Biaya Persalinan Akses Ekonomi

akses ke perawatan kesehatan, karena pada masyarakat miskin pedesaan rata-rata pengeluaran per harinya kurang dari Rp. 5000,00 US 0,60. Kondisi ini berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan yaitu pesalinan yang ditolong oleh NAKES sebesar 38.5 tahun 1992 dan 43,2 tahun 1997. Kondisi ini menunjukkan bahwa dari masih rendahnya angka persalinan oleh NAKES sehingga ibu lebih memilih dukun kampung sebagai penolong persalinan dengan biaya yang lebih murah.

b. Biaya Persalinan

Biaya persalinan murah merupakan suatu alasan bagi ibu dan keluarga untuk memilih bidan desa sebagai penolong persalinan. Mereka menyatakan biayanya melahirkan dengan bidan desa lebih murah dari pada Rumah Sakit dan bidan swasta. Menurut mereka cara pembayarannya juga tidak memberatkan karena pasien tidak ditarik uang muka. Selain itu bagi yang tidak mampu membayar sekaligus dapat dicicil setelah mereka pulang. Jika ditinjau dari klasifikasi keluarga pasien yang datang ini sebagian besar pekerjaannya adalah petani, pedagang dan supir, sehingga wajar faktor ekonomi menentukan dalam memilih tempat pengobatan. Dari hasil penelitian didapati bahwa biaya persalinan murah apabila menggunakan jasa bidan desa sebagai penolong persalinan. Narasi dibawah ini adalah pengungkapan oleh ibu-ibu yang menganggap bersalin dengan bidan desa dengan biaya murah : Universitas Sumatera Utara ”Saya dan keluarga memilih bersalin dengan buk Nu karena lebih murah, kalo yang laen mahal. Bersalin dengan buk Nu cuma Rp 300.000, jadi untuk biaya melahirkan dibantu orang tua. Kalo melahirkan sama yang lain paling sikit Rp 500.000 suami ngak mampu, orangtuapun ngak sanggup,” kata S.M. Hal hampir sama terjadi pada keluarga M. Hal ini tergambar dari narasi sebagai berikut: ”Saya dan ibu memilih buk A untuk melahirkan karena biaya persalinan tidak tinggi. Sekarang suami tinggal dirumah mertua. Uang untuk keluarga dan anak tidak dikirim. Karena ongkos melahirkan Rp 300.000 mamak masih sanggup”, kata M. Kondisi yang tidak jauh berbeda terjadi pada keluarga S.M. Hal ini dapat digambarkan dengan narasi sebagai berikut: ”Kalau berobat dengan buk Nu tidak ada uang juga mau diobati. Kalo bersalin dengan buk Nu ngutang dulu juga bisa dan lebih murah. Biaya melahirkan sama buk Nu Rp 300.000”, kata Ma. Saya melahirkan anak yang ke tujuh pada tanggal 22 desember 2008. Pendapatan keluarganya Rp 500.000 sehingga biaya persalinan ditanggung suami bersama orang tuanya. Biaya melahirkan sama buk Nu Rp 300.000. Jadi waktu melahirkan mamak bayar seratus ribu sisanya ngutang dulu, tunggu ada uang baru suami bayar sisanya.” Kata S.M. Hal ini juga mempengaruhi pemilihan bidan desa sebagai penolong persalinan ibu di Kecamatan Samudera Kabupaten Aceh Utara dengan biaya persalinan yang mahal jika ibu hamil harus melakukan persalinan di rumah sakit ataupun klinik, maka bidan desa menjadi pilihan alternatif bagi keluarga dan ibu untuk menolong persalinan. Biaya persalinan yang murah merupakan suatu alasan bagi ibu dan keluarga untuk memilih bidan desa sebagai penolong persalinan. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian Djaswadi, dkk 2000 menunjukkan bahwa mahalnya biaya persalinan dan alasan kenyamanan sebagian besar ibu hamil di Kabupaten Purworejo lebih memilih melahirkan di rumah dengan pertolongan dukun. Sebagai contoh saat ini biaya untuk kelahiran normal di kamar kelas tiga di rumah sakit swasta sekitar Rp. 390.000,00 sedangkan biaya untuk pelayanan gawat darurat sekitar 16 sampai 20 juta rupiah Marzolf, 2002: 36.

3. Akses Sosial atau Budaya a. Budaya