Tenaga Kerja Berpendapatan Rendah di Kawasan Kebutuhan Tempat Tinggal Bagi Buruh Industri

39 antara lain menyebutkan tentang kelengkapan sarana dan prasarana penunjang teknis untuk pembangunan kawasan industri tersebut seperti kantor pengelola, bank, kantor pos, kantor pelayanan telekomunikasi, poliklinik, kantin, sarana ibadah, dan rumah penginapan sementara.

2.3.2 Jenis Industri Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja

Klasifikasi jenis industri dilakukan atas beberapa dasar, yaitu berdasarkan tempat bahan baku, besar kecil modal, jenis, pemilihan lokasi, produkstivitas perorangan, serta jumlah tenaga kerja www.organisasi.org diunduh tanggal 16 Juni 2008. Berdasarkan jumlah tenaga kerja, BPS mengklasifikasikan industri sebagai berikut: 1. Industri mikro, adalah industri dengan jumlah tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang 2. Industri kecil, adalah industri dengan jumlah tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang 3. Industri menengah, adalah industri dengan jumlah tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang 4. Industri besar, adalah industri dengan jumlah tenaga kerja berjumlah 100 orang atau lebih

2.3.3 Tenaga Kerja Berpendapatan Rendah di Kawasan

Industri Menurut Kuncoro 2007: 72, salah satu pertimbangan perusahaan dalam pemilihan lokasi industri adalah perbandingan antara biaya transportasi dan biaya input lokal. Bila biaya transportasi lebih tinggi dari input lokal, maka perusahaan akan 40 memilih dekat dengan lokasi bahan baku, namun bila biaya input lokal misal, biaya tenaga kerja lebih tinggi dari biaya transportasi, maka perusahaan memilih lokasi input lokal sehing- ga biaya input lokal yang tinggi dapat dihindari. Atas dasar hal tersebut, maka pada industri yang bersifat padat karya, lokasi industri cenderung untuk mendekati lokasi modal tenaga kerja guna mandapatkan tenaga kerja yang murah. Besarnya upah yang dibayarkan oleh Perusahaan kepada buruh adalah minimal setiap bulannya sama dengan Upah Minimum Regional yang berlaku di wilayah tersebut.

2.3.4 Kebutuhan Tempat Tinggal Bagi Buruh Industri

Penentuan prioritas tentang tempat tinggal bagi seseorang yang berpenghasilan rendah, termasuk buruh industri, cenderung didasarkan pada prioritas utama yaitu lokasi tempat tinggal yang berdekatan dengan lokasi kerja dengan alasan penghematan biaya transportasi yang sekarang ini semakin melambung seiring tingginya harga BBM. Aspek lokasi akan mempunyai implikasi ekonomi karena keterkaitannya dengan tempat kerja dan fasilitas sosial. Jarak yang jauh dengan tempat kerja dan fasilitas sosial berarti akan menambah persentase pengeluaran ongkos transportasi dibandingkan seluruh pengeluaran rutin keluarga Budihardjo, 1997: 121. Lebih lanjut Sastra dan Marlina 2006: 132 menyata- kan bahwa lokasi perumahan sebaiknya dipilih di daerah yang memberikan akses yang mudah bagi orang yang bermukim 41 maksimal 30 menit dengan menggunakan alat transportasi umum untuk menuju tempat kerja. Turner dalam Panudju 1999: 9 menyatakan bahwa ter- dapat keterkaitan antara kondisi ekonomi seseorang dengan skala prioritas kebutuhan hidup dan prioritas kebutuhan perumahan seperti terlihat pada Gambar 2.1. Sumber : Turner dalam Panudju, 1999 GAMBAR 2.1 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEBUTUHAN TEMPAT TINGGAL DAN TINGKAT PENDAPATAN Seiring dengan meningkatnya pendapatan, prioritas kebutuhan tempat tinggal akan berubah pula. Status kepemilikan rumah menjadi prioritas utama, karena seseorang ingin mendapatkan kejelasan tentang status kepemilikan rumah. Hal ini memberikan keyakinan bahwa dia tidak akan digusur sehingga Mutlak Penting Biasa Tidak Penting Tidak Harus Sangat Rendah Rendah Menengah Rendah Menengah Tinggi TINGKAT PENDAPATAN TINGKAT KEBUTUHAN TEMPAT Standar Fisik Hunian Kepemilikan Jarak Dengan Tempat Bekerja 42 dapat bekerja dengan tenang untuk menaikkan pendapatannya. Pada tahap ini, prioritas kedekatan lokasi tempat tinggal dengan lokasi kerja menjadi prioritas kedua dan standar fisik hunian tetap menjadi prioritas terakhir Turner, 1972:166.

2.4 Tinjauan Penyediaan Tempat Tinggal Bagi Buruh