keputusan  baik  buruk,  memeliara  apa  yang  baik,dan  mewujudkan  kebaikan  itu
dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Haryanto, 2013:45
Pendidikan karakter adalah usaha sekolah yang dilakukan secara bersama oleh guru,  pimpinan  sekolah  dan  seluruh  warga  sekolah  melalui  semua  kegiatan
sekolah  untuk  membentuk  akhlak,watak  atau  kepribadian  peserta  didik  melalui berbagai  kebaikanvirtues  yang  terdapat  dalam  ajaran  agama.  Drayanto,
2014:52.  Pendidikan  karakter  merupakan  satu  kesatuan  program  kurikulum satuan  pendidikan,  yang  di  integrasikan  dalam  kurikulum  tingkat  satuan
pendidikan KTSP sebagai visi dan misi. Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama,baik dalam
lingkungan  keluarga,bangsa,dan  negara.  Individu  yang  berkarakter  baik  adalah individu  yang  dapat  membuat  keputusan  dan  siap  mempertanggungjawabkan
setiap akibat dan dari keputusannya.  Salahudin, 2013:45. Menurut  Adisusilo,  2012:79.  Karakter  adalah  seperangkat  nilai  yang  telah
menjadi  kebiasaan  hidup  sehingga  menjadi  sifat  tetap  seseorang,  misalnya  kerja keras,  pantang  menyerah,jujur  dan  lain-lain.  Dari  beberapa  pengertian  dan
pendapat  diatas  maka  disimpulkan  bahwa  pendidikan  karakrer  adalah  strategi yang  dirancang  oleh  guru  dan  juga  pihak  sekolah  untuk  menanamkan  proses
pembelajaran  yang  berpusat  pada  penanaman  karakter  dan  membentuk akhlak,watak atau kepribadian peserta didik  yang bersifat  keagamaan.
c. Pendekatan Tematik Integratif
Kurikulum  2013  merupakan  suatu  proses  perubahan  yang  terjadi  dalam bidang  pendidikan,  perubahan  tersebut  terdapat  ciri  khas  pembelajaran  yang
menggunakan  pendekatan  tematik  integratif.  Sebenarnya  pendekatam  ini  sudah lama  kita  kenal  pada  kurikulum  1984.  Intinya  bahwa    dalam  tiap  pembelajaran
harus berpijak pada tema atau subtema tertentu. Dan tiap bahan pelajaran tidaklah berdidri sendiri melainkan dipadukan Integrasikan dengan bahan pelajaran yang
lain. Berdasarkan pola tematik integratif ini, buku-buku siswa SD tidak lagi dibuat berdasarkan  matapelajaran,  tetapi  berdasarkan  tema  yang  merupakan  gabungan
dari  beberapa  mata  pelajaran  yang  relafan  dengan  kompetensi  di  SD.  Ahmadi, 2012:222
Dari  beberapa  pendapat  di  atas  maka  dapat  disimpulkan  bahwa,  pendekatan tematik  Integratif  adalah  pembelajaran  yang  menggunakan  tema  dalam
mengaitkan  beberapa  materi  ajar  sehingga  dapat  memberikan  pengalaman bermakna  pada  siswa.Tematik  sendiri  merupakan  pokok  pemikiran  atau  gagasan
pokok  yang  menjadi  pokok  pembicaraan.  Tema  yang  akan  menjadi  penggerak pada mata pelajaran yang lain.
1 Prinsip-prinsip Pendekatan Tematik Integratif
Pembelajaran  tematik  integratif  memiliki  prinsip-prinsip  yang  berkenaan yaitu  1  memiliki  suatu  tema  yang  aktual,  dekat  dengan  peserta  didik  dan  ada
dalam kehidupan sehari-hari, 2 pemilihan materi pada beberapa muatan pelajaran yang  saling  terkait,  3  tidak  boleh  bertentangan  dengan  tujuan  kurikulum  yang
berlaku  tetapi  harus  mendukung  pencapaian  tujuan  yang  telah  ditentukan  pada kurikulum,  4  materi  pelajaran  dapat  dikaitkan  dalam  tema  dengan
mempertimbangkan  karakteristik  peserta  didik  sebagai  minat,  kemampuan,
kebutuhan  dan  pengetahuan  awal,  5  tidak  memaksakan  materi  pelajaran  yang
dipadukan Majid, 2014: 89.
Sedangkan  menurut  Menurut  Daryanto,  2014:86  terdapat  2  prinsip  dalam pembelajaran  tematik  yaitu  a  prinsip  dalam  penggalian  tema  dan  prinsip  dalam
pelaksanaan  pembelajaran  tematik  integratif.  Prinsip  dalam  penggalian  tema antara  lain  yaitu  tema  tidak  terlalu  luas  sehingga  memudahkan  untuk
menggabungkan  mata  pelajaran,  bermakna  yaitu  dapat  dijadikan  pengalaman peserta  didik  untuk  belajar  selanjutnya,  sesuai  dengan  tingkat  perkembangan
peserta  didik,  dapat  menunjukkan  sebagian  besar  dari  minat  peserta  didik, mempertimbangkan  peristiwa  yang  nyata  dalam  kehidupan  sehari-hari,  sesuai
dengan  kurikulum  dan  harapan  masyarakat,  mempertimbangkan  ketersediaan sumber  belajar.  Jadi  dalam  prinsip  pelaksanaan  pembelajaran  tematik  integratif
guru tidak berperan sebagai peran utama yang mendominasi proses pembelajaran, tetapi  memberikan  tanggung  jawab  terhadap  individu  dan  kelompok  yang  jelas
dan  mempertimbangkan  kerja  sama  dalam  kelompok,  guru  bersikap  akomodatif terhadap  ide  yang  timbul  dalam  proses  pembelajaran  yang  tidak  terduga,  dan
memberikan  kesempatan  kepada  peserta  didik  untuk  melakukan  penilaian  diri disamping penilaian lain.
2. Ciri-Ciri  Pendekatan  Tematik  Integratif
Pembelajaran tematik integratif juga memiliki ciri-ciri yaitu 1 berpusat pada peserta  didik,  2  memberikan  pengalaman  secara  langsung  kepada  peserta  didik,
3  pemisahan  antar  muatan  pelajaran  tidak  terlihat  dengan  jelas,  4  memberikan konsep dari berbagai pelajaran dalam satu proses pembelajaran yang saling terkait
satu sama lain, 5 keterpaduan berbagai muatan pelajaran bersifat luwes, 6 hasil yang didapatkan dalam pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan peserta didik Kemendikbud. 2014: 16.
d. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik adalah  proses  pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar  peserta didik  secara aktif  mengonstruk konsep,   hukum  atau  prinsip
melalui  tahapan-tahapan  mengamati  untuk mengidentifikasi  atau  menemukan masalah,    merumuskan    masalah,  mengajukan  atau  merumuskan  hipotesis,
mengumpulkan  data  dengan  berbagai  teknik,  menganalisis  data,  menarik kesimpulan  dan  mengomunikasikan  konsep,  hukum    atau    prinsip    yang
“ditemukan”.  Pendekatan  saintifik  bertujuan untuk  memberikan  pemahaman kepada    peserta    didik    dalam    mengenal,  memahami    berbagai  materi
menggunakan  pendekatan  ilmiah,  bahwa  informasi  bisa  berasal  dari  mana  saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari  guru. Modul kurikulum
2013 Menurut  Abidin,  2014:125.  Pendekatan  saintifik  merupakan  proses
pembelajaran yang memandu siswa untuk memecahkan masalah melalui kegiatan perencanaan  yang  matang  dalam  pengumpulan  data  yang  cermat  untuk
menghasilkan  sebuah  kesimpulan.  Metode  saintifik  sangat  relevan  dengan  tiga teori  belajar  yaitu  teori  Bruner,  teori  Piaget,  dan  teori  Vygotsky.  Teori  belajar
Bruner  disebut  juga  teori  belajar  penemuan.  Ada  empat  hal  pokok  berkaitan dengan  teori  belajar  Bruner  yang  pertama,  individu  hanya  belajar  dan
mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan  pikirannya. Kedua,  dengan
melakukan  proses-proses    kognitif    dalam    proses    penemuan,  siswa    akan memperoleh  sensasi  dan  kepuasan  intelektual  yang  merupakan  sesuatu
penghargaan  intrinsik.  Ketiga,  satu-satunya  cara  agar  seseorang  dapat mempelajari  teknik-teknik  dalam  melakukan  penemuan  adalah  ia  memiliki
kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan  penemuan maka akan  memperkuat retensi  ingatan.  Empat  hal  di  atas  adalah  bersesuaian
dengan    proses    kognitif  yang  diperlukan  dalam  pembelajaran  menggunakan metode saintifik.
Berdasarkan  pendapat  di  atas  maka  dapat  disimpulkan  bahwa  pendekatan saintifik  adalah  suatu  proses  pembelajaran  yang  merangsang    kemampuan  siswa
untuk  berproses  dan  berinteraksi  dengan  dunianya  untuk  memecahkan    masalah sesuai dengan kebutuhannya.
Pembelajaran  dengan  metode  saintifik  memiliki  karakteristik  sebagai berikut: 1  Berpusat  pada  siswa,  2  melibatkan    keterampilan    proses    sains    dalam
mengonstruksi    konsep,  hukum  atau  prinsip,  3melibatkan    proses-proses kognitif  yang  potensial  dalam  merangsang perkembangan  intelek,  khususnya
keterampilan  berpikir  tingkat  tinggi  siswa,  4 dapat mengembangkan karakter siswa,  5  bersifat  fleksibel.  Dimana  belajar  sambil  bermain  ini  dapat
menyenangkan  merupakan  karakteristik  anak  usia  sekolah  dasar.  Pross pembelajaran  tidak  membuat  siswa  kaku  atas  beban  pembelajaran  yang  diterima
sehingga  hasil  belajar  siswa  sesuai  dengan  perkembangan  potensi  ,  minat  dan kebutuhannya.
1. Tujuan  dan keunggulan  pembelajaran  dengan  pendekatan  saintifik
a untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa. b
untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara   sistematik.
c terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu
merupakan suatu kebutuhan. d
diperolehnya hasil belajar yang tinggi. e
untuk melatih siswa dalam  mengomunikasikan  ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
f untuk mengembangkan karakter siswa.
g Prinsip Pembelajaran Sanitifik
Berkaitan dengan tujuan  dan keunggulan pembelajaran saintifik di atas maka ada pula prinsip-prinsif atau kriteria  ilmiah dalam  pembelajaran saintifik sebagai
berikut:  1  Materi  pembelajaran  berbasis  fakta  ataun  fenomenal,  yang  bisa dijelaskan  dengan  logika  bukan  kira-kira  atau  khayalan  semata,2  Pembelajaran
membentuk  students’  self  concept,  3  Pembelajaran  yang  bersifar  mengispirasi peserta  didik  berpikir  secara  kritis,  analisis,  dan  tepat  dalam  memecahkan
masalah,  4  Mendodrong  dan  menginspirasi  peserta  didik  mampu  berpikir hipotesis,  5  Mendodrong  dan  menginspirasi  peserta  didik  mampu  berpikir
hipotesis, 6 Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami dan menerapkan,  mengembangkan  pola  pikir  yang  rasional,  7  Mendorong  dan
menginspirasi peserta
didik mampu
memahami dan
menerapkan,
mengembangkan  pola  pikir  yang  rasional,  8  Berbasis  pada  konsep,  teori,  dan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan.
e. Penilaian Otentik
Menurut  Santrock,dalam  Majid,  2014:  236.  Penilaian  otentik  authentic assessment  adalah  suatu  proses  pengumpulan,  pelaporan  dan  pengumpulan
informasi tentang proses hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip penilaian yang  berkelanjutan  dengan  pengambilan  bukti-bukti  otentik  yang  akurat,dan
konsisten sebagai akuntabilitas publik. Sejalan dengan perkembangan kurikulum, penilaian  otentik  dikembagkan  agar  penilain  tradisional  yang  selama  ini
digunakan  yang  mengabaikan  konteks  dunia  nyata    dan  kurang  menggambarkan
kemampuan siswa secara holistik.
Menurut  Brown  dalam  Abidin,  2014:77  menyatakan  bahwa  penilaian otentik  adalah  metode  yang  digunakan  untuk  mengukur  kemampuan,
pengetahuan,atau  performa  seseorang.  Pengertian  ini  lebih  jelas  memberikan gambaran  bahwa  penilaian  dilakukan  sebagai  sebuah  metode    pengukuran  atas
pengetahuan,  dan  kemampuan  seseorang.  Berdasarkaan    pendapat  diatas  bahwa penilaian  otentik  adalah  penilaian  yang  dilakukan  agar  dapat  mengukur  dan
pengetahuan  seberapa  besar  kemampuan  atau  pengetahuan  seseorang  dalam proses belajar.
Penilaian  otentik  diartikan  sebagai  upaya  yang  dilakukan  sesuai  dengan kehidupan  nyata.  Untuk  mendapatkan  pemahaman  yang  lebih  komperehensif
mengenai arti asesmen otentik, dapat didefinisikan sebagai berikut.
1. American  Libraly  Association;  sebagai  proses  evaluasi  untuk  mengukur
kinerja,  prestasi,  motivasi  dan  sikap-sikap  peserta  didik    dalam  aktivitas pembelajaran.
2. Newton  public  sckool;  penilaian  otentik  diartikan  sebagai  penilaian  atas
produk  dan  kinerja  yang  berhubungan  dengan  pengalaman  hidup  peserta didik.
3. Jon  Muller  dalam  Majid,  2014:238  penilaian  otentik  merupakan  suatu
bentuk  penilaian  yang  meminta  para  siswanya  untuk  menampilkan  tugas pada situasi  yang sesungguhnya, dan  mendemonstrasikan dengan esensial
yang bermakna 4.
Richard  J.  Stinggins  dalam  Majid,  2014:  238  penilaian  otentik menekankan  keterampilan  dan  kompetensi  spesifik,  untuk  mengetahui
ketrampilan dan pengatahuan yang sudah dikuasai. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, penilaian otentik adalah
proses  pengumpulan  berbagai  data    yang  dapat  memberikan  gambaran  tentang perkembangan  siswa  dalam  proses  belajar  didalam  kelas  maupun  di  luar  kelas.
Penilaian otentik dalam kurikulum 2013 mengajak agar siswa dapat belajar sesuai dengan kehidupan nyata atau kehidupan sehari-hari,  penilaian otentik terdapat
4  Empat  jenis  penilaian  antara  alai  yaitu:  1.Penilaian  Kinerja,  2  Penilaian Proyek, 3 Penilaian Portofolio,4 Penilaian Tertulis. Majid, 2014: 250-263.
1. Penilaian Kinerja Penilaian  kinerja  dapat  melibatkan  parsisipasi  peserta  didik,  khususnya  dalam
proses  dan  aspek-aspek  yang  akan  dinilai.  Guru  dapat  melakukannya  dengan
meminta  para  peserta  didik  menyebutkan  unsur-unsur  proyektugas  yang  akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya.
2. Penilaian Proyek Penilaian  proyek  project  assessment  merupakan  kegiatan  penilaian  terhadap
tugas  yang  harus  diselesaikan  oleh  peserta  didik  menurut  periodewaktu tertentu.Penyelesaian  tugas  dimaksud  berupa  investigasi  yang  dilakukan  oleh
peserta  didik,  mulai  dari  perencanaan,  pengumpulan  data,  pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data.
3. Penilaian Portofolio Penilaian  portofolio  merupakan  penilaian  atas  kumpulan  artefak  yang
menunjukkan  kemajuan  dan  dihargai  sebagai  hasil  kerja  dari  dunia nyata.Penilaian  portofolio  bisa  berangkat  dari  hasil  kerja  peserta  didik  secara
perorangan  atau  diproduksi  secara  berkelompok,  memerlukan  refleksi  peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
4. Penilaian Tertulis Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat,
memahami, mengorganisasikan,  menerapkan,  menganalisis,  mensintesis,  mengevaluasi,  dan
sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin  bersifat  komprehensif,  sehingga  mampu  menggambarkan  ranah  sikap,
pengetahuan, dan keterampilan peserta didik. Dari  pengertian  penilaian  otentik  maka  dapat  disimpulkan  bahwa  dalam
proses pembelajaran penilaian sangat berperan penting  dalam proses pendidikan
salah  satunya  adalah  penilaian  otentik,  tanpa  ada  penilaian  maka  bagaimana seorang  pendidik  dapat  mengukur  atau  mengetahui  seberapa  besar  kemampuan
dan pengetahuan anak dalam proses pembelajaran yang dilakukan.
2. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menurut Kemp
Model  pembelajaran  disusun  berdasarkan  berbagai  prinsip  atau  teori pengetahuan.  Joyce    Weil  dalam  Rusman,  2013:  133  berpendapat  bahwa
model  pembelajaran  adalah  suatu  rencana  yang  dapat  digunakan  untuk membentuk  kurikulum,  merancang  bahan  pembelajaran,  dan  membimbing
pembelajaran  di  kelas.  Oleh  karena  itu  dalam  pembelajaran  perlu  disusun  suatu perangkat pembelajaran untuk  mencapai tujuan  yang telah ditentukan.  Perangkat
pembelajaran  perlu  disusun  dan  dikembangakan  sebaik  mungkin.  Menurut Sudjana dalam Trianto, 2010: 81 untuk melaksanakan pengembangan perangkat
pembelajaran dibutuhkan model-model pengembangan yang sesuai dengan sistem pendidikan.  Ada  beberapa  model  pengembangan  pengajaran  yaitu  model  Dick-
Carey, Model Four-D, dan Model Kemp. Dalam  penelitian  ini,  model  pengembangan  perangkat  pembelajaran  yang
digunakan  adalah  model  Kemp.  Kemp  mengatakan  dalam  Trianto  2010:  81 bahwa
pengembangan perangkat
merupakan suatu
lingkaran yang
kontinum.Setiap  langkah  pengembangan  berhubungan  langsung  dengan  aktivitas revisi  dan  dapat  dimulai  dari  titik  manapun.  Berikut  merupakan  siklus
pengembangan perangkat model Kemp:
Gambar 1. Siklus Pengembangan Perangkat model Kemp
Secara  umum  pengembangan  perangkat  pembelajaran  dengan  model  Kemp meliputi beberapa hal yaitu:
a. Identifikasi Masalah Pembelajaran Instructional Problems
Tahap ini bertujuan utnuk mengidentifikasi adanya kesenjangan antara tujuan  kurikulum  dengan  kenyataan  yang  terjadi  di  lapangan,  baik
dalam  model,  pendekatan,  metode,  teknik,  maupun  strategi  yang digunakan  oleh  guru  dalam  pembelajaran.  Bahan  kajian,  pokok
bahasan  atau  materi  yang  dikembangkan,  selanjutnya  dapat  disusun dengan  cara  pembelajaran  yang  sesuai  untuk  mencapai  tujuan  yang
diharapkan dalam kurikulum. b.
Analisis siswa Learning Characteristics Tahap ini dilakukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan karakter
peserta  didik  meliputi  ciri,  kemampuan,  dan  pengalaman  secara
individu  ataupun  kelompok.  Hasil  dari  analisis  peserta  didik  dapat dijadikan  acuan  untuk  menyiapkan  perangkat  pembelajaran.  Analisis
tersebut  antara  lain:  1  Tingkah  Laku  Awal  Peserta  didik,  menurut Kardi  dalam  Trianto,  2010:  83  mengatakan  bahwa  perlunya
mengidentifikasi  keterampilan  peserta  didik  sebelum  melaksanakan proses  pembelajaran.  2  Karakteristik  Peserta  didik,  menurut  Ibrahim
dalam  Trianto,  2010:  83  analisis  peserta  didik  sangat  penting dilakukan  seperti  dengan  memperhatikan  ciri,  kemampuan,  dan
pengalaman  peserta  didik  baik  dalam  perseorangan  ataupun  dalam kelompok.  Analisis  peserta  didik  meliuti  karakteristik  seperti
kemampuan  akademik,  usia  dan  tingkat  kedewasaan,  motivasi terhadapat  mata  pelajaran,  pengalaman,  keterampilan  psikomotor,
kemampuan berkerja sama, keterampilan sosial dan lainnya. c.
Analisis Tugas Task Analysis Kemp  mengatakan  dalam  Trianto,  2010:  83  bahwa  analisis  tugas
merupakan  kumpulan  dari  langkah  untuk  menentukan  isi  suatu pengajaran.Analisis
tugas bertujuan
untuk mengetahui
dan menentukan  model  pembelajaran  untuk  mencapai  suatu  tujuan  yang
telah ditentukan. Analisis tugas tidak lain dengan analisis isi pelajaran, analisis konsep, analisis pemrosesan informasi, dan analisis prosedural
yang  digunakan  untuk  memudahkan  pemahaman  atau  penugasan tentang tugas belajar dan tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam
Rencana  Pelaksanaan  Pembelajaran  RPPTH  dan  Lembar  Kegiatan Siswa LKS.
d. Merumuskan Indikator Intructional Objectives
Indikator  merupakan  tujuan  pembelajaran  yang  didapatkan  darihasil analisis tujuan.Tujuan pembelajaran dilakukan untuk mengkonversikan
analisis tugas dan analisis konsep  menjadi tujuan  pembelajaran khusu yang  lebih  operasional.  Indikator  yang  dirumuskan  berfungsi  sebagai
alat  untuk  merancang  kegiatan  pembelajaran,  kerangka  kerja  dalam merencanakan  cara  mengevaluasi  haisl  belajar  peserta  didik,  dan
sebagai panduan dalam belajar untuk peserta didik. e.
Uratan Isi Content Sequencing Menurut  Kemp,  2011:  16-17  urutan  isi  ditentukan  berdasarkan
tingkat kesulitan untuk membantu siswa memahami pelajaran. f.
Strategi Pembelajaran Instructional Strategy Pada tahap  ini dilakukan pemilihan  strategi pembelajaran  yang sesuai
dengan  tujuan.Kegiatan  yang  dilakukan  yaitu  memilih  model, pendekatan,  metode,  pemilihan  format,  yang  diyakini  dapat
memberikan  pengalaman  yang  berguna  dalam  pembelajaran  sehingga dapat mencapai tujuan.
g. Cara  penyampaian  Pesan  atau  Isi  Pembelajaran  Instructional
Delivery
Menurut  Kemp,  2011:  16-17  menentuan  gambar  atau  media  yang digunakan  dalam  pembelajaran  dapat  membantu  siswa  memahami
pengetahuan tersebut. h.
Penyusunan Instrumen Evaluasi Evaluation Instrument Penyusunan  hasil  belajar  merupakan  alat  penilaian  yang  digunakan
untuk  mengukur  ketuntasa  indikator  dan  pengusaan  peserta  didik setelah  proses  pembelajaran  berlangsung.  Kriteria  penilaian  yang
dilakukan  adalah  penilaian  acuan  patokan,  sehingga  instrumen  yang dikembangkan  harus  dapat  mengukur  ketuntasan  pencapaian  tujuan
pembelajaran  yang  khusu  telah  dirumuskan.  Menilai  hasil  belajar merupakan unsur terakhir dalam proses perancangan pembelajaran.
i. Pemilihan Media atau Sumber Pembelajaran Instructional Resourche
Pemilihan  media  dan  sumber  pembelajaran  dilakukan  berdasarkan hasil  analisis  tujuanm  analisi  karakteristik  siswa  dan  analisis  tugas.
Keberhasilan pembelajaran sangat bergantung pada penggunaan media dan  sumber  pembelajaran  yang  digunakan.  Pemilihan  sumber
pembelajaran  dengan  baik  maka  tujuan  pembelajaran  dapat  tercapai seperti  dapat  memotivasi  peserta  didik  dengan  cara  menarik  dan
menstimulasi  perhatina  pada  materi  pembelajaran,  melibatkan  peserta didik,  menjelaskan  dan  menggambarkan  isi  materi  pelajaran  dan
keterampilan kinerja,
membantu pembentukan
sikap dan
pengembangan  rasa  menghargai  apresiasi,  serta  dapat  memberi kesempatan untuk menganalisis sendiri kinerja perorangan.
j. Pelayanan Pendukung Support Services
Pelayanan  pendukung  sebenarnya  tidak  berhubungan  langsung dengan subtansi pengembangan perangkat, tetapi  sangat menentukan
keberhasilan  dalam  pengembangan  perangkat.  Dalam  proses pengembangan  perangkat  diperlukan  kebijakan  sekolah,  guru,  mitra,
tata usaha, tenaga terkait serta layanan laboratorium dan perlusatakan. Selain itu anggaran, fasilitas, bahan, perlengkapan, pelayanan tenaga
kerja,  jadwal  penyelesaian  tahapan  perencanaan  dan  pengembangan juga dibutuhkan.
k. Evaluasi formatif Formative
Evaluasi  formatif  merupakan  bagian  yang  penting  dari  proses perancangan  pembelajaran  dan  berfungsi  sebagai  pemberi  informasi
kepada pengajar. Evaluasi  formatif dilakukan selama pengembangan dan  uji  coba.  Penilaian  ini  berguna  untuk  menentukan  kelemahan
dalam  perencanaan  pengajaran  sehingga  berbagai  kekurangan  dapat di hindari.
l. Evaluasi Sumatif Summarative Evaluation
Evaluasi  sumatif  secara  langsung  mengukur  tingkat  pencapaian tujuan  utama  pada  akhir  pembelajaran.Sumber  informasi  utama
tersebut  dapat  diketahui  melalui  hasil  posttes  maupun  uji  akhir pembelajaran.  Penilaian  sumatif  meliputi  hasil  uji  akhir  unit  dan  ui
akhir untuk pelajaran tertentu.
m. Revisi Perangkat Pembelajaran Revision
Kegiatan  revisi  dilakukan  secara  terus  menerus  pada  setiap  tahap pengembangan.  Kegiatan  revisi  dilakukan  untuk  mengevaluasi  dan
memperbaiki  rancangan  yang  dibuat.  Revisi  dilakukan  berdasarkan masukan  dan  penilaian  yang  dilakukan  dalam  kegiatan  validasi
perangkat  dengan  pakar,  simulasi  terbatas  dan  uji  coba terbatas.Validasi  ini  lebih  bertujuan  pada  kebenaran  dan  kesesuaian
isi pada saat menerapkan perangkat pembelajaran di sekolah. Adapun  perangkat  pembelajaran  yang  dikembangkan  dalam
penelitian  ini  antara  lain  silabus,  RPPTH  beserta  lembar  kerja  siswa  dan penilaian  otentik.  Perangkat  pembelajaran  tersebut  dapat  dijabarkan
sebagai berikut: 1
Silabus Pada  Kurikulum  SD  2013,  silabus  telah  disiapkan  oleh
Pemerintah.  Guru  hanya  mengembangkan  silabus  sesuai  dengan kondisi  lingkungan  belajar  daerah  atau  satuan  pendidikan  setempat.
Adapun komponen yang terdapat pada silabus yaitu a identitas muatan pelajaran,  2  kompetensi  dasar,  3  materi  ajar,  4  kegiatan
pembelajaran,  5  penilaian,  6  sumber  belajar.  Silabus  dibuat  setelah menentukan kompetensi dasar dan indikator serta tujuan pembelajaran
pada setiap muatan pelajaran Akbar, 2013: 7-10. 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian  RPPTH
Dalam  Kurikulum  SD  2013,  RPPTH  disusun  dalam  satu pembelajaran  harian  dengan  memadukan  beberapa  muatan  pelajaran
yang  terikat  pada  tema  tertentu  dan  sering  disebut  dengan  Rencana Pelaksanaan  Pembelajaran  Tematik  Harian  RPPTH.  Menurut
Permendiknas  No.  65  Tahun  2013  dalam  Kemendikbud  2014:  106, Rencana  Pelaksanaan  Harian  Tematik  Harian  merupakan  rencana
kegiatan  pembelajaran  tatap  muka  yang  digunakan  untuk  satu  kali pertemuan  atau  lebih.  Kegiatan  yang  ditulis  dalam  RPPTH,
dikembangkan  secara  rinci  dari  suatu  materi  pokok  atau  tema  yang berpedoman  pada  silabus.  Pada  Kurikulum  SD  2013,  kegiatan  yang
dikembangkan dalam RPPTH harus menggunakan pendekatan tematik integratif dan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran.
Komponen yang terdapat dalam RPPTH antara lain: a identitas RPPTH,  b  Kompetensi  Inti,  c  Kompetensi  Dasar  dan  Indikator,  d
Tujuan  Pembelajaran,  e  Materi  Ajar,  f  Pendekatan  dan  metode,  g Media,  Alat  dan  Sumber  Belajar,  h  langkah-langkah  kegiatan
pembelajaran,  i  penilaian  Kemendikbud.  2014:  106-109.  Penilaian yang  digunakan  dalam  Kurikulum  SD  2013  adalah  penilaian
otentik.Penilaian  dilakukan  pada  ranah  pengetahuan,  keterampilan, sikap  sosial  dan  sikap  spiritual.Pada  pengembangan  perangkat
pembelajaran dalam penelitian  ini, penilaian  yang digunakan  yaitu tes tertulis,  tes  lisan,  performance,  produk,  dan  observasi.  Pada  Lembar
Kerja  Siswa  mengembangkan  pendidikan  karakter  budaya  lokal.
Kegiatan  yang  dilakukan  pada  Lembar  Kerja  Siswamencerminkan pendekatan  saintifik dan dibuat agar siswa dapat mempelajari  sesuatu
yang terkait dengan kehidupan yang dialaminya Kemendikbud. 2014: 42.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian pengembanagan perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum 2013  merupakan  hal  yang  baru  sehingga  sedikit  yang  dapat  digunakan  sebagai
sumber penelitian  yang relevan.Berikut  ini adalah penelitian relevan  yang  sesuai
dengan pengembangan perangkat pembelajaran.
Pertama ,  penelitian  pengembangan  yang  berjudul  “Pengembangan  Bahan
Ajar  yang  Terintegrasi  dengan  Pendidikan  Karakter  untuk  Keterampilan Membaca Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV Semester Gasal
” yang dilakukan oleh Yohanna Prisca Apriyani 2013. Penelitian ini menghasilkan
produk  bahan  ajar  yang  yang  terintegrasi  dengan  pendidikan  karakter  untuk keterampilan  membaca  pada  mata  pelajaran  Bahasa  Indonesia  SD  Kelas  IV
Semester  Gasal.Prosedur  pengembangan  yang  dilakukan  dalam  penelitian  ini yaitu  memodifikasi  langkah-langkah  model  Kemp  yang  telah  direvisi  dan
pengembangan Borg dan Gall. Penelitian tersebut  menghasilkan rerata skor 4,33 dan
termasuk “sangat baik” setelah melakukan tahap uji coba di SD Negeri
Kedua,  penelitian  pengembangan  yang  berjudul  Intan  Reni  Wulandari 2013  dengan  judul
“Pengembangan  Bahan  Ajar  yang  Terintegrasi  dengan Pendidikan  Karakter  Untuk  Keterampilan  Mendengarkan  Pada  Mata  Pelajaran
Bahasa  Indonesia  SD  Kelas  IV  Semester  Gasal”.  Penelitian  ini  menghasilkan
suatu  produk  berupa  bahan  ajardengan  mengacu  pada  prosedur  pengembangan bahan  ajar  memodifikasi  langkah-langkah  model  Kemp  yang  telah  direvisi  dan
penelitian  pengembangan  Borg  and  Gall.  Berdasarkan  hasil  keseluruhan  validasi oleh  pakar  diperoleh  rerata  skor  4,26  untuk  kualitas  bahan  ajar,  dan  termasuk
dalam kategori “sangat baik”. Penelitian  ini dilaksanakan di SDN II Prambanan Klaten.
Ketiga,  penelitian  pengembangan  yang  berjudul “Pengembangan  Bahan
Ajar  Mengacu Kurikulum 2013 Subtema Meneladani Sikap Pahlawan Bangsaku untuk  Siswa    Kelas  IV  Sekolah  Dasar
”  yang  dilakukan  oleh  Vitus  Winda  Ari Wismantaka  2014.  Penelitian  ini  menghasilkan  desain  produk  bahan  ajar  yang
terintegrasi  yang  mengacu  kurikulum  2013  dengan  subtema  meneledani  sikap pahlawan  bangsaku  untuk  siswa  kelas  IV  SD.  Prosedur  pengembangan  yang
dilakukan dalam penelitian ini yaitu memodifikasi langkah-langkah model Kemp yang  telah  direvisi  dan  pengembangan  Borg  dan  Gall.  Hasil  penelitian
menunjukkan  bahwa  bahan  ajar  yang  dikembangkan  dievaluasi  dari  unsur  1 tujuan  dan  pendekatan,  2  desain  dan  pengorganisasian,  3  isi,  4  keterampilan
berbahasa,5  topik,  dan  6  metodologi.  Bahan  ajar  tersebut  dibutuhkan berdasarkan 1 wawancara 2 kuesioner 3 pakar kurikulum 2013, 4 dua guru
kelas  IV  SD,  dan5  validasi  lapangan  oleh  sepuluh  siswa  kelas  IV  SD  Negeri Cebongan  Sleman.  Penelitian  tersebut  menghasilkan  rerata  skor  4,43    dan
termasuk “sangat baik”. Berdasarkan tiga paparan diatas yang pernah dilakukan oleh peneliti bahwa
penelitian  hanya  berfokus  untuk  mengembangkan  nilai  karakter  sesuai  dengan
tuntutan  pengembangan    kurikulum  2013.  Selain  itu  juga  khususnya  untuk kebutuhan  guru  dalam  mengembangkan  bahan  ajar  untuk  inovasi  pada  siswa
dalam  implementasi  pembelajaran.  Bahan  ajar  yang  sesuai  kurikulum  2013 tersebut  juga  dapat  mengakomondasi  siswa  sesuai  pada  pembelajaran  yang
menggunakan  pendekatan  saintifik  dan  pendekatan  tematik  integratif,  terdapat pendidikan  karakter  dan  model  pengembangan  perangkat  pembelajaran.
Sedangkan penilaian yang akan digunakan yaitu penilaian otentik yang berfungsi untuk  menilai  aktifitas  belajar  siswa  yang  alami  dan  sesungguh-sungguhnya
sesuai  dengan kenyataan proses  belajar  siswa.  Melalui kesimpulan di  atas,  maka penulis menggunakan metode yang sama yaitu Research and Development RD
dengan mengembangkan  perangkat pembelajaran mengacu kurikulum 2013 pada subtema Gemar Menggambar untuk siswa kelas I Sekolah Dasar.
C. Kerangka Pikir
Mengembangkan perangkat
pembelajaran berupa
Silabus, RPPTH
beserta lembar  kerja  siswa
dan penilaian
otentik dengan
mengguakan  model Kemp  dan  proses
penelitian RD
model Borg
and Gall  yang  mengacu
Kurikulum SD
2013. Kurikulum SD 2013
1. Rasional dan elemen perubahan.
2. Pendidikan karakter.
3. Pendekatan  yang  digunakan  yaitu  tematik
integratif dan saintifik. 4.
Menggunakan penilaian otentik.
Analisis Kebutuhan Guru  masih  membutuhkan  contoh  perangkat
pembelajaran  yang baik  mengacu  Kurikulum SD 2013.
Berdasarkan  uraian  di  atas  maka  disusun  kerangka  berfikir  tentang pengembangan  perangkat  pembelajaran  mengacu  Kurikulum  2013  untuk  siswa
sekolah  dasar  kelas  1.  Kurikulum  2013  merupakan  usaha  pemerintah  untuk menyiapkan  generasi  bangsa  yang  baik  dan  memiliki  sikap,  keterampilan,  dan
pengetahuan  yang  dapat  digunakan  bagi  masa  depan.  Pemerintah  telah menerbitkan  prangkat  pembelajaran  yang  sesuai  dengan  kurikulum  2013,  akan
tetapi masih perlu adanya suplemen tambahan agar perangkat pembelajaran  yang telah dibuat dapat digunakan  sesuai kebutuhan peserta didik.
Berdasarkan  alasan  tersebut  peneliti  berusaha  mengembangkan  perangkat pembelajaran yang sesuai Kurikulum 2013 untuk sekolah dasar kelas1.Pendekatan
tematik  integratif  dan  pendekatan  saintifik  merupakan  ciri  utama  dalam pembelajaran pada Kurikulum 2013 khususnya pada perangkat pembelajaran yang
dikembangkan  oleh  peneliti.  Peneliti  juga  memasukkan  tentang  penerapan pendidikan  karakter  dalam  setiap  pembelajaran  yang  ada  dalam    perangkat
pembelajaran.  Perkembangan  karakter,  keterampilan,  dan  pengetahuan  adalah tujuan  dari  Kurikulum  2013,  untuk  mengukur  kemampuan  siswa  menggunakan
penilaian  otentik  dengan  berbagai  jenis  penilaian  untuk  mempermudah  guru dalam menilai peserta didik.
Pengembangan  perangkat  pembelajaran  yang  dibuat  yaitu  Tema  2 Kegemaranku  subtema  Gemar  Menggambar.  Pendekatan  tematik  terpadu
integratif dan pendekatan saintifik menjadi pedoman dalam menyusun perangkat pembelajaran    yang  sesuai  dengan  kebutuhan  siswa.  Perangkat  pembelajaran
dikembangkan  dengan  menekankan  pendidikan  karakter  dalam  setiap  kegiatan
pembelajaran.  Penilaian  bagi  siswa  menggunakan  penilaian  otentik.  Perangkat pembelajaran  yang  ingin  dikembangkan  oleh  peneliti  pun  belum  sempurna  dan
masih perlu perbaikan.
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian teori di atas maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana  langkah-langkah  penelitian  pengembangan  perangkat
pembelajaran  subtema  Gemar  Menggambar  mengacu  Kurikulum  2013 untuk siswa kelas I Sekolah  Dasar?
2. Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran subtema Gemar Menggambar
mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar?
39
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian
ini menggunakan
metode penelitian
dan pengembangan RD. Metode penelitian dan pengembangan dalam bahasa
inggris  disebut  dengan  Research  and  Development.  Menurut  Sugiyono, 2013:  297  metode  penelitian  dan  pengembangan  RD  merupakan
penelitian yang dapat digunakan untuk  menghasilkan suatu produk tertentu, serta  dapat  menguji  kelayakan  dan  keefektifan  produk  yang  dihasilkan
tersebut. Untuk dapat menghasilkan suatu produk yang baik perlu dilakukan penelitian  yang  bersifat  analisis  kebutuhan  dan  menguji  kelayakan  serta
keefektifan  produk  tersebut  agar  dapat  digunakan  pada  masyarakat  luas. Penelitian dan pengembangan  bersifat  longitudinal  yaitu  bertahap  bisa saja
berupa  multy  years.  Langkah-langkah  penelitian  dan  pengembangan  ini memiliki sepuluh langkah yaitu:
Gambar 2. Langkah-langkah penggunaan Metode RD.
Potensi dan Masalah
Pengumpulan data
Desain Produk
Validasi Desain
Revisi Desain
Ujicoba Produk
Revisi Produk
Ujicoba Pemakaian
Revisi Produk
Produksi Masal
1. Potensi Masalah
Penelitian  diawali  dengan  adanya  potensi  atau  masalah.  Potensi dan  masalah  yang  dikemukakan  dalam  penelitian  harus  menunjukkan
data  faktual  yang  sesuai  dari  pengalaman  empirik.  Data  tentang potensi  dan  masalah  tidak  harus  dicari  sendiri  tetapi  bisa  dari
berdasarkan laporan penelitian orang lain. 2.
Pengumpulan Data Setelah  mendapatkan  potensi  atau  masalah,  maka  langkah
selanjutnya  adalah  mengumpulkan  informasi  yang  digunakan  sebagai bahan  untuk  perencanaan  produk.  Perencanaan  produk  tersebut
bertujuan untuk mengatasi masalah yang didapatkan. 3.
Desain Produk Pada  langkah  ini  desain  produk  yang  dihasilkan  harus  lengkap
dan  spesifikasi.  Produk  yang  dihasilkan  dalam  penelitian  ini  yaitu perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013.
4. Validasi Desain
Langkah ini bertujuan untuk menilai rancangan produk yang telah dibuat  dan    mengetahui  kelemahan  serta  kelebihan  pada  produk  yang
dihasilkan. Validasi produk dapat dilakukan oleh pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai desain tersebut.
5. Revisi Desain
Setelah  melakukan  desain  produk,  langkah  selanjutnya  yaitu memperbaiki desain produk dari kelemahan yang telah diketahui.
6. Ujicoba Produk
Uji  coba  produk  bertujuan  untuk  mengetahui  keefektifan  dan keefisienan  produk  dalam  mengatasi  masalah.  Pada  langkah  ini,  uji
coba dilakukan secara terbatas. 7.
Revisi Produk Setelah  melakukan  ujicoba  produk  secara  terbatas  maka  dapat
diketahui  kinerja  produk  yang  dibuat.  Langkah  selanjutnya  yaitu merevisi desain produk mengenai kelemahan  yang didapatkan. Setelah
desain  produk  direvisi  maka  perlu  dilakukannya  uji  coba  produk sesungguhnya.
8. Ujicoba Pemakaian
Pada  langkah  ini  dilakukan  uji  coba  produk  secara  nyata  dalam pemakaian produk yang dibuat.
9. Revisi Produk
Revisi  produk  ini  dilakukan,  apabila  masih  terdapat  kelemahan pada pemakaian kondisi nyata.
10. Produksi Masal
Pembuatan  produk  masal  ini  dilakukan  apabila  produk  yang dihasilkan  sudah  dapat  dinyatakan  efektif  dan  layak  untuk  diproduksi
secara masal. Berdasarkan  penjelasan  di  atas  peneliti  hanya  membatasi  pada  5
langkah  prosedur  pengembangan,  yaitu  1  potensi  dan  masalah,  2 pengumpulan  data,  3  desain  produk,  4  validasi  ahli,  dan  5  revisi  desain.