Landasan Teori KAJIAN PUSTAKA
3 Kebutuhan
Kebutuhan sesaat maupun kebutuhan menetap pada diri seseorang akan memberikan pengaruh terhadap persepsi orang tersebut. Perbedaan
kebutuhan juga dapat meberikan pengaruh yang berbeda terhadap persepsi. 4
Sistem Nilai Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat juga berpengaruh pula
terhadap persepsi. 5
Ciri Kepribadian Pola kepribadian yang dimiliki oleh individu dapat menghasilkan persepsi
yang berbeda pula. d.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Persepsi yang terjadi pada diri seseorang tidak terjadi begitu saja atau
tidak terjadi secara kebetulan, ada beberapa faktor yang menjadi pengaruh munculnya persepsi. Faktor-faktor tersebut menyebabkan orang dapat
mempunyai interprestasi yang berbeda-beda mengenai suatu stimulus yang sama. Menurut Robbins dalam Komang, Ni wayan, dan Agung, 2008:20 ada
tiga faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu: 1
Pelaku persepsi Suatu persepsi akan ditafsirkan seperti apa dan bagaimana tergantung dari
karakteristik individu yang menafsirkannya. 2
Target persepsi Karakteristik-karakteristik dari target yang diamati dapat mempengaruhi
persepsi orang-orang yang berada disekitar target.
3 Situasi
Unsur-unsur dalam lingkungan sekitar sepeti waktu, suasana tempat kerja, dan juga keadaan sosial seseorang dapat mempengaruhi persepsinya.
Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana saja persepsi tersebut timbul dan perlu mendapat perhatian.
3. Keadilan
Keadilan merupakan suatu unsur penting dalam lingkungan manapun, karena keadilan dapat memberikan kontribusi positif atau negatif bagi pihak-pihak yang
mengalami, melihat, atau bahkan hanya mendengarkan. Keadilan sudah lama menjadi pokok pembicaraan serius oleh berbagai elemen masyarakat, jadi tentunya
bukan sesuatu yang asing lagi bagi kita semua. a.
Pengertian Keadilan
Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah antara kedua ujung ekstrem yang terlalu
banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem ini menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah
ditetapkan, maka masing-masing orang harus memperoleh benda atau hasil yang sama. Namun apabila kedua orang tidak memiliki kesamaan sesuai dengan ukuran
yang telah ditetapkan maka masing-masing orang akan menerima bagian yang tidak sama. Pelangggaran terhadap proporsi yang telah ditetapkan tersebut disebut
ketidak adilan.
Secara umum keadilan digambarkan sebagai situasi sosial ketika norma- norma tentang hak dan kelayakan dipenuhi. Menurut Siagian 1989: 175 keadilan
merupakan sesuatu yang dirasakan oleh setiap individu melalui proses persepsi, bila hal yang terjadi pada diri seseorang menimbulkan kerugian maka ia akan
mengatakan bahwa telah terjadi ketidak adilan, namun bila seseorang mengalami keuntungan akan sesuatu hal maka orang tersebut akan mengatakan bahwa ia
mengalami keadilan. Berdasarkan pada definisi yang dikemukankan, terlihat bahwa keadilan
merupakan sesuatu yang berkaitan dengan pikiran seseorang akan output yang
diberikan dan input yang diperolehnya.
b. Unsur Keadilan Non finansial
Keadilan non finansial merupakan bentuk keadilan dimana terjadi kesamaan antara apa yang diberikan oleh pegawai dengan apa yang didapatkan
oleh pegawai dari hasil kerja mereka. Dalam keadilan non finansial, hasil atau apa yang diterima oleh pegawai tidak berupa barang atau benda dan atau uang,
melainkan berbagai macam perlakuan yang dialami dalam lingkungan kerja. Unsur tersebut berkaitan dengan keadilan non finansial, yang berkaitan dengan
beberapa hal, yaitu: 1
Komunikasi Komunikasi merupakan proses transfer pemahaman understanding sesuatu
yang berarti meaningful Dian Wijayanto, 2012: 159. Komunikasi juga merupakan bentuk interaksi antara individu yang satu dengan yang lain atau
individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Komunikasi merupakan cara paling efektif dalam menyelesaikan berbagai masalah yang
terjadi dalam organisasi dan tanpa komunikasi organisasi tidak dapat
mempertahankan keberadaannya. Bentuk komunikasi ini dapat berupa komunikasi verbal maupun non verbal dan komunikasi formal maupun
informal.
Gambar 1. Proses Komunikasi Sumber: Robbins S. P dalam Dian Wijayanto 2012: 160
Komunikasi dalam suatu organisasi merupakan hal yang sangat penting, sehingga organisasi tersebut dapat bekerja semaksimal mungkin karena
mendapat masukan atau pendapat dan disana terjadi musyawarah antar individu dalam organisasi sehingga mengasilkan keputusan yang adil.
Komunikasi dalam organisasi dapat terjadi dari berbagai arah menurut Wayne dan Don 2006: 184-190, namun yang berkaitan dengan penelitian
ini yaitu: Komunikasi ke atas, dalam organisasi komunikasi ini berarti bahwa
informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih
Source Enconding
Channel Decoding
Receiver Message
Message Message
Message
Feedback
tinggi. Bentuk informasi komunikasi yang biasanya terjadi pada aliran komunikasi ke atas:
1 Menjelaskan persoalan-persoalan kerja yang belum dipecahkan
bawahan yang mungkin memerlukan beberapa bantuan. 2
Memberikan saran atau gagasan yang bertujuan untuk perbaikan dalam unit-unit mereka atau dalam organisasi sebagai suatu
keseluruhan. 3
Mengungkapkan bagaimana pikiran dan perasaan yang dirasakan bawahan tentang pekerjaan mereka, rekan kerja mereka, dan
organisasi. 2
Tugas Seorang pegawai terkadang menginginkan tugas yang besar untuk menguji
dirinya atas apa yang ia kerjakan. Tugas yang memiliki resiko besar membuat pegawai merasa memiliki arti penting dalam organisasinya dan
memberikan rasa percaya dalam dirinya bahwa ia dapat melakukannya dan keinginan untuk membuktikan bahwa sebagai pegawai ia dapat diandalkan.
3 Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatu ekspektasi positif bahwa orang lain tidak akan bertindak secara oportunistik, baik dalam pernyataan, tindakan atau
keputusan. Oportunis yang dipersepsikan dalam hal ini adalah sesuatu yang bersifat negatif Robbins dan Judge, 2008: 97. Kepercayaan dari atasan
akan membuat pegawai memiliki keinginan dan semangat yang tinggi dalam mengerjakan pekerjaannya dan merasa dihargai sebagai seorang bawahan
serta tidak merasa diremehkan sebagai seorang bawahan. Kepercayaan juga dapat membuat pegawai lebih menghargai atasannya serta lebih berani
berinovasi dalam organisasinya. Kepercayaan yang sangat kuat di dalam mengembangkan suatu organisasi.
Orang-orang dalam organisasi tidak akan berbuat yang terbaik jika mereka tidak percaya bahwa mereka diperlakukan adil, bahwa tidak ada kronisme
dan setiap orang memiliki sasaran yang nyata. Ketika kita melihat orang lain bertindak dengan cara-cara yang menyatakan bahwa mereka mempercayai
kita, maka kita menjadi lebih cenderung ingin bertimbal-balik dengan lebih mempercayai mereka. Kreitner dan kinicki, 2005: 119
4 PeluangKesempatan
PeluangKesempatan dalam bekerja merupakan hal yang ingin diperoleh setiap pegawai. Setiap pegawai berharap memperoleh peluangkesempatan
yang sama dalam organisasi. Peluangkesempatan yang sama bagi setiap pegawai memberikan angapan bahwa setiap pegawai mendapatkan bagian
dalam hal pembuktian dirinya serta rasa diperlakukan secara adil dalam organisasi. Arep dan Tanjung, 2003: 34-46
c. Keadilan dalam Organisasi
Robbins dan Judge 2008: 249-251 mendefinisikan keadilan organisasi sabagai keseluruhan persepsi tentang apa yang adil di tempat kerja. Dalam
lingkungan kerja, sterdapat 3 tiga tipe keadilan yang populer dilingkungan kerja dan berkaitan erat dengan sikap dan perilaku pimpinan kepada para
pegawainya berkaitan dengan berbagai hal mengenai keadilan, yaitu keadilan distributif, keadilan prosedural dan keadilan interaksional.
1 Keadilan distributif merupakan keadilan yang diterima seseorang sebagai
hasil dari keputusan alokasi, misalnya standar gaji. 2
Keadilan prosedural berkaitan dengan prosedur-prosedur yang digunakan organisasi untuk mendistribusikan hasil-hasil dan sumber daya-sumber daya
yang terdapat dalam organisasi tersebut kepada para anggotanya. 3
Keadilan interaksional merupakan perlakuan interaksional pembuat keputusan terhadap bawahan atau pegawai ketika mengimplementasikan
prosedur pembagian sumber daya yang ada. Berdasarkan pada keadilan organisasi yang dibagi menjadi 3 tiga tipe
keadilan, terlihat bahwa semua tipe keadilan tersebut berkaitan dengan bagaimana pendistribusian atau pembagian sumberdaya dilakukan secara
merata. Namun menurut penulis seharusnya didalam suatu organisasi harus diberikan tambahan 1 satu tipe keadilan lagi, yaitu:
Keadilan komutatif merupakan keadilan yang berhubungan dengan persamaan yang diterima oleh setiap orang tanpa melihat jasa orang
tersebut. Keadilan ini sering disebut dengan keadilan hak asasi, suatu keadilan yang secara alami dimiliki manusia, yang sangat ditekankan pada
keadilan komutatif adalah kebebasan seseorang dalam berpendapat tanpa melihat berbagai kekurangan atau kelebihan yang dimiliki seseorang yang
memberikan pendapat.
4. Motivasi
Motivasi merupakan dorongan atau gerakan yang berasal dari diri seseorang untuk melakukan sesuatu yang diperintahkan ataupun yang diinginkan guna
mencapai tujan yang telah ditentukan. Argumen ini didukung dengan pernyataan Chung dan Megginson dalam Gomes, 1995: 177-178, motivasi dirumuskan sebagai
perilaku yang ditunjukan pada sasaran. Motivasi berkaitan dengan tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam mengejar suatu tujuan.
a. Pengertian Motivasi Kerja
Beberapa definisi motivasi kerja yang dikemukakan oleh para ahli adalah sebagai berikut :
1 Motivasi kerja menurut Robbins dan Counter 2007: 129 merupakan
kesediaan melaksanakan usaha tingkat tinggi untuk mencapai sasaran organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan usaha tersebut untuk
memenuhi kebutuhan individual tertentu. 2
Gibson, Ivancevich, Donnelly dan Konopaske 2006: 132 mengemukakan bahwa,
“motivation is the forces acting on an employee that initiate and direct behavior”.
3 Menurut Kreitner dan Kinicki dalam Suwatno dan Donni 2011: 171,
motivasi kerja merupakan kumpulan proses psikologis yang menyebabkan pergerakan, arahan, dan kegigihan dari sikap sukarela yang mengarah pada
tujuan organisasi. 4
Berelson dan Steiner dalam Sastrohadiwiryo, 2001: 267 mengatakan bahwa motivasi kerja keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang
memberikan energi, mendorong kegiatan atau menggerakkan dan mengarah atau menyalurkan perilaku kearah mencapai kebutuhan yang memberikan
kepuasan atau mengurangi ketidak seimbangan. Definisi yang telah dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa motivasi
kerja daya gerak dan kesediaan yang dimiliki seseorang dalam organisasi baik dipengaruhi oleh kesadaran sendiri maupun orang lain bahkan lingkungan kerja
yang kemudian mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi. b.
Unsur Motivasi Kerja Seorang pegawai yang termotivasi dapat diketahui dari berbagai hal yang
dilakukannya baik berupa caranya beradaptasi dengan orang lain maupun caranya beradaptasi dengan pekerjaannya sendiri. Unsur-unsur yang
membuktikan bahwa seorang pegawai memiliki motivasi kerja di dalam organisasi adalah sebagai berikut:
1 Sikap
Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan sesuatu. Menurut Robbins dalam Ardana, Mujiati, dan Sriatri, 2008: 21-22 :
Sikap merupakan pernyataan evaluatif baik yang menguntungkan atau tidak tentang obyek, orang atau peristiwa.
Berkaitan dengan sikap terdapap 3 tipikal sikap, yaitu : a
Kepuasan kerja, seseorang yang mempunyai tingkat kepuasan kerja yang tinggi akan cenderung menungjukkan sikap positif terhadap
pekerjaannya dan seseorang yang mempunyai tingkat kepuasan kerja
yang rendah akan cenderung menungjukkan sikap negatif terhadap pekerjaannya.
b Keterlibatan kerja, sampai sejauh mana seseorang memihak pada
pekerjaannya, berpartisipasi aktif di dalamnya serta menganggap kinerjanya penting bagi organisasi.
c Komitmen pada organisasi, sampai tingkat mana seorang pegawai
memihak pada organisasinya, dan bertekad setia di dalamnya. 2
Perilaku Behavior Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan kata lain, perilaku
kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan spesifik tersebut tidak selalu diketahui secara sadar oleh
individu yang bersangkutan J Winardi, 2004: 371. Pernyataa di atas juga dikemukakan oleh Siswanto 2005: 120 serta menambahkan bahwa unit
dasar atau sesutu yang menungjukkan sebuah perilaku dapat dilihat dari aktivitas.
3 Intensitas Intensity
Pegawai yang selalu merasa tertantang serta berusaha keras dengan pekerjaan yang diberikan dan tidak bersungut-sungut atau bahkan tidak
menawarkan pekerjaannya atau tidak membebankan pekerjaannya kepada karyawan lain untuk mengerjaan pekerjaan tersebut merupakan karyawan
yang memiliki motivasi kerja. Wijayanto, 2012: 147
4 Disiplin Discipline
Mengenai unsur disiplin maka ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian kita. Pegawai yang selalu menghadiri upacara, mengerjakan tugas
tepat pada waktu yang telah ditentukan dan tidak pernah terlambat bahkan tidak pernah meninggalkan tempat kerjanya dalam keadaan apapun dan
tanpa alasan yang tidak jelas maka sudah pasti pegawai tersebut memiliki motivasi kerja. Disiplin menurut Heidjrachman dan Husnam dalam
Sinambela, 2012: 238 merupakan kepatuhan seorang pegawai terhadap perintah dan berinisiatif untuk melakukan suatu tindakan yang diperlukan
guna memajukan organisasinya walaupun tidak ada perintah dari atasan. c.
Manfaat Motivasi Kerja Manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan gairah kerja, sehingga
produktivitas kerja meningkat. Sedangkan manfaat bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat diselesaikan dengan efektif dan efisien.
Artinya pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang benar dalam skala waktu dan sumberdaya yang sudah ditentukan, sesuatu yang dikerjakan apabila disertai
dengan motivasi yang mendorongnya akan membuat orang tersebut senang mengerjakan tugasnya. Hal ini akan menimbulkan rasa dihargai, dihormati, dan
pekerja memiliki rasa percaya diri karena bisa melakukan berbagai hal yang dapat membuat organisasinya dibanggakan masyarakat dan terutama dirinya
juga menjadi kebanggaan organisasi. Serta pekerjaan itu betul-betul menjadi berharga bagi orang lain dan mungkin termotivasi karenanya.
Gambar 2. Ciri-ciri Orang yang Termotivasi Sumber : Ishak Arep dan Hendri Tanjung 2003, Manajemen Motivasi.
Pegawai yang termotivasi akan memiliki berbagai unsur yang menandakan bahwa pegawai tersebut memiliki motivasi dalam bekerja di organisasi
tempatnya bernaung, unsur-unsur bahwa pegawai tersebut termotivasi terlihat pada gambar di atas.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja
Samsudin 2006: 175-176, mengungkapkan bahwa terdapat 2 hal yang mempengaruhi motivasi, yaitu:
1 Motivasi Intrinsik
Motivasi Intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau dapat berfungsi tanpa perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu
sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Faktor individu yang biasanya menjadi penyebab atau mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu adalah:
Orang yang Termotivasi
Bekerja sesuai Standar Senang bekerja
Merasa bahagia Bekerja keras
Sedikit pengawasan Semangat juang tinggi
a Minat, seseorang akan merasa terdorong untuk melakukan sesuatu
kegiatan kalau kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang sesuai dengan minatnya.
b Sikap positif, seseorang yang mempunyai sifat positif terhadap suatu
kegiatan dengan rela ikut dalam kegiatan tersebut, dan akan berusaha sebisa mungkin menyelesaikan kegiatan yang dihadapinya dengan
sebaik-baiknya atau bahkan mencapai tingkat maksimum dengan berbagai usaha.
c Kebutuhan, setiap orang mempunyai kebutuhan tertentu dan akan
berusaha melakukan kegiatan apapun asal kegiatan tersebut bisa memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya.
2 Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah motif-motif yang akan dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Faktor yang biasanya mendorong
motivasi ini yaitu: a
Motivator, yang terdiri dari prestasi kerja, pengharapan, tanggung jawab yang diberikan, kesempatan untuk mengembangkan diri dan
pekerjaan itu sendiri. b
Faktor kesehatan kerja, merupakan kebijakan dan administrasi perusahaan yang baik, supervisi teknisi yang memadai, gaji yang
memuaskan, kondisi kerja yang baik dan keselamatan kerja.
5. Kinerja
Kinerja pada dasarnya merupakan tindakan seseorang terhadap pekerjaan atau tanggung jawab yang diberikan organisasi kepadanya.
a. Pengertian Kinerja
Robbins dalam Sinambela, 2012: 5 mengungkapkan bahwa: Kinerja adalah hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan individu
dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan bersama. Pendapat didukung oleh Prawirosentono dalam Sinambela, 2012: 5, yang
menyatakan bahwa: Kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau kelompok
orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang telah dilakukan pegawai berdasarkan pemberian tugas atau tanggungjawab sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan oleh organisasinya. b.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai dikemukankan oleh
para ahli, yaitu : Menurut Mitchell dalam Sinambela, 2012: 9, faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja seorang anggota organisasi adalah :
a Faktor kemampuan, secara umum terbagi menjadi 2 yaitu kemampuan
potensi IQ dan kemampuan reality skill. b
Faktor motivasi, motivasi terbentuk dari sikap pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi seharusnya sudah terbentuk dari
awal, bukan karena keterpaksaan, kebetulan ataupun desakan. c.
Metode Penilaian Kinerja Penilaian kinerja adalah salah satu tugas penting untuk dilakukan oleh
seorang manajer atau pimpinan. Namun ini bukan hal mudah, karena banyak unsur yang harus dipertimbangkan dan penggunaan metode dalam penilaianpun
harus sesuai. Pada lingkungan pemerintahan atau pegawai negeri sipil, Gouzali 2000:
484-490 mengemukakan bahwa bentuk penilaian kinerja selama ini menggunakan DP3 Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan yang di dalamnya
terdapat 8 delapan unsur penilaian, yaitu: 1
Kesetiaan, yang dimaksud dengan kesetiaan dalam DP3 adalah kesetiaan pada Pancasini, UUD 1945, Negara dan Pemerintah. Kesetiaan seorang
pegawai dapat terlihat pada ciri-ciri antara lain: a
Tidak pernah meragukan kebenaran Pancasila, baik dalam ucapan, sikap, dan tingkah laku.
b Menjunjung tinggi kehormatan Negara dan Pemerintah, serta senantiasa
mengutamakan kepentingan umum.
c Berusaha memperdalam pengetahuan tentang Pancasila, UUD
Undang-Undang Dasar 1945, GBHN Garis-garis Besar Haluan Negara, dan program-program pemerintah.
d Tidak pernah menjadi simpatisan atau anggota perkumpulan atau tidak
pernah terlibat dalam gerakan yang bertujuan mengubah dan atau menentang Pancasila, UUD 1945, dan bentuk Negara Kesatuan RI.
e Tidak pernah mengeluarkan ucapan, membuat tulisan atau melakukan
tindakan-tindakan yang dapat dinilai bertujuan mengubah dan atau menentang Pancasila, UUD 1945, Negara, Dan Pemerintah.
2 Prestasi Kerja, ini merupakan hasil pelaksanaan pekerjaan yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Prestasi kerja seorang karyawan ini dipengaruhi oleh kecakapan,
keterampilan, pengalaman, kesungguhan, dan lingkungan kerja sendiri. Ciri- ciri prestasi kerja yang dituntut oleh DP3 antara lain:
a Menguasai seluk beluk bidang tugas dan bidang-bidang lain yang
terkait. b
Mempunyai keterampilan yang amat baik dalam melaksanakan tugas. c
Mempunyai pengalaman yang luas dalam bidang tugas dan bidang lain yang terkait.
d Bersungguh-sungguh dan tidak mengenal waktu dalam melaksanakan
tugas. e
Mempunyai kesegaran jasmani dan rohani yang baik. f
Melaksanakan tugas secara berdaya guna dan berhasil guna.
g Hasil pekerjaan melebihi dari yang dituntut pemimpin.
3 Tanggung jawab, ini merupakan kesanggupan seorang pegawai dalam
menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan baik, tepat waktu serta berani mengambil resiko untuk keputusan yang dibuat atau
tindakan yang dilakukan. Suatu tanggung jawab dalam melaksanakan tugas akan terlihat pada ciri-ciri antara lain:
a Dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu.
b Berada di tempat tugas dalam segala keadaan yang bagaimanapun.
c Mengutamakan kepentingan dinas dari kepentingan diri dan golongan.
d Tidak pernah berusaha melemparkan kesalahan yang dibuatnya kepada
orang lain. e
Berani memikul resiko dari keputusan yang dibuatnya. f
Selalu menyimpan dan atau memelihara barang-barang dinas yang dipercayakan kepadanya dengan sebaik-baiknya.
4 Ketaatan, hal ini merupakan kesanggupan seorang pegawai untuk menaati
segala peraturan kedinasan yang berlaku, dan menaati perintah dinas yang diberikan atasan yang berwenang, serta sanggup tidak melanggar larangan
yang ditentukan. Ciri-ciri suatu ketaatan yang dituntut DP3 terlihat antara lain:
a Menaati segala peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang
berlaku. b
Menaati perintah kedinasan yang diberikan atasan yang berwenang dengan baik.
c Selalu menaati jam kerja yang sudah ditentukan.
d Selalu memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik-
baiknya. 5
Kejujuran, ini merupakan sikap mental yang keluar dari dalam diri manusia sendiri. Ia merupakan ketulusan hati dalam melaksanakan tugas, dan mampu
untuk tidak menyalahgunakan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Ciri-ciri pegawai yang disebut mempunyai kejujuran
dalam DP3 terlihat pada: a
Selalu melaksanakan tugasnya dengan penuh keikhlasan tanpa merasa dipaksa.
b Tidak pernah menyalahgunakan wewenang yang ada padanya.
c Melaporkan hasil pekerjaan kepada atasan menurut apa adanya.
6 Kerja sama, hal ini merupakan kemampuan mental seorang pegawai untuk
dapat bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan tugas- tugas yang telah ditentukan. Ciri-ciri kerja sama yang dituntut DP3 antara
lain: a
Berusaha mengetahui bidang tugas orang lain yang berkaitan erat dengan bidang tugasnya sendiri.
b Dapat menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat orang lain dengan
cepat, karena ia yakin bahwa pendapat orang lain itu yang benar. c
Selalu menghargai pendapat orang lain, dan tidak mendesakkan pendapatnya sendiri.
d Bersedia mempertimbangkan dan menerima pendapat orang lain.
e Mampu bekerja bersama-sama dengan orang lain menurut waktu dan
bidang tugas yang ditetapkan. f
Bersedia menerima keputusan yang diambil secara sah walaupun ia berbeda pendapat.
7 Prakarsa, hal ini merupakan kemampuan seorang pegawai untuk mengambil
keputusan, langkah-langkah, serta melaksanakannya, sesuai dengan tindakan yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas pokok, tanpa menunggu
perintah atasan. Ciri-ciri bahwa seorang pegawai mempunyai prakarsa terlihat dari:
a Mempunyai kemauan keras untuk melaksanakan tugas tanpa menunggu
perintah. b
Selalu berusaha mencari tata kerja yang berdaya guna dan berhasil guna.
c Berusaha memberi saran yang baik kepada atasan untuk melakukan
pelaksanaan tugas. 8
Kepemimpinan, merupakan kemampuan seorang pegawai untuk mempengaruhi dan meyakinkan orang lain, sehingga orang-orang tersebut
dapat digerakkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas-tugas yang ada. Ciri-ciri bahwa seorang pegawai itu mempunyai kepemimpinan terlihat
dari: a
Kemampuan mengambil keputusan yang cepat dan tepat. b
Kemampuan menentukan prioritas kerja yang tepat
c Kemampuan untuk mengemukakan pendapat yang jelas kepada orang
lain. d
Menguasai bidang tugasnya dengan baik dan mampu memberi ketauladanan dengan baik kepada bawahan.
e Berusaha memupuk dan mengembangkan kerjasama dengan baik.
f Mampu melatih dan mengembangkan bawahan dengan baik.
g Dapat menggugah semangat dan menggerakkan bawahan dalam
melaksanakan pekerjaan. h
Bersedia mempertimbangkan saran-saran bawahan dan memperhatikan nasib serta mendukung bawahan untuk maju.
Penilaian kinerja pada Pegawai Negeri Sipil dilakukan secara periodik dan dilakukan oleh atasan yang berada didinas terkait atau pimpinan setempat
dimana karyawan tersebut bekerja. Tujuannya adalah untuk mengetahui keberhasilan atau ketidak berhasil seorang Pegawai Negeri Sipil, dan untuk
mengetahui kekurangan-kekurangan dan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh Pegawai Negeri Sipil tersebut dalam melaksanakan tugasnya. Kemudian hasil
penilaian kinerja ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembinaan Pegawai Negeri Sipil, antara lain kenaikan pangkat, pengangkatan jabatan,
pendidikan, pelatihan, dan pemberian penghargaan. Penilaian kinerja Pegawai Negeri Sipil dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun
1979 tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil.
d. Tujuan dan Manfaat penilaian kinerja
Berdasarkan pada penilaian kinerja yang dilakukan dengan DP3 Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan, maka tujuan atau manfaat dari penilaian
kinerja tersebut terdiri dari: 1
Sebagai sumber data bagi administrasi kepegawaian seperti perencanaan kepegawaian serta kegiatan pengembangan jangka panjang bagi organisasi
yang bersangkutan. 2
Untuk memberikan konseling kepada pegawai. 3
Memberikan umpan balik yang dapat mendorong kearah kemajuan untuk memungkinkan, memperbaiki dan meningkatkan kualitas kerja pegawai.