2.1.1.2. Hakikat Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran merupakan salah satu tindakan edukatif yang dilakukan guru di kelas. Keberhasilan suatu pembelajaran tergantung bagaimana interaksi
antara guru dan siswa. Interaksi guru dan siswa dapat berjalan baik bila guru kompeten dalam mengelola kelas. Menurut Asyari 2006:37, untuk pembelajaran
IPA difokuskan dalam pembelajaran adalah adanya interaksi antara siswa dengan obyek atau alam secara langsung. Karena itu guru sebagai fasilitator perlu
menciptakan kondisi dan menyediakan sarana agar siswa dapat mengamati dan memahami obyek IPA.
Nur dan Wikandri dalam Trianto, 2012:143 menyatakan, proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga
siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori, dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap
kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. Selama ini proses pembelajaran IPA hanya menghafalkan fakta, prinsip, atau teori saja. Untuk sebab
itu perlu dikembangkan suatu model pembelajaran IPA yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan
sendiri ide-idenya. Menurut Iskandar 2001:19 pelajaran IPA tidak hanya mengajarkan
fakta-fakta seperti jenis-jenis hewan atau tumbuhan, hukum-hukum ini dan itu, tetapi juga mengajarkan metode-metode memcahkan masalah yang baik, meng-
anjurkan sikap yang baik, melatih kemampuan, mengambil kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan, melatih bersifat obyektif dan tidak terburu-buru
mengambil kesimpulan, melatih bekerjasama sengan kelompok, melatih menghargai pendpaat orang lain.
Dalam pembelajaran IPA di SD, peserta didik diharuskan dapat membangun kemampuannya dalam bekerja ilmiah dengan pengetahuannya sendiri
dan difasilitasi oleh guru. Oleh sebab itu guru harus dapat membimbing siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. IPA di SD bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut: 1
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2 Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dakam kehidupan sehari-hari. 3
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat. 4
Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
5 Meningkatkan kesadaran untuk beperan serta dalam memelihara, menjaga,
dan melestarikan lingkungan alam. 6
Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7 Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMPMTs Standar Isi, 2006:148.
IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan
kemampuan bertanya dan mencari jawaban berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir ilmiah. Fokus program pengajaran IPA di SD
hendaknya ditujukan untuik memupuk minat dan pengembangan anak didik terhadap dunia mereka di mana mereka hidup Samatowa, 2011:2.
Dalam Standar Isi 2006 juga tertulis bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah scientific inquiry untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu
pembelajaran IPA di SDMI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan
sikap ilmiah. Menurut Cullingford dalam Samatowa. 2011: 9, pembelajaran sains
dengan hafalan dan pemahaman konsep, anak harus diberi kesempatan untuk mengembangkan sikap ingin tahu dan berbagai penjelasan logis. Hal ini akan
mendorong anak untuk mengekspresikan kreativitasnya. Anak juga didorong untuk mengembangkan cara berpikir logis dan kemampuan untuk membangkitkan
penjelasan ilmiah untuk alasan yang bersifat hakiki. Samatowa 2011:104 juga menjelaskan bahwa pembelajaran melalui
discovery learning penemuan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Pembelajaran dengan cara hands-on dapat memberikan kesempatan yang seluas-
luasnya kepada siswa untuk mengembangkan konsep diri self concept, sikap
ilmiah, percaya diri, dan sifat mandiri siswa. Pengalaman-pengalaman keberhasilan siswa dalam praktik IPA dapat menumbuhkan motivasi berprestasi
lebih baik dan kemauan keras untuk belajar. Dengan memperhatikan karakteristik siswa SD pembelajaran akan efektif
bila siswa aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Prinsip-prinsip pembelajaran IPA meliputi:
1 Prinsip Motivasi
Motivasi adalah dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi ada yang berasal dari dalam atau intrinsik dan ada yang timbul akibat
rangsangan dari luar atau ekstrinsik. 2
Prinsip Latar Dalam pembelajaran sebaiknya guru perlu mengetahuimenggali
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman apa yang telah dimiliki siswa sehingga kegiatan belajar belajar mengajar tidak berawal dari suatu
kekosongan. 3
Prinsip Menemukan Siswa memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga potensial untuk
mencari guna menemukan sesuatu. 4
Prinsip Belajar Sambil Melakukan Pengalaman yang diperoleh melalui bekerja merupakan hasil belajar
yang tidak mudah terlupakan.
5 Prinsip Hubungan Sosial
Dalam belajar akan lebih berhasil dengan kerja kelompok, dengan kerja kelompok itu akan tumbuh kesadaran berinteraksi dan kerja sama dengan orang
lain. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
pembelajaran IPA di SD, siswa harus dapat membangun kemampuannya dalam bekerja ilmiah dengan pengetahuannya sendiri dan difasilitasi oleh guru. Oleh
sebab itu pembelajaran dilaksanakan secara inkuiri ilmiah scientific inquiry untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah.
2.1.2. Hakikat Belajar dan Pembelajaran