentukan oleh persiapan bahan baku media termasuk kualitas serbuk gergajian kayu yang digunakan, pencampuran
bahan-bahan tambahan, pemasukan ke dalam kantong plastik, teknik penanaman, pemeliharaan hingga penanganan pada saat masa panen dan pascapanen
Kushendrarini 2003; Suprapti, 2000. Substrat pertumbuhan kelompok Pleurotus yang digunakan dalam
penelitian ini adalah serbuk gergajian kayu sengon. Kayu ini banyak digunakan oleh masyarakat untuk bahan perumahan berupa balok, tiang, papa, dan kaso.
Namun limbah penggergajian kayu sengon ini sampai sekarang belum banyak