Strategi Bundling Esia Dan Minat Beli (Studi Korelasional Strategi Bundling Esia Terhadap Minat Beli Mahasiswa USU)

(1)

STRATEGI BUNDLING ESIA DAN MINAT BELI

(Studi Korelasional Strategi Bundling Esia Terhadap

Minat Beli Mahasiswa USU)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S1)

Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi

DIAJUKAN :

O

L

E

H

MUSTAFA

060922005

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI (EKSTENSION)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : MUSTAFA Nim : 060922005 Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : STRATEGI BUNDLING ESIA DAN MINAT BELI (Studi Korelasional Strategi Bundling Esia Terhadap Minat

Beli Mahasiswa USU)

Medan, September 2008

Dosen Pembimbing, Ketua Departemen,

Dra. Dewi Kurniawati, M.Si

NIP. 131.837.036 NIP.131.654.104 Drs. Amir Purba, M.A

Dekan FISIP USU,

NIP.131.757.010


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh strategi bundling Esia terhadap minat beli mahasiswa USU di Medan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode korelasional yaitu suatu metode yang digunakan untuk meneliti sejauh mana variasi pada suatu variabel berhubungan dengan variasi variabel lainnya.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 7.788 orang mahasiswa angkatan 2005-2006. Berhubung populasinya > 500 orang, maka teknik penarikan sampel penulis menggunakan rumus Taro Yamane sehingga tercapailah 99 orang mahasiswa yang dijadikan responden. Teknik yang digunakan dalam penarikan sampel pada penelitian ini adalah teknik purposive sampling, accidental sampling dan stratified proporsional random sampling.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, antara lain melalui data sekunder yaitu dengan mempelajari dan mengumpulkan data-data dari literatur serta sumber bacaan yang dianggap relevan dan mendukung penelitian ini. Sedangkan data primer yaitu data yang diperoleh melalui pemberian sejumlah pertanyaan kepada responden berupa kuesioner. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang, dan uji hipotesa menggunakan rumus korelasi produk moment (Pearson Product Moment Correlation). Hasil uji hipotesa menunjukkan 0,552.

Untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel, peneliti menggunakan skala Guilford dan berada skala 0,40 – 0,70 menunjukkan hubungan yang cukup berarti.Semuanya menggunakan aplikasi SPSS 12.0 sehingga memudahkan pengerjaan skripsi ini. Untuk mengetahui tingkat signifikan hasil hipotesis tersebut, dilakukan dengan membandingkan probabilitas dengan nilai probabilitas 0,005. Maka diperoleh hasil 0,001 < 0,005 yang menunjukkan hubungan signifikan antara strategi bundling Esia terhadap minat beli mahasiswa USU angkatan 2005 s/d 2006. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa kebanyakan mahasiswa USU menggunakan HP GSM daripada HP CDMA. Walaupun begitu HP CDMA tetap memiliki tempat di hati para responden sebagai HP kedua yang pilihannya jatuh pada HP Flexy dan juga Esia. Banyak hal yang menjadi pertimbangan mereka dalam penggunaan HP tersebut.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala anugerah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini, guna melengkapi syarat untuk mencapai gelar Sarjana pada Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini mengenai “Strategi Bundling Esia dan Minat Beli”

Skripsi ini merupakan masterpiece (maha karya) kedua setelah sebelumnya penulis menamatkan kuliah di jurusan bahasa Inggris USU (D-III). Banyak hal yang dikorbankan baik tenaga, waktu, materi bahkan perasaan demi kesempurnaan skripsi ini. Ditengah-tengah jadwal yang padat serta liburan yang tak sempat dijalani, penulis berusaha maksimal menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Penulis sadar dalam penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh pihak-pihak tertentu baik berupa bimbingan, kritik, saran bahkan pengarahan, oleh karenanya penulis pada kesempatan ini menyampaikan ribuan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah membalas orang-orang yang berbuat baik dan menolong saudaranya. Terima kasih saya ucapkan kepada :

1. Prof. Dr.M.Arif Nasution, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara .

2. Drs. Amir Purba, MA, Selaku Ketua Jurusan Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(5)

3. Ibu Dra. Dewi Kurniawati.MSi, Selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar memberikan bimbingan selama proses penyusunan skripsi ini, terima kasih untuk segala nasehat dan saran-saran yang diberikan untuk penulis.

4. Bapak Drs.Mukti Sitompul, Selaku dosen wali.

5. Bapak dan Ibu dosen Ilmu komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama ini.

6. Ayahanda tercinta H.Syahrial (alm), moga engkau bangga padaku, serta Ibunda Hj.Siti Hajar yang telah membesarkan diriku dengan cucuran keringat dan air mata.

7. Keluargaku (big family) yaitu K’Na, K’Yus, K’Er, K’Mar, K’Nur, K’Ana (six sisters), serta abangku M.Syukursyah yang telah memberikan dukungan baik moral serta materil selama ini.

8. Terima kasih juga buat Asri Martha Ningrum Manurung yang telah memberikan warna hidupku selama ini, makasih atas kebersamaannya selama ini. Andai saja aku mengenalmu dari dulu, tentu banyak cerita yang akan terjadi.

9. Untuk staf jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara : Kak Icut, Kak Ros, Kak Nur, Maya, Goi, Rotua yang ikut memperlancar pengerjaan skripsi.

10. Buat teman-temanku yang dekat dan selalu menemani jurusan Ilmu Komunikasi Ekstension ’06 : Bobby, 3, Koche, Ijal, Molen, Tina, Rotua, Ine serta seluruh teman-temanku yang tak bisa disebutkan satu-persatu.


(6)

Terima kasih banyak untuk semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan dari semua pihak, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 8 September 2008 Penulis,

NIM.060922005


(7)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... iv

Daftar Gambar ... v

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 5

I.3. Pembatasan Masalah ... 5

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

I.4.1 Tujuan Penelitian ... 5

I.4.2 Manfaat Penelitian ... 6

I.5. Kerangka Teori ... 6

I.5.1. Komunikasidan Pemasaran ... 6

I.5.2. Merek dan Ekuitas Merek ... 8

I.5.3. Iklan di Media ... 9

I.5.4. Teori AIDDA ... 10

I.5.5. Teknologi Komunikasi ... 12

I.5.6. Teori Minat Beli... 13

I.6. Kerangka Konsep ... 14

I.7. Model Teoritis... 15

I.8. Operasionalisasi Variabel ... 15

I.9. Definisi Operasional ... 16

I.10. Hipotesa ... 19

I.11. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Komunikasi dan Pemasaran ... 21

II.1.1. Pengertian Komunikasi ... 21

II.1.1.1. Proses Komunikasi ... 22

II.1.1.2. Unsur-Unsur Komunikasi ... 24

II.I.2. Pengertian Pemasaran ... 25

II.2. Merek dan Ekuitas Merek ... 28

II.2.1. Pengertian Merek ... 28

II.2.2. Pengertian Ekuitas Merek... 34

II.3. Iklan di Media... 38

II.3.1. Pengertian Iklan ... 38

II.3.2. Fungsi Iklan ... 39

II.3.3. Sifat Iklan ... 40

II.3.4. Jenis-Jenis Iklan... 41


(8)

II.3.6. Media Iklan ... 42

II.3.6.1. Media Cetak... 43

II.3.6.2. Media Elektronik ... 45

II.4. Teori AIDDA... 47

II.5. Teknologi Komunikasi ... 49

II.5.1. Revolusi Komunikasi ... 49

II.5.2. Sejarah Telepon ... 50

II.5.3. GSM ... 51

II.5.4. CDMA ... 52

II.6 Minat Beli ... 54

II.6.1. Perilaku Konsumen ... 54

II.6.2. Motivasi ... 56

II.6.3. Gaya Hidup (Life Style) ... 58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 60

III.1.1 Universitas Sumatera Utara... 60

III.1.1 Sejarah Universitas Sumatera Utara 60 III.1.1.2. Visi, Misi, dan Tujuan ... 63

III.1.1.3. Program Transformasi USU Menjadi BHMN……….. 64

III.1.1.4 Infrastruktur USU ... 73

III.1.1.5. Struktur Organisasi……….. 75

III.1.2. Esia……….. 80

III.1.2.1. Sejarah Esia………. . 80

III.1.2.2. Teknologi dan Izin Operasi…………. . 80

III.1.2.3. Coverage………. . 80

III.1.2.4. Bundling Esia………. .. 81

III.2. Waktu Penelitian... ... 83

III.3 Lokasi Penelitian ... 84

III.4 Populasi dan Sampel ... 85

III.3.1. Populasi ... 85

III.3.2. Sampel ... 85

III.5 Metode Penelitian... 88

III.6 Teknik Pengambilan Sampling ... 89

III.7 Teknik Pengumpulan Data ... 90

III.8 Teknik Analisa Data ... 90

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 94

IV.1.1. Tahap Awal ... 94

IV.1.2. Pengumpulan Data ... 95

IV.2. Proses Pengolahan Data ... 95

IV.2.1. Penomoran Kuesioner ... 95

IV.2.2. Editing ... 95


(9)

IV.2.4. Inventarisasi Variabel ... 96

IV.2.5. Tabulasi Data ... 96

IV.3. Analisa Tabel Tunggal ... 96

IV.3.1. Karakteristik Responden ... 96

IV.3.2. Strategi Bundling Esia... 106

IV.3.3. Minat Beli ... 121

IV.4. Analisa Tabel Silang ... 130

IV.5. Uji Hipotesa ... 136

IV.6. Pembahasan ... 138

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan ... 141

V.2. Saran ... 142

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

- Biodata

- Lembar Bimbingan - Kuesioner

- Tabel FC - Surat Penelitian


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Operasional Variabel ... 16

Tabel 2 Teori AIDDA ... 48

Tabel 3 Infrastruktur Universitas Sumatera Utara ... 74

Tabel 4 Hape Esia Baru ... 81

Tabel 5 Hape Esia Warna... 82

Tabel 6 Hape Esia Ngoceh……… .. 83

Tabel 7 Jumlah Sampel Mahasiswa USU ... 88

Tabel 8 Usia Responden ... 97

Tabel 9 Jenis Kelamin Responden ... 97

Tabel 10 Nama Fakultas ... 98

Tabel 11 Jumlah Uang Saku Per Bulan ... 99

Tabel 12 Operator GSM dan/atau CDMA Yang Digunakan Responden…. 100

Tabel 12a Kartu Halo ... 100

Tabel 12b Kartu Simpati ... 100

Tabel 12c Kartu As ... 101

Tabel 12d Kartu Matrix ... 101

Tabel 12e Kartu Mentari ... 102

Tabel 12f Kartu IM3 ... 102

Tabel 12g Kartu Starone ... 102

Tabel 12h Kartu Bebas ... 103

Tabel 12i Kartu Jempol ... 103

Tabel 12j Kartu Fren ... 104

Tabel 12k Kartu Esia ... 104

Tabel 12l Kartu Flexy ... 105

Tabel 12m Kartu Three ... 105

Tabel 13 Pernah atau Tidaknya Responden Mendengar/Melihat Bundling Esia ... 106

Tabel 14 Frekuensi Melihat/Mendengar Iklan Esia Dalam Sehari ... 107

Tabel 15 Mengerti atau Tidak Responden Dengan Isi Pesan Esia ... 108

Tabel 16 Ketertarikan Responden Terhadap Tagline “Untung Pake Esia”.. 108

Tabel 17 Tahu Atau Tidaknya Responden Terhadap Media Yang Digunakan BTel (Esia) Dalam Mempromosikan Iklannya ... 109

Tabel 18 Media Apa Saja Yang Pernah Didengar/Dilihat Oleh Responden. 110 Tabel 18a Radio ... 110

Tabel 18b Spanduk ... 111

Tabel 18c Billboard ... 111

Tabel 18d Televisi ... 112

Tabel 18e Brosur ... 113

Tabel 18f Koran ... 114

Tabel 18g Majalah ... 114

Tabel 18h Internet ... 115

Tabel 19 Ketepatan Penggunaan Media Tersebut ... 116

Tabel 20 Kepercayaan Terhadap Isi Pesan Iklannya ... 116

Tabel 21 Keefektifan Penggunaan Media Cetak dan Media Elektronik Dalam Menyampaikan Isi Pesan Iklan ... 117


(11)

Tabel 22 Kemampuan Responden Mencerna Isi Pesan Iklan ... 118

Tabel 23 Kualitas Jaringan Esia ... 118

Tabel 24 Tampilan Bentuk (style) HP Esia ... 119

Tabel 25 Harga Bundling Esia ... 120

Tabel 26 Kelengkapan Fitur HP Esia ... 120

Tabel 27 Tingkat Perhatian Saat Melihat/Mendengar Iklan Esia ... 122

Tabel 28 Setuju Atau Tidak Responden Jika HP Esia Dikatakan Merek Telpon CDMA ... 122

Tabel 29 Perhatian Terhadap Produk Esia Yang Ditawarkan Esia Dalam Membeli ... 123

Tabel 30 Terbantu Atau Tidaknya Dalam Pemilikan HP CDMA Karena Adanya Bundling Esia ... 124

Tabel 31 Ketertarikan Terhadap Produk Esia ... 125

Tabel 32 Keyakinan Bahwa Produk Esia Dapat Memenuhi Kebutuhan ... 125

Tabel 33 Keputusan Untuk Membeli Produk HP Esia Setelah Memiliki Hasrat ... 126

Tabel 34 Termotivasi Atau Tidaknya Pembelian Karena Pengaruh Iklan .... 127

Tabel 35 Membuat Keputusan Membeli Karena Pengaruh Dari Teman ... 127

Tabel 36 Setelah Membuat Keputusan Membeli Selanjutnya Membantu Untuk Melakukan Tindakan Pembelian ... 128

Tabel 37 Anggapan Tentang Komunikasi Dengan Tarif Murah Terpenuhi . 129 Tabel 38 Perasaan Setelah Melakukan Tindakan Pembelian HP Esia ... 130

Tabel 39 Frekuensi Melihat/Mendengar Iklan Esia Dalam Sehari dengan Tingkat Perhatian Saat Melihat/Mendengar Iklan Esia ... 131

Tabel 40 Keefektifan Penggunaan Media Cetak dan Media Elektronik Dalam Menyampaikan Isi Pesan Iklan dengan Termotivasi Untuk Membeli Karena Pengaruh Iklan ... 133

Tabel 41 Harga Bundling Esia Dengan Ketertarikan Terhadap Produk Esia ... 135


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Model Teoritis ... 15

Gambar 2 Manfaat Yang Diharapkan ... 57

Gambar 3 Strategi Pencapaian Tujuan Transformasi ... 68

Gambar 4 Bagan Struktur Organisasi Makro USU-BHMN ... 77

Gambar 5 Bagan Struktur Organisasi Fakultas ... 78

Gambar 6 Bagan Struktur Organisasi Unsur Pelaksana... 79


(13)

LAMPIRAN

1. Biodata 2. Kuesioner

3. Tabel Fotron Cobol 4. Surat Penelitian

5. Surat Keterangan Penelitian


(14)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh strategi bundling Esia terhadap minat beli mahasiswa USU di Medan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode korelasional yaitu suatu metode yang digunakan untuk meneliti sejauh mana variasi pada suatu variabel berhubungan dengan variasi variabel lainnya.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 7.788 orang mahasiswa angkatan 2005-2006. Berhubung populasinya > 500 orang, maka teknik penarikan sampel penulis menggunakan rumus Taro Yamane sehingga tercapailah 99 orang mahasiswa yang dijadikan responden. Teknik yang digunakan dalam penarikan sampel pada penelitian ini adalah teknik purposive sampling, accidental sampling dan stratified proporsional random sampling.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, antara lain melalui data sekunder yaitu dengan mempelajari dan mengumpulkan data-data dari literatur serta sumber bacaan yang dianggap relevan dan mendukung penelitian ini. Sedangkan data primer yaitu data yang diperoleh melalui pemberian sejumlah pertanyaan kepada responden berupa kuesioner. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang, dan uji hipotesa menggunakan rumus korelasi produk moment (Pearson Product Moment Correlation). Hasil uji hipotesa menunjukkan 0,552.

Untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel, peneliti menggunakan skala Guilford dan berada skala 0,40 – 0,70 menunjukkan hubungan yang cukup berarti.Semuanya menggunakan aplikasi SPSS 12.0 sehingga memudahkan pengerjaan skripsi ini. Untuk mengetahui tingkat signifikan hasil hipotesis tersebut, dilakukan dengan membandingkan probabilitas dengan nilai probabilitas 0,005. Maka diperoleh hasil 0,001 < 0,005 yang menunjukkan hubungan signifikan antara strategi bundling Esia terhadap minat beli mahasiswa USU angkatan 2005 s/d 2006. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa kebanyakan mahasiswa USU menggunakan HP GSM daripada HP CDMA. Walaupun begitu HP CDMA tetap memiliki tempat di hati para responden sebagai HP kedua yang pilihannya jatuh pada HP Flexy dan juga Esia. Banyak hal yang menjadi pertimbangan mereka dalam penggunaan HP tersebut.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Salah satu unsur terpenting dalam perjalanan setiap peradaban adalah kemajuan teknologi, terutama teknologi komunikasi. Tidak bisa dibayangkan bagaimana teknologi komunikasi telah mengubah kehidupan manusia, apalagi yang namanya telpon seluler. Hampir setiap orang saat ini telah memiliki dan menggunakan handphone dalam aktivitas komunikasi.

Bisnis penyediaan layanan telekomunikasi bergerak atau nirkabel, kini berada pada persimpangan jalan sebagai akibat tekanan persaingan yang begitu sengit untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan dalam mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan bisnisnya. Persaingan yang timbul sebagai akibat banyaknya operator penyedia layanan telekomunikasi nirkabel yang melibatkan diri dengan penawaran harga dan tarif (pulsa) murah kepada konsumennya, mengarahkan para operator penyedia layanan telekomunikasi tersebut berjuang untuk mempertahankan kelangsungan bisnis mereka dalam jumlah margin keuntungan yang kurang menarik atau kecil bila hanya mengandalkan tarif murah tersebut sebagai satu-satunya strategi dalam merebut pasar. Padahal pasar telekomunikasi nirkabel di Indonesia pada masa kini, dari segi demografi dan potensi pasar, belumlah jenuh.

Para operator penyedia layanan jasa telekomunikasi nirkabel menghadapi kesulitan dalam mengembangkan bisnis layanan mereka ketika pasar sangat dinamis, di mana karakter konsumen sebagai pengguna layanan adalah dengan


(16)

cepat dan mudah beralih ke penyedia layanan lainnya. Oleh karena itu, para operator layanan telekomunikasi nirkabel melakukan tindakan dan inisiatif dalam berbagai cara melalui inovasi-inovasi yang dihasilkan sebagai fokus utama dalam layanan untuk dapat mempertahankan keberadaannya di pasar yang begitu kompetitif ini.

Memiliki lebih dari satu ponsel dewasa ini merupakan hal yang lumrah. Umumnya, setiap orang memiliki satu ponsel GSM (Global System for Mobile Communication) dan satu lagi ponsel CDMA (Code Division Multiple Access). Faktor biaya kerap menjadi alasan konsumen menggunakannya.

Industri seluler Indonesia memang unik. Operator GSM lebih dulu berkembang, yang memungkinkan pengguna (konsumen) berkomunikasi di mana saja sejauh masih dalam jangkauan jaringan operator, kebutuhan akan fleksibilitas tersebut serta fitur-fitur yang menarik untuk komunikasi data membuat ponsel menjadi perangkat wajib.

Sejak tahun 2007, bermunculan operator CDMA. Kecuali Fren, jaringan seluler ini diposisikan sebagai fixed wireless. Artinya sama dengan telepon biasa (fixed line), terutama dalam hal tarif yang lebih murah ketimbang GSM. Namun tidak terpaku oleh kabel, alias bisa dibawa-bawa layaknya ponsel. Hanya saja berbeda dengan ponsel GSM, jangkauan ponsel CDMA terbatas pada wilayah operasinya saja.

Pengguna telepon seluler yang semakin selektif dan pandai memilih produk ataupun layanan yang dibutuhkan, dipastikan akan membuat persaingan menjadi semakin ketat. Dengan demikian, setiap operator dituntut untuk dapat memberikan nilai tambah dan diferensiasi dalam setiap layanan. Selain itu,


(17)

hadirnya para pemain baru yang mendapat lisensi 3G akan membuat persaingan semakin menarik dan menantang. Bahkan persaingan yang semakin ketat dengan mengikutkan para pemain CDMA untuk bersaing dengan pemain GSM.

Esia sebagai pendobrak pasar menerapkan strategi bundling untuk menarik pasar. Strategi bundling maksudnya kartu perdana dan ponselnya dijual bersamaan dalam bentuk satu kemasan (bundle). Secara teknis, Esia berada pada frekuensi 800 Mhz.

Pada bulan September 2003, pertama kalinya Esia diluncurkan. Esia merupakan operator yang menggunakan teknologi baru CDMA 2000 1x yang dengan fasilitas layanan Fixed Wireless Access dan Limited Mobility. Esia diluncurkan untuk salah satu solusi berkomunikasi secara hemat karena tarif Esia relatif lebih murah dibandingkan operator lainnya.

Pada September 2007, Esia meluncurkan strategi bundling yang mampu menarik konsumen. Tingginya animo konsumen terhadap produk ini ternyata karena faktor harga. Dengan harga Rp. 199.000 (belum termasuk PPN), berarti Esia merupakan ponsel baru termurah yang pernah diluncurkan di Indonesia. Tidak hanya itu, dengan harga yang sangat miring tersebut, konsumen tak cuma mendapat ponsel yang sudah dilengkapi SIM card Esia, tapi masih mendapatkan bonus talk-time selama 1.000 menit. Namun produknya tak berbeda jauh dengan ponsel yang keluar pada akhir 1990-an atau awal tahun 2000-an. Jangankan fitur push e-mail, layanan akses internet pun tak ada dalam ponsel ini.

HP Esia merupakan hasil kolaborasi antara Bakrie Telecom (BTel) dengan Huawei, vendor ponsel asal China. Menurut Erick Meijer, Wakil Dirut BT, peluncuran produk ini ditujukan untuk memangkas barrier konsumen untuk


(18)

memperoleh akses terhadap layanan telekomunikasi. Pasalnya, dari riset yang dilakukan, terungkap bahwa salah satu hambatan yang dihadapi konsumen untuk mendapatkan akses terhadap telekomunikasi adalah faktor harga (SWA 26/XXIII/6-17 Desember 2007).

Strategi bundling memang menjadi salah satu andalan Bakrie Telecom. Sebelumnya, operator yang bernama PT. Ratelindo ini menempuh pula strategi seperti kebanyakan pemain lain, yaitu hanya menjual kartu. Namun hasilnya kurang maksimal. Pasalnya, vendor ponsel tidak banyak mendatangkan ponsel CDMA dan harganya sangat mahal. Maka, Bakrie Telecom mengambil inisiatif mengadakan ponsel sendiri, agar pasokan ponsel CDMA yang ada di pasar bisa meningkat dan tentunya penjualan vendor ini pun meningkat. Selain itu dengan strategi ini, Bakrie Telecom juga mengharapkan agar harga ponsel CDMA dapat ditekan menjadi lebih murah.

USU merupakan salah satu universitas ternama di Sumatera Utara. Setiap tahunnya mencetak ribuan bahkan puluhan ribu alumni. Bahkan setiap tahunnya banyak siswa yang mendaftar dan ingin menjadi mahasiswa USU. Mahasiswa USU yang begitu dinamis dan kompleks menjadi sasaran target bagi setiap vendor telekomunikasi dalam melebarkan sayapnya. Karena sifat mahasiswa yang begitu mobile (selalu bergerak) tentu membutuhkan suatu alat komunikasi dalam menunjang aktivitasnya. Tak jarang pula mahasiswa memiliki lebih dari satu HP demi kelancaran komunikasi sehari-hari.

Berdasarkan hal tersebut peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap mahasiswa USU mengenai strategi bundling Esia dan minat beli.


(19)

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah (research question) adalah sebagai berikut:

“Sejauh manakah hubungan strategi bundling Esia dan minat beli di kalangan mahasiswa USU?”

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari salah pengertian dan memperjelas masalah yang dibahas dalam penelitian, maka peneliti merasa perlu melakukan pembatasan masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut :

a. Penelitian ini berfokus pada strategi bundling Esia.

b. Objek penelitian merupakan mahasiswa USU program S1 angkatan 2005-2006.

c. Penelitian dilakukan mulai bulan April - Juni 2008

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui tentang daya tarik strategi bundling Esia. b. Untuk mengetahui minat beli mahasiswa terhadap produk Esia.

c. Untuk mengetahui sebaran penggunaan HP GSM dan CDMA pada mahasiswa.


(20)

I.4.2 Manfaat Penelitian

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memperkaya bahan referensi, bahan penelitian serta sumber bacaan bagi yang menginginkannya.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam bidang teknologi informasi.

c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan terutama vendor telekomunikasi.

I.5 Kerangka Teori

Kerangka teori digunakan untuk memecahkan suatu masalah atau persoalan yang timbul. Kerangka teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep (Singarimbun, 1989 : 47).

Teori-teori yang dianggap relevan dengan masalah penelitian ini adalah: komunikasi dan pemasaran, merek dan ekuitas merek, iklan di media, teori AIDDA, teknologi komunikasi dan teori minat beli.

I.5.1 Komunikasi dan Pemasaran

Istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication yang berasal dari bahasa Latin communicatio dan bersumber dari communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya sama makna. Jika kita mengadakan komunikasi dengan


(21)

orang lain, berarti kita sedang mengadakan kesamaan makna dengan orang tersebut (Effendy, 2005 : 9).

Everett Kleinjan menyatakan bahwa komunikasi adalah bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernapas, sepanjang manusia ingin hidup maka ia perlu berkomunikasi (Everett Kleinjan dalam Hafied Canggara, 1998 : 1).

Menurut Philip Kotler (2002 : 4), pemasaran merupakan proses sosial individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran yang bebas atas produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain.

Menurut Sunarto (2006: 4), pemasaran adalah proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Berdasarkan definisi manajerial, pemasaran sering digambarkan sebagai “seni menjual produk”. Peter Drucker, ahli teori manajemen bahwa orang dapat mengasumsikan bahwa akan selalu ada kebutuhan akan penjualan. Akan tetapi, tujuan pemasaran bukan untuk memperluas penjualan. Tujuan pemasaran adalah untuk mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk atau jasa itu cocok dengan pelanggan dan selanjutnya menjadi dirinya sendiri. Idealnya, pemasaran hendaknya menghasilkan seorang yang siap untuk membeli semua yang dibutuhkan, selanjutnya adalah menyediakan produk atau jasa itu (Sunarto, 2006 : 4).


(22)

I.5.2 Merek dan Ekuitas Merek

Merek adalah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau kelompok penjual tertentu, dengan demikian membedakannya dari barang-barang dan jasa yang dihasilkan para kompetitor (Aaker, 1997 : 9).

Ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan (Aaker, 1997 : 22-23).

Agar aset dan liabilitas mendasari ekuitas merek, keduanya mesti berhubungan dngan nama atau simbol sebuah merek. Walau begitu, keduanya bisa dikelompokkan ke dalam 5 kategori (Aaker, 1997: 23), yaitu :

1. Loyalitas merek (Brand Loyalty) 2. Kesadaran merek (Brand Awareness) 3. Kesan kualitas (Perceived Quality)

4. Asosiasi-asosiasi merek (Brand Association)

5. Aset-aset merek lainnya (Other Proprietary Brand Assets)

Empat elemen brand equity di luar aset-aset merek lainnya dikenal dengan elemen-elemen utama dari brand equity. Elemen brand equity yang kelima secara langsung akan dipengaruhi oleh kualitas dari empat elemen utama tersebut.


(23)

Bagi perusahaan, ekuitas merek memiliki potensi untuk menambah nilai dengan cara yaitu :

1. Ekuitas merek dapat memperkuatkan program memikat para konsumen baru, atau merangkul kembali konsumen lama.

2. Empat dimensi ekuitas merek yang terakhir dapat menguatkan loyalitas merek. Persepsi kualitas, asosiasi merek dan nama yang terkenal dapat memberikan alasan untuk membeli dan dapat mempengaruhi kepuasan penggunaan.

3. Ekuitas merek memungkinkan margin yang lebih tinggi dengan menjual produk pada harga optimum (premium pricing) dan mengurangi ketergantungan pada promosi.

4. Ekuitas merek dapat memberikan landasan pertumbuhan dengan melakukan perluasan merek.

5. Ekuitas merek dapat memberikan dorongan bagi saluran distribusi.

I.5.3 Iklan di Media

Kleppner (Liliweri, 1992 : 17-18) menyatakan bahwa iklan atau advertising berasal dari bahasa Latin, advere berarti mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak lain. Spriegel mengemukakan bahwa iklan adalah setiap penyampaian informasi tentang barang ataupun gagasan yang menggunakan media non personal yang dibayar.


(24)

Rhenald Khasali (1992 : 23) membedakan 2 pengertian media iklan yang digunakan, yaitu :

1. Media lini atas (above the line media), merupakan bentuk media primer yang terdiri dari: radio, surat kabar, majalah, papan luar (billboard) dan televisi.

2. Media lini bawah (below the line media), merupakan bentuk media sekunder yang terdiri dari: pameran, leaf leat, brosur, poster dan stiker.

I.5.4. Teori AIDDA

Teori AIDDA disebut A-A Procedure atau from attention to action procedure, yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm. Menurut Effendi (1999: 89) AIDDA adalah akronim dari kata-kata Attention (perhatian), Interest (minat), Desire (hasrat), Decision (keputusan) dan Action (tindakan/kegiatan).

Konsep AIDDA ini adalah proses psikologis dari diri khalayak. Berdasarkan konsep AIDDA agar khalayak membaca dan melakukan action apa yang dianjurkan pihak penyusun berita atau tajuk artikel, maka pertama-tama mereka harus dibangkitkan perhatiannya (attention).

Sebuah iklan akan memberikan efek bagi responden yang mendengarkan, atau menyaksikan sebuah iklan. Adapun efek sebuah iklan menurut Frank Jefkins (1996: 234-235) adalah:

a. Perhatian (Attention)

Kecuali suatu iklan berhasil memenangkan perhatian, memecahkan perhatian pembaca dari berita editorial atau iklan lain, iklan yang dihasilkan tidak akan diperhatikan sedikitpun oleh pembaca. Perhatian mungkin dapat diraih


(25)

dengan memanfaatkan posisi dalam publikasi, atau dengan memanfaatkan ukuran atau bentuk iklan itu diletakkan pada posisi yang tepat.

b. Ketertarikan (Interest)

Tidak ada suatu patokan tertentu dalam penggunaan perangkat kreatif ini guna membuat orang tertarik pada iklan kecuali iklan itu juga berhasil meraih rasa ketertarikan mereka.

c. Keinginan (Desire)

Pembaca harus dibuat dari sekedar merasa tertarik dan terpikat, mereka harus didorong untuk menginginkan produk atau jasa yang diiklankan.

d. Keyakinan (Decision)

Iklan akan sangat bagus bila mampu menciptakan keinginan untuk membeli, memiliki atau menikmati produk atau jasa yang diiklankan. Namun juga perlu menciptakan iklan yang mampu memunculkan keyakinan bahwa memang layak untuk melakukan pembelian dan hal itu akan memberikan kepuasan sebagaimana yang mereka inginkan.

e. Tindakan (Action)

Iklan mampu menimbulkan respon. Iklan cetak bersifat statis dan tidak mudah untuk membuat pembaca untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan yang diinginkan.

Pada pentahapan ini mengandung maksud bahwa komunikasi itu hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian (attention). Dalam hal ini komunikator harus dapat menimbulkan daya tarik.


(26)

Oleh karena itu, iklan harus mempergunakan trik-trik khusus untuk menimbulkan perhatian calon pembeli (Jefkins, 1996 : 82), seperti :

1. Menggunakan headline yang mengarah. 2. Menggunakan slogan yang mudah diingat. 3. Menonjolkan selling point suatu produk. 4. Menggunakan huruf tebal.

I.5.5 Teknologi Komunikasi

Teknologi komunikasi oleh Rogers, dirumuskan sebagai peralatan perangkat keras, struktur-struktur organisasional dan nilai-nilai sosial dimana individu mengumpulkan, mengolah dan saling bertukar informasi dengan individu lain. Sedangkan menurut Ely, teknologi informasi mencakup sistem-sistem komunikasi seperti satelit, siaran langsung, kabel interaktif dua arah, penyiaran bertenaga rendah (low power broadcasting), komputer (termasuk personal komputer dan komputer genggam) dan televisi (termasuk video disk dan video tape cassette) (Nasution, 1989 : 5).

Martin (dalam Bungin, 2006 : 30) mendefinisikan teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi. Lucas (2000) juga menyatakan bahwa teknologi informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk elektronis.


(27)

I.5.6 Teori Minat Beli

Effendy mengungkapkan minat adalah kelanjutan perhatian yang merupakan titik tolak kelanjutan timbulnya hasrat untuk melakukan kegiatan yang diharapkan (1998 : 10). Lebih lanjut Effendy mengemukakan bahwa minat muncul karena adanya stimulus motif yang menimbulkan motivasi. Motif adalah kondisi seseorang yang mendorong seseorang untuk mencari sesuatu kepuasan atau mencapai tujuan. Sedangkan motivasi adalah kegiatan yang memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil tindakan yang dikehendaki.

Minat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah : a. Perhatian terhadap stimulus.

b. Mengerti atau tidaknya audiens terhadap stimulus. c. Penerimaan terhadap stimulus itu serta frekuensi.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa minat iru adalah suatu keadaan dalam individu yang mampu mengarahkan perhatiannya terhadap objek tertentu yang mampu mendorong seseorang untuk cenderung mencari objek yang disenangi.

Sedangkan menurut Franses Co M. Nicosia (Engel, 1994 : 30), seorang konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli produk ataupun jasa dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu :

1. Faktor luar, yaitu faktor lingkungan tempat tinggal yang dipengaruhi konsumen. Misalnya, karena dorongan teman, mengikuti orang lain yang menggunakan barang atau jasa tersebut dan sebagainya.


(28)

2. Faktor dalam, yaitu pemikiran aatau kejiwaan dari dalam diri konsumen itu sendiri yang bersifat rasional.

I.6 Kerangka Konsep

Di dalam suatu penelitian terdapat beberapa variabel yang harus ditetapkan dengan jelas oleh seorang peneliti sebelum memulai pengumpulan data. Penentuan aspek-aspek atau faktor-faktor di dalam setiap variabel itu, berarti semakin mudah menetapkan data yang akan dikumpulkan (Nawawi, 2001 : 56).

Dalam penelitian ini ditetapkan konsep dalam kelompok-kelompok variable-variabel sebagai berikut :

a.Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur yang lain. Dalam penelitian ini yang ditetapkan menjadi variabel bebas yaitu strategi bundling Esia.

b.Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang ditetapkan menjadi variabel terikat yaitu minat beli.

c.Variabel Antara (Intervening Variable)

Variabel antara adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol akan tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas. Dalam penelitian ini yang ditetapkan menjadi variabel antara yaitu karakteristik responden.


(29)

I.7 Model Teoritis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk suatu model teoritis sebagai berikut :

±

Gbr. 1 Model Teoritis

X : variabel bebas

Keterangan :

Y : variabel terikat Z : variabel antara

± : kuat-lemahnya hubungan

I.8 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan, variabel-variabel teoritis tersebut sebagai acuan untuk memecahkan masalah. Agar variabel-variabel teoritis lebih jelas penggunaannya, maka dioperasikan sebagai berikut :

Variabel Bebas (x) Strategi Bundling Esia

Variabel Terikat (y) Minat Beli

Variabel Antara (z) Karakteristik Responden


(30)

Tabel 1. Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional

1. Variabel Bebas (x) Strategi Bundling Esia

1. Iklan

2. Bahan pertimbangan konsumen a. Harga

b. Fitur

c. Kualitas Jaringan 2. Variabel Terikat (y)

Minat Beli

1. Perhatian (Attention) 2. Ketertarikan (Interest) 3. Keinginan (Desire) 4. Keyakinan (Decision) 5. Tindakan (Action) 3. Variabel Antara (z)

Karakteristik Responden

1. Usia 2. Fakultas 3. Jenis kelamin 4. Uang saku

5. Menggunakan HP GSM dan/atau CDMA

I.9 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberikan cara mengukur variabel penelitian. Untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut :


(31)

1. Variabel Bebas (strategi bundling Esia), terdiri dari :

Strategi bundling yaitu suatu sistem penjualan dimana handphone dan kartu (simcard) dijual secara bersamaan dalam satu paket/kemasan (bundling). Strategi bundling dalam penelitian ini yaitu cara penjualan HP Esia yang meliputi: a. Iklan

Menurut The American Marketing Association (AMA), iklan adalah setiap bentuk pembayaran terhadap suatu proses penyampaian dan perkenalan ide-ide, gagasan dan layanan yang bersifat non personal atas tanggungan sponsor tertentu (Liliweri, 1992 : 21).

Iklan sebagai informasi pertama yang diterima konsumen terhadap suatu produk tertentu.

b. Bahan pertimbangan

Banyak hal yang menjadi pertimbangan bagi para konsumen dalam membeli produk terutama handphone. Konsumen selalu mempertimbangkan harga, fitur, kualitas jaringan sebelum membeli produk tersebut.

2. Variabel Terikat (minat beli), terdiri dari :

Minat adalah kelanjutan perhatian yang merupakan titik tolak kelanjutan timbulnya hasrat untuk melakukan kegiatan yang diharapkan (Effendy, 1998 : 10). Dalam penelitian ini difokuskan kepada minat beli dimana konsumen berusaha untuk membeli sesuatu barang/jasa yang ia inginkan.


(32)

Konsumen memperhatikan setiap produk yang keluar. Perhatian konsumen dapat diraih dengan memanfaatkan iklan yang terus-menerus, baik dari segi frekuensi penayangan maupun peletakan billboard yang strategis.

b. Ketertarikan (Interest)

Tidak ada suatu patokan tertentu dalam penggunaan perangkat kreatif ini guna membuat orang tertarik pada suatu produk kecuali bahasa komunikasi yang persuasif dan juga pengemasan (packaging) yang menarik.

c. Keinginan (Desire)

Konsumen harus dibuat lebih dari sekedar merasa tertarik, mereka juga harus didorong untuk menginginkan produk Esia.

d. Keyakinan (Decision)

Suatu produk sudah sangat bagus bila mampu menciptakan keinginan konsumen untuk membeli, memiliki atau menikmati produk Esia. Namun perlu juga menciptakan kesadaran yang mampu memunculkan keyakinan bahwa produk Esia memang layak untuk dibeli dan hal itu akan memberikan kepuasan sebagaimana yang mereka inginkan.

e. Tindakan (Action)

Bagaimana strategi bundling ini mampu menimbulkan respon konsumen untuk segera membeli produk Esia.

3. Variabel Antara (karakteristik responden), terdiri dari : a. Usia, yaitu umur responden.

b. Fakultas, yaitu tempat mahasiswa mengambil jurusan. c. Jenis kelamin, yaitu pria dan wanita.


(33)

d. Uang saku, yaitu uang yang diberikan oleh orang tua atau wali. e. Menggunakan HP GSM dan/atau CDMA.

I.10 Hipotesa

Hipotesa dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap pemecahan permasalahan melalui data yang terkumpul (Singarimbun, 1995 : 36).

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang akan dipertanyakan. Dan ciri-ciri hipotesis yang baik adalah :

• Harus sesuai dengan teori dalam bidang yang diteliti.

• Harus mempunyai konsistensi secara logis.

• Usahakan bersifat ringkas agar mudah dipahami.

• Harus dapat diuji.

• Harus dapat dihubungkan dengan teknik riset yang ada (Kriyantono, 2006 : 30-31)

Adapun hipotesis yang diajukan terhadap rumusan masalah diatas yaitu : Ho : Tidak terdapat hubungan antara strategi bundling Esia terhadap minat

beli mahasiswa USU.

Ha : Terdapat hubungan antara strategi bundling Esia terhadap minat beli mahasiswa USU.

I.11. Sistematika Penulisan

Sistematika Laporan Penelitian nantinya akan terdiri dari 5 bab sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah.


(34)

BAB I, berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, kerangka konsep, model teoritis, operasionalisasi variabel, defenisi operasional, hipotesis, sistematika penulisan.

BAB II, berisikan tentang landasan teori yang terdiri dari ruang lingkup

dan pengertian komunikasi dan pemasaran, merek dan ekuitas merek, iklan di media, teori AIDDA, teknologi komunikasi dan teori minat beli.

BAB III, berisikan tentang metodologi penelitian yang terdiri deskripsi

lokasi penelitian, waktu penelitian populasi dan sampel, metode penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.

BAB IV, membahas tentang hasil dan pembahasan yang terdiri dari

analisa tabel tunggal yang memaparkan data-data yang diperoleh selama penelitian dilaksanakan. Kemudian dilanjutkan dengan analisa tabel silang melalui metode korelasional dan akhirnya pengujian hipotesa.

BAB V, sebagai penutup atau bagian akhir skripsi berisikan kesimpulan


(35)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi dan Pemasaran II.1.1 Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication, berasal dari bahasa Latin communication dan bersumber dari kata communis yang berarti sama-sama disini adalah sama makna.

Menurut Carl l. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap (a systematic attempt to formulate in rigorous fashion the principles by which information is transmited and opinions and attitudes are formed) (Effendy, 2005 : 10).

Definisi Hovland di atas menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting. Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri, Hovland (Soenarjo, 1995 : 143) mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang memindahkan perangsang yang biasanya berupa lambang kata-kata untuk merubah tingkah laku orang lain (communication is the process to modify the behaviour of other individuals).


(36)

Menurut Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society (Komala, 2004 : 34), mengatakan bahwa cara terbaik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut : a. Who (siapa): Komunikator (communicator, source, sender), yaitu orang yang

menyampaikan pesan dalam proses komunikasi massa, bisa perorangan atau mewakili suatu lembaga organisasi, maupun instansi.

b. Says what (apa yang dikatakan): pesan (message), yaitu pernyataan umum, dapat berupa suatu ide, informasi, opini, pesan dan sikap.

c. In which channel (melalui saluran apa): media komunikasi atau saluran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan komunikasi.

d. To whom (kepada siapa): komunikan atau audience yang menjadi sasaran komunikasi. Kepada siapa pernyataan tersebut ditujukan, berkaitan dengan masalah penerima pesan.

e. With what effect (dengan efek apa): hasil yang dicapai dari usaha penyampaian pernyataan.

Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

II.1.1.1 Proses Komunikasi

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari


(37)

benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder.

1. Proses Komunikasi Secara Primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Bahwa bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi adalah jelas karena hanya bahasalah yang mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain. Apakah itu berbentuk ide, informasi atau opini, baik mengenai hal yang konkret maupun yang abstrak, bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa yang akan datang.

2. Proses Komunikasi Secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film dan banyak lagi merupakan media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.


(38)

Karena proses komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yang akan dipergunakan sebagai hasil pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari pertimbangan mengenai siapa komunikan yang akan dituju. Dengan demikian, proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (mass media) dan media nirmassa (non-massa media) (Effendy, 2005 : 16-17).

II.1.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Adapun unsur-unsur dalam berkomunikasi yaitu :

(1) Sender: komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

(2) Encoding: penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang.

(3) Message: pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

(4) Media: saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.

(5) Decoding: pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.


(39)

(7) Response: tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan.

(8) Feedback: umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

(9) Noise: gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

Model komunikasi di atas menegaskan faktor-faktor kunci dalam komunikasi efektif. Komunikator harus tahu khalayak mana yang dijadikannya sasaran dan tanggapan apa yang diinginkannya. Ia harus terampil dalam menyandi pesan dengan memperhitungkan bagaimana komunikan sasaran biasanya mengawasandi pesan. Komunikator harus mengirimkan pesan melalui media yang efisien dalam mencapai khalayak sasaran (Effendy, 2005 : 18-19).

II.1.2 Pengertian Pemasaran

Menurut The American Marketing Association (AMA), pemasaran merupakan suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi dan distribusi sejumlah ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi (Marketing is the process of planning and executing the conception, pricing, promotion and distribution of ideas, goods and services to create exchanges that satisfy individual and organizational goals) (Lamb, Hair, McDaniel, 2001 : 6).

Banyak ahli sepakat bahwa konsep inti pemasaran adalah pertukaran (exchange). Alasan yang mendasari bahwa konsep inti pemasaran adalah


(40)

pertukaran yaitu bahwa seluruh aktivitas yang dilakukan satu individu dengan individu yang lainnya merupakan pertukaran. Tidak ada individu yang mendapatkan sesuatu tanpa memberikan sesuatu baik langsung ataupun tidak langsung. Alasan terjadinya pertukaran adalah untuk memuaskan kebutuhan.

Sutisna dalam bukunya Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran (2002) menyatakan, komunikasi pemasaran merupakan usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik terutama konsumen sasaran mengenai perbedaan produk di pasar. Kegiatan komunikasi pemasaran merupakan rangkaian kegiatan untuk mewujudkan suatu produk, jasa, ide dengan menggunakan bauran pemasaran (promotion mix) yaitu: iklan (advertising), penjualan tatap muka (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitas (public relations & publicity), serta pemasaran langsung (direct marketing) (Kotler, 2006 : 126-130).

Komunikasi pemasaran memegang peranan yang sangat penting bagi pemasar. Tanpa komunikasi, konsumen maupun masyarakat secara keseluruhan tidak akan mengetahui keberadaan produk di pasar.

Model komunikasi pemasaran meliputi sumber (sender, source). Pertama kali pesan komunikasi datang dari sumber. Dalam pemasaran sumber berarti pihak yang mengirim pesan pemasaran kepada konsumen. Pihak yang mengirim pesan tentu saja pemasar. Proses selanjutnya yaitu pemasar menentukan bagaimana pesan itu disusun agar bisa dipahami dan direspon secara positif oleh penerima, dalam hal ini konsumen. Pada proses tersebut ditentukan pula jenis komunikasi apa yang akan digunakan apakah pesan akan disampaikan melalui iklan, personal selling, promosi penjualan, public relations atau dengan direct marketing,


(41)

keseluruhan proses dari perancangan pesan sampai penentuan jenis promosi yang akan dipakai yang disebut proses encoding.

Proses selanjutnya yaitu menyampaikan pesan melalui media. Pesan juga dirancang dalam bentuk iklan, maka pesan harus disampaikan dalam bentuk media cetak akan berbeda bentuk dan strukturnya dengan pesan yang disampaikan dalam media elektronik. Hal ini akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan media.

Pesan yang disampaikan melalui media akan ditangkap oleh penerima. Ketika pesan diterima, penerima akan memberikan respons terhadap pesan yang disampaikan. Respons yang diberi bisa positif, negatif atau netral. Respon positif tentu saja adalah respons yang diharapkan oleh pengirim pesan. Respons positif identik dengan adanya keserasian antara harapan pengirim pesan dengan tanggapan penerima pesan. Dengan kata lain, pesan yang dirancang direspon sesuai dengan keinginan perancang pesan. Proses memberikan respons dan menginterpretasikan pesan yang diterima disebut dengan proses decoding. Proses decoding berarti penerima pesan memberi interpretasi atas pesan yang diterima.

Proses decoding ini akan dilanjutkan dengan tindakan konsumen sebagai penerima. Jika pesan yang sampai diterima secara positif, maka hal ini akan memberikan pengaruh positif pada sikap dan perilaku konsumen. Sikap positif konsumen terhadap suatu produk akan mendorong konsumen untuk melakukan tindakan pembelian. Tentu saja tidak semua sikap positif diakhiri dengan pembelian, karena dibatasi oleh kemampuan daya beli. Sedangkan sikap negatif terhadap produk akan menghalangi konsumen untuk melakukan tindakan pembelian.


(42)

Proses terakhir yaitu umpan balik (feedback) atas pesan yang dikirimkan. Pesan mengevaluasi apakah pesan yang disampaikan sesuai harapan, artinya mendapat respons dan tindakan yang positif dari konsumen, atau pesan tidak sampai secara efektif. Hal ini dapat dilihat melalui pembelian produk.

II.2 Merek dan Ekuitas Merek II.2.1 Pengertian Merek

Kotler (dalam Simamora, 2002 : 3) menyatakan merek adalah nama, tanda, simbol, desain, atau kombinasi hal-hal tersebut, yang ditujukan untuk mengidentifikasi dan mendiferensiasi (membedakan) barang atau layanan suatu penjual dari barang dan layanan penjual lain.

Keberadaan merek bermanfaat bagi pembeli, perantara, produsen maupun publik. Bagi pembeli, merek bermanfaat untuk menceritakan mutu dan membantu memberi perhatian terhadap produk-produk baru yang mungkin bermanfaat bagi mereka.

Bagi masyarakat, merek bermanfaat dalam tiga hal yaitu :

a. Pertama, pemberian merek memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih konsisten.

b. Kedua, meningkatkan efisiensi pembeli karena merek dapat menyediakan informasi tentang produk dan tempat membelinya.

c. Ketiga, meningkatkan inovasi-inovasi produk baru karena produsen terdorong menciptakan keunikan-keunikan baru guna mencegah peniruan dari pesaing.


(43)

Bagi penjual, merek bermanfaat dalam empat hal yaitu :

a. Memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri masalah-masalah yang timbul.

b. Memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan atau ciri khas produk. c. Memungkinkan untuk menarik sekelompok pembeli yang setia dan

menguntungkan.

d. Membantu penjual melakukan segmentasi pasar.

Menurut Kartajaya (dalam Simamora, 2002 : 4-5), cara perusahaan memandang merek berbeda-beda dari satu perusahaan ke perusahaan lain, tergantung perkembangan pemasaran perusahaan. Apapun bentuknya, pemasaran yang dilakukan perusahaan-perusahaan dapat digolongkan ke dalam lima tipe, yaitu :

1. No Marketing

Pada saat pesaing tidak ada, alias perusahaan memonopoli pasar, maka perusahaan tidak perlu melakukan pemasaran (no marketing). Konsumen pasti mencari produk karena tidak ada pilihan. Bagi perusahaan demikian, merek cukuplah sekadar nama (just a name).

2. Mass Marketing

Jika perusahaan sudah memiliki pesaing, tetapi pesaing yang lebih lemah. Perusahaan masih dominan menguasai sebagian besar pasar dengan melakukan pemasaran massal (mass marketing). Ada kebutuhan agar produk dikenali konsumen, apalagi perusahaan dominan selalu mengklaim produknya lebih baik (the better one). Sehingga merek diperlukan, namun peranannya tidak lebih dari sekadar mengenalkan produk (brand awareness).


(44)

3. Segmented Marketing

Pada saat persaingan sudah ketat, bukan saatnya lagi bagi perusahaan untuk menggunakan pemasaran massal. Pasar harus disegmentasi, lalu dipilihlah segmen tertentu sebagai sasaran. Dalam segmented marketing, perusahaan perlu menancapkan citra yang baik tentang mereknya. Oleh karena itu, merek diperlukan sebagai jangkar asosiasi (brand association). Tanpa merek tidak mungkin membentuk asosiasi.

4. Niche Marketing

Kalau persaingan bertambah ketat lagi, perusahaan tidak bisa lagi mengandalkan segmen, melainkan ceruk pasar (niche marketing). Ceruk pasar adalah bagian pasar yang ukurannya lebih kecil, tetapi memiliki perilaku yang khas. Mereka adalah sekelompok kecil pembeli yang kebutuhannya tidak mau dipenuhi oleh produk umum. Oleh karena itu, perusahaan perlu menciptakan kesan bahwa mereknya berkualitas. Jadi, merek adalah persepsi kualitas (perceived quality).

5. Individualized Marketing

Pada puncak persaingan, bagi perusahaan, bicara merek adalah bicara loyalitas (brand loyalty). Karena pesaing sangat banyak dan mempunyai taktik pemasaran yang hebat, ditambah konsumen juga tidak mau dipandang sebagai pembeli saja, maka kunci keberhasilan bisnis adalah kemitraan dengan konsumen. Hal itu bisa diperoleh dengan adanya hubungan timbal balik yang setia antara perusahaan dan konsumen yang bisa dicapai melalui individualized marketing.


(45)

Para ahli perilaku konsumen sepakat bahwa pemilihan merek berawal dari munculnya kebutuhan dalam diri konsumen. Lalu, berdasarkan informasi yang tersedia, konsumen melakukan evaluasi dan berikutnya memilih merek yang paling sesuai.

Menurut Hawkins, Best dan Coney (dalam Simamora, 2002 : 8) mengatakan bahwa berdasarkan faktor yang dipertimbangkan, pada dasarnya pengambilan keputusan bisa dibagi dua, yaitu :

a. Pengambilan keputusan berdasarkan atribut produk (attribute-based choice)

Pengambilan keputusan melalui cara ini memerlukan pengetahuan tentang apa atribut suatu produk dan bagaimana kualitas atribut tersebut. Asumsinya, keputusan diambil secara rasional dengan mengevaluasi atribut-atribut yang dipertimbangkan.

b. Pengambilan keputusan berdasarkan sikap (attitude-based choice)

Pengambilan keputusan berdasarkan sikap mengasumsikan bahwa keputusan diambil berdasarkan kesan umum, intuisi maupun perasaan. Pengambilan keputusan seperti ini bisa terjadi pada produk yang belum dikenal atau tidak sempat dievaluasi oleh konsumen.

Aaker (1997) (dalam Simamora, 2002 : 9) mengatakan, konsumen akan memilih merek yang memberikan nilai pelanggan (customer value) tertinggi. Andaikan merek dan harga memiliki berat, lalu letakkan merek ditangan kanan dan harga di tangan kiri. Mana yang lebih berat?

Kalau sama berat, merek tidak memberikan nilai pelanggan. Kalau merek lebih berat, berarti nilai pelanggan positif, atau berarti merek memberikan nilai


(46)

pelanggan. Kalau harga lebih berat, berarti nilai pelanggan negatif. Konsumen akan memilih produk yang memberikan nilai pelanggan tertinggi.

Kotler berpendapat bahwa produklah yang harus disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Ini terjadi saat ketergantungan konsumen terhadap merek rendah.

Aaker (dalam Simamora, 2002 : 14-16) mengatakan ada tiga nilai yang dijanjikan sebuah merek, yaitu :

1. Nilai Fungsional

Nilai yang paling mudah dilihat adalah nilai fungsional, yaitu nilai yang diperoleh dari atribut produk yang memberikan kegunaan (utility) fungsional kepada konsumen. Nilai ini berkaitan langsung dengan fungsi yang diberikan oleh produk atau layanan kepada konsumen.

Misalnya :- Karena diproses dengan dua kali penyaringan, Filma adalah minyak goreng paling jernih.

- Esia merupakan HP CDMA yang termurah di Indonesia. 2. Nilai Emosional

Kalau konsumen mengalami perasaan positif (positive feeling) pada saat membeli atau menggunakan suatu merek, maka merek tersebut memberikan nilai emosional. Pada intinya nilai emosional berhubungan dengan perasaan, yaitu perasaan positif apa yang akan dialami konsumen pada saat membeli produk.

Misalnya : - Kuat dan berani kalau minum M-150 - Selalu untung bila memakai Esia


(47)

3. Nilai Ekspresi Diri

Aaker (1997 : 101) mengakui bahwa nilai ekspresi diri merupakan bagian dari nilai emosi. Kalau nilai emosional berkaitan dengan perasaan positif (misalnya nyaman, bahagia, bangga), maka ekspresi diri berbicara tentang “bagaimana saya di mata orang lain, maupun diri saya sendiri”.

Misalnya : - Kelas atas diekspresikan oleh Mercedez Benz

Merek itu ada kalau sudah ada dalam pikiran konsumen. Dengan kata lain merek itu ada kalau sudah dikenal atau diketahui. Dengan sendirinya, merek yang belum dikenal dapat dianggap tidak ada, walaupun produknya ada. Untuk itu diperlukan imej (citra) merek. Imej adalah persepsi yang relatif konsisten dalam jangka panjang (enduring perception). Tidak mudah membentuk imej, tetapi sekali terbentuk tidak mudah pula mengubahnya.

Agar posisi merek kuat, tentu ia harus dikenal dulu. Ini merupakan langkah awal. Tempatkanlah merek dalam pikiran konsumen. Pada langkah awal ini, keberadaan merek dalam pikiran terbatas pada pengenalan merek (brand awareness). Pada tingkat pengenalan paling rendah, dimana hanya sekadar tahu keberadaan merek, konsumen belum dapat membentuk gambaran (persepsi) tentang merek.

Pengenalan merek menjadi landasan terbentuknya asosiasi merek (Aaker, 1997). Proses asosiasi adalah suatu bentuk pengorganisasian stimulus guna membentuk persepsi. Secara sederhana, setiap orang berusaha mempermudah proses mempersepsikan sesuatu.


(48)

II.2.2 Pengertian Ekuitas Merek

Ekuitas merek adalah seperangkat asset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan (Aaker, 1997 : 22-23). Agar aset dan liabilitas mendasari ekuitas merek, keduanya mesti berhubungan dengan nama atau simbol sebuah merek. Jika nama dan simbol merek diubah, beberapa atau semua aset atau liabilitas bias dipengaruhi dan mengalami kerugian, kendati beberapa diantaranya mungkin sudah dialihkan ke nama dan simbol baru. Aset dan liabilitas yang mendasari dasar ekuitas merek akan berbeda antara satu konteks dengan konteks lainnya.

Srinivasan dan Park (dalam Simamora, 2002 : 47) membuat konsepsi yang memungkinkan ekuitas merek negatif, nol ataupun positif. Menurut mereka, pada produk-produk bermerek terdapat dua jenis nilai, yaitu :

a. Pertama, nilai objektif, yaitu nilai berdasarkan realitas. Ini merupakan nilai yang tidak terkontaminasi oleh segala hal yang berkaitan dengan merek. Memang dapat diterima bahwa setiap produk memiliki nilai objektif. b. Kedua, nilai total produk dengan merek. Ekuitas merek adalah selisih

antara nilai total produk (dengan merek) dikurangi nilai objektifnya. Dengan demikian, dimungkinkan nilai ekuitas merek yang positif, nol dan negatif.

Hana dan Wozniak (dalam Simamora, 2002 : 49) juga melihat ekuitas merek sebagai nilai positif. produk, ekuitas merek ada kalau merek itu


(49)

memberikan nilai tambah. Kalau tidak memberikan nilai tambah, apalagi kalau justru mengurangi nilai produk, berarti tidak ada ekuitas merek.

Sebuah agen iklan global ternama, Young & Rubicam (Y & R) (dalam Simamora, 2002 : 51), mengembangkan metode untuk mengukur ekuitas merek yang dinamakan Brand Asset Valuator, yaitu :

1. Diferensiasi (differentiation), yaitu ukuran seberapa berbeda (distinctive) suatu merek di banding merek lain.

2. Relevansi (relevance), yaitu relevansi merek dengan konsumen. Sejauh mana arti merek dan cocok dengan konsumen.

3. Kebanggaan (esteem), ukuran tentang apakah merek memperoleh penghargaan yang tinggi dan dianggap sebagai yang terbaik di kelasnya. 4. Pengetahuan (knowledge), yaitu ukuran tentang pemahaman mengenai

merek.

Corrie Goerne, dalam Peter dan Olson (dalam Simamora, 2002 : 55), memberikan empat pendekatan ekuitas merek, yang sebenarnya merupakan bagian loyalitas merek. Sama seperti Aaker, Goerne juga menempatkan loyalitas sebagai indikator ekuitas merek. Adapun keempat pendekatan itu adalah sebagai berikut :

1. Substitutability. Kalau konsumen sulit beralih ke merek lain, walaupun mereka dirangsang untuk melakukannya, itu merupakan pertanda ekuitas merek yang tinggi.

2. Repeat Purchase Rate. Perhatikan persentase konsumen yang membeli merek pada waktu yang lalu dan akan membeli merek itu lagi pada masa yang datang. Semakin tinggi persentase itu, semakin tinggi ekuitas merek.


(50)

3. Concentration. Kalau pasar terkonsentrasi, berarti para pemasar telah membangun yang ekuitas yang tinggi pada mereknya.

4. Demand Elasticity. Kalau konsumen menempatkan nilai yang tinggi pada sebuah merek, akan merespon penurunan harga merek itu secara antusias, tetapi tidak bereaksi pada penurunan harga pesaing.

Menurut David A. Aaker (1997 : 23), ekuitas merek (brand equity) dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu :

1. Loyalitas Merek (Brand Loyalty)

Loyalitas merek dari kelompok pelanggan seringkali merupakan inti dari ekuitas merek. Apabila para pelanggan tidak tertarik pada merek dan membeli karena karakteristik produknya, harga, dan kenyamanan dengan sedikit memperdulikan merek maka berarti kemungkinan ekuitas mereknya kecil. Sebaliknya, apabila para pelanggan melanjutkan untuk membeli hal tersebut kendati dihadapkan pada para kompetitor yang menawarkan karakeristik produk besar dalam merek tersebut dan barangkali juga dalam simbol dan slogannya.

2. Kesadaran Merek (Brand Awareness)

Kesadaran merek adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Kesadaran merek membutuhkan jangkauan kontinum (continuum ranging) dari perasaan yang tak pasti bahwa merek tertentu dikenal, menjadi keyakinan bahwa produk tersebut merupakan satu-satunya dalam kelas produk yang bersangkutan.


(51)

3. Persepsi Kualitas (Perceived Quality)

Persepsi kualitas (perceived quality) dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan pelanggan (Durianto, Sugiarto & Tony Sitinjak, 2004 : 96).

Karena perceived quality merupakan persesi dari pelanggan maka perceived quality tidak dapat ditentukan secara objektif. Persepsi pelanggan akan melibatkan apa yang penting bagi pelanggan karena setiap pelanggan memiliki kepentingan yang berbeda-beda terhadap suatu produk atau jasa.

4. Asosiasi Merek (Brand Association)

Asosiasi merek (brand association) adalah segala kesan yang muncul di benak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek (Durianto, Sugiarto & Tony Sitinjak, 2004 : 69).

Suatu merek yang telah mapan akan memiliki posisi menonjol dalam persaingan bila didukung oleh berbagai asosiasi yang kuat. Berbagai asosiasi merek yang saling berhubungan akan menimbulkan suatu rangkaian yang disebut brand image yang dimiliki oleh merek tersebut.

5. Aset-Aset Merek Lainnya (Other Propietary Brand Assets)

Kategori kelima ini mewakili beberapa aset hak milik lain seperti paten, cap dagang (trademark) dan saluran hubungan. Asset-aset merek akan sangat bernilai jika aset-aset itu menghalangi atau mencegah para kompetitor menggerogoti loyalitas konsumen.


(52)

II.3 Iklan di Media II.3.1 Pengertian Iklan

Wright dalam Liliweri (1992 : 20-21) mengemukakan bahwa iklan merupakan suatu proses yang mempunyai kekuatan yang sangat penting sebagai alat pemasaran yang membantu menjual barang, memberikan layanan serta gagasan atau ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif.

Pengertian yang diajukan Wright ini mengandung dua makna, yaitu : a. Iklan dipandang sebagai alat pemasaran.

b. Iklan dalam pengertian proses komunikasi yang persuasif.

Namun keduanya tetap mengandung arti yang sama yaitu kegiatan menjual barang, jasa, ide dan gagasan kepada pihak khalayak.

Iklan menurut AMA (American Marketing Association) (Kurniawati, 2005 : 2) mendefinisikan bahwa iklan adalah setiap bentuk penyajian dan promosi mengenai gagasan, barang atau jasa kepada khalayak (non personal) oleh sponsor yang jelas, dan untuk itu dikenakan bayaran.

Menurut Philip Kotler (1987 : 273), periklanan adalah semua bentuk penyajian non-personal, promosi ide-ide, promosi barang, produk atau jasa yang dilakukan oleh sponsor tertentu yang dibayar.

II.3.2 Fungsi Iklan

Terence A. Shimp (2003 : 357-362) menyatakan ada lima fungsi dari periklanan, yaitu :


(53)

1. Informing (Memberi Informasi)

Periklanan membuat konsumen sadar (aware) akan merek-merek baru, mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merek, serta memfasilitasi penciptaan citra merek yang positif. Karena merupakan suatu bentuk komunikasi yang efektif, berkemampuan menjangkau khalayak luas dengan biaya per kontak yang relatif rendah, periklanan memfasilitasi pengenalan (introduction) merek-merek baru, meningkatkan jumlah permintaan terhadap merek-merek-merek-merek yang telah ada dan meningkatkan puncak kesadaran dalam benak konsumen (Top Of Mind Awareness) untuk merek-merek yang sudah ada dalam kategori produk yang matang. Periklanan menampilkan peran informasi bernilai lainnya baik untuk merek yang diiklankan maupun konsumennya dengan mengajarkan manfaat-manfaat baru dari merek yang telah ada.

2. Persuading (Membujuk)

Iklan yang efektif akan mampu membujuk (persuasi) pelanggan untuk mencoba produk dan jasa yang diiklankan. Terkadang persuasi berbentuk mempengaruhi permintaan primer, yakni menciptakan permintaan bagi keseluruhan kategori produk. Lebih sering, iklan berupaya untuk membangun permintaan sekunder, permintaan bagi merek perusahaan yang spesifik.

3. Reminding (Mengingatkan)

Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para konsumen. Saat keputusan muncul, yang berhubungan dengan produk yang diiklankan, dampak periklanan di masa lalu memungkinkan merek pengiklan untuk hadir di benak konsumen sebagai suatu kandidat merek yang akan di beli.


(54)

Periklanan yang efektif juga meningkatkan minat konsumen terhadap merek yang sudah ada dan pembelian sebuah merek yang mungkin tidak akan dipilihnya. 4. Adding Value (Memberikan Nilai Tambah)

Terdapat tiga cara mendasar dimana perusahaan bisa memberi nilai tambah bagi penawaran mereka yaitu: inovasi, penyempurnaan kualitas, atau mengubah persepsi konsumen. Ketiga komponen nilai tambah tersebut benar-benar independen. Periklanan memberi nilai tambah pada merek dengan mempengaruhi persepsi konsumen. Iklan yang efektif menyebabkan merek dipandang lebih bergaya, lebih bergengsi, dan bisa lebih unggul dari tawaran pesaing.

5. Assisting (Mendampingi)

Periklanan hanyalah salah satu anggota atau alat dari tim atau bauran komunikasi pemasaran. Periklanan mungkin digunakan sebagai alat komunikasi untuk meluncurkan promosi-promosi penjualan seperti kupon-kupon dan undian serta upaya penarikan perhatian berbagai perangkat promosi penjualan tersebut.

II.3.3 Sifat Iklan

Menurut Susanto, iklan mempunyai tiga sifat utama, yaitu: a. Sederhana

Pesan yang disampaikan dengan bahasa ringan dan mudah dimengerti. b. Mengulang

Pesan iklan disampaikan secara berulang-ulang dengan maksud untuk memperkenalkan, membantu mengingatkan dan mengembangkan kepercayaan serta keakraban.


(55)

c. Kejelasan

Pesan mudah dimengerti dan langsung pada pokok permasalahan agar tidak membingungkan pembaca iklan dan juga tidak menimbulkan penafsiran berbeda (Susanto: 1997 :213).

II.3.4 Jenis-Jenis Iklan

Menurut Bittner (Liliweri,1992 : 33), menyatakan bahwa iklan terbagi atas:

1. Iklan Standar, yaitu iklan yang berusaha mempengaruhi konsumen untuk membeli produk dan jasa tertentu.

2. Iklan Layanan Masyarakat, yaitu iklan yang dibuat oleh organisasi non profit guna kepentingan umum.

3. Iklan Tanggung Jawab Sosial, yaitu iklan yang berusaha mengingatkan konsumen mengenai bahaya penggunaan terus-menerus dari sejumlah produk dan jasa.

4. Iklan Kontra, yaitu iklan yang dipasarkan untuk mengingatkan konsumen tentang penipuan informasi akan sesuatu barang dan jasa.

5. Iklan Korektif, yaitu iklan yang dibuat oleh sebuah organisasi resmi (organisasi pemerintah) yang telah menetapkan bahwa produk dan jasa yang ditampilkan telah salah dimengerti oleh masyarakat.

6. Iklan Advokasi, yaitu iklan yang mencegah tindakan menentang keadaan yang dapat mempengaruhi ketentraman umum.

7. Iklan Image (citra), yaitu iklan yang disponsori oleh organisasi untuk meningkatkan image perusahaan.


(56)

II.3.5 Fungsi Iklan

Secara umum fungsi iklan terbagi atas lima fungsi, yaitu :

1. Fungsi pemasaran, yaitu fungsi untuk memenuhi permintaan para pemakai ataupun pembeli terhadap barang dan jasa serta gagasan yang diperlukan. 2. Fungsi komunikasi, yaitu sebagai alat informasi kepada masyarakat akan

hadirnya suatu produk atau jasa yang baru di masyarakat.

3. Fungsi pendidikan, yaitu fungsi bersifat mendidik masyarakat akan sesuatu hal yang dilakukan melalui iklan, sifatnya mengubah perilaku masyarakat. 4. Fungsi ekonomi, yaitu fungsi memberikan keuntungan dari segi ekonomi

kepada konsumen dan juga pemasang iklan. Di satu sisi, iklan memberitahukan kepada konsumen tentang produk baru, cara mendapatkannya, serta keuntungan yang didapat. Di sisi lain, iklan menguntungkan pemasang iklan karena dapat meningkatkan volume penjualan produk atau jasa yang diiklankan.

5. Fungsi sosial, yaitu fungsi yang membantu menggerakkan suatu perubahan standar hidup yang ditentukan oleh kebutuhan manusia di seluruh dunia (Liliweri, 1992: 47-52).

II.3.6 Media Iklan

Secara harfiah kata media berarti perantara atau pengantar. Association for Education and Communication Technology (AECT), mengartikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk proses penyampaian informasi (DICTUM Vol. II/No. 4/ Maret 2008 hal. 14).


(57)

Pemilihan media iklan harus didasarkan pada tujuan penyampaian pesan, yang meliputi:

a. Pertama, pemasar harus menentukan sikap target audiens yang akan dituju, misalnya berdasarkan kelompok geografis, demografis seperti umur, pendidikan dan lain-lain.

b. Kedua, pemasar perlu melihat kapan iklan akan ditayangkan atau disampaikan kepada target audiens.

c. Ketiga, durasi tayangan iklan (DICTUM Vol. II/No. 4/ Maret 2008 hal. 14).

II.3.6.1. Media Cetak 1. Majalah

Majalah memiliki sejumlah karakteristik dan kualitas yang menjadikannya menarik sebagai sebuah media periklanan.

Adapun keuntungan beriklan di majalah yaitu :

a. Kemampuan untuk menuju khalayak-khalayak spesifik.

b. Majalah dicatat atas usia panjangnya dan keterlibatan pembaca yang tinggi. Kebanyakan pembaca menghabiskan beberapa hari untuk membaca majalah baru, kemudian menyimpannya untuk jangka waktu lama.

c. Iklan majalah memiliki kualitas cetak dan warna yang baik.

d. Majalah menawarkan format-format luwes yang memungkinkan ukuran-ukuran iklan berbeda.

e. Terkadang satu pengiklan menggunakan sisipan majalah. Pengiklan mencetak iklannya pada kertas khusus berkualitas tinggi dan mengirimkan


(58)

iklan jadinya ke penerbit untuk disisipkan ke dalam majalah dengan harga khusus.

Meskipun kelebihan yang ditawarkan majalah cukup banyak, media ini dibatasi oleh faktor-faktor tertentu, kekurangan tersebut yaitu:

a. Biaya yang tinggi, terutama majalah yang memiliki nama besar dan berskala nasional maupun internasional.

b. Iklan majalah harus diserahkan jauh sebelum tanggal publikasi.

c. Majalah biasanya mengukur kesuksesan mereka dalam lingkup jumlah halaman iklan yang mereka tarik. Dengan demikian, kepadatan menjadi sebuah masalah yang sangat besar bagi para pengiklan. (Lee & Johnson, 2004: 247-248).

2. Koran

Beberapa kelebihan koran, yaitu:

a. Koran memberikan cakupan lengkap dan tidak dibatasi pada kelompok-kelompok sosioekonomi atau demografis tertentu karena hampir setiap orang membaca koran.

b. Periklanan koran dapat dilakukan dengan cepat. Waktu tampilan yang singkat, memungkinkan para pengiklan mengaitkan materi iklan dengan perkembangan pasar lokal atau peristiwa yang layak diamati, sehingga hasilnya lebih responsif.

c. Iklan dapat dengan cepat dan mudah diubah.

d. Koran menarik mereka yang telah berminat untuk membaca. Jadi Koran memberikan khalayak sekaligus ruang bagi materi panjang dan terinci, termasuk daftar produk dan harga.


(59)

e. Kebanyakan koran ditargetkan secara geografis, bahkan koran di kota besar memiliki edisi khusus bagi berbagai lingkungan hunian dan pemukiman perkotaan.

Beberapa kekurangan koran, yaitu:

a. Koran tidak memiliki usia baca sepanjang majalah, kebanyakan didaur ulang atau disingkirkan setelah dibaca.

b. Pengiklan nasional harus melakukan penanganan terpisah terhadap setiap penerbit koran. Satu masalah lain yang dialami para pengiklan nasional adalah tingkat harga yang dibebankan kepada mereka bisa lebih tinggi daripada yang ditagihkan kepada para pengiklan lokal.

c. Terdapat pula variasi besar dalam kualitas cetak dan warna dalam berbagai koran.

d. Banyak iklan koran harus muncul ditengah kepadatan iklan-iklan lain (Lee & Johnson, 2004: 252-254).

II.3.6.2. Media Elektronik 1. Televisi

Kelebihan televisi yaitu :

a. Televisi memungkinkan demonstrasi produk atau jasa.

b. Televisi gampang beradaptasi, memungkinkan adanya kombinasi suara, warna dan gerakan.

c. Sulit bagi pemirsa untuk mengalihkan pandangan dari sebuah komersil


(60)

a. Biaya absolut untuk memproduksi dan menayangkan komersil telah menjadi demikian tinggi.

b. Dengan penemuan remote control, banyak waktu pemirsa yang digunakan untuk berpindah dari satu stasiun ke stasiun lainnya.

c. Meningkatnya penggunaan pengumuman-pengumuman promosi oleh jaringan untuk merangsang pemirsa melihat program-program yang gencar dipromosikan dan meningkatnya komersil pendek, 10 hingga 30 detik, telah menciptakan kepadatan iklan (Lee & Johnson, 2004: 267-268).

2. Radio

Kelebihan radio, yaitu:

a. Radio bersifat luwes. Iklan dapat diudarakan hampir kapanpun diinginkan dan hanya memerlukan perhatian awal yang singkat.

b. Komersil radio juga tidak mahal untuk diproduksi.

c. Radio dapat menjangkau khalayak spesifik (khusus), seperti kaum pria, kaum wanita dan lain sebagainya.

Kelemahan radio, yaitu :

a. Radio hanyalah sebuah media yang didengarkan dan para pendengar tidak dapat melihat produk yang diiklankan.

b. Tingginya tingkat fragmentasi khalayak yang terjadi karena banyaknya jumlah stasiun (Lee & Johnson, 2004: 275-277).

II.4. Teori AIDDA

Dalam proses komunikasi kita harus menerapkan strategi komunikasi yang tepat, sehingga memungkinkan komunikator sebagai pelaksana dapat segera


(61)

mengadakan perubahan apabila ada satu faktor yang mempengaruhinya. Dengan demikian, dalam strategi komunikasi peranan komunikasi sangat penting, sehingga komunikasi dapat berjalan lancar. Onong U. Effendy, dalam bukunya “Ilmu, Teori Filsafat & Komunikasi”, menyebutkan bahwa ahli komunikasi cenderung untuk sama-sama berpendapat bahwa dalam melancarkan komunikasi lebih baik menggunakan pendekatan yang disebut A-A Procedure. A-A Procedure ini sebenarnya penyederhanaan dari suatu proses yang disingkat AIDDA, yaitu :

A - Attention (Perhatian) I - Interest (Minat) D - Desire (Hasrat) D - Decision (Keputusan) A - Action (Tindakan)

Dimulainya komunikasi dengan membangkitkan perhatian akan merupakan awal suksesnya komunikasi (Effendy, 2000: 304). Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest), yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire). Untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator belum berarti apa-apa, sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan (decision), yakni keputusan untuk melakukan kegiatan (action) sebagaimana diharapkan komunikator (vendor).

Untuk lebih memudahkan dan memahami AIDDA dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(1)

KUESIONER PENELITIAN

STRATEGI BUNDLING ESIA DAN MINAT BELI

(Studi Korelasional Strategi Bundling Esia Terhadap Minat Beli Mahasiswa USU)

Petunjuk Pengisian Kuesioner :

1. Bacalah semua pertanyaan dengan teliti.

2. Isilah jawaban Anda dengan jujur, benar dan jelas.

3. Berilah tanda silang (x) pada setiap jawaban yang Anda pilih. 4. Sebaiknya kolom kotak di sebelah kanan jangan Anda isi.

5. Checklist ( √ ) untuk setiap pertanyaan yang berada dalam tabel yang

sesuai menurut Anda.

6. Terima kasih atas kerjasamanya.

No. Responden :

1 I. Karakteristik Responden

6. Usia :

1. 18 tahun

2. 19 tahun

3 3. 20 tahun 4. 21 tahun 5. 22 tahun 6. 23 tahun 7. Jenis Kelamin :

1. Pria 2. Wanita

3. Fakultas :

1. Kedokteran

2. Hukum

5

3. Pertanian 4. Teknik 5. Ekonomi 6. Kedokteran 7. Sastra 8. MIPA 9. ISIP

10. Kesehatan Masyarakat


(2)

4. Uang saku per bulan : 1. < Rp. 500.000,-

2. Rp. 500.001,- s/d Rp. 750.000,-

3. Rp. 750.001,- s/d Rp. 1.000.000,- 4. > Rp.1.000.000,-

5. Operator GSM dan /atau CDMA yang Anda gunakan saat ini ? (bisa sebutkan lebih dari satu)

Provider Kartu (Simcard) Tidak Ada Ada Halo

TELKOMSEL Simpati

As Matrix

INDOSAT Mentari

IM3 Starone

XL Bebas

Jempol

MOBILE 8 Fren

BAKRIE TELECOM

Esia

TELKOM Flexy

3 Three

II. Strategi Bundling Esia A. Iklan

6. Apakah Anda pernah mendengar/melihat bundling (simcard+handphone) Esia?

1.Tidak Pernah

2. Sekilas


(3)

4. Pernah

7. Berapa kali Anda melihat/mendengar iklan Esia dalam sehari ? 1. 1-3 kali

2. 4-7 kali

3. 8-10 kali 4. > 10 kali

8. Apakah Anda mengerti dengan isi pesan yang Anda dengar/lihat tentang Esia?

1. Tidak mengerti 2. Kurang mengerti

3. Mengerti

4. Sangat mengerti

9. Menurut Anda apakah tagline “Untung Pake Esia” itu sudah menarik ? 1. Tidak menarik

2.Kurang menarik 3. Menarik

4. Sangat menarik

10. Apakah Anda mengetahui media apa saja yang digunakan BTel (Esia) untuk mempromosikan iklan tersebut ?

1. Tidak tahu

2. Kurang tahu

3. Tahu 4. Sangat tahu

11. Melalui media apakah Anda mendengar/melihat iklan Esia ?

Media Tidak

Pernah

Pernah Sering Sering

kali 1. Radio

2.Spanduk 3. Billboard 4. Televisi 5. Brosur 6. Koran 7. Majalah 8. Internet

12. Menurut Anda, apakah penggunaan media tersebut dalam mempromosikan iklan sudah tepat ?


(4)

2. Kurang tepat 3. Tepat

4. Sangat tepat

13. Apakah Anda percaya terhadap isi pesan yang disampaikan iklan tersebut ?

1. Tidak percaya

2. Kurang percaya

3. Percaya

4. Sangat percaya

14. Apakah penggunaan media cetak dan media elektronik dalam menyampaikan isi pesan iklan tersebut sudah efektif ?

1. Tidak efektif

2. Kurang efektif

3. Efektif 4. Sangat efektif

15. Apakah Anda mampu mencerna isi pesan yang disampaikan dalam iklan tersebut ?

1. Tidak mampu

2. Kurang mampu

3. Mampu

4. Sangat mampu

B. Bahan Pertimbangan Konsumen

16. Menurut Anda, bagaimanakah kualitas jaringan Esia ?

1. Lemah sekali

2. Lemah

3. Kuat

4. Sangat kuat

17. Esia dibundle (dikemas) dalam satu HP yang ergonomis, menurut Anda bagaimanakah tampilan bentuk (style) HP Esia ?

1. Jelek sekali

2. Jelek

3. Menarik 4. Menarik sekali

18. Bagaimanakah harga bundling Esia menurut Anda ? 1. Mahal sekali

2. Mahal

3. Murah 4. Murah sekali

19. Apakah fitur yang ada pada HP Esia sudah lengkap untuk menjangkau semua kebutuhan berkomunikasi Anda ?

1. Belum lengkap

2. Cukup

3. Lengkap 4. Lengkap sekali


(5)

20. Bagaimanakah perhatian Anda saat melihat/mendengar iklan Esia tersebut ?

1. Tidak memperhatikan

2. Kurang memperhatikan

3. Memperhatikan

4. Sangat memperhatikan

21. Setujukah Anda, jika dikatakan HP Esia identik dengan merek telpon CDMA ?

1. Tidak setuju

2. Kurang setuju

3. Setuju 4. Sangat setuju

22. Apakah produk yang ditawarkan oleh Btel (Esia) menjadi perhatian bagi Anda untuk membeli ?

1. Tidak setuju

2. Kurang setuju

3. Setuju 4. Sangat setuju

23. Apakah dengan adanya bundling Esia, Anda menjadi terbantu dalam pemilikan HP CDMA ?

1. Tidak terbantu

2. Kurang terbantu

3. Terbantu 4. Sangat terbantu

24. Apakah Anda merasa tertarik dengan produk BTel (Esia) tersebut? 1. Tidak tertarik

2. Kurang tertarik

3. Tertarik

4. Sangat tertarik

25. Apakah Anda yakin dengan produk Esia dapat memenuhi kebutuhan Anda ?

1. Tidak yakin

2. Kurang yakin

3. Yakin 4. Sangat yakin

26. Apakah setelah berhasrat untuk membeli produk HP Esia, Anda selanjutnya akan membuat keputusan untuk membeli?

1. Tidak ada keputusan untuk membeli

2. Kurang ada keputusan untuk membeli

3. Ada keputusan untuk membeli 4. Sangat ada keputusan untuk membeli

27. Apakah Anda termotivasi untuk melakukan pembelian karena pengaruh dari iklan?

1. Tidak termotivasi

2. Kurang termotivasi

3. Termotivasi 4. Sangat termotivasi


(6)

28. Benarkah Anda membuat keputusan membeli karena dorongan dari teman-teman?

1. Tidak benar

2. Kurang tepat

3. Benar 4. Benar sekali

29. Apakah setelah membuat keputusan untuk membeli, selanjutnya akan membantu Anda untuk melakukan tindakan pembelian?

1. Tidak membantu

2. Kurang membantu

3. Membantu

4. Sangat membantu

30. Jika Anda membeli, apakah Anda merasa kebutuhan komunikasi dengan tarif murah akan terpenuhi ?

1. Tidak tahu

2. Tidak terpenuhi

3. Terpenuhi 4. Sangat terpenuhi

31. Jika Anda telah melakukan tindakan pembelian HP Esia, bagaimanakah perasaan Anda ?

1. Tidak senang

2. Kurang senang

3. Senang


Dokumen yang terkait

Strategi Meningkatkan Minat Beli Ulang Apotek Terhadap Produk Obat PT. Novell Pharmaceutical Labs Medan

4 105 78

Iklan BlackBerry dan Minat Beli (Studi Korelasional Hubungan Tayangan Iklan BlackBerry di Televisi terhadap Minat Beli Mahasiswa FISIP USU)

4 59 123

Positioning Brand Dan Minat Beli (Studi Korelasional Pengaruh Iklan Positioning Brand AXE Apollo di RCTI Terhadap Minat Beli Mahasiswa FISIP USU)

1 57 138

Strategi IklanTelkomsel 4G LTE Terhadap Minat Beli Pelanggan. (Studi Korelasional tentang Strategi Iklan Telkomsel 4G LTE terhadap Minat Beli Pelanggan di kalangan Mahasiswa FISIP USU )

13 103 93

Strategi IklanTelkomsel 4G LTE Terhadap Minat Beli Pelanggan. (Studi Korelasional tentang Strategi Iklan Telkomsel 4G LTE terhadap Minat Beli Pelanggan di kalangan Mahasiswa FISIP USU )

0 0 15

Strategi IklanTelkomsel 4G LTE Terhadap Minat Beli Pelanggan. (Studi Korelasional tentang Strategi Iklan Telkomsel 4G LTE terhadap Minat Beli Pelanggan di kalangan Mahasiswa FISIP USU )

0 0 2

Strategi IklanTelkomsel 4G LTE Terhadap Minat Beli Pelanggan. (Studi Korelasional tentang Strategi Iklan Telkomsel 4G LTE terhadap Minat Beli Pelanggan di kalangan Mahasiswa FISIP USU )

1 1 9

Strategi IklanTelkomsel 4G LTE Terhadap Minat Beli Pelanggan. (Studi Korelasional tentang Strategi Iklan Telkomsel 4G LTE terhadap Minat Beli Pelanggan di kalangan Mahasiswa FISIP USU )

0 0 22

Strategi IklanTelkomsel 4G LTE Terhadap Minat Beli Pelanggan. (Studi Korelasional tentang Strategi Iklan Telkomsel 4G LTE terhadap Minat Beli Pelanggan di kalangan Mahasiswa FISIP USU )

0 0 3

Strategi IklanTelkomsel 4G LTE Terhadap Minat Beli Pelanggan. (Studi Korelasional tentang Strategi Iklan Telkomsel 4G LTE terhadap Minat Beli Pelanggan di kalangan Mahasiswa FISIP USU )

0 0 8