Fasilitas Sanitasi .1 Penyediaan Air Bersih

31 2.2.4 Fasilitas Sanitasi 2.2.4.1 Penyediaan Air Bersih Menurut Permenkes RI Nomor 416 Tahun 1990, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak terlebih dahulu. Kebutuhan manusia terhadap air antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Persyaratan sistem penyedian air bersih harus memenuhi beberapa persyaratan. Persyaratan tersebut meliputi persyaratan kuantitas, kualitas dan kontinuitas. 1. Persyaratan Kuantitas Persyaratan kuantitas atau debit dalam penyediaan air bersih dilihat dari banyaknya air baku yang tersedia. Menurut Slamet 2002, kuantitas air yang dibutuhkan tergantung kepada aktivitas dan tingkat kebutuhan setiap hari. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan maka kebutuhan air akan semakin besar pula. Di Indonesia diperkirakan dibutuhkan air sebanyak 138,5 loranghari dengan perincian yaitu untuk mandi dan cuci kakus 12 l, minum 2 l, cuci pakaian 10,7 l, kebersihan rumah 31,4 l. 2. Persyaratan Kualitas Persyaratan kualitas menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku air bersih. Syarat kualitas terdiri dari parameter fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktifitas yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor Universitas Sumatera Utara 32 416MenkesPer1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Syarat-syarat kualitas air bersih adalah sebagai berikut: a. Syarat fisik Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25 o C, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25 o C ± 3 o C. b. Syarat Kimia Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah pH, total solid, zat organik, CO 2 , kesadahan, kalsium Ca, besi Fe, mangan Mn, tembaga Cu, seng Zn, chlorida Cl, nitrit, flourida F, serta logam berat. c. Syarat Mikrobiologi Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya bakteri E. coli atau Fecal coli dalam air. d. Syarat Radiologis Persyaratan radiologis mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma. Universitas Sumatera Utara 33 3. Persyaratan Kontinuitas Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari atau setiap saat diperlukan. Air yang berada di permukaan bumi berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa hujan, air permukaan, air tanah, air sumur dan air mata air. 1. Air Angkasa Hujan Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walaupun pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer, pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya, karbon dioksida, nitrogen dan ammonia Chandra, 2006. 2. Air Permukaan Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi Chandra, 2007. 3. Air Tanah Air tanah ground water merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah. Pergerakan air tanah sangat lambat dan dipengaruhi oleh porositas, permeabilitas dari lapisan tanah, dan pengisian kembali air. Karena Universitas Sumatera Utara 34 pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal yang lama tersebut, air tanah akan sulit untuk pulih kembali jika mengalami pencemaran Effendi, 2003. 4. Air Sumur Air sumur merupakan sumber utama air bersih bagi masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. Untuk memperoleh sumber air tersebut umumnya manusia membuat sumur gali atau sumur bor. Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah-rumah perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah. Sumur bor adalah jenis sumur dengan cara pengeboran lapisan air tanah yang lebih dalam ataupun lapisan tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat dicapai sehingga sedikit dipengaruhi kontaminasi, yang mempunyai kedalaman 12-40 meter Effendi, 2003. Menurut Chandra 2007, secara teknis sumur dibagi menjadi dua jenis, yaitu sumur dangkal dan sumur dalam. Tabel 2.2 Perbedaan antara sumur dangkal dan sumur dalam Sumur Dangkal Sumur Dalam Sumber Air Air permukaan Air tanah Kualitas Air Kurang baik Baik Kualitas Bakteriologis Kontaminasi Tidak terkontaminasi Persediaan Kering pada musim kemarau Tetap ada sepanjang tahun Sumber: Chandra, 2007 Universitas Sumatera Utara 35

2.2.5.2 Pembuangan KotoranJamban

Pembuangan kotoran tinja manusia merupakan bagian yang penting dalam kesehatan lingkungan. Di sebagian besar negara-negara, pembuangan tinja yang layak merupakan kebutuhan kesehatan masyarakat yang mendesak. Pembuangan yang tidak saniter dari tinja manusia dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi terhadap air tanah dan sumber-sumber air bersih. Kondisi ini mengakibatkan agen penyakit dapat berkembang biak dan menyebarkan infeksi terhadap manusia Chandra, 2007. Menurut Depkes RI 2002, jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Tidak mencemari sumber air minum, dengan letak lubang penampung berjarak 10-15 m dari sumber air minum. 2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus. 3. Cukup luas dan landaimiring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah di sekitarnya. 4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya. 5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna. 6. Cukup penerangan, lantai kedap air, ventilasi cukup, tersedia air dan alat pembersih. 2.2.5.3 Pengelolaan Sampah Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan refuse sebenarnya hanya sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang Azwar, 1995. Universitas Sumatera Utara 36 Menurut Chandra 2007, sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, merupakan tempat hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit bakteri patogen, oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan baik. Menurut Azwar 1995, ada 6 jenis pembagian sampah yang dikenal dalam ilmu kesehatan lingkungan yaitu: 1. Garbage, ialah sisa pengelolaan ataupun sisa makanan yang mudah membusuk. Misalnya, kotoran dapur rumah tangga 2. Rubbish, ialah bahan atau sisa pengelolaan yan tidak mudah membusuk, seperti kayu, kertas, kaleng dan kaca 3. Ashes, ialah segala jenis abu, seperti sisa pembakaran kayu dan batu bara 4. Dead animal, ialah segala jenis bangkai hewan misalnya bangkai kuda, kucing, tikus, lipas, dan lain sebagainya 5. Street sweeping, ialah segala jenis sampah atau kotoran yang berserakan di jalan karena dibuang oleh pengendara mobil ataupun oleh masyarakat yang tidak bertanggung jawab 6. Industrial waste, ialah benda padat sisa yang merupakan sampah sisa industri. Untuk mencegah penularan penyakit melalui sampah yang tidak dikelola maka perlu disediakan tempat sampah yang memenuhi syarat kesehatan. Adapun syarat-syarat tempat sampah antara lain : Universitas Sumatera Utara 37 1. Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah berseraknya sampah. 2. Mempunyai tutup, mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan, sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan. 3. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh satu orang.

2.2.5.4 Pembuangan Air Limbah

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001, air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Air limbah atau air kotoran adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk industrialisasi Azwar, 1995. Air limbah rumah tangga sullage adalah air limbah yang berasal dari buangan kamar mandi, dapur, air cuci pakaian, dan lain-lain yang mungkin mengandung mikroorganisme patogen. Ada beberapa cara pembuangan air limbah rumah tangga yaitu pembuangan umum, digunakan untuk menyiram tanaman kebun, dibuang ke lahan peresapan, dialirkan ke saluran terbuka, dan dialirkan ke saluran tertutup atau selokan Chandra, 2007.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian DBD

Dokumen yang terkait

Hubungan Kondisi Perumahan dengan Angka Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Keritang Kabupaten Inderagiri Hilir Riau Tahun 2012

1 59 132

Pengaruh Sanitasi Lingkungan Permukiman Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Aliran Sungai Deli Kota Medan Tahun 2011

11 97 145

Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008

3 56 108

AMBARAN SANITASI LINGKUNGAN RUMAH TINGGAL DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER

0 6 18

Hubungan Sanitasi Lingkungan Rumah Tinggal Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2016

0 0 16

Hubungan Sanitasi Lingkungan Rumah Tinggal Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Sanitasi Lingkungan Rumah Tinggal Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2016

0 0 7

Hubungan Sanitasi Lingkungan Rumah Tinggal Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2016

0 0 38

Hubungan Sanitasi Lingkungan Rumah Tinggal Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2016

0 8 4

Hubungan Sanitasi Lingkungan Rumah Tinggal Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2016

0 0 37