Sastra Remaja Jugendliteratur KAJIAN TEORI

Dalam sastra remaja terdapat perbedaan dengan sastra pada umumnya yang dinikmati oleh orang dewasa. Hal tersebut berkaitan dengan pendapat Wilpert 1969: 369 bahwa: Jugendliteratur in Problemstellung, inhalt, Stoff und Form der Welthaltung dem interesse der Jugend auf verschiedenen Alterstufen angemessenes Schrifttum teilts dichterischen, unterhaltenden. Belehrenden und meist indirekt erzieherischen Charakters das gleichzeitig durch Ästhet. Ansprechende Formgebung der Künstlerischen Geschmacksbildung dienen soll. Artinya: Sastra remaja merupakan bentuk karya sastra yang didalamnya memiliki perbedaan dalam permasalahan, isi, materi dan merupakan bentuk kepribadian dunia remaja yang penuh dengan ketertarikan yang berbeda dengan tingkat orang dewasa Literatur yang tepat dengan bagian- bagian yang indah, menghibur, memberi pelajaran dan biasanya penokohan tidak diceritakan secara langsung, namun diungkapkan dengan keindahan, merupakan bentuk artistik atau keindahan yang menarik. Sastra remaja berbeda dengan sastra yang dinikmati oleh orang dewasa. Sastra remaja diciptakan menyesuaikan dengan kehidupan remaja, dari segi cerita dan tentu saja karakteristik remaja. Karakteristik remaja selain secara fisik juga ditampilkan dari segi emosionalnya. Yusuf 2005: 35 mengungkapkan bahwa remaja mengalami puncak emosionalitasnya, perkembangan emosi tingkat tinggi. Perkembangan emosi remaja awal menunjukkan sifat sensitif, reaktif yang kuat, emosinya bersifat negatif dan temperamental mudah tersinggung, marah, sedih, dan murung. Sedangkan remaja akhir sudah mulai mampu mengendalikannya. Remaja yang berkembang di lingkungan yang kurang kondusif, kematangan emosionalnya terhambat. Sehingga sering mengalami akibat negatif berupa tingkah laku buruk, misalnya agresif melawan, keras kepala, berkelahi, suka menggangu dan lain-lainnyadan lari dari kenyataan suka melamun, pendiam, senang menyendiri, mengkonsumsi obat penenang, minuman keras, atau obat terlarang. Perkembangan pribadi remaja meliputi mulai berperilaku dewasa, kematangan seksual berimplikasi kepada dorongan dan emosi-emosi baru, munculnya kesadaran terhadap diri dan mengevaluasi kembali obsesi dan cita-citanya, kebutuhan interaksi dan persahabatan lebih luas dengan teman sejenis dan lawan jenis, munculnya konflik-konflik sebagai akibat masa transisi dari masa anak menuju dewasa. Remaja akhir sudah mulai dapat memahami, mengarahkan, mengembangkan, dan memelihara identitas diri. Salah satu produk sastra remaja atau Jugendliteratur adalah roman anak dan remaja Kinder- und Jugendroman, yaitu roman yang menyajikan cerita dengan tema anak dan remaja. Berkaitan dengan jenis roman yang menjadi sumber penelitian ini dapat disimpulkan bahwa roman Träume Wohnen Überall merupakan salah satu roman remaja atau Jugendroman yang termasuk dalam sastra remaja atau Jugendliteratur, karena dalam roman tersebut menyajikan dunia remaja dengan ciri-ciri khas remaja terutama yang digambarkan pada tokoh utama, yaitu Sandale. Sandale dicerminkan sebagai gadis temperamental, kecanduan lem dan agresif, hal ini dikarenakan lingkungan Sandale yang kurang kondusif. Selanjutnya, dalam roman ini juga digambarkan kebutuhan Sandale untuk berinteraksi untuk menjalin persahabatan dengan sesama jenis dan lawan jenis. Dari kutipan-kutipan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sastra remaja atau Jugendliteratur adalah karya sastra yang menyajikan gambaran kehidupan dunia remaja.

C. Tokoh dan Penokohan

Ada dua hal terpenting dalam sebuah karya sastra yang berkaitan yaitu tokoh dan penokohan. Tokoh mempunyai unsur terpenting dalam cerita. Kehadiran tokoh dapat menggerakkan cerita secara dinamis dan harmonis. Abrams 1981 : 21 menyatakan bahwa : Character are the persons, in dramatic or narrative work, endowed with moral and dispositional qualities that are expressed in what the say – the dialoge – and what the do – the action. Tokoh adalah orang-orang yang ada dalam karya dramatik atau narativ yang dibekali moral dan kualitas watak yang diekspresikan lewat apa yang mereka katakan – dialog – dan apa yang mereka lakukan – aksi. Tokoh-tokoh cerita dapat dibedakan menjadi beberapa jenis sesuai dengan sudut pandang dan tinjauannya. Jenis-jenisnya antara lain yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan, tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan dalam penceritaannya Nurgiyantoro, 2010: 176 sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh pendukung cerita. Sebagai fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang digambarkan dengan seseorang yang baik hati, bijaksana, sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang digambarkan dengan seseorang yang jahat. Adanya perbedaan gambaran tokoh ini akan menimbulkan konflik dalam proses cerita. Adapun Sudjiman 1987 : 23 mengemukakan bahwa penokohan sebagai penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Suharianto 1982 : 31 menambahkan penokohan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan batinnya yang berupa pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadat dan sebagainya. Penokohan ini bukan sekedar memberi penjelasan mengenai watak tokoh, melainkan juga melukiskan kehadiran tokoh tersebut dalam menunjang proses cerita sebagai sebuah karya. Abrams 1981 : 21 mengungkapkan bahwa ada dua teknik dalam pelukisan tokoh yaitu dengan Showing ragaan dan Telling uraian. Teknik ragaan atau showing yaitu pengarang membuat tokoh-tokohnya dalam cerita mendeskripsikan diri mereka sendiri melalui percakapan dan berbagai tindakan yang mereka lakukan, agar pembaca dapat menarik kesimpulan tentang motif dan watak yang terkandung dibalik percakapan dan perbuatan para tokoh, sedangkan teknik uraian atau telling adalah pengarang secara langsung mendeskripsikan tentang para tokoh dalam cerita. Marquaß 1997 : 36 mengungkapkan bahwa teknik pelukisan tokoh ada beberapa cara, yaitu karakterisasi secara langsung die direkte Charakterisierung melalui pengarang, tokoh lain, dan tokoh itu sendiri, dan karakterisasi secara tidak langsung die indirekte Charakterisierung melalui deskripsi tingkah laku tokoh die Schilderung des Verhaltens, penggambaran bentuk lahir die Beschreibung des Äußeren , dan pelukisan hubungan die Darstellung der Beziehungen. Maka jika ditinjau dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah para pelaku atau orang yang berlaku hadir di dalam cerita, sedangkan penokohan adalah pelukisan atau pengkarakteristikkan tokoh cerita.