Latar Belakang Masalah Pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MTS al-Mursyiyyah Pamulang

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah persoalan pendidikan pada dasarnya adalah menggagas persoalan kebudayaan dan peradaban. Secara spesifik gagasan pendidikan akan menambah ke wilayah pembentukan peradaban masa depan, suatu upaya merekontruksi pengalaman-pengalaman peradaban umat manusia secara berkelanjutan guna memenuhi tugas kehidupan, generasi demi generasi. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah merupakan tempat pengembangan ilmu pengetahuan, kecakapan, keterampilan, nilai dan sikap yang berikan secara perkembangan potensi dan kemampuan agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya. Syaiful Bahri Djamarah berpendapat bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya berada dalam suatu proses yang berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. 1 Pendidikan sesuatu hal yang dinamis, selalu bergerak maju mengikuti perkembangan 1 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005, Cet.2. h. 22. 1 2 masyarakat dan kebudayaan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan perlu perhatian baik dalam usaha peningkatannya maupun pengembangannya yang sesuai dengan tuntutan jaman. Pendidikan itu sendiri bertujuan: Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta tanggung jawab. 2 Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Belajar memiliki posisi yang sangat penting bagi kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan berbudaya. Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif, sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Salah satu hasil belajar dari proses belajar tersebut tercermin dalam potensi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang optimal, dibutuhkan proses belajar yang efektif dan efisien. Proses belajar yang menjadi para individu memang merupakan sesuatu yang penting, karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya. Menurut James O, Whittaker, “belajar merupakan proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman”. 3 Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quetient IQ yang tinggi, karena integensi merupakan bekal potensi yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan tercipta hasil belajar yang optimal. 2 Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: CV, Mini Jaya Abadi, 2003, h. 5-6. 3 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006, Cet 5, h. 104. 3 Proses belajar merupakan bagian dari pendidikan yang dalam pelaksanaan tidak hanya menyangkut persoalan teknis bagaimana belajar yang efektif menurut kaidah-kaidah teknik pengajaran atau pendidikan, tetapi juga melibatkan masalah psikologis. Terutama hal-hal yang berkenaan dengan kesiapan mental pengajar dan pengembangan kejiwaan peserta didik. Oleh karena itu, keterkaitan antara proses pendidikan dan perkembangan kejiwaan memiliki hubungan yang sangat erat. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembentukan sumber daya manusia. Dengan adanya pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri sesuai dengan potensi masing-masing. Pendidikan yang berlangsung di sekolah menekankan pada proses pembelajaran yang dikenal juga dalam proses kegiatan belajar mengajar atau kegiatan instruksional. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik dalam pembelajaran merupakan modal utama untuk menyampaikan bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran. Bahan pelajaran dalam proses pembelajaran merupakan perangsang tindakan pendidik atau guru, juga hanya merupakan tindakan memberikan dorongan dalam belajar yang tertuju pada pencapaian belajar. Proses pembelajaran merupakan proses yang mendasar dalam aktivitas pendidikan di sekolah, dari proses pembelajaran tersebut, siswa memperoleh hasil belajar yang merupakan hasil dari interaksi tindak belajar yaitu mengalami proses untuk meningkatkan kemampuan mentalnya dan tidak mengajar yaitu membelajarkan siswa. Guru sebagi pendidik melakukan rekayasa pembelajaran berdasarkan kurikulum yang belaku, dalam tindakan tersebut guru menggunakan asas pendidikan maupun teori pendidikan. Pendidikan adalah aspek yang sangat penting dalam menunjang kemajuan masa depan bangsa. Manusia sebagai subyek pembangunan perlu dididik, dibina serta dikembangkan potensi-potensinya dengan tujuan terciptanya subyek-subyek pembangunan yang berkualitas. Hal itu dapat terwujud dengan pendidikan. Untuk 4 mewujudkan tujuan tersebut, maka pendidikan formal di Indonesia dibagi menjadi beberapa tingkat, yaitu Sekolah Dasar SD, Sekolah Menengah Pertama SMP, Sekolah Menengah Atas SMA dan Universitas atau Perguruan Tinggi. Tingkatan ini dibuat agar pendidikan berkelanjutan dan kesinabungan. SMP adalah salah satu sekolah yang termasuk dalam pendidikan tingkat menengah. Pada kurikulum SMP ini diberikan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS, dalam pengertian Abu Ahmadi Ilmu Pengetahuan Sosial adalah “ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan disesuaikan bagi pengguna program pendidikan di sekolah atau bagi kelompok belajar lainnya, yang sederajat” 4 . Dengan demikian jelas bahwa pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah diatur oleh Undang-undang. Bahkan kajian Ilmu Pengetahuan Sosial ini meliputi antara lain: geografi, sejarah, ekonomi, dan sebagainya yang dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengeatahuan Sosial, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta menjadi warga yang cinta damai. Selain itu, mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Oleh karena itu dengan mata pelajaran IPS ini, khususnya MTs Al-Mursyidiyyah diharapkan dapat memahami kondisi sosial masyarakat yang ada disekitarnya. Tercapainya tujuan tersebut sangat tergantung kepada guru dan siswa itu sendiri. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memacu para pendidik untuk terus megikuti perkembangan tersebut, lebih kreatif dan inovatif dalam mengajar agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lebih baik. Untuk itu perlu diperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal diantaranya adalah fisiologi dan psikologi termasuk di dalamnya adalah 4 Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: PT, Rineka Cipta, 1991, Cet. Ke 2, h. 3. 5 kecerdasan emosional. Sedangkan faktor eksternal antara lain adalah lingkungan, keluarga, sekolah dan masyarakat. Kecerdasan emosional merupakan individu untuk mengatur emosinya dalam menghadapi situasi emosional dan mampu memberikan reaksi yang sesuai kepada diri sendiri dan orang lain. Kecerdasan emosional perlu ditumbuh kembangkan pada siswa, agar siswa dapat mengelola kondisi emosionalnya menjadi lebih terkendali dan terarah. Jika siswa tidak dapat mengendalikan emosinya, mereka cenderung melampiaskan emosinya ke arah yang negatif seperti, amarah, dan tindakan destruktif. Kecerdasan emosional mengajarkan siswa untuk dapat bersikap empatik dan simpatik kepada sesama siswa, guru, orang tua bahkan masyarakat luas. Jika siswa mampu menumbuh kembangkan kecerdasan emosional yang tinggi, maka bukan saja hasil belajar yang baik tetapi juga guru akan memberikan apresiasi yang tinggi. Dalam proses belajar siswa, IQ dan EQ sangat diperlukan. IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya kedua inteligensi itu saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah. Pendidik di sekolah bukan hanya perlu mengembangkan rational intelligence yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan emotional intelligensi siswa. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang kecerdasan emosional dan ingin mengetahui korelasinya dengan hasil belajar siswa, maka penulis mengambil judul “Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS di MTs Al- Mursyidiyyah Pamulang”.

B. Identifikasi Masalah