44 memanfaatkanmenggunakan data dan fakta psikologis maupun sosiologis dari
komunikan yang hendak dipengaruhi. Persuasi bukan sekedar menampilkan bukti bahwa suatu pendapat sudah diterima komunikan, tetapi persuasi harus mampu
menyatukan suasana sosiologis, psikologis antar komunikator dengan komunikan. Ini berarti bahwa seluruh proses komunikasi yang disertai dengan tindakan persuasif
senantiasa diarahkan untuk mengubah cara berpikir, pandangan dan wawasan, perasaan, sikap dan tindakan komunikan.
II.5. Komunikasi Persuasif
Komunikasi persuasif merupakan salah satu metode komunikator dalam menyampaikan pesan, Winston Brembeck dan William Howell Malik, 1994: v
mendefenisikan persuasi sebagai usaha sadar untuk mengubah pikiran dan tindakan dengan memanipulasikan motif-motif orang ke arah tujuan yang ditetapkan,
sedangkan komunikasi persuasif adalah komunikasi yang dimaksudkan untuk
mempengaruhi pilihan orang lain. Mengajar merupakan salah satu contoh komunikasi persuasif yang dilakukan oleh
guru kepada para muridnya, mengajar merupakan suatu bentuk pengaruh interpersonal yang dimaksudkan untuk mengubah perilaku potensial orang lain
Malik, 1994: 166. Setiap perilaku seorang guru yang diperlihatkan memiliki tujuan disadari atau tidak disadari yang mungkin efektif guna mencapai tujuan tersebut,
baik dalam derajat yang tinggi maupun rendah. Prilaku seorang guru pada umumnya menciptakan pola yang diikuti oleh siswanya
Malik, 1994: 166 misalnya seorang guru yang bersikap menguasai dan otoriter akan mendorong siswa berprilaku lebih integratif mampu memiliki siswa yang
penampilannya lebih spontan, berinisiatif, secara sukarela memberikan kesimpulan.
Universitas Sumatera Utara
45 Sedangkan guru yang berprilaku lebih dominatif cenderung mempunyai siswa yang
patuh kepada pengaruh guru, dan juga siswa yang menolak pengaruh tersebut.
II.6. Sosialisasi
Keseluruhan kebiasaan yang dipunyai manusia di bidang ekonomi, kekeluargaan, pendidikan, agama politik dan sebagainya dan harus dipelajari oleh
setiap anggota baru suatu masyarakat melalui suatu proses dinamakan sosialisasi socialization Kamanto, 2004: 23.
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau
masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan role theory. Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus
dijalankan oleh individu. http:id.wikipedia.org.
Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai “ a process by which a child learns to be a participant member of society” proses melalui mana seorang anak belajar
menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat Kamanto, 2004: 23. Sejumlah tokoh sosiologi mengatakan teori sosialisasi merupakan teori
mengenai peran role theory. Menurut Mead Kamanto, 2004: 24 salah satu teori peran yang dikaitkan dengan sosialisasi ialah George Herbert Mead. Dalam teorinya
yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society, Mead menguraikan tahap pengembangan diri self manusia. Manusia yang baru lahir belum mempunyai diri.
Diri manusia berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain.
Universitas Sumatera Utara
46 Menurut Mead setiap anggota baru masyarakat harus mempelajari peran-peran
yang ada dalam masyarakat, suatu proses yang dinamakannya pengambilan peran role taking. Dalam proses ini seseorang belajar untuk mengetahui peran yang harus
dijalankannya serta peran peran yang harus dijalankan orang lain. Melalui penguasaan peran yang ada dalam masyarakat ini seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain.
Charles H. Cooley menekankan bahwa proses sosialisasi terletak pada peran interaksi. Konsep diri seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain,
pembentukan diri seseorang dengan perilaku orang yang sedang bercermin; kalau cermin memantulkan apa yang terdapat di depannya maka seseorangpun
memantulkan apa yang dirasakannya sebagai tanggapan masyarakat terhadapnya.
Agen Sosialisasi
Menurut Charles H. Cooley Sunarto, 2004:26 agen sosialisasi adalah pihak- pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Menurut Fuller dan Jacobs
Sunarto, 2004: 26-29 ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan lembaga pendidikan sekolah.
1. Keluarga kinship
Bagi keluarga inti nuclear family agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama
dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas extended family, agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu
rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah
padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orang yang berada diluar
Universitas Sumatera Utara
47 anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang
merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi baby sitter. menurut Gertrudge Jaeger peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada
tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam lingkungan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.
2. Teman pergaulan
Teman pergaulan sering juga disebut teman bermain pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain
dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh
teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu.
Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat berbeda usia, pengalaman, dan peranan, sosialisasi dalam kelompok
bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat
mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan.
3. Lembaga pendidikan formal sekolah
Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-
aturan mengenai kemandirian independence, prestasi achievement, universalisme, dan kekhasan specificity. Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan
Universitas Sumatera Utara
48 dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian
besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.
4. Media massa
Media massa merupakan salah satu agen sosialisasi yang paling berpengaruh, yang termasuk kelompok media massa disini adalah media cetak surat kabar,
majalah, tabloid, media elektronik radio, televisi, video, film. Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
Bentuk-Bentuk Sosialisasi
Light et al Kamanto, 2004: 31 mengemukakan mengenai bentuk bentuk sosialisasi ada dua yaitu:
1. Sosialisai primer atau disebut juga sosialisasi dini yaitu sosialisasi pertama yang
dijalani individu semasa kecil, melalui mana ia menjadi anggota masyarakat 2.
Sosialisai sekunder adalah suatu proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasi kedalam sektor baru dari dunia objektif
masyarakatnya . Salah satu bentuk sosialisasi sekunder yang sering dijumpai dalam masyarakat ialah apa yang dinamakan proses resosialisasi yang didahului dengan
proses desosialisasi. Dalam proses desosialisasi seorang mengalami ”pencabutan” diri yang dimilikinya, sedangkan dalam proses resosialisasi seseorang diberi suatu diri
yang baru.
Universitas Sumatera Utara
49
II.7. Bantuan Operasional Sekolah BOS
Departement Pendidikan Nasional dan Agama menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan bantuan operasional sekolah adalah bantuan yang diberikan kepada
masyarakat yang kurang dapat menjangkau layanan pendidikan seperti masyarakat miskin, masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, masyarakat di daerah-daerah
konflik, ataupun masyarakat penyandang cacat Petunjuk pelaksanaan, 2005: 1. Adapun tujuan dari pemberian progam bantuan ini adalah untuk membebaskan
biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan bagi siswa yang lain, agar mereka memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat
dalam rangka penuntasan wajib belajar sembilan tahun Buku Panduan, 2007:4 Sasaran dari program BOS ini yaitu sekolah setingkat SD dan SMP, baik
negeri maupun swasta di seluruh propinsi di Indonesia. Selain itu Madrasah Diniyah Takmiliyah suplemen dan program kejar paket A dan B tidak termasuk sebagai
penerima bantuan ini Buku Panduan, 2007:4. Besar dana bantuan operasional yang diterima oleh sekolah penerima BOS dihitung berdasarkan jumlah siswa dengan
ketentuan Petunjuk Pelaksanaan, 2005:4: 1.
SDMISDLBSalafiyah sekolah keagamaan non Islam setara SD Rp. 117.500,- siswa atau Rp. 235,-siswatahun
2. SMPMTsSMPLBSalafiyahsekolah keagamaan non Islam setara SMP
Rp. 162.250,-siswa atau RP. 324.500,-siswatahun. Bantuan dana yang diberikan dapat dialokasikan untuk hal-hal seperti Buku
Panduan BOS, 2005: 15-16: 1. Uang formulir pendaftaran
2. Buku pelajaran pokok dan buku penunjang untuk perpustakaan
Universitas Sumatera Utara
50 3. Biaya peningkatan guru: Kelompok Kerja Guru KKG atau Musyawarah Guru
Mata Pelajaran MGMP dan Kelompok Kerja Kepala Sekolah KKKS atau M 4. Ujian sekolah, ulangan umum bersama, dan ulangan umum harian
5. Pembelian bahan-bahan habis pakai: buku tulis, kapur tulis, pensil, bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris, langganan koran, gula, kopi dan teh
untuk kebutuhan sehari-hari di sekolah 6. Membayar biaya perawatan ringan
7. Membayar daya dan jasa 8. Membayar horarium guru dan tenaga kependidikan honorer
9. Membiayai kegiatan kesiswaan remedial, pengayaan, ekstrakurikuler 10. Memberi bantuan siswa miskin untuk biaya transportasi
11. Khusus untuk salafiyah dan sekolah keagamaan non Islam, dana BOS juga diperkeankan untuk biaya asrama pondokan dan membeli peralatan ibadah.
Sekolah yang berhak mendapatkan bantuan operasional sekolah telah ditetapkan aturan oleh pemerintah antara lain Petunjuk Pelaksanaan BOS, 2005: 7-9:
1. Sekolah yang jumlah penerimaan dari peserta didik sebelum BOS lebih kecil dari BOS harus membebaskan siswa dari semua bentuk pungutan sumbangan iuran yang
digunakan untuk membiayai pengeluaran yang dapat dibiayai dari dana BOS. Sekolah juga diminta untuk membantu siswa kurang mampu yang mengalami kesulitan
transportasi dari dan ke sekolah. 2. Sekolah yang jumlah penerimaan dari peserta didik sebelum BOS lebih besar dari
BOS tetap dapat memungut biaya tambahan, tetapi harus membebaskan iuran sekolah bagi siswa miskin, apabila di sekolah tersebut ada siswa miskin. Bila masih ada sisa
dana BOS, setelah digunakan untuk mensubsidi siswa miskin, maka sisa dana tersebut dapat digunakan untuk mensubsidi siswa yang lain. Apabila di sekolah tersebut tidak
Universitas Sumatera Utara
51 ada siswa miskin, dana BOS dapat digunakan untuk mensubsidi semua siswa
sehingga iuran siswa akan berkurang. Dalam Buku Petunjuk 2006 disebutkan bahwa sekolah yang menolak BOS juga harus membebaskan iuran bagi siswa miskin, tetapi
aturan ini tidak ada dalam Petunjuk Pelaksanaan 2005.
II.8. Peranan Komunikasi Antar Pribadi Guru Untuk Mensosialisasikan Bantuan Operasional Sekolah