Metode Pendekatan Grafik Metode Pendekatan Statistik Uji Glejser

82 dependen nilai absolut Ut absUt. Jika probabilitas signifikan diatas tingkat kepercayaan 5 dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah pada heterokedastisitas. Beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah sebagai berikut :

a. Metode Pendekatan Grafik

Dasar analisis adalah tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas, sedangkan jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Gambar 4.3 : Scatter Plot Uji Heteroskedastisitas Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 2013 Pada Gambar 4.3 Normal P-P Plot terlihat titik-titi Grafik Scatter Plot terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi kepuasan kerja berdasarkan masukan variabel pekerjaan yang menantang, imbalan, kondisi kerja, dan rekan kerja. Regression Studentized Residual 3 2 1 -1 -2 -3 Re gres sio n S tan dard iz ed Pre dic ted Va lue 2 1 -1 -2 Scatterplot Dependent Variable: Y Universitas Sumatera Utara 83

b. Metode Pendekatan Statistik Uji Glejser

Tabel 4.11 Hasil Uji Glejser Heteroskedastisitas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta B Std. Error 1 Constant 2.750 3.946 .697 .492 X1 .000 .109 -.001 -.004 .996 X2 .022 .119 .038 .189 .851 X3 -.118 .102 -.224 -1.157 .258 X4 -.022 .144 -.031 -.156 .877 a Dependent Variable: absut Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 2013 Pada Tabel 4.11 terlihat variabel Independent Pekerjaan yang Menantang, Imbalan, Kondisi Kerja, dan Rekan Kerja yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependent absolute Ut AbsUt. Hal ini terlihat dari probabilitas X 1 , X 2 , X 3, dan X 4 0,996, 0.851, 0.258, dan 0,877 diatas tingkat kepercayaan 5 0,05, jadi disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas.

3. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Adanya multikolinieritas dapat dilihat dari tolerance value atau variance inflation factor Universitas Sumatera Utara 84 VIF . Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance adalah mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih dan tidak dijelaskan oleh variabel independen yang lain. Nilai Cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah apabila tolerance value 0,1 sedangkan VIF 5 maka terjadi multikolinieritas. Berikut ini disajikan cara mendeteksi multikolinieritas dengan menganalisis matrik korelasi antar variabel independen dan perhitungan nilai tolerance dan variance inflation factor VIF . Tabel 4.12 Hasil Uji Nilai Tolerance dan VIF Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant -5.565 6.877 -.809 .426 X1 .448 .190 .376 2.358 .026 .884 1.131 X2 .812 .207 .622 3.924 .001 .894 1.119 X3 .058 .177 .050 .329 .745 .971 1.029 X4 .038 .251 .024 .152 .880 .920 1.087 a Dependent Variable: Y Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 2013 Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa : 1. Nilai VIF dari Pekerjaan yang Menantang, Imbalan, Kondisi Kerja, dan Rekan Kerja lebih kecil atau dibawah 5 VIF5. Ini berarti tidak terkena multikolinieritas antara variabel independen dalam model regresi. 2. Nilai Tolerance dari Pekerjaan yang Menantang, Imbalan, Kondisi Kerja, dan Rekan Kerja lebih besar dari 0,1 ini berarti tidak terdapat multikolinieritas antara variabel independen dalam model regresi. Universitas Sumatera Utara 85

4.2.2.2 Analisis Regresi Linear Berganda

Digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan dan pengaruh variabel independen yang jumlahnya lebih dari dua X 1 , X 2 , X 3 , X 4 terhadap variabel dependen Y. Untuk memperoleh hasil yang lebih terarah, maka peneliti menggunakan bantuan program software SPSS statistic product and service solution dengan rumus: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + e Di mana: Y = Kepuasan Kerja a = Konstanta b 1 , b 2 , b 3 , b 4 = Koefisien Regresi Berganda X 1 = Pekerjaan yang Menantang X 2 = Imbalan X 3 = Kondisi Kerja X 4 = Rekan Kerja e = Standard error Berdasarkan pengujian menggunakan SPSS versi 15,0 for windows, maka hasil persamaan regresi linier berganda dapat dilihat pada Tabel 4.13 Universitas Sumatera Utara 86 Tabel 4.13 Hasil Regresi Linier Berganda Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta B Std. Error 1 Constant -5.565 6.877 -.809 .426 X1 .448 .190 .376 2.358 .026 X2 .812 .207 .622 3.924 .001 X3 .058 .177 .050 .329 .745 X4 .038 .251 .024 .152 .880 a Dependent Variable: Y Sumber: Hasil Penelitian, 2013 diolah Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui kolom kedua Unstandardized Coefficients bagian B diperoleh nilai b 1 variabel pekerjaan yang menantang sebesar 0.448, nilai b 2 variabel imbalan sebesar 0.812, nilai b 3 variabel kondisi kerja sebesar 0.058, nilai b 4 variabel rekan kerja sebesar 0.038 dan nilai konstanta a adalah -5.565, maka diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y = -5.565 + 0.448X 1 + 0.812X 2 + 0.058X 3 + 0.038 X 4 + e Berdasarkan persamaan diatas maka dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Interpretasi dari persamaan regresi berganda, yakni : a. Dengan mengasumsikan ketiadaan segala sesuatu pada variable-variabel independen, maka kepuasan kerja karyawan akan menurun sebesar 5.565. b. Jika terjadi penambahan atau kenaikan tingkat pekerjaan yang menantang sebesar 1 satuan, maka kepuasan kerja akan naik sebesar 0.448. Universitas Sumatera Utara 87 c. Jika terjadi penambahan atau kenaikan tingkat imbalan sebesar 1 satuan, maka kepuasan kerja akan naik sebesar 0.812. d. Jika terjadi penambahan atau kenaikan tingkat kondisi kerja sebesar 1 satuan, maka kepuasan kerja akan naik sebesar 0.058. e. Jika terjadi penambahan atau kenaikan tingkat rekan kerja sebesar 1 satuan, maka kepuasan kerja akan naik sebesar 0.038. 2. Pekerjaan yang menantang berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan dengan koefisien regresi sebesar 0.448 tanda + positif pada variabel pekerjaan yang menantang menunjukkan hubungan yang searah, artinya bila pekerjaan yang menantang ditingkatkan maka akan berpengaruh terhadap meningkatnya kepuasan kerja karyawan. 3. Imbalan berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja dengan koefisien regresi sebesar 0.812 tanda + positif pada variabel imbalan menunjukkan hubungan yang searah, artinya bila imbalan ditingkatkan maka akan berpengaruh terhadap meningkatnya kepuasan kerja karyawan. 4. Kondisi kerja berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja dengan koefisien regresi sebesar 0.058 tanda + positif pada variabel kondisi kerja menunjukkan hubungan yang searah, artinya bila kondisi kerja ditingkatkan maka akan berpengaruh terhadap meningkatnya kepuasan kerja karyawan. 5. Rekan kerja berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja dengan koefisien regresi sebesar 0.038 tanda + positif pada variabel rekan kerja menunjukkan hubungan Universitas Sumatera Utara 88 yang searah, artinya bila rekan kerja ditingkatkan maka akan berpengaruh terhadap meningkatnya kepuasan kerja karyawan.

4.3 Pengujian Hipotesis