1. 2 Kebut uhan Energi Tot al A. Energi useful

Out look Energi Indonesia 2010 36 Tabel 5. 1 Kebutuhan energi final per sekt or t ahun 2000–2008 Jut a SBM Sekt or 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Indust ri 278, 9 275, 0 271, 0 300, 1 288, 0 287, 4 304, 1 325, 6 374, 3 Rumah Tangga 296, 6 301, 3 303, 0 309, 0 314, 1 313, 8 312, 7 319, 3 316, 8 Komersial 20, 7 21, 5 21, 8 22, 4 25, 4 26, 2 26, 2 27, 9 29, 0 Transport asi 139, 2 148, 3 151, 5 156, 2 178, 4 178, 5 170, 1 179, 1 191, 3 Lainnya 29, 2 30, 6 30, 0 28, 4 31, 7 29, 1 25, 9 24, 9 24, 8 Tot al 764, 6 776, 7 777, 3 816, 1 837, 6 83, 05 839, 0 876, 8 936, 2 Sumber: CDIEMR 2009 Sama halnya dengan sekt or indust ri, sekt or komersial dan sekt or t ransport asi t erus meningkat dengan laj u pert umbuhan 4, 3 per t ahun dan 4, 1 per t ahun. Meskipun harga minyak dunia berf lukt uasi, namun kedua sekt or ini t erus meningkat karena sekt or t ransport asi merupakan sekt or pendukung semua akt ivit as sekt or pengguna energi lainnya. Sekt or komersial akan t erus berkembang karena akt ivit asnya meningkat kan devisa negara. Fl ukt uasi harga minyak cukup mempengaruhi pemakaian BBM pada sekt or ini. Sel ama kurun wakt u 8 t ahun, t ot al pemanf aat an energi pada sekt or lainnya menurun dengan laj u penurunan 2 per t ahun. Kebut uhan energi usef ul pada t ahun dasar dihit ung dari dat a konsumsi energi f inal 2007, yang kemudian diproyeksikan dengan pendekat an pert umbuhan ekonomi dan penduduk sert a pergerakan harga minyak ment ah dengan mempert imbangkan perubahan-perubahan f akt or-f akt or sosial, ekonomi, dan t eknologi yang dapat mempengaruhi perubahan gaya hidup masyarakat . Dalam buku ini dilakukan kaj ian mengenai 4 kasus kebut uhan energi demand dengan pembahasan Produk Domest ik Brut o PDB rendah dan PDB t inggi dengan variasi harga minyak. Selanj ut nya kasus R60 merupakan kasus kebut uhan energi dengan PDB rendah 5, 5 pada harga minyak 60 barel , selanj ut nya disebut dengan kasus dasar. Kasus T60 yait u kasus dengan PDB t inggi 7 pada harga minyak 60 barel . Kasus R90 yait u kasus kebut uhan energi dengan PDB rendah 5, 5 pada harga minyak 90 barel. Kasus T90 yait u kasus dengan PDB t inggi 7 pada harga minyak 90 barel.

5. 1. 2 Kebut uhan Energi Tot al A. Energi useful

Dari hasil analisis model kebut uhan energi, unt uk set iap kasus yang digunakan diperol eh kebut uhan energi t ermanf aat kan yang berbeda. Pada t ahun 2007 kebut uhan energi t ermanf aat kan adal ah sebesar 356, 7 j ut a SBM. Dengan adanya beberapa kondisi perkembangan harga minyak dan PDB, energi usef ul diproyeksikan berkembang sesuai dengan kasus yang diberikan. Hingga t ahun 2030, unt uk kasus R60 proyeksi kebut uhan energi usef ul meningkat dengan laj u pert umbuhan 4, 1 per t ahun hingga mencapai 1. 162, 6 j ut a SBM. Unt uk kasus R90, laj u pert umbuhannya sebesar 3, 7 per t ahun. Kasus T60 mempunyai laj u pert umbuhan sebesar 5, 3 per t ahun dan kasus T90 dengan laj u pert umbuhan sebesar 4, 8 per t ahun. Kebut uhan energi t ermanf aat kan usef ul unt uk semua kasus dit unj ukkan pada Gambar 5. 1. Out look Energi Indonesia 2010 37 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 2 7 2 8 2 9 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 3 2 1 4 2 1 5 2 1 6 2 1 7 2 1 8 2 1 9 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 4 2 2 5 2 2 6 2 2 7 2 2 8 2 2 9 2 3 J u ta S B M R60 R90 T60 T90 Gambar 5. 1 Prakiraan kebut uhan energi useful total setiap kasus Jika dit inj au dari pert umbuhan energi t ermanf aat kan per kasus, dapat diket ahui perubahan l aj u pert umbuhan PDB dari 5, 5 menj adi 7 memberikan kenaikan pert umbuhan energi t ermanf aat kan sebesar 1. Sedangkan perubahan harga minyak dari 60 barel menj adi 90 barel akan menurunkan pert umbuhan energi t ermanf aat kan sebesar 0, 5. Hal ini menunj ukkan perubahan pert umbuhan PDB lebih berpengaruh kepada perkembangan pemakaian energi t ermanf aat kan, dan harga minyak yang t inggi akan menurunkan penggunaan energi t ermanf aat kan. Hal ini t erj adi karena kedua paramet er ekonomi ini sangat mempengaruhi daya guna energi sert a gaya hidup pengguna energi di berbagai sekt or. Jika dit inj au dari sekt or pengguna energi, sekt or indust ri merupakan sekt or t erbesar yang mendominasi penggunaan energi. Pada kasus dasar R60 dalam kurun wakt u 2007–2030, pert umbuhan sekt or indust ri t ermasuk pemakaian bahan baku f eedst ock mencapai rat a-rat a 4, 7 per t ahun. Demikan j uga dengan pert umbuhan pada sekt or komersial, dengan laj u pert umbuhan 5, 5 per t ahun. Sekt or lainnya yang mencakup sekt or pert anian, konst ruksi dan pert ambangan diperkirakan t umbuh dengan laj u pert umbuhan t ert inggi yait u sebesar 6, 2 per t ahun. Dalam hal ini sekt or lainnya dit erapkan dalam penggunaan energi f inal mengingat t eknol ogi penggunaannya yang cukup bervariasi. Sekt or pengguna energi lainnya t umbuh lebih rendah dari sekt or indust ri. Pert umbuhan energi t ermanf aat kan bert urut -t urut unt uk sekt or t ransport asi dan rumah t angga adalah sebesar 3, 5, dan 2, 1. Kecilnya pert umbuhan pemakaian energi di sekt or rumah t angga t erj adi karena sekt or rumah t angga sangat dipengaruhi oleh pert umbuhan penduduk. Sesuai dengan kecilnya pert umbuhan penduduk, yait u sebesar 1, 36 per t ahun menyebabkan rendahnya pert umbuhan pemanf aat an energi pada sekt or ini. Out look Energi Indonesia 2010 38 200 400 600 800 1000 1200 2007 2010 2015 2020 2025 2030 Ju ta S B M Industri Komersial Lainnya Rumah Tangga Transportasi Gambar 5. 2 Prakiraan kebut uhan energi useful per sektor kasus dasar B. Energi final Sepert i t el ah dij elaskan diat as kebut uhan energi f inal merupakan energi akhir dalam bent uk penggunaan bahan bakar yang digunakan unt uk memenuhi kebut uhan energi t ermanf aat kan usef ul . Set iap sekt or pengguna energi menggunakan berbagai j enis t eknologi yang berbeda, menghasil kan f lukt uasi pemakaian bahan bakar pada set iap sekt or. 500 1000 1500 2000 2500 2007 2010 2015 2020 2025 2030 Ju ta S B M Industri Komersial Lainnya Rumah Tangga Transportasi Proyeksi Historikal Gambar 5. 3 Prakiraan kebut uhan energi final per sektor kasus dasar Jika penggunaan energi f inal dit inj au menurut sekt oral unt uk kasus dasar R60, laj u pert umbuhan peningkat an penggunaan energi f inal lebih rendah dibandingkan dengan laj u pert umbuhan energi usef ul . Hal ini t erkait dengan ef isiensi dari peralat an yang digunakan. Flukt uasi penggunaan energi f inal pada sekt or rumah t angga t erj adi peningkat an cukup t aj am pada t ahun 2011 disebabkan oleh percepat an pemakaian LPG unt uk kegiat an memasak. Out look Energi Indonesia 2010 39 Perkembangan pemanf aat an energi f inal sekt oral mengikut i perkembangan kebut uhan energi t ermanf aat kan. Dengan mempert imbangkan f akt or ef isiensi set iap peralat an yang digunakan pada sekor pengguna sert a t ersedianya pasokan energi, menghasilkan pemakaian energi f inal sepert i yang dit unj ukkan pada Gambar 5. 3. Selama kurun wakt u 21 t ahun 2009–2030 pemakaian energi sekt or indust ri berkembang dengan laj u pert umbuhan 4, 6 per t ahun. Unt uk sekt or t ransport asi, rumah t angga, komersial dan lainnya bert urut -t urut berkembang dengan laj u pert umbuhan 3, 6, 2, 2, 5, 4 dan 6, 2. Unt uk meninj au pemanf aat an energi f inal per j enis bahan bakar, perl u diket ahui t eknologi yang digunakan pada masing-masing sekt or pengguna energi. Teknologi pada sekt or indust ri lebih banyak memanf aat kan bahan bakar gas, bat ubara dan bahan bakar minyak BBM, sedangkan sekt or t ransport asi didominasi oleh bahan bakar minyak. Sebagai penggerak ekonomi, sekt or indust ri merupakan pemakai energi f inal t erbesar. Unt uk sekt or rumah t angga dan komersial sesuai dengan t eknologi yang digunakan, lebih banyak memanf aat kan l ist rik. Unt uk sekt or lainnya lebih banyak menggunakan bahan bakar minyak. Pada t ahun 2009, t ot al pemanf aat an energi f inal adalah sebesar 1. 050, 1 j ut a SBM dan meningkat dengan laj u pert umbuhan sebesar 3, 6 menj adi 2. 204 j ut a SBM. Kebut uhan energi f inal menurut pemanf aat an bahan bakar dit unj ukkan pada Gambar 5. 4. Gambar 5. 4 Prakiraan t ot al kebut uhan energi final per j enis bahan bakar unt uk kasus dasar Pada kasus dasar di t ahun 2007, pemakaian biomasa mendominasi pemanf aat an bahan bakar yait u sebesar 30 t erhadap t ot al energi f inal , kemudian diikut i oleh pemakaian bat ubara, gas bumi, bensin, dan diesel. Sement ara it u list rik di berbagai sekt or mempunyai pangsa hanya 8. Demikian j uga komposisi pemakaian bahan bakar pada t ahun 2010, masih didominasi biomasa, bat ubara dan gas bumi. Pangsa pemakaian BBM t erut ama Out look Energi Indonesia 2010 40 diesel dan bensin mul ai menurun. Sedangkan LPG meningkat akibat program percepat an pemakaian LPG pada t ahun 2010 meningkat menj adi 4 t erhadap pemanf aat an energi f inal. Gambar 5. 5 Pangsa kebut uhan energi final per j enis bahan bakar kasus dasar Selanj ut nya pada t ahun 2030 diperkirakan akan t erj adi beberapa perubahan pemanf aat an bahan bakar. Mengingat sumber dayanya yang cukup besar, bat ubara akan menj adi komodit as energi yang paling dominan yait u sebesar 27, disusul dengan biomasa sebesar 17. Sesuai dengan kemampuan produksi dari lapangan gas yang ada di Indonesia pemakaian gas bumi menurun menj adi sekit ar 5. Akibat perubahan gaya hidup masyarakat diperkirakan pemakaian list rik akan meningkat menj adi 17. Pemakaian diesel sedikit meningkat menj adi 14, t et api pemakaian bensin menurun cukup t aj am hingga 7. Kebut uhannya mulai digant ikan oleh bahan bakar nabat i BBN yait u biodiesel dan bioet anol sebesar 2 dan 1 t erhadap pemanf aat an energi f inal. C. Peluang konservasi energi Dalam kasus dasar diasumsikan bahwa seluruh t eknol ogi yang digunakan saat ini akan digunakan hingga akhir periode, yakni t ahun 2030. Selanj ut nya pada kasus dasar dipert imbangkan peluang konservasi energi pada sekt or end-use demand melalui berbagai upaya diant aranya dengan upaya manaj emen energi. Peluang konservasi dilakukan dengan melakukan peningkat an ef isiensi peralat an, menggant i t eknologi yang lebih ef isien dan pengat uran pengoperasian pemakaian energi sert a perawat an t erhadap peralat an yang digunakan operat ion and maint enance. Peluang konservasi yang dilakukan berbeda unt uk masing-masing sekt or pengguna energi, yang paling besar peluangnya adalah pada sekt or komersial dan rumah t angga, dan yang t erkecil adalah pada sekt or lainnya. Hal ini t erj adi karena pada sekt or rumah t angga dan komersial berhubungan langsung dengan pemakai energi konsumen yang dapat mengurangi penggunaan energi secara langsung. Pada sekt or indust ri dan t ransport asi berhubungan dengan peralat an dimana konservasi yang dibuat pel uangnya cukup t erbat as. Dalam sekt or lainnya, t eknologi yang digunakan t erkait dengan produk akhi r dengan menggunakan j enis peral at an t ert ent u. Oleh karena it u pel uang konservasi yang dilakukan pada sekt or Out look Energi Indonesia 2010 41 lainnya menj adi t erbat as dengan t idak mengurangi produk yang dihasil kan oleh sekt or pert anian, pert ambangan dan konst ruksi. Besarnya penambahan ef isiensi melalui peningkat an ef isiensi alat dan konservasi energi pada sekt or pengguna energi dit unj ukkan pada Tabel 5. 2. Tabel 5. 2 Penambahan efisiensi melalui konservasi energi periode 2007-2030 Konservasi Energi Sekt or Pert anian 10 Komersial 10 – 20 Indust ri 10 – 15 Rumah Tangga 10 - 20 Transport asi 10 - 15 Apabila f akt or konservasi dipert imbangkan dalam perhit ungan t ot al kebut uhan energi pada kasus dasar R60, maka peningkat an ef isiensi mengakibat kan penurunan t ot al kebut uhan energi. Fakt or konservasi yang berbeda unt uk set iap sekt or pengguna energi menyebabkan penurunan laj u pert umbuhan t ot al kebut uhan energi f inal menj adi 3, 9 per t ahun. Akibat nya pada t ahun 2030 t ot al kebut uhan energi dengan mempert imbangkan f akt or konservasi adal ah sebesar 1. 925, 1 j ut a SBM at au t urun sebesar 12, 7 t erhadap t ot al kebut uhan energi t ahun 2030 pada kasus dasar R60. Gambar 5. 6 menunj ukkan perbandingan t ot al kebut uhan energi f inal pada kasus dasar dengan kasus konservasi. Gambar 5. 6 Perbandingan prakiraan t ot al kebut uhan energi final unt uk kasus dasar dengan kasus konservasi Out look Energi Indonesia 2010 42 D. Prakiraan kebut uhan energi final unt uk set iap kasus Pada umumnya pada harga minyak yang sama dengan kenaikan l aj u pert umbuhan PDB akan mendorong peningkat an pemanf aat an energi dalam negeri. Hal ini menunj ukkan bahwa pert umbuhan perekonomian memacu peningkat an akt ivit as perekonomian yang menyebabkan pemakaian energi yang lebih banyak. Selanj ut nya sesuai dengan asas perekonomian, kenaikan harga minyak ment ah pada pert umbuhan PDB yang sama akan mendorong pengurangan pemakaian energi. Hal ini menunj ukkan bahwa harga energi yang mahal akan mendorong konsumen dalam menghemat pemakaian energi. Tot al pemanf aat an energi f inal unt uk set iap kasus sepert i yang dit unj ukkan pada Gambar 5. 7. Sepert i t elah disebut kan diat as, bahwa t ahun proyeksi mulai diperhit ungkan t ahun 2009. Pada kasus dasar R60 di t ahun 2009, energi f inal yang digunakan adalah sebesar 1. 050, 1 j ut a SBM, kemudian berkembang dengan l aj u pert umbuhan 3, 6 per t ahun sehingga pada akhir st udi menj adi 2. 204 j ut a SBM. Unt uk kasus R90, T60, dan T90, energi f inal berkembang dengan masing-masing laj u pert umbuhan sebesar 3, 1, 4, 7 dan 4, 2 per t ahun. Maka pada t ahun 2030 masing-masing kasus diperkirakan akan memanf aat kan energi f inal sebesar 2. 011, 8 j ut a SBM, 2. 654, 6 j ut a SBM dan 2. 388, 1 j ut a SBM. 500 1000 1500 2000 2500 3000 2 7 2 8 2 9 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 3 2 1 4 2 1 5 2 1 6 2 1 7 2 1 8 2 1 9 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 4 2 2 5 2 2 6 2 2 7 2 2 8 2 2 9 2 3 Ju ta S B M R60 R90 T60 T90 Gambar 5. 7 Prakiraan kebut uhan energi final t ot al set iap kasus Pada t ahun 2030 komposisi penggunaan bahan bakar didominasi oleh bat ubara dengan pangsa t ert inggi pada kasus T60, yait u sebesar 28, 7 at au sebesar 781, 7 j ut a SBM 195, 4 j ut a t on. Selanj ut nya t ot al pemanf aat an BBM yang t erdiri ADO, avt ur avgas, bensin, minyak bakar dan minyak t anah mempunyai pangsa 27, 6 at au 754 j ut a SBM. Kemudi an diikut i ol eh biomasa dan l ist rik. Pemakaian gas cukup bervariasi pada set iap kasus, pangsanya pada kasus dasar sebesar 5, 3 sebesar 121, 8 j ut a SBM menurun menj adi 4, 8 pada kasus T90. Pada kasus T60 pangsanya t et ap 5, 3, meskipun demikian j umlah pemanf aat an gas t erbesar adalah pada kasus T60 yait u sebesar 142, 4 j ut a SBM Out look Energi Indonesia 2010 43 821, 5 BCF. Pangsa pemakaian list rik adalah berkisar 16, 6 hingga 18, 2 t erhadap t ot al pemanf aat an energi. Kasus T60 merupakan kondisi dengan j umlah pemanf aat an energi t erbesar dibandingkan dengan kasus lainnya. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 T90 T60 R90 R60 2 3 2030 ADOIDO AvturAvgas Bensin M. Bakar M. Tanah Biodiesel Bioetanol Batubara Gas LPG Listrik Biomasa Juta SBM R60 R90 T60 T90 TOTAL 2203.9 2011.84 2654.61 2388.08 Gambar 5. 8 Pangsa kebutuhan energi final t ahun 2030 unt uk set iap kasus 5. 1. 3 Kebut uhan Energi Final Sekt or Indust ri Meskipun harga minyak dari t ahun 2000 sampai dengan 2008 berf lukt uasi, namun menurut dat a hist orikal konsumsi energi f inal sekt or indust ri t ahun 2000 – 2008 meningkat dengan laj u pert umbuhan 3, 7. Hal ini t erj adi karena sekt or indust ri merupakan sekt or penggerak ekonomi. Kebut uhan energi pada t ahun 2007 dij adikan dasar perhit ungan unt uk melakukan proyeksi pemanf aat an energi pada sekt or indust ri hingga t ahun 2030. Tabel 5. 3 Kebutuhan energi final sektor industri Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jut a SBM 278, 9 275, 0 271, 0 300, 1 288, 0 287, 4 304, 1 325, 6 374, 3 Sumber: CDIEMR 2009 Unt uk memproyeksikan pemanf aat an energi f inal pada sekt or indust ri, perlu diket ahui t eknologi yang digunakan unt uk menget ahui j enis pemanf aat an bahan bakar. Pada sekt or indust ri, set iap t eknologi yang digunakan memiliki kemampuan produksi yang berbeda dan j uga dit ent ukan dari bahan bakar yang dugunakan. Teknol ogi boil er ket el uap yang digunakan pada sekt or indust ri menggunakan berbagai j enis bahan bakar, demikian j uga dengan t eknologi t ungku f urnace. Teknologi boil er berbahan bakar minyak rat a-rat a mempunyai ef isiensi peralat an sebesar 70. Boil er berbahan bakar bat ubara, gas dan LPG mempunyai ef isiensi lebih rendah. Demikian j uga dengan boil er berbahan bakar biomasa, ef isiensinya hanya 30. Boil er dengan t enaga list rik mempunyai ef isiensi t ert inggi yait u sebesar 80. Teknologi t ungku f urnace yang memanf aat kan panas secara langsung mempunyai ef isiensi lebih rendah dari boil er. Out look Energi Indonesia 2010 44 Dengan memperhit ungkan nilai ef isiensi dari set iap peralat an sert a pert imbangan pemakaian t eknol ogi dari set iap j enis indust ri, maka prakiraan pemakaian energi f inal dapat diproyeksikan. Dengan kondisi cadangan penyediaan bat ubara dan gas al am saat ini, maka diperkirakan bat ubara akan mendominasi pemakaian energi f inal. Pada kasus dasar, selama periode 21 t ahun pemanf aat an energi f inal pada sekt or indust ri meningkat dengan l aj u pert umbuhan sebesar 4, 3 per t ahun sehingga pada t ahun 2030 diperkirakan meningkat menj adi 1. 093, 3 j ut a SBM. Sekt or indust ri mempunyai peranan pent ing dalam meningkat kan produk domest ik brut o PDB. Sehingga pemanf aat an energi f inal pada sekt or ini sangat mempengaruhi t ot al pemanf aat an energi f inal. Gambar 5. 9 Prakiraan kebut uhan energi final sektor industri kasus dasar Pada t ahun 2007, gas bumi dan bat ubara memegang peranan pent ing yait u dengan pangsa sebesar 36 dan 37 t erhadap pemanf aat an energi f inal pada sekt or indust ri. Hal ini t erj adi karena penyediaan bat ubara dan gas bumi melebihi penyediaan minyak bumi. Kemudian sesuai dengan kemampuan produksi gas gas del ivery nasional sert a kont rak kebut uhan gas pada sekt or indust ri t erut ama pada indust ri pupuk, maka pemanf aat an gas meningkat dari t ahun 2007 hingga 2016 meningkat dengan laj u pert umbuhan 5, 7 per t ahun, kemudian dari t ahun 2016 hingga t ahun 2030 menurun dengan l aj u penurunan 3, 7. Proyeksi mulai diperhit ungkan pada t ahun 2009 dimana bat ubara meningkat dengan laj u pert umbuhan cukup t aj am yait u 5, 9 per t ahun dan diperkirakan pada t ahun 2030 menj adi 590 j ut a SBM 147, 5 j ut a t on. Pemakaian list rik meningkat t aj am dengan laj u pert umbuhan 9, 4 per t ahun, demikian j uga dengan LPG yang meningkat dengan laj u pert umbuhan 10, 7. Pada sekt or ini peranan BBM t idak t erlalu besar, meskipun meningkat dengan laj u pert umbuhan 5, 5 per t ahun, pada t ahun 2030 peranan BBM hanya 111, 7 j ut a SBM. Dengan adanya mandat ori BBN maka pemakaian bahan bakar t ersebut j uga mulai dipert imbangkan pada sekt or ini. Pemakaiannya meningkat t inggi dengan laj u pert umbuhan 12, 1 per t ahun sel ama kurun wakt u 21 t ahun. Out look Energi Indonesia 2010 45 325,56 Juta SBM 486,05 Juta SBM 1.093,35 Juta SBM Gambar 5. 10 Pangsa kebut uhan energi final per j enis bahan bakar di sekt or industri R60 5. 1. 4 Kebut uhan Energi Final Sekt or Transport asi Sebagai sekt or penunj ang ekonomi, kebut uhan energi pada sekt or t ransport asi t ahun 2000 – 2008 j uga meningkat dengan laj u pert umbuhan 4, 1. Karena sekt or t ransport asi merupakan sekt or penunj ang sekt or pengguna energi lainnya, sepert i pergerakkan indust ri, rumah t angga maupun kegiat an komersial. Lain halnya dengan sekt or indust ri, dat a hist orikal pada sekt or t ransport asi t idak digunakan l angsung dalam perhit ungan proyeksi sekt or t ransport asi. Hal ini t erj adi karena f akt or konversi yang digunakan unt uk memperhit ungkan beberapa bahan bakar sepert i Pert amax, Pert amax Plus, Avgas t idak sama dengan yang digunakan dalam analisa proyeksi. Dalam memproyeksikan pemanf aat an energi sekt or t ransport asi pemaf aat an Pert amax, Pert amax Plus digabung dengan pemanf aat an bensin, maka menggunakan f akt or konversi bensin. Maka yang digunakan dari dat a hist orikal adalah dat a dengan sat uan asal yait u dalam nilai dalam sat uan j ut a barel . Berdasarkan perhit ungan pada t ahun 2007, menurut dat a hist orikal 179, 1 j ut a SBM, sedangkan menurut perhit ungan proyeksi adalah sebesar 168, 6 j ut a SBM. Tabel 5. 4 Kebutuhan energi final sekt or t ransport asi Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jut a SBM 139, 2 148, 3 151, 5 156, 2 178, 4 178, 5 170, 1 179, 1 191, 3 Sumber: CDIEMR 2009 Hampir semua kendaraan berbahan bakar minyak, baik kendaraan darat , l aut maupun udara, mempunyai nilai ef isiensi sekit ar 50. Hanya kendaraan berbahan bakar list rik yang mempunyai ef isiensi sekit ar 80. Pemanf aat an energi f inal pada sekt or t ransport asi pada berbagai moda kendaraan pada kasus dasar R60 dit unj ukkan pada Gambar 5. 11. Energi f inal pada sekt or t ransport asi pada t ahun 2009 adalah sebesar 205, 4 j ut a SBM kemudian meningkat dengan laj u pert umbuhan sebesar 3, 6 menj adi 430, 3 j ut a SBM pada t ahun 2030. Pada t ahun 2007 pemanf aat an energi f inal sebagian besar dipenuhi ol eh minyak bensin, yait u sebesar 63. Hal ini t erj adi karena moda kendaraan didominasi oleh kendaraan darat yang berupa sepeda mot or dan kendaraan penumpang. Kemudian diikut i oleh minyak diesel, yait u sebesar 27 sebagai bahan bakar kendaraan bus, t ruk dan keret a api. Perkembangan pemakaian bensin cukup rendah j ika dibandingkan dengan Out look Energi Indonesia 2010 46 minyak diesel, dalam periode 2009 – 2030 laj u pert umbuhannya hanya 0. 9 per t ahun. Sehingga pada t ahun 2010 pangsa pemanf aat an bahan bakar bensin mulai berkurang sedangkan pemakaian minyak diesel meningkat . Pemakaian minyak diesel banyak digunakan pada kendaraan t ruk, keret a api barang, ASDP dan kapal laut yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan sekt or indust ri dan diprakirakan meningkat sangat pesat . Maka pada kurun wakt u 21 t ahun minyak diesel meningkat dengan laj u pert umbuhan sekit ar 4 per t ahun. Gambar 5. 11 Prakiraan kebut uhan energi final sekt or t ransport asi kasus dasar Pemanf aat an avt ur meningkat sangat pesat yait u sekit ar 8, 3 per t ahun karena dipengaruhi oleh perkembangan PDB pada t ransport asi udara, pangsanya t erus meningkat dari 9 pada t ahun 2007 menj adi 21 pada t ahun 2030. Pemakaian BBN t erus meningkat seiring dengan adanya mandat ori penggunaan biof uel sebagai subst it usi pemakian minyak diesel dan bensin. Dengan laj u pert umbuhan cukup t inggi, yait u 19, 2 per t ahun unt uk bioet anol dan 15, 7 per t ahun unt uk biodiesel, pada t ahun 2030 pemakaian biodiesel dan bioet anol diperkirakan bert urut -t urut akan mencapai 6, 8 dan 5, 4 t erhadap t ot al pemakaian energi f inal di sekt or t ransport asi. Pemanf aat an CNG compressed nat ural gas dan list rik kurang dipert imbangkan dalam sekt or ini, karena inf rast rukt ur yang menunj ang pemakaian kedua j enis bahan bakar ini t idak berkembang. Saat ini pemanf aat an list rik hanya digunakan unt uk keret a api, sedangkan gas kot a hanya digunakan unt uk beberapa t axi di dalam kot a. Pert umbuhan pemakaian list rik pada sekt or t ransport asi sel ama kurun wakt u 21 t ahun adal ah sebesar 1, 5 per t ahun. CNG meningkat dengan l aj u pert umbuhan sekit ar 0, 2 per t ahun, pada t ahun 2030 hanya mempunyai pangsa 0, 03 t erhadap t ot al pemakaian energi f inal sekt or t ransport asi. Out look Energi Indonesia 2010 47 168.62 Juta SBM 221.03 Juta SBM 430.33 Juta SBM Gambar 5. 12 Pangsa kebut uhan energi final per j enis bahan bakar di sekt or transportasi R60 5. 1. 5 Kebut uhan Energi Final Sekt or Rumah Tangga Menurut dat a hist orikal dalam kurun wakt u 2000-2008, t ot al pemakaian energi f inal pada sekt or rumah t angga meningkat sebesar 0, 8 per t ahun. Kecil nya pert umbuhan pada sekt or rumah t angga karena perkembangan pemakaian energi rumah t angga sangat dipengaruhi oleh laj u pert umbuhan penduduk, berdasarkan dat a hist orikal t ahun 2000–2008 adalah sebesar rat a-rat a 1, 36 per t ahun. Tabel 5. 5 Kebutuhan energi final sekt or rumah t angga Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jut a SBM 296, 6 301, 3 303, 0 309, 0 314, 1 313, 8 312, 7 319, 3 316, 8 Sumber: CDIEMR 2009 Pemanf aat an energi f inal dalam sekt or rumah t angga didominasi ol eh pemakaian biomasa, dimana pada t ahun 2007 pangsa pemakaian biomasa adalah mencapai 70. Pada t ahun 2007, program percepat an LPG belum sepenuhnya berj alan, maka pemakaian minyak t anah masih berperan dengan pangsa sekit ar 15 t erhadap t ot al pemakaian energi f inal di rumah t angga. Dengan berkembangnya peralat an list rik yang digunakan pada sekt or ini, maka pangsa energi list rik t erus meningkat dengan laj u pert umbuhan sebesar 6, 2 per t ahun selama kurun wakt u 21 t ahun menj adi 125 j ut a SBM 206, 6 TWh pada t ahun 2030. Program percepat an subst it usi minyak t anah dengan LPG mulai dit erapkan t erut ama t erhadap penggunaan minyak t anah unt uk memasak. Sedangkan minyak t anah unt uk keperluan penerangan, masih t erus digunakan mengingat sulit nya pembangunan j aringan list rik di daerah t erpencil. Penggunaan LPG t erus meningkat dengan l aj u pert umbuhan sebesar rat a-rat a 5, 3 per t ahun selama periode 2009–2030. Pemanf aat an gas bumi di sekt or ini sangat kecil yait u sebesar 0, 1 pada t ahun 2007 at au sebesar 0, 3 j ut a SBM 1, 6 BCF. Hal ini karena pemakaian gas kot a hanya t erdapat di wilayah t ert ent u yang memiliki j aringan pipa gas unt uk rumah t angga. Dalam kurun wakt u 21 t ahun t ot al pemanf aat an energi f inal di sekt or rumah t angga t erus meningkat dengan laj u pert umbuhan 1, 8 per t ahun, sehingga pada t ahun 2030 menj adi 489, 7 j ut a SBM. Out look Energi Indonesia 2010 48 100 200 300 400 500 2007 2010 2015 2020 2025 2030 Ju ta S B M M. Tanah LPG Gas Kota Listrik Biomasa Gambar 5. 13 Prakiraan kebut uhan energi final sekt or rumah t angga unt uk kasus dasar Pada t ahun 2010, pangsa biomasa masi h mendominasi pemanf aat an energi f inal rumah t angga. Seiring dengan program percepat an LPG, pemakaian minyak t anah t erus menurun dengan pangsa 7 pada t ahun 2010 dan menj adi 1 di t ahun 2030. Pemakaian LPG pada t ahun 2007 adalah sebesar 14, 7 j ut a SBM 1, 9 j ut a t on, sedangkan pada t ahun 2010 meningkat menj adi 35, 3 j ut a SBM 4, 5 j ut a t on. Dengan adanya subst it usi minyak t anah dengan LPG, pada t ahun 2030 pemakaian LPG t erus bert ambah menj adi 68, 6 j ut a SBM 8, 7 j ut a t on. Dengan laj u pert umbuhan yang cukup rendah yait u 0, 9 per t ahun, pada t ahun 2030, pangsa pemakaian biomasa t erus menurun menj adi 60 t erhadap t ot al pemanf aat an energi f inal sekt or rumah t angga. Kemudian diikut i ol eh pemanf aat an list rik dengan pangsa 25 dan LPG 14. Pangsa pemakaian minyak t anah hanya sebesar 0, 5 dan pangsa pemanf aat an gas kot a unt uk memasak hanya 0, 1. 15 5 10 70 2007 319,3 juta SBM 7 10 11 72 2010 M. Tanah LPG Gas Kota Listrik Biomasa 354,2 juta SBM 1 14 25 60 2030 489,7 juta SBM Gambar 5. 14 Pangsa kebut uhan energi final per j enis bahan bakar di sekt or rumah tangga R60 Out look Energi Indonesia 2010 49 5. 1. 6 Kebut uhan Energi Final Sekt or Komersial Menurut dat a hist orikal, konsumsi energi unt uk sekt or komersial meningkat dengan laj u pert umbuhan sebesar 4, 3 per t ahun. Dat a hist orikal t ahun 2007 dij adikan dat a dasar unt uk melakukan perhit ungan proyeksi kebut uhan energi f inal sekt or komersial hingga t ahun 2030. Sekt or ini meningkat seiring dengan perkembangan penduduk sert a berkembangnya gaya hidup manusia dalam memanf aat kan kegiat an dalam sekt or ini, sepert i perkant oran, perhot elan, rest oran rumah makan, j asa dan t elekomunikasi. Tabel 5. 6 menunj ukkan perkembangan pemanf aat an energi f inal pada sekt or komersial dari t ahun 2000 – 2008. Tabel 5. 6 Kebutuhan energi final sektor komersial Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jut a SBM 20, 7 21, 5 21, 8 22, 4 25, 4 26, 2 26, 2 27, 9 29, 0 Sumber: CDIEMR 2009 Sama halnya dengan sekt or rumah t angga, dalam sekt or komersial t erdapat kegiat an memasak t erut ama unt uk perhot elan dan rumah makan yang memanf aat kan berbagai j enis bahan bakar. Penerangan dan peralat an list rik merupakan peralat an yang paling dominan digunakan dalam sekt or ini. Selain memasak, penerangan dan peralat an list rik, dal am sekt or komersial t erdapat boil er yang dimanf aat kan dalam perhot elan t erut ama unt uk pemanas air. Bahan bakar unt uk boil er ini t erut ama memanf aat kan minyak diesel. 20 40 60 80 100 2007 2010 2015 2020 2025 2030 Ju ta S B M LPG Gas Kota Listrik M. Tanah ADO Biomasa Gambar 5. 15 Prakiraan kebut uhan energi final sekt or komersial unt uk kasus dasar Berdasarkan hasil opt imasi t erhadap sekt or komersial pada kasus dasar R60 dal am periode 2009–2030 diperkirakan sekt or ini akan meningkat dengan l aj u pert umbuhan sebesar 5, 4 per t ahun. Pada t ahun 2030 pemanf aat an energi f inal sekt or komersial pada kasus dasar mencapai 96, 3 j ut a SBM. Pemanf aat an list rik mendominasi pemakaian energi f inal pada sekt or komersial. Pada t ahun Out look Energi Indonesia 2010 50 2009 pemanf aat an list rik adalah sebesar 17, 6 j ut a SBM 29 TWh kemudian meningkat pesat dengan laj u pert umbuhan 6, 4 per t ahun menj adi 65, 3 j ut a SBM 107, 9 TWh. Sepert i pada sekt or rumah t angga, pemanf aat an gas kot a hanya di beberapa kot a yang menyediakan inf rast rukt ur pipa gas unt uk perhot elan at au perkant oran. Pemanf aat an LPG dan minyak t anah lebih dit uj ukan unt uk kegiat an memasak, namun perkembangannya t idak t erlalu besar. Unt uk LPG laj u pert umbuhannya hanya sekit ar 3, 5, sedangkan minyak t anah cenderung menurun dengan l aj u penurunan sebesar 0, 3. Pemakaian biomasa masih digunakan di beberapa rest oran yang masih memanf aat kan kayu bakar unt uk memasak beberapa j enis makanan. Begit u j uga kegiat an memasak di rumah sakit yang masih memanf aat kan arang kayu unt uk memat angkan beberapa masakan t ert ent u. Penggunaan biomasa meningkat dengan l aj u pert umbuhan 2, 7 per t ahun. Pemakaian minyak diesel t erus meningkat seiring dengan peningkat an perkembangan perhot elan di t anah air. Dengan laj u pert umbuhan sebesar 5, 8 per t ahun pada t ahun 2030 diperkirakan pemakaian minyak diesel akan mencapai 16, 5 j ut a SBM 17, 2 j ut a barel. 5 1 61 10 15 8 2007 27,9 Juta SBM 4 1 55 11 16 13 2010 LPG Gas Kota Listrik M. Tanah ADO Biomasa 37,7 Juta SBM 5 1 68 2 17 7 2030 96,3 Juta SBM Gambar 5. 16 Pangsa kebut uhan energi final per j enis bahan bakar di sekt or komersial R60 5. 1. 7 Kebut uhan Energi Final Sekt or Lainnya Dalam dat a hist orikal t ot al kebut uhan energi f inal pada sekt or lainnya pada periode 2000 – 2008 mengalami f lukt uasi. Dari t ahun 2000–2004, t ot al kebut uhan energi sekt or ini mengalami peningkat an dengan l aj u peningkat an 2 per t ahun, namun selanj ut nya pada periode 2004–2008 menurun dengan laj u penurunan 5, 9 per t ahun. Tabel 5. 7 Kebut uhan energi final sekt or lainnya Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jut a SBM 29, 2 30, 6 30, 0 28, 4 31, 7 29, 1 25, 9 24, 9 24, 8 Sumber : CDIEMR 2009 Terkait dengan kegiat an dalam sekt or lainnya maka kebut uhan energi f inal pada sekt or ini memanf aat kan energi berbahan bakar minyak sepert i minyak solar, minyak diesel, minyak bakar, minyak t anah, dan premium. Sekt or pert anian menggunakan bahan bakar solar, minyak t anah dan premium unt uk alat mesin pert anian sepert i pompa air, power t hresher, rice mil l ing unit Out look Energi Indonesia 2010 51 RMU, dryer dan t rakt or. Pada sekt or pert ambangan penggalian sepert i t imah, nikel, t embaga, bauksit dan almunium bahan bakar minyak solar dan premium sebagai bahan bakar alat penggerak mot or f uel , dan minyak bakar sebagai pemanas. Gambar 5. 17 Prakiraan kebut uhan energi final sekt or lainnya kasus dasar Dari hasil opt imasi sel ama periode 2009–2030 pada kasus dasar diperkir akan l aj u pert umbuhan t ot al kebut uhan energi sekt or l ainnya meningkat rat a-r at a 6, 2 pert ahun. Sedangkan laj u pert umbuhan kebut uhan energi menurut j enis bahan bakar diperkirakan meningkat rat a-rat a per t ahun sebesar 7, 2 unt uk minyak bakar, minyak solar sebesar 6, 4 dan premium sebesar 6, kecuali minyak t anah mengal ami penurunan rat a-rat a 0, 2 per t ahun. Namun dit inj au dari kont ribusi t ert inggi masih bahan bakar minyak sol ar dari 73, 2 menj adi 77, 1. Hal ini t erj adi karena peralat an sekt or lainnya yang berupa alat -alat berat lebih banyak memanf aat kan minyak diesel solar. Kemudian disusul minyak bakar dari 6, 3 menj adi 7, 7. Sedangkan minyak t anah mengalami penurunan 7, 1 menj adi 2, 1, karena peralat an yang berbahan bakar minyak t anah banyak digunakan pada sekt or pert anian dan perikanan.

23.37 Juta

SBM 28.93 Juta SBM

94.30 Juta

SBM Gambar 5. 18. Pangsa kebut uhan energi final per j enis bahan bakar di sekt or lainnya R60 Out look Energi Indonesia 2010 52 Pada t ahun 2030 diperkirakan pemakaian minyak sol ar mencapai 67, 3 j ut a SBM 70 j ut a barel , sedangkan bensin menj adi 12, 4 j ut a SBM 14, 2 j ut a barel. Sisanya dipenuhi oleh minyak bakar, minyak diesel IDO dan minyak t anah. 5. 2 Penyediaan Energi Sumber energi yang ideal adalah ener gi yang mempunyai cadangan yang t ak t erbat as, mudah dan murah dalam proses produksi dan konversi, sert a t idak merusak lingkungan. Sayangnya belum ada sumber energi yang memenuhi krit eria t ersebut . Semua sumber energi mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, baik dari segi ekonomi maupun lingkungan. Membandingkan kelebihan dan kekurangan ini merupakan salah sat u hal t ersulit dalam memproyeksikan penyediaan energi Indonesia. 5. 2. 1 Kondisi Saat Ini Penyediaan energi selama kurun wakt u 2000–2008 didominasi oleh minyak bumi dengan pangsa t erhadap t ot al penyediaan energi sekit ar 59, 6 pada t ahun 2000. Akan t et api laj u pert umbuhannya hanya sebesar 0, 6 sehingga pangsanya t erus menurun dan menj adi 44, 9 pada t ahun 2008. Sement ara it u penyediaan bat ubara meningkat cukup t aj am yait u dengan laj u pert umbuhan 16, 7 per t ahun, hingga pada t ahun 2008 komodit as bat ubara dan minyak bumi cukup bersaing. Demikian j uga dengan gas bumi, penyediaannya meningkat dengan laj u pert umbuhan 2, 0 per t ahun. Hal ini menunj ukkan mulai t erealisasinya diversif ikasi dalam penyediaan energi. Penyediaan energi t erbarukan sepert i panas bumi dan t enaga air j uga memperlihat kan peningkat an. Selama kurun wakt u 8 t ahun panas bumi meningkat sebesar 4, 3 per t ahun, sedangkan t enaga air t umbuh dengan l aj u pert umbuhan 1, 8 per t ahun. Rendahnya pert umbuhan energi t erbarukan disebabkan oleh sumber daya panas bumi dan t enaga air t erbat as dan hanya t erdapat di beberapa wilayah. Tabel 5. 8 menunj ukkan perkembangan energi primer t ahun 2000–2008. Tabel 5. 8 Penggunaan energi primer Jut a SBM 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Bat ubara 93, 8 119, 1 122, 9 165, 0 151, 5 173, 7 205, 8 258, 2 322, 9 Minyak Bumi 433, 4 441, 7 452, 8 456, 6 498, 1 493, 6 459, 3 474, 0 455, 6 Gas 164, 6 172, 1 188, 8 204, 1 187, 6 191, 2 196, 6 183, 6 193, 4 Tenaga Air 25, 2 29, 4 25, 0 22, 9 24, 4 27, 0 24, 3 28, 5 29, 1 Panas Bumi 9, 6 10, 0 10, 2 10, 4 11, 1 10, 9 11, 2 11, 4 13, 4 Sumber: CDIEMR 2009 5. 2. 2 Proyeksi Penyediaan Energi Tot al penyediaan energi Indonesia pada kasus dasar R60 diproyeksikan t umbuh sebesar 4, 2 per t ahun, dari 1377, 8 j ut a SBM pada t ahun 2009 Out look Energi Indonesia 2010 53 menj adi 3. 244, 3 j ut a SBM pada t ahun 2030. Pada Gambar 5. 19 dapat dil ihat bahwa hingga t ahun 2030, energi f osil sepert i minyak ment ah dan BBM, bat ubara, dan gas bumi masih mendominasi penyediaan energi di Indonesia. Dari ket iga j enis energi f osil t ersebut , minyak bumi menempat i posisi t erat as. Namun penyediaan minyak bumi yang semul a 431, 0 j ut a SBM at au 31, 3 dari t ot al penyediaan di t ahun 2009 hanya t umbuh 2, 6 per t ahun, j auh lebih kecil bila dibandingkan dengan pert umbuhan barubara yang mencapai 8, 0 per t ahun. Tidak heran j ika bat ubara yang pada t ahun 2009 hanya mempunyai pangsa 25, 4 meningkat cukup t aj am hingga pada akhir t ahun proyeksi menj adi 45, 5 at au sebesar 1476, 7 j ut a SBM dan menggeser dominasi minyak bumi. Gambar 5. 19 Prakiraan penyediaan energi Indonesia kasus dasar Ket erbat asan cadangan dan penurunan produksi t ambang yang sebagian besar sudah t ua mat ure menyebabkan penyediaan gas bumi t idak t erlalu banyak berubah, bahkan menurun di pert engahan t ahun proyeksi. Penyediaan gas bumi yang pada t ahun 2009 sebesar 274, 4 j ut a SBM mengalami pert umbuhan 2, 3 per t ahun sampai t ahun 2018 menj adi 335, 8 j ut a SBM kemudian mengalami penurunan 1, 4 per t ahun hingga akhir t ahun proyeksi menj adi hanya 283, 1 j ut a SBM. Sement ara it u, EBT energi baru t erbarukan menunj ukkan pert umbuhan yang cukup signif ikan. EBT yang mempunyai pert umbuhan paling pesat adal ah t enaga angin, sebesar 15, 9. Namun besarnya penyediaan t enaga angin di t ahun 2030 hanya 0, 05 j ut a SBM sehingga t idak berpengaruh banyak pada t ot al bauran energi nasional. BBN dan panas bumi t umbuh masing-masing sebesar 14, 2 dan 13, 7 per t ahun. Wal aupun t idak sebesar EBT lainnya, penyediaan t enaga air pun menunj ukkan peningkat an sebesar 4, 0 per t ahun. Penyediaan t enaga air sebesar 21, 4 j ut a SBM pada t ahun 2007 naik menj adi 39, 4 j ut a SBM di akhir t ahun proyeksi. Pesat nya pert umbuhan penyediaan BBN didorong oleh pelaksanaan Perat uran Out look Energi Indonesia 2010 54 Ment eri ESDM No 32 t ahun 2008 t ent ang penyediaan, pemanf aat an, dan t at a niaga bahan bakar nabat i biof uel sebagai bahan bakar lain. BBN yang pada t ahun 2007 penyediaannya hanya sebesar 6, 2 j ut a SBM meningkat t aj am hingga menj adi 123, 1 j ut a SBM di t ahun 2030. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2030 2010 2007 Batubara Minyak Mentah dan BBM Gas CBM BBN Panas Bumi Tenaga Air Tenaga Angin Biomasa Juta SBM 2007 2010 2030 TOTAL 1.221,8 1.481,9 3.244,3 Gambar 5. 20 Prakiraan pangsa penyediaan energi kasus dasar Begit u pul a dengan panas bumi, pert umbuhan penyediaan panas bumi yang cukup besar didorong oleh Program Percepat an Pembangkit Tahap 2. Tahun 2007 penyediaan panas bumi hanya sebesar 8, 6 j ut a SBM dan berangsur naik hingga t ahun 2030 mencapai 200, 9 j ut a SBM. Penj el asan Program Percepat an Pembangkit Tahap 2 secara lebih t erperinci dapat dibaca pada Bab 9 t ent ang Ket enagalist rikan. Sel ain EBT, CBM Coal Bed Met hane j uga diperkirakan akan muncul pada t ahun 2015 sebesar 7, 6 j ut a SBM dan meningkat hingga 9, 1 j ut a SBM pada t ahun 2030 dengan laj u pert umbuhan sebesar 1, 2 per t ahun. Pangsa penyediaan baik EBT maupun energi f osil sert a CBM dalam bauran energi pada t ahun 2007, 2010, dan 2030 dapat dilihat pada Gambar 5. 20. Pangsa gas dan minyak bumi dalam bauran energi nasional menunj ukkan penurunan. Sepert i yang t elah disebut kan sebelumnya, minyak bumi mengalami penurunan pangsa yang paling besar, yait u dari 37, 8 pada t ahun 2007 menj adi 28, 3 pada t ahun 2010, dan t urun menj adi 22, 8 pada t ahun 2030. Hal yang sama t erj adi pada gas bumi . Pangsa penyediaan gas bumi yang semula 17, 3 sempat naik menj adi 19, 5 pada t ahun 2010. Namun ket erbat asan cadangan menyebabkan pangsa gas bumi kembali t urun menj adi hanya 8, 7 pada t ahun 2030. Di lain pi hak, pangsa bat ubara menunj ukkan peningkat an yang cukup pesat . Pangsa penyediaan bat ubara sebesar 20, 8 pada t ahun 2007 t erus naik hingga hampir 50 t ot al bauran energi nasional pada t ahun 2030. Pangsa panas bumi dan BBN pada t ahun 2007 bert urut -t urut sebesar 0, 7 dan 0, 5 meningkat menj adi 6, 2 dan 3, 8 di t ahun 2030. Pangsa t enaga air pada Out look Energi Indonesia 2010 55 t ahun 2007 yang lebih besar dari pangsa panas bumi dan BBN yait u sebesar 1, 8 t urun menj adi 1, 6 di t ahun 2010 dan t erus menurun hingga pada t ahun 2030 menj adi 1, 2. Hal ini disebabkan ket erbat asan sumberdaya dan l okasi t enaga air yang hanya dimiliki beberapa wilayah. Pengaruh perubahan harga minyak dan pert umbuhan PDB t erhadap t ot al penyediaan energi dit ampil kan pada Gambar 5. 21. Gambar 5. 21 Perbandingan prakiraan penyediaan energi t ot al Perilaku t ot al penyediaan energi t idak t erlepas dari pola permint aan masing- masing kasus. Pada Gambar 5. 21 dapat dilihat bahwa proyeksi t ot al penyediaan energi unt uk kasus R90 lebih rendah dari pada kasus dasar. Sedangkan t ot al penyediaan pada kasus T60 j auh di at as kasus dasar. Kenaikan harga minyak pada kasus R90 mengakibat kan permint aan energi lebih kecil j ika dibandingkan dengan kasus dasar. Pert umbuhan t ot al penyediaan kasus R90 adalah 3, 9 per t ahun sehingga pada t ahun 2030 menj adi 3. 091, 7 j ut a SBM, berbeda 152, 6 j ut a SBM dengan kasus dasar. Sepert i yang t erj adi pada kasus R90, pola permint aan energi menj adi penyebab pesat nya peningkat an t ot al penyediaan kasus T60. Pert umbuhan PDB sebesar 7 pada kasus T60 menyebabkan t ingginya permint aan hampir di semua sekt or pengguna energi dan mendorong angka t ot al penyediaan energi. Laj u pert umbuhan t ot al penyediaan 5, 0 per t ahun mengakibat kan perbedaan pada kasus T60 dengan kasus dasar sebesar 623, 1 j ut a SBM diakhir t ahun proyeksi. Sement ara it u dari sisi pangsa dalam bauran energi, perubahan pada kasus R90, kasus T60, maupun kasus T90 t erhadap kasus dasar t idak t erlalu besar. Gambar 5. 22 menampilkan perbandingan pangsa keempat kasus pada t ahun 2030. Dari gambar t ersebut dapat dilihat bahwa pangsa energi f osil pada kasus R90 adalah sebesar 76, 0, lebih kecil 1, 1 dari kasus dasar. Hal ini menunj ukkan bahwa saat harga minyak ment ah 90 barel, peluang EBT unt uk Out look Energi Indonesia 2010 56 bersaing dengan energi f osil lebih t erbuka. EBT yang menunj ukkan pot ensi t erbesar unt uk bersaing adalah panas bumi, dengan pangsa 7, 1 dari t ot al penyediaan. Sedangkan pangsa CBM, pada kasus R90 t idak menunj ukkan perubahan yang signif ikan dibanding kasus dasar, yait u hanya sebesar 0, 4. Perbandingan pangsa energi f osil pada kasus dasar dan kasus T60 di t ahun 2030 j uga menunj ukkan hal yang serupa. Tingginya permint aan energi t idak dapat sepenuhnya dipenuhi oleh energi f osil karena ket erbat asan cadangan yang ada. Oleh karena it u pangsa t ot al energi f osil kasus T60 sedikit diat as kasus dasar yait u 77, 7. Berbeda dengan kasus R90 dimana peluang unt uk EBT lebih t erbuka, di kasus T60 j ust ru peluang CBM unt uk bersaing dengan energi f osil yang lebih t erbuka. Pangsa CBM yang pada kasus dasar hanya 0, 3 meningkat menj adi 1, 6 dari t ot al penyediaan pada kasus T60. Sement ara it u pangsa EBT kasus T60 relat if sama dengan kasus dasar. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 T90 T60 R90 R60 2030 Batubara Minyak Mentah dan BBM Gas CBM BBN Panas Bumi Tenaga Air Tenaga Angin Biomasa Juta SBM R60 R90 T60 T90 TOTAL 3.244,3 3.091,7 3.867,4 3.624,4 Gambar 5. 22 Perbandingan pangsa penyediaan energi tahun 2030 unt uk semua kasus Kont ribusi EBT t erhadap t ot al penyediaan dari masing-masing kasus disaj ikan pada Gambar 5. 22. Dari gambar t ersebut dapat dilihat bahwa kont ribusi EBT pada set iap kasus t erus meningkat dari t ahun ke t ahun. Pada kasus dasar, kont ribusi EBT t umbuh dari 3, 0 di t ahun 2007 menj adi 11, 2 di t ahun 2030. Kenaikan harga minyak ment ah menj adi 90 US di kasus R90 mampu mendorong penyediaan EBT lebih t inggi dibanding kasus dasar. Pert umbuhan PDB 7 pada kasus T60 j uga mampu mendorong penyediaan EBT namun t idak sebesar kasus R90. Kont ribusi EBT pada t ahun 2030 unt uk kasus R90 dan kasus T60 adalah sebesar masing-masing 12, 3 dan 11, 3. Kenaikan harga minyak ment ah dan t ingginya pet umbuhan PDB sepert i yang t erj adi pada empat kasus di at as t ernyat a belum mampu membuka pel uang unt uk j enis EBT lainnya sepert i nuklir dan t enaga surya. Mahalnya biaya pembangkit an dan kurangnya dukungan dari pemerint ah membuat ket iga j enis energi ini t idak dapat bersaing dengan energi lain. Out look Energi Indonesia 2010 57 Gambar 5. 23 Prakiraan rasio kont ribusi EBT t erhadap penyediaan energi Gambar 5. 24 Prakiraan t ot al produksi, ekspor, dan impor energi untuk kasus dasar Gambar 5. 24 menampilkan prakiraan produksi, impor, dan ekspor energi sert a produksi EBT set ara energi f osil f ossil equival ent unt uk kasus dasar. Net pasokan energi unt uk kebut uhan dalam negeri diperkirakan t umbuh dengan laj u rat a-rat a 4, 7, dimana kont ribusi produksi energi f osil t umbuh dengan laj u rat a-rat a hanya 1, 2 per t ahun. Impor t umbuh dengan laj u rat a-rat a 5, 4 per t ahun, dan produksi EBT t umbuh pesat dengan laj u rat a-rat a 11, 3 per t ahun sehingga menyumbang 13, 0 dari t ot al penyediaan energi. Sement ara it u, ekspor energi mengalami penurunan dengan laj u rat a-rat a 2, 4 per t ahun. Pada awal t ahun proyeksi sumberdaya energi f osil masih berlimpah dan Out look Energi Indonesia 2010 58 Indonesia berada pada posisi negara pengekspor energi. Namun pesat nya permint aan energi menyebabkan produksi dalam negeri t idak l agi mencukupi unt uk pasokan dalam negeri. Pangsa ekspor yang pada t ahun 2007 sebesar 36, 5 t urun menj adi 22, 0 pada t ahun 2030. Hal ini mencerminkan perubahan posisi Indonesia dari negara pengekspor energi net energy export er menj adi negara pengimpor energi net energy import er pada t ahun 2028. Kont ribusi impor t erhadap t ot al penyediaan energi unt uk kasus dasar t urun dari 21, 5 pada t ahun 2007 menj adi 13, 2 pada t ahun 2012 kemudian meningkat menj adi 21, 9 pada t ahun 2030. Penurunan kont ribusi impor di awal t ahun proyeksi disebabkan produksi minyak ment ah pada periode t ersebut masih dapat memenuhi konsumsi dalam negeri yang berdampak pada menurunnya impor minyak ment ah. Namun ket erbat asan cadangan minyak dan gas bumi akhirnya kembali mendorong angka impor t erut ama unt uk j enis komodit i BBM. Pada t ahun 2030, t ot al impor energi pada kasus dasar diperkirakan mencapai 709, 9 j ut a SBM dengan impor minyak bumi dan BBM mencapai 92, 6 dan sisanya diisi oleh impor LPG. Gambar 5. 25 menampilkan perbandingan rasio impor t erhadap t ot al penyediaan energi unt uk masing- masing kasus. Gambar 5. 25 Prakiraan rasio impor t erhadap t ot al penyediaan energi Perubahan harga minyak menj adi 90 barel pada kasus R90 dan T90 menyebabkan harga energi int ernasional meningkat sehingga impor cenderung t urun bila dibandingkan dengan kasus R60 dan T60. Dengan t ingkat pert umbuhan produksi energi domest ik relat if sama dengan kasus R60, t ingkat pert umbuhan impor pada kasus R90 berkurang rat a-rat a 4, 7 per t ahun. Akibat nya, kont ribusi impor t erhadap t ot al penyediaan energi t idak sebesar kasus dasar, yakni hanya mencapai 20, 1 pada t ahun 2030. Tingginya permint aan energi menyebabkan rasio impor pada kasus T60 relat if paling t inggi dibandingkan kasus-kasus lainnya. Permint aan energi yang t inggi pada kasus T60 sert a pert umbuhan produksi energi yang relat if sama dengan kasus dasar mendorong naiknya impor dengan l aj u pert umbuhan 6, 2. Out look Energi Indonesia 2010 59 Kont ribusi impor t erhadap t ot al penyediaan pada kasus T60 di t ahun 2030 adal ah sebesar 22, 4.

5. 2. 3 Konservasi Energi Dalam rangka menj aga ket ersediaan pasokan energi, maka berbagai upaya