14
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian biasanya mengacu pada penelitian lain yang dapat dijadikan tolok ukur dalam penelitian selanjutnya, sehingga penelitian murni atau yang berawal
dari nol jarang ditemukan. Dengan demikian, peninjauan dari nol sangat diperlukan, sebab bisa digunakan sebagai relevansi dalam penelitian. Selain itu,
penelitian tersebut digunakan untuk membandingkan seberapa besar keaslian dari penelitian yang akan dilakukan.
Upaya meningkatkan keterampilan siswa dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji dan
diteliti. Hal ini terbukti dengan banyaknya upaya meningkatkan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi yang telah dilakukan oleh para
peneliti. Arikunto, dkk. 2008:3 mengatakan penelitian tindakan kela s merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang
dilakukan oleh siswa. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut demi menyempurnakan
penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian yang dijadikan kajian dalam penelitian ini yaitu Jayanty, dkk 2012, Rumiana 2013, Irlinawati 2013,
Sinaga 2013, Suhendariyanti 2014, Aisyah 2014 dan Hidayati, dkk 2014.
Jayanty, dkk 2012 melakukan penelitian dengann judul “Peningkatan Menarasikan Teks Wawancara dengan Teknik Pemodelan Siswa Kelas VII.4
SMPN 6 Bukittinggi.” Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa nilai siswa dalam kompetensi mengubah teks wawancara menjadi narasi rata-rata nilai siswa yang
belum mencapai KKM yang telah ditetapkan 70. Pada prasiklus 54,78. Setelah dilakukan tindakan siklus I rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 79,1 dan
pada siklus II juga mengalami peningkatan menjadi 90,5. Dari hasil analisis deskriptif kualitatif dapat diketahui bahwa rata-rata pertama, memperluas
pengetahuan pembaca pada prasiklus 53,15, pada siklus I 84,40 dan pada siklus II 95,87. Kedua, menyampaikan informasi suatu kejadian 55,28, pada
siklus I 92,72 dan pada siklus II 100. Ketiga, didasarkan pada penalaran, 53,12, pada siklus I 75,03 dan pada siklus II 88,65. Keempat, menggunakan
bahasa informatif 53,09, pada siklus I 80,25 dan pada siklus II 88,65. Kelima, EYD 56,31, pada siklus I 65,72 dan padasiklus II 83,5.
Persamaannya penelitian Jayanty, dkk 2012 dengan peneliti yaitu memiliki kompetensi dasar penelitian yang sama. Kemudian perbedaan yaitu pada teknik
pembelajaran yang digunakan. Pada peneliti ini menggunakan teknik pemodelan sedangkan penulis menggunakan metode studen facilitator and explaining.
Kelemahann yang terdapat pada penelitian ini yaitu pada subjek dan teknik pembelajaran yang digunakan. teknik pemodelan memiliki kelemahan yang
hampir sama dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan yakni ada beberapa siswa yang harus berperan sebagai model sehingga mereka tidak dapat
mengikuti pembelajaran secara maksimal.
Penelitian Skripsi Rumiana 2013 tentang “Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi dengan Metode Pencarian Informasi
melalui Media Kartun Bercerita pada Kelas VII D SMP Negeri 30 Semarang.” Proses peningkatan pembelajaran menunjukkan kriteria baik. Hal tersebut dapat
dilihat pada siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 70,7 sendangkan pada siklus II meningkat menjadi 81. Peningkatan masing-masing aspek penilaian dari siklus I
ke siklus II yaitu pada aspek kesesuaian isi mengalami peningkatan sebesar 12,5 dari 72 menjadi 81. Aspek penggunaan kalimat langsung dan tak langsung
mengalami peningkatan sebesar 10 dari 68,6 menjadi 75,5. Aspek penggunaan ejaan dan tanda baca mengalami peningkatan sebesar 23,7 dari 67,9 menjadi 84.
Aspek kohesi dan koherensi mengalami peningkatan sebesar 16,8 dari 73,6 menjadi 86. Aspek pemilihan kata mengalami peningkatan sebesar 17,6 dari
71,4 menjadi 84. Aspek urutan cerita mengalami pengingkatan sebesar 10 dari 80 menjadi 88. Aspek kerapian tulisan mengalami peningkatan sebesar 23,5 dari
66,4 menjadi 82. Persamaannya penelitian Rumiana 2013 dengan peneliti yaitu memiliki
kompetensi dasar penelitian yang sama mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Kemudian perbedaan yaitu pada metode dan media pembelajaran yang
digunakan. Pada penelitian Rumiana 2013 ini menggunakan metode pencarian informasi dengan media kartun bercerita sedangkan peneliti menggunakan metode
studen facilitator and explaining dan tidak menggunakan media. Selanjutnya, pada tahun 2013 Irlinawati melakukan penelitian yang berjudul
“Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining pada
Perkalian Bilangan Bulat. ” Dari penelitian ini dikaji peran model student
facilitator and explainig untuk meningkatkan perkalian bilangan bulat. Diperoleh data dari hasil siklus I mencapai 32,5 dengan nilai rata-rata kelas 65,03. Hasil
siklus II menunjukkan skor rata-rata kelas 76,2 dan mengalami peningkatan menjadi 81,4. Aktivitas peserta didik selama pembelajaran mengalami
peningkatan setiap siklusnya dari 67,43 pada siklus pertama, menjadi 82,02 pada siklus kedua. Relevansi penelitian yang dilakukan Irliawati dengan
penelitian ini adalah sama-sama mengkaji mengenai metode pembelajaran student facilitator and explaining. Perbedaannya adalah pada subjeknya yaitu pada
Irliawati pada perkalian bilangan bulat sedangkan peneliti ini pada keterampilan mengubah teks hasil observasi menjadi narasi.
Penelitian yang dilaksanakan oleh Sinaga 2013 tentang “Pengaruh Metode Pembelajaran Student Facilitator and Explaining Terhadap Prestasi Belajar
Mahasiswa Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen.” Proses penerapan
pembelajaran menunjukkan kriteria baik sekali dengan perolehan analisis dan observasi pada uji hipotesis penelitian dengan kriteria pengujian adalah Ha
diterima dan Ho ditolak jika serta Ha ditolak dan Ho diterima jika
dengan taraf signifikan 95 atau taraf nyata = 0,05. Derajat keabsahan untuk uji distribusi t adalah dk = n1 + n2
– 2. Untuk uji hipotesis diperoleh data
= 4,29 dan = 1,66 pada taraf nyata = 0,05. Hasil ini
menunjukkan bahwa 4,26 1,66, dengan demikian Ha diterima
dan Ho ditolak artinya ada pengaruh yang positif yang signifikan metode
pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap prestasi belajar mahasiswa pada program studi pendidikan ekonomi fakultas keguruan dan ilmu
pendidikan Universitas HKBP Nommensen. Penelitian ini memiliki kesamaan pada penggunaan metode Student Facilitator and Explaining.
Penelitian yang dilakukan Sinaga 2013 memiliki kesamaan dengan peneliti yaitu pada metode pembelajaran yang diteliti tentang student facilitator
and explainig, sedangkan perbedaannya terletak pada subjeknya yaitu pada Dearlina prestasi belajar mahasiswa pada program studi pendidikan ekonomi
fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas HKBP Nommensen sedangkan pada penelitian ini pada keterampilan mengubah teks hasil wawancara
menjadi narasi. Penelitian Suhendariyanti 2014 berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar
IPA melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining Siswa Kelas IXE SMP Negeri 01 Wonoasri Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran
20132014.” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining
dapat meningkatkan keterampilan siswa. Hal ini terbukti dari siklus pertama diperoleh hasil prosentase rata-rata kelas 70,63 dan ketuntasan belajar baru
mencapai 54,17 atau siswa yang mendapat nilai 70 baru 26 siswa, pada siklus kedua, nilai rata-rata mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu 80,63
dan ketuntasan belajar mencapai 95,83 atau siswa yang mendapat nilai 70 sudah 37 siswa, sehingga secara klasikal kelas sudah mencapai ketuntasan belajar
yang sesuai dengan indikator ketuntasan belajar yaitu 85. Hal ini menujukkan
bahwa penggunaan metode student facilitator and explaining dapat meningkatkan prestasi belajar siwa dalam mata pelajaran IPA.
Penelitian yang dilakukan Suhendariyanti 2014 memiliki kesamaan dengan peneliti yaitu pada metode pembelajaran yang diteliti, sedangkan
perbedaannya terletak pada subjeknya yaitu pada Suhendariyanti prestasi belajar IPA sedangkan pada penelitian ini pada keterampilan mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi. Kelemahan pada penelitian ini yaitu penerapan metode yang kurang maksimal.
Kemudian penelitian Aisyah 2014 berjudul “The Implementation of Character Education Through Contextual Teaching And Learning at Personality
Development Unit in the Sriwijaya University Palembang.” Dari penelitian ini dikaji pelaksanaan pendidikan karakter di Universitas Sriwijaya Palembang.
Diperoleh data dari hasil penelitian mahasiswa Sriwijaya mengalami perubahan sikap yaitu 90 dari siswa menyapa dengan sopan menghormati teman-teman
dan mengamalkan ajaran agama, 99 dari tugas yang diberikan dikumpulkan tepat waktu, rapi, bersih dan tidak ada kecurangan, kecuali mahasiswa yang sakit,
atau yang tidak bisa mengikuti kelas menunjukkan rasa percaya diri, mahasiswa bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, aktif, berpartisipasi, dan
dapat berdiskusi bersama-sama mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan sopan, selalu berkolaborasi dengan teman sekelas, terutama dalam
memecahkan masalah di luar kelas bekerjasama, dalam kelompok telah mengunjungi beberapa panti jompo dan pondok pesantren di dekat kampus,
hasilnya cukup memuaskan, siswa peduli lingkungan kampus mereka yang
menunjukkan kepedulian terhadap orang lain dalam hidup, Ketika dosen memasuki kelas, kelas bersih, rapi, ketika di dalam kelas, dan terakhir para
mahasiswa menggunakan bahasa Indonesia yang baik, sopan dan hormat, bahkan meskipun mereka berasal dari kelompok etnis dan ras yang berbeda menerapkan
nilai-nilai bersama dalam masyarakat, bangsa dan negara Relevansi penelitian yang dilakukan Aisyah 2014 dengan penelitian ini
adalah sama-sama mengkaji mengenai pendidikan karakter. Kemudian perbedaannya adalah pada objeknya yaitu pada penelitian Aisyah dilakukan di
Universitas Sriwijaya Palembang, sedangkan peneliti pada siswa kelas VII MTs Negeri kendal.
Hidayati, dkk 2014 melakukan penelitian dengann judul “The
Development of Character Education Curriculum For Elementary Student in West Sumatera.” Hasil dari penelitian ini diketahui dari kuesioner yang dibagikan
dalam pengembangan kurikulum pendidikan karater siswa SMP di Sumatera Barat menunjukkan sebanyak 80,66 menunjukkan bahwa pelaksanaan
pendidikan karakter dalam kategori baik, 12,2 dalam kategori baik, dan 7,4 berada dalam kategori rendah.
Persamaannya penelitian Hidayati, dkk 2014 dengan peneliti yaitu sama- sama mengkaji tentang pendidikan karakter. Kemudian perbedaan yaitu objek
penelitiannya. Pada penelitian Hidayati, dkk 2014 ini dilaksanakan kepada siswa beberapa SMP di Sumatera Barat sedangkan peneliti melaksanakan hanya pada
satu sekolah yaitu di MTs Negeri Kendal.
Berdasarkan kajian pustaka di atas, peneliti berusaha melanjutkan dan melengkapi penelitian mengenai narasi dengan melakukan penelitian tindakan
kelas. Peneliti mencoba menerapkan pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and
explaining berbasis karakter. Kemudian peneliti berharap keterampilan siswa dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dapat meningkat dan dapat
membantu guru dalam proses pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi pada kurikulum KTSP.
2.2 Landasan Teoretis