74 seperti halnya non fat dry milk powder NFDM yang merupakan input dari produk
susu olahan dikenakan tarif sebesar tiga puluh persen sebelum dipasarkan di pasar produk susu olahan nasional.
• Lisensi Impor
Kebijakan lisensi impor pada intinya menunjuk sejumlah importir untuk secara teknis melakukan impor bahan baku dan produk susu olahan yang tercantum
dalam paket kebijakan Juni 1993. Beberapa perusahaan yang mendapatkan lesensi impor tersebut adalah :
1. PT. Panca Niaga mendapatkan lisensi untuk mengimpor bahan baku susu
untuk industri non makanan yang berbasis susu. 2.
PT. Kerta Niaga mengimpor produk susu olahan end products untuk memenuhi kebutuhan domestik.
3. IPS diperbolehkan untuk mengimpor bahan baku susu menurut rasio impor
yang telah ditetapkan. Kebijakan lisensi impor bagi importir terdaftar tersebut diterapkan sampai
dengan tahun 1998. Pemerintah menghapuskan kebijakan tersebut dan mengeluarkan izin bagi para importir umum untuk melakukan impor bahan baku susu dan produk
olahan susu.
6.2.3. Sosial dan Budaya
Jumlah konsumsi susu di Indonesia masih rendah dibandingkan negara di Asia lainnya. Masyarakat Indonesia meminum susu 9,0 liter per kapita per tahun,
sedangkan negara lainnya seperti Malaysia mencapai 25,4 liter per kapita per tahun. Selain itu negara lainnya seperti Vietnam mengkonsumsi susu sebanyak 10,7 liter per
kapita per tahun. India 30 liter per kapita per tahun, dan Jepang 40 liter per kapita per tahun. Sementara negara di luar Asia, seperti AS, Australia dan Selandia Baru tingkat
konsumsi susu per kapita sudah menyentuh 100 liter per tahun. Budaya minum susu merupakan suatu hal yang seringkali diabaikan oleh
masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari konsumsi susu hanya 5,10 kg per kapita per tahun. Hal ini sangat berbeda dengan negara India yang konsumsi susunya
75 mencapai 60 liter per kapita per tahun. Rendahnya tingkat konsumsi susu di
Indonesia disebabkan karena beberapa hal antara lain : pertama, susu masih berupa barang mewah bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Harga per liter susu yang
ditetapkan oleh IPS dipasaran saat ini berkisar Rp 10.000 bahkan ada yang mencapai Rp 13.000 per liter. Harga tersebut setara dengan 2,5 kg beras atau 1 liter minyak
sayur atau 1,5 kg telur. Tentu hal yang menjadi pilihan utama masyarakat adalah kebutuhan pokok tersebut. Adapun susu hanya menjadi prioritas kedua setelah
kebutuhan pokok terpenuhi. Alasan kedua mengapa kita jarang minum susu adalah khawatir dengan
masalah lactose intolerance. Pada usia bayi dan anak-anak tubuh kita menghasilkan enzim laktase dalam jumlah cukup sehingga susu dapat dicerna dengan baik. Ketika
menginjak usia dewasa keberadaan enzim laktase semakin menurun sehingga sebagian dari kita akan menderita diare bila minum susu.
Penelitian di AS membuktikan bahwa konsumsi susu satu-dua cangkir pada penderita lactose intolerance tidak mendatangkan masalah. Dalam hal lactose
intolerance ini perlu memperkenalkan susu kepada tubuh sehingga akan semakin terlatih untuk menerima laktosa. Ekspose susu secara terus-menerus mungkin akan
bermanfaat bagi tubuh untuk tidak memberikan respons negatif terhadap kehadiran laktosa.
6.2.4. Teknologi