70 zat warna alam. Prosedur yang dijelaskan dalam video pembelajaran ini ada
tiga tahap yaitu mordanting, ekstraksi, dan fiksasi. Kesimpulan pada video pembelajaran ini adalah materi tidak disajikan dalam bentuk finalnya.
c. Media presentasi atau Slide Menurut Muhammad Asri Amin 2013: 154-161,
slide adalah istilah yang dipakai untuk materi presentasi. Tulisan dan gambar pada
slide dapat dilihat dengan memasukannya ke dalam komputer dengan menggunakan
program perangkat lunak, biasanya power point. Selanjutnya komputer
dihubungkan dengan proyektor slide in focus. Slide dapat dipakai pada
kelompok kecil sampai 30 orang atau kelompok besar 50-100 orang, untuk melayani hal-hal sebagai berikut: 1 memperlihatkan beragam variasi
yang luas dari suatu karakter atau masalah; 2 memperlihatkan susunan atau proses yang sulit terpantau oleh mata; 3 untuk membandingkan dan
membedakan; 4 membawa suasana luar ke dalam kelas; dan 5 untuk mengukur pemahaman siswa terhadap sebuah masalah.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang efektivitas model discovery learning ini mempunyai
acauan ataupun referensi dari penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, judul penelitian tersebut adalah:
1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatma Dewi 2015 yang berjudul “Efektivitas Metode Discovery Learning untuk Peningkatan Kompetensi
Belajar Analisis Karakteristik Komponen Elektronika Siswa Kelas X SMK Negeri 2 Wonosari”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
quasi experiment dengan pretest-posttest non equivalent control group
71 design. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1 metode
discovery learning lebih efektif untuk meningkatkan kompetensi peserta didik. Hasil
pretest dan posttest pada kelas kontrol terdapat peningkatan sebesar 16,13 sedangkan pada kelas eksperimen terdapat peningkatan
sebesar 26,69. Uji N-Gain juga menunjukan bahwa kelas eksperimen
pada kategori sedang dan kelas kontrol pada kategori rendah; 2 terdapat perbedaan yang signifikan pencapaian kompetensi belajar antara
yang menggunakan metode discovery learning dengan pembelajaran konvensional. Hasil uji
Independent-Samples t-Test aspek kognitif diperoleh nilai t
hitung
= 5,96 dan p=0,00; aspek afektif dengan nilai t
hitung
= 2,33 dan p=0,02 sedangkan aspek psikomotor dengan t
hitung
= 2,90 dan p=0,01. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode
discovery learning lebih efektif untuk meningkatkan kompetensi belajar analisis karakteristik
komponen elektronika siswa kelas X SMK Negeri 2 Wonosari”. 2. Penelitian yang relevan dilakukan oleh Yulia Rahmalia 2014 yang
berjudul “Efektivitas Model Discovery Learning untuk Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas X Pada Kompetensi Dasar Analisis Rangkaian
Kemagnetan di SMK 1 Pundong”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
quasi experiment dengan pretest-posttest non equivalent control group design. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
terdapat perbedaan hasil belajar ditinjau dari ranah afektif dan ranah kognitif antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan nilai t
hitung
t
tabel
yaitu 5,8872,000 nilai signifikansi 0,000 pada ranah kognitif dan 2,2112,000 dengan nilai signifikansi 0,031 pada ranah afektif, sehingga
72 hipotesis nol H
ditolak dan hipotesis alternatif H
a
diterima, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
discovery learning pada kelas eksperimen lebih efektif meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan
pembelajaran pada kelas kontrol. 3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Laras Dwi Anggraeny 2014 yang
berjudul “Peningkatan Kompetensi Membuat Pola Kebaya Modifikasi dengan Metode
Discovery Learning Siswa kelas XI Busana Butik SMK Negeri 1 Wonosari” menunjukan bahwa pembelajaran membuat pola
kebaya modifikasi melalui metode discovery learning dapat meningkatkan
kompetensi siswa kelas XI busana butik SMK Negeri 1 Wonosari ditandai dengan adanya peningkatan persentase kategori nilai baik 76 pada
siklus I dan pada siklus II juga mencapai kategori nilai baik 84, sehingga tingkat pelaksanaan penggunaan metode
discovery learning dikategorikan baik. Kompetensi siswa mengalami peningkatan yaitu nilai
kompetensi pra siklus 73,1 pada siklus I menjadi 75,8 dan pada siklus II sebesar 79,2. Siswa yang mencapai KKM pada pra siklus sebanyak 15
siswa atau 46, pada siklus I meningkat menjadi 27 siswa 84 dan pada siklus II menjadi 100 atau 32 siswa. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa penerapan metode discovery learning dapat meningkatkan
kompetensi membuat pola kebaya modifikasi siswa kelas XI busana butik SMK Negeri 1 Wonosari.
73 Tabel 7. Perbandingan Keaslian Penelitian dengan Penelitian yang Relevan
Penelitian Uraian
Laras Dwi Anggraeny
2014 Yulia
Rahmalia 2014
Fatma Dewi
2015 Bidang yang
diteliti Membuat Pola Kebaya
Modifikasi √
Analisis rangkaian kemagnetan √
Analisis karakteristik komponen elektronika
√ Tujuan penelitian
Peningkatan kompetensi √
Peningkatan hasil belajar √
Peningkatan kompetensi belajar
√ Metode
Pembelajaran Metode
discovery learning √
√ √
Kelompok yang diteliti
SMK Siswa √
√ √
Metode Penelitian Quasi experiment
√ √
PTK √
Berdasarkan kajian tentang penelitian yang relevan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa model
discovery learning dapat mempengaruhi hasil belajar, prestasi belajar serta pencapaian kompetensi peserta didik.
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah penerapan model
discovery learning pada materi yang diklasifikasikan pada tabel diatas sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa secara signifikan, namun dilihat
dari penelitian terdahulu model pembelajaran discovery learning belum
pernah diterapkan pada mata pelajaran tekstil. Setelah mengkaji hal tersebut diatas, maka peneliti ingin
membuktikan bahwa model discovery learning dapat mempengaruhi
pencapaian kompetensi siswa pada mata pelajaran tekstil khususnya kompetensi penyempurnaan bahan tekstil. Kedudukan penelitian yang sama
dengan penelitian sebelumnya yaitu pada variabel penelitian dan perbedaannnya pada subjek dan objek penelitian. Subjek dalam penelitian ini
adalah peserta didik SMK Negeri 4 Yogyakarta dan objek penelitiannya adalah pencapaian kompetensi penyempurnaan bahan tekstil.
74
C. Kerangka Pikir