keputusan baik buruk, memeliara apa yang baik,dan mewujudkan kebaikan itu
dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Haryanto, 2013:45
Pendidikan karakter adalah usaha sekolah yang dilakukan secara bersama oleh guru, pimpinan sekolah dan seluruh warga sekolah melalui semua kegiatan
sekolah untuk membentuk akhlak,watak atau kepribadian peserta didik melalui berbagai kebaikanvirtues yang terdapat dalam ajaran agama. Drayanto,
2014:52. Pendidikan karakter merupakan satu kesatuan program kurikulum satuan pendidikan, yang di integrasikan dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan KTSP sebagai visi dan misi. Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama,baik dalam
lingkungan keluarga,bangsa,dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan
setiap akibat dan dari keputusannya. Salahudin, 2013:45. Menurut Adisusilo, 2012:79. Karakter adalah seperangkat nilai yang telah
menjadi kebiasaan hidup sehingga menjadi sifat tetap seseorang, misalnya kerja keras, pantang menyerah,jujur dan lain-lain. Dari beberapa pengertian dan
pendapat diatas maka disimpulkan bahwa pendidikan karakrer adalah strategi yang dirancang oleh guru dan juga pihak sekolah untuk menanamkan proses
pembelajaran yang berpusat pada penanaman karakter dan membentuk akhlak,watak atau kepribadian peserta didik yang bersifat keagamaan.
c. Pendekatan Tematik Integratif
Kurikulum 2013 merupakan suatu proses perubahan yang terjadi dalam bidang pendidikan, perubahan tersebut terdapat ciri khas pembelajaran yang
menggunakan pendekatan tematik integratif. Sebenarnya pendekatam ini sudah lama kita kenal pada kurikulum 1984. Intinya bahwa dalam tiap pembelajaran
harus berpijak pada tema atau subtema tertentu. Dan tiap bahan pelajaran tidaklah berdidri sendiri melainkan dipadukan Integrasikan dengan bahan pelajaran yang
lain. Berdasarkan pola tematik integratif ini, buku-buku siswa SD tidak lagi dibuat berdasarkan matapelajaran, tetapi berdasarkan tema yang merupakan gabungan
dari beberapa mata pelajaran yang relafan dengan kompetensi di SD. Ahmadi, 2012:222
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa, pendekatan tematik Integratif adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam
mengaitkan beberapa materi ajar sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna pada siswa.Tematik sendiri merupakan pokok pemikiran atau gagasan
pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Tema yang akan menjadi penggerak pada mata pelajaran yang lain.
1 Prinsip-prinsip Pendekatan Tematik Integratif
Pembelajaran tematik integratif memiliki prinsip-prinsip yang berkenaan yaitu 1 memiliki suatu tema yang aktual, dekat dengan peserta didik dan ada
dalam kehidupan sehari-hari, 2 pemilihan materi pada beberapa muatan pelajaran yang saling terkait, 3 tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang
berlaku tetapi harus mendukung pencapaian tujuan yang telah ditentukan pada kurikulum, 4 materi pelajaran dapat dikaitkan dalam tema dengan
mempertimbangkan karakteristik peserta didik sebagai minat, kemampuan,
kebutuhan dan pengetahuan awal, 5 tidak memaksakan materi pelajaran yang
dipadukan Majid, 2014: 89.
Sedangkan menurut Menurut Daryanto, 2014:86 terdapat 2 prinsip dalam pembelajaran tematik yaitu a prinsip dalam penggalian tema dan prinsip dalam
pelaksanaan pembelajaran tematik integratif. Prinsip dalam penggalian tema antara lain yaitu tema tidak terlalu luas sehingga memudahkan untuk
menggabungkan mata pelajaran, bermakna yaitu dapat dijadikan pengalaman peserta didik untuk belajar selanjutnya, sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik, dapat menunjukkan sebagian besar dari minat peserta didik, mempertimbangkan peristiwa yang nyata dalam kehidupan sehari-hari, sesuai
dengan kurikulum dan harapan masyarakat, mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar. Jadi dalam prinsip pelaksanaan pembelajaran tematik integratif
guru tidak berperan sebagai peran utama yang mendominasi proses pembelajaran, tetapi memberikan tanggung jawab terhadap individu dan kelompok yang jelas
dan mempertimbangkan kerja sama dalam kelompok, guru bersikap akomodatif terhadap ide yang timbul dalam proses pembelajaran yang tidak terduga, dan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan penilaian diri disamping penilaian lain.
2. Ciri-Ciri Pendekatan Tematik Integratif
Pembelajaran tematik integratif juga memiliki ciri-ciri yaitu 1 berpusat pada peserta didik, 2 memberikan pengalaman secara langsung kepada peserta didik,
3 pemisahan antar muatan pelajaran tidak terlihat dengan jelas, 4 memberikan konsep dari berbagai pelajaran dalam satu proses pembelajaran yang saling terkait
satu sama lain, 5 keterpaduan berbagai muatan pelajaran bersifat luwes, 6 hasil yang didapatkan dalam pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan peserta didik Kemendikbud. 2014: 16.
d. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip
melalui tahapan-tahapan mengamati untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan”. Pendekatan saintifik bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi
menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Modul kurikulum
2013 Menurut Abidin, 2014:125. Pendekatan saintifik merupakan proses
pembelajaran yang memandu siswa untuk memecahkan masalah melalui kegiatan perencanaan yang matang dalam pengumpulan data yang cermat untuk
menghasilkan sebuah kesimpulan. Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar
Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner yang pertama, individu hanya belajar dan
mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan
melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan sesuatu
penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki
kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas adalah bersesuaian
dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran menggunakan metode saintifik.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah suatu proses pembelajaran yang merangsang kemampuan siswa
untuk berproses dan berinteraksi dengan dunianya untuk memecahkan masalah sesuai dengan kebutuhannya.
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: 1 Berpusat pada siswa, 2 melibatkan keterampilan proses sains dalam
mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip, 3melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, 4 dapat mengembangkan karakter siswa, 5 bersifat fleksibel. Dimana belajar sambil bermain ini dapat
menyenangkan merupakan karakteristik anak usia sekolah dasar. Pross pembelajaran tidak membuat siswa kaku atas beban pembelajaran yang diterima
sehingga hasil belajar siswa sesuai dengan perkembangan potensi , minat dan kebutuhannya.
1. Tujuan dan keunggulan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
a untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa. b
untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
c terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu
merupakan suatu kebutuhan. d
diperolehnya hasil belajar yang tinggi. e
untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
f untuk mengembangkan karakter siswa.
g Prinsip Pembelajaran Sanitifik
Berkaitan dengan tujuan dan keunggulan pembelajaran saintifik di atas maka ada pula prinsip-prinsif atau kriteria ilmiah dalam pembelajaran saintifik sebagai
berikut: 1 Materi pembelajaran berbasis fakta ataun fenomenal, yang bisa dijelaskan dengan logika bukan kira-kira atau khayalan semata,2 Pembelajaran
membentuk students’ self concept, 3 Pembelajaran yang bersifar mengispirasi peserta didik berpikir secara kritis, analisis, dan tepat dalam memecahkan
masalah, 4 Mendodrong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotesis, 5 Mendodrong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir
hipotesis, 6 Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami dan menerapkan, mengembangkan pola pikir yang rasional, 7 Mendorong dan
menginspirasi peserta
didik mampu
memahami dan
menerapkan,
mengembangkan pola pikir yang rasional, 8 Berbasis pada konsep, teori, dan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan.
e. Penilaian Otentik
Menurut Santrock,dalam Majid, 2014: 236. Penilaian otentik authentic assessment adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan dan pengumpulan
informasi tentang proses hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip penilaian yang berkelanjutan dengan pengambilan bukti-bukti otentik yang akurat,dan
konsisten sebagai akuntabilitas publik. Sejalan dengan perkembangan kurikulum, penilaian otentik dikembagkan agar penilain tradisional yang selama ini
digunakan yang mengabaikan konteks dunia nyata dan kurang menggambarkan
kemampuan siswa secara holistik.
Menurut Brown dalam Abidin, 2014:77 menyatakan bahwa penilaian otentik adalah metode yang digunakan untuk mengukur kemampuan,
pengetahuan,atau performa seseorang. Pengertian ini lebih jelas memberikan gambaran bahwa penilaian dilakukan sebagai sebuah metode pengukuran atas
pengetahuan, dan kemampuan seseorang. Berdasarkaan pendapat diatas bahwa penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan agar dapat mengukur dan
pengetahuan seberapa besar kemampuan atau pengetahuan seseorang dalam proses belajar.
Penilaian otentik diartikan sebagai upaya yang dilakukan sesuai dengan kehidupan nyata. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komperehensif
mengenai arti asesmen otentik, dapat didefinisikan sebagai berikut.
1. American Libraly Association; sebagai proses evaluasi untuk mengukur
kinerja, prestasi, motivasi dan sikap-sikap peserta didik dalam aktivitas pembelajaran.
2. Newton public sckool; penilaian otentik diartikan sebagai penilaian atas
produk dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman hidup peserta didik.
3. Jon Muller dalam Majid, 2014:238 penilaian otentik merupakan suatu
bentuk penilaian yang meminta para siswanya untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya, dan mendemonstrasikan dengan esensial
yang bermakna 4.
Richard J. Stinggins dalam Majid, 2014: 238 penilaian otentik menekankan keterampilan dan kompetensi spesifik, untuk mengetahui
ketrampilan dan pengatahuan yang sudah dikuasai. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, penilaian otentik adalah
proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan gambaran tentang perkembangan siswa dalam proses belajar didalam kelas maupun di luar kelas.
Penilaian otentik dalam kurikulum 2013 mengajak agar siswa dapat belajar sesuai dengan kehidupan nyata atau kehidupan sehari-hari, penilaian otentik terdapat
4 Empat jenis penilaian antara alai yaitu: 1.Penilaian Kinerja, 2 Penilaian Proyek, 3 Penilaian Portofolio,4 Penilaian Tertulis. Majid, 2014: 250-263.
1. Penilaian Kinerja Penilaian kinerja dapat melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam
proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan
meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyektugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya.
2. Penilaian Proyek Penilaian proyek project assessment merupakan kegiatan penilaian terhadap
tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periodewaktu tertentu.Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh
peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data.
3. Penilaian Portofolio Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang
menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata.Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara
perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
4. Penilaian Tertulis Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat,
memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan
sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan peserta didik. Dari pengertian penilaian otentik maka dapat disimpulkan bahwa dalam
proses pembelajaran penilaian sangat berperan penting dalam proses pendidikan
salah satunya adalah penilaian otentik, tanpa ada penilaian maka bagaimana seorang pendidik dapat mengukur atau mengetahui seberapa besar kemampuan
dan pengetahuan anak dalam proses pembelajaran yang dilakukan.
2. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menurut Kemp
Model pembelajaran disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Joyce Weil dalam Rusman, 2013: 133 berpendapat bahwa
model pembelajaran adalah suatu rencana yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan pembelajaran, dan membimbing
pembelajaran di kelas. Oleh karena itu dalam pembelajaran perlu disusun suatu perangkat pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perangkat
pembelajaran perlu disusun dan dikembangakan sebaik mungkin. Menurut Sudjana dalam Trianto, 2010: 81 untuk melaksanakan pengembangan perangkat
pembelajaran dibutuhkan model-model pengembangan yang sesuai dengan sistem pendidikan. Ada beberapa model pengembangan pengajaran yaitu model Dick-
Carey, Model Four-D, dan Model Kemp. Dalam penelitian ini, model pengembangan perangkat pembelajaran yang
digunakan adalah model Kemp. Kemp mengatakan dalam Trianto 2010: 81 bahwa
pengembangan perangkat
merupakan suatu
lingkaran yang
kontinum.Setiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi dan dapat dimulai dari titik manapun. Berikut merupakan siklus
pengembangan perangkat model Kemp:
Gambar 1. Siklus Pengembangan Perangkat model Kemp
Secara umum pengembangan perangkat pembelajaran dengan model Kemp meliputi beberapa hal yaitu:
a. Identifikasi Masalah Pembelajaran Instructional Problems
Tahap ini bertujuan utnuk mengidentifikasi adanya kesenjangan antara tujuan kurikulum dengan kenyataan yang terjadi di lapangan, baik
dalam model, pendekatan, metode, teknik, maupun strategi yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Bahan kajian, pokok
bahasan atau materi yang dikembangkan, selanjutnya dapat disusun dengan cara pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan yang
diharapkan dalam kurikulum. b.
Analisis siswa Learning Characteristics Tahap ini dilakukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan karakter
peserta didik meliputi ciri, kemampuan, dan pengalaman secara
individu ataupun kelompok. Hasil dari analisis peserta didik dapat dijadikan acuan untuk menyiapkan perangkat pembelajaran. Analisis
tersebut antara lain: 1 Tingkah Laku Awal Peserta didik, menurut Kardi dalam Trianto, 2010: 83 mengatakan bahwa perlunya
mengidentifikasi keterampilan peserta didik sebelum melaksanakan proses pembelajaran. 2 Karakteristik Peserta didik, menurut Ibrahim
dalam Trianto, 2010: 83 analisis peserta didik sangat penting dilakukan seperti dengan memperhatikan ciri, kemampuan, dan
pengalaman peserta didik baik dalam perseorangan ataupun dalam kelompok. Analisis peserta didik meliuti karakteristik seperti
kemampuan akademik, usia dan tingkat kedewasaan, motivasi terhadapat mata pelajaran, pengalaman, keterampilan psikomotor,
kemampuan berkerja sama, keterampilan sosial dan lainnya. c.
Analisis Tugas Task Analysis Kemp mengatakan dalam Trianto, 2010: 83 bahwa analisis tugas
merupakan kumpulan dari langkah untuk menentukan isi suatu pengajaran.Analisis
tugas bertujuan
untuk mengetahui
dan menentukan model pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan yang
telah ditentukan. Analisis tugas tidak lain dengan analisis isi pelajaran, analisis konsep, analisis pemrosesan informasi, dan analisis prosedural
yang digunakan untuk memudahkan pemahaman atau penugasan tentang tugas belajar dan tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPPTH dan Lembar Kegiatan Siswa LKS.
d. Merumuskan Indikator Intructional Objectives
Indikator merupakan tujuan pembelajaran yang didapatkan darihasil analisis tujuan.Tujuan pembelajaran dilakukan untuk mengkonversikan
analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan pembelajaran khusu yang lebih operasional. Indikator yang dirumuskan berfungsi sebagai
alat untuk merancang kegiatan pembelajaran, kerangka kerja dalam merencanakan cara mengevaluasi haisl belajar peserta didik, dan
sebagai panduan dalam belajar untuk peserta didik. e.
Uratan Isi Content Sequencing Menurut Kemp, 2011: 16-17 urutan isi ditentukan berdasarkan
tingkat kesulitan untuk membantu siswa memahami pelajaran. f.
Strategi Pembelajaran Instructional Strategy Pada tahap ini dilakukan pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan.Kegiatan yang dilakukan yaitu memilih model, pendekatan, metode, pemilihan format, yang diyakini dapat
memberikan pengalaman yang berguna dalam pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan.
g. Cara penyampaian Pesan atau Isi Pembelajaran Instructional
Delivery
Menurut Kemp, 2011: 16-17 menentuan gambar atau media yang digunakan dalam pembelajaran dapat membantu siswa memahami
pengetahuan tersebut. h.
Penyusunan Instrumen Evaluasi Evaluation Instrument Penyusunan hasil belajar merupakan alat penilaian yang digunakan
untuk mengukur ketuntasa indikator dan pengusaan peserta didik setelah proses pembelajaran berlangsung. Kriteria penilaian yang
dilakukan adalah penilaian acuan patokan, sehingga instrumen yang dikembangkan harus dapat mengukur ketuntasan pencapaian tujuan
pembelajaran yang khusu telah dirumuskan. Menilai hasil belajar merupakan unsur terakhir dalam proses perancangan pembelajaran.
i. Pemilihan Media atau Sumber Pembelajaran Instructional Resourche
Pemilihan media dan sumber pembelajaran dilakukan berdasarkan hasil analisis tujuanm analisi karakteristik siswa dan analisis tugas.
Keberhasilan pembelajaran sangat bergantung pada penggunaan media dan sumber pembelajaran yang digunakan. Pemilihan sumber
pembelajaran dengan baik maka tujuan pembelajaran dapat tercapai seperti dapat memotivasi peserta didik dengan cara menarik dan
menstimulasi perhatina pada materi pembelajaran, melibatkan peserta didik, menjelaskan dan menggambarkan isi materi pelajaran dan
keterampilan kinerja,
membantu pembentukan
sikap dan
pengembangan rasa menghargai apresiasi, serta dapat memberi kesempatan untuk menganalisis sendiri kinerja perorangan.
j. Pelayanan Pendukung Support Services
Pelayanan pendukung sebenarnya tidak berhubungan langsung dengan subtansi pengembangan perangkat, tetapi sangat menentukan
keberhasilan dalam pengembangan perangkat. Dalam proses pengembangan perangkat diperlukan kebijakan sekolah, guru, mitra,
tata usaha, tenaga terkait serta layanan laboratorium dan perlusatakan. Selain itu anggaran, fasilitas, bahan, perlengkapan, pelayanan tenaga
kerja, jadwal penyelesaian tahapan perencanaan dan pengembangan juga dibutuhkan.
k. Evaluasi formatif Formative
Evaluasi formatif merupakan bagian yang penting dari proses perancangan pembelajaran dan berfungsi sebagai pemberi informasi
kepada pengajar. Evaluasi formatif dilakukan selama pengembangan dan uji coba. Penilaian ini berguna untuk menentukan kelemahan
dalam perencanaan pengajaran sehingga berbagai kekurangan dapat di hindari.
l. Evaluasi Sumatif Summarative Evaluation
Evaluasi sumatif secara langsung mengukur tingkat pencapaian tujuan utama pada akhir pembelajaran.Sumber informasi utama
tersebut dapat diketahui melalui hasil posttes maupun uji akhir pembelajaran. Penilaian sumatif meliputi hasil uji akhir unit dan ui
akhir untuk pelajaran tertentu.
m. Revisi Perangkat Pembelajaran Revision
Kegiatan revisi dilakukan secara terus menerus pada setiap tahap pengembangan. Kegiatan revisi dilakukan untuk mengevaluasi dan
memperbaiki rancangan yang dibuat. Revisi dilakukan berdasarkan masukan dan penilaian yang dilakukan dalam kegiatan validasi
perangkat dengan pakar, simulasi terbatas dan uji coba terbatas.Validasi ini lebih bertujuan pada kebenaran dan kesesuaian
isi pada saat menerapkan perangkat pembelajaran di sekolah. Adapun perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam
penelitian ini antara lain silabus, RPPTH beserta lembar kerja siswa dan penilaian otentik. Perangkat pembelajaran tersebut dapat dijabarkan
sebagai berikut: 1
Silabus Pada Kurikulum SD 2013, silabus telah disiapkan oleh
Pemerintah. Guru hanya mengembangkan silabus sesuai dengan kondisi lingkungan belajar daerah atau satuan pendidikan setempat.
Adapun komponen yang terdapat pada silabus yaitu a identitas muatan pelajaran, 2 kompetensi dasar, 3 materi ajar, 4 kegiatan
pembelajaran, 5 penilaian, 6 sumber belajar. Silabus dibuat setelah menentukan kompetensi dasar dan indikator serta tujuan pembelajaran
pada setiap muatan pelajaran Akbar, 2013: 7-10. 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian RPPTH
Dalam Kurikulum SD 2013, RPPTH disusun dalam satu pembelajaran harian dengan memadukan beberapa muatan pelajaran
yang terikat pada tema tertentu dan sering disebut dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian RPPTH. Menurut
Permendiknas No. 65 Tahun 2013 dalam Kemendikbud 2014: 106, Rencana Pelaksanaan Harian Tematik Harian merupakan rencana
kegiatan pembelajaran tatap muka yang digunakan untuk satu kali pertemuan atau lebih. Kegiatan yang ditulis dalam RPPTH,
dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema yang berpedoman pada silabus. Pada Kurikulum SD 2013, kegiatan yang
dikembangkan dalam RPPTH harus menggunakan pendekatan tematik integratif dan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran.
Komponen yang terdapat dalam RPPTH antara lain: a identitas RPPTH, b Kompetensi Inti, c Kompetensi Dasar dan Indikator, d
Tujuan Pembelajaran, e Materi Ajar, f Pendekatan dan metode, g Media, Alat dan Sumber Belajar, h langkah-langkah kegiatan
pembelajaran, i penilaian Kemendikbud. 2014: 106-109. Penilaian yang digunakan dalam Kurikulum SD 2013 adalah penilaian
otentik.Penilaian dilakukan pada ranah pengetahuan, keterampilan, sikap sosial dan sikap spiritual.Pada pengembangan perangkat
pembelajaran dalam penelitian ini, penilaian yang digunakan yaitu tes tertulis, tes lisan, performance, produk, dan observasi. Pada Lembar
Kerja Siswa mengembangkan pendidikan karakter budaya lokal.
Kegiatan yang dilakukan pada Lembar Kerja Siswamencerminkan pendekatan saintifik dan dibuat agar siswa dapat mempelajari sesuatu
yang terkait dengan kehidupan yang dialaminya Kemendikbud. 2014: 42.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian pengembanagan perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum 2013 merupakan hal yang baru sehingga sedikit yang dapat digunakan sebagai
sumber penelitian yang relevan.Berikut ini adalah penelitian relevan yang sesuai
dengan pengembangan perangkat pembelajaran.
Pertama , penelitian pengembangan yang berjudul “Pengembangan Bahan
Ajar yang Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter untuk Keterampilan Membaca Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV Semester Gasal
” yang dilakukan oleh Yohanna Prisca Apriyani 2013. Penelitian ini menghasilkan
produk bahan ajar yang yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan membaca pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV
Semester Gasal.Prosedur pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu memodifikasi langkah-langkah model Kemp yang telah direvisi dan
pengembangan Borg dan Gall. Penelitian tersebut menghasilkan rerata skor 4,33 dan
termasuk “sangat baik” setelah melakukan tahap uji coba di SD Negeri
Kedua, penelitian pengembangan yang berjudul Intan Reni Wulandari 2013 dengan judul
“Pengembangan Bahan Ajar yang Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter Untuk Keterampilan Mendengarkan Pada Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia SD Kelas IV Semester Gasal”. Penelitian ini menghasilkan
suatu produk berupa bahan ajardengan mengacu pada prosedur pengembangan bahan ajar memodifikasi langkah-langkah model Kemp yang telah direvisi dan
penelitian pengembangan Borg and Gall. Berdasarkan hasil keseluruhan validasi oleh pakar diperoleh rerata skor 4,26 untuk kualitas bahan ajar, dan termasuk
dalam kategori “sangat baik”. Penelitian ini dilaksanakan di SDN II Prambanan Klaten.
Ketiga, penelitian pengembangan yang berjudul “Pengembangan Bahan
Ajar Mengacu Kurikulum 2013 Subtema Meneladani Sikap Pahlawan Bangsaku untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar
” yang dilakukan oleh Vitus Winda Ari Wismantaka 2014. Penelitian ini menghasilkan desain produk bahan ajar yang
terintegrasi yang mengacu kurikulum 2013 dengan subtema meneledani sikap pahlawan bangsaku untuk siswa kelas IV SD. Prosedur pengembangan yang
dilakukan dalam penelitian ini yaitu memodifikasi langkah-langkah model Kemp yang telah direvisi dan pengembangan Borg dan Gall. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan dievaluasi dari unsur 1 tujuan dan pendekatan, 2 desain dan pengorganisasian, 3 isi, 4 keterampilan
berbahasa,5 topik, dan 6 metodologi. Bahan ajar tersebut dibutuhkan berdasarkan 1 wawancara 2 kuesioner 3 pakar kurikulum 2013, 4 dua guru
kelas IV SD, dan5 validasi lapangan oleh sepuluh siswa kelas IV SD Negeri Cebongan Sleman. Penelitian tersebut menghasilkan rerata skor 4,43 dan
termasuk “sangat baik”. Berdasarkan tiga paparan diatas yang pernah dilakukan oleh peneliti bahwa
penelitian hanya berfokus untuk mengembangkan nilai karakter sesuai dengan
tuntutan pengembangan kurikulum 2013. Selain itu juga khususnya untuk kebutuhan guru dalam mengembangkan bahan ajar untuk inovasi pada siswa
dalam implementasi pembelajaran. Bahan ajar yang sesuai kurikulum 2013 tersebut juga dapat mengakomondasi siswa sesuai pada pembelajaran yang
menggunakan pendekatan saintifik dan pendekatan tematik integratif, terdapat pendidikan karakter dan model pengembangan perangkat pembelajaran.
Sedangkan penilaian yang akan digunakan yaitu penilaian otentik yang berfungsi untuk menilai aktifitas belajar siswa yang alami dan sesungguh-sungguhnya
sesuai dengan kenyataan proses belajar siswa. Melalui kesimpulan di atas, maka penulis menggunakan metode yang sama yaitu Research and Development RD
dengan mengembangkan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum 2013 pada subtema Gemar Menggambar untuk siswa kelas I Sekolah Dasar.
C. Kerangka Pikir
Mengembangkan perangkat
pembelajaran berupa
Silabus, RPPTH
beserta lembar kerja siswa
dan penilaian
otentik dengan
mengguakan model Kemp dan proses
penelitian RD
model Borg
and Gall yang mengacu
Kurikulum SD
2013. Kurikulum SD 2013
1. Rasional dan elemen perubahan.
2. Pendidikan karakter.
3. Pendekatan yang digunakan yaitu tematik
integratif dan saintifik. 4.
Menggunakan penilaian otentik.
Analisis Kebutuhan Guru masih membutuhkan contoh perangkat
pembelajaran yang baik mengacu Kurikulum SD 2013.
Berdasarkan uraian di atas maka disusun kerangka berfikir tentang pengembangan perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa
sekolah dasar kelas 1. Kurikulum 2013 merupakan usaha pemerintah untuk menyiapkan generasi bangsa yang baik dan memiliki sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang dapat digunakan bagi masa depan. Pemerintah telah menerbitkan prangkat pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013, akan
tetapi masih perlu adanya suplemen tambahan agar perangkat pembelajaran yang telah dibuat dapat digunakan sesuai kebutuhan peserta didik.
Berdasarkan alasan tersebut peneliti berusaha mengembangkan perangkat pembelajaran yang sesuai Kurikulum 2013 untuk sekolah dasar kelas1.Pendekatan
tematik integratif dan pendekatan saintifik merupakan ciri utama dalam pembelajaran pada Kurikulum 2013 khususnya pada perangkat pembelajaran yang
dikembangkan oleh peneliti. Peneliti juga memasukkan tentang penerapan pendidikan karakter dalam setiap pembelajaran yang ada dalam perangkat
pembelajaran. Perkembangan karakter, keterampilan, dan pengetahuan adalah tujuan dari Kurikulum 2013, untuk mengukur kemampuan siswa menggunakan
penilaian otentik dengan berbagai jenis penilaian untuk mempermudah guru dalam menilai peserta didik.
Pengembangan perangkat pembelajaran yang dibuat yaitu Tema 2 Kegemaranku subtema Gemar Menggambar. Pendekatan tematik terpadu
integratif dan pendekatan saintifik menjadi pedoman dalam menyusun perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Perangkat pembelajaran
dikembangkan dengan menekankan pendidikan karakter dalam setiap kegiatan
pembelajaran. Penilaian bagi siswa menggunakan penilaian otentik. Perangkat pembelajaran yang ingin dikembangkan oleh peneliti pun belum sempurna dan
masih perlu perbaikan.
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian teori di atas maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana langkah-langkah penelitian pengembangan perangkat
pembelajaran subtema Gemar Menggambar mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar?
2. Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran subtema Gemar Menggambar
mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar?
39
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian
ini menggunakan
metode penelitian
dan pengembangan RD. Metode penelitian dan pengembangan dalam bahasa
inggris disebut dengan Research and Development. Menurut Sugiyono, 2013: 297 metode penelitian dan pengembangan RD merupakan
penelitian yang dapat digunakan untuk menghasilkan suatu produk tertentu, serta dapat menguji kelayakan dan keefektifan produk yang dihasilkan
tersebut. Untuk dapat menghasilkan suatu produk yang baik perlu dilakukan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan menguji kelayakan serta
keefektifan produk tersebut agar dapat digunakan pada masyarakat luas. Penelitian dan pengembangan bersifat longitudinal yaitu bertahap bisa saja
berupa multy years. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan ini memiliki sepuluh langkah yaitu:
Gambar 2. Langkah-langkah penggunaan Metode RD.
Potensi dan Masalah
Pengumpulan data
Desain Produk
Validasi Desain
Revisi Desain
Ujicoba Produk
Revisi Produk
Ujicoba Pemakaian
Revisi Produk
Produksi Masal
1. Potensi Masalah
Penelitian diawali dengan adanya potensi atau masalah. Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus menunjukkan
data faktual yang sesuai dari pengalaman empirik. Data tentang potensi dan masalah tidak harus dicari sendiri tetapi bisa dari
berdasarkan laporan penelitian orang lain. 2.
Pengumpulan Data Setelah mendapatkan potensi atau masalah, maka langkah
selanjutnya adalah mengumpulkan informasi yang digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk. Perencanaan produk tersebut
bertujuan untuk mengatasi masalah yang didapatkan. 3.
Desain Produk Pada langkah ini desain produk yang dihasilkan harus lengkap
dan spesifikasi. Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013.
4. Validasi Desain
Langkah ini bertujuan untuk menilai rancangan produk yang telah dibuat dan mengetahui kelemahan serta kelebihan pada produk yang
dihasilkan. Validasi produk dapat dilakukan oleh pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai desain tersebut.
5. Revisi Desain
Setelah melakukan desain produk, langkah selanjutnya yaitu memperbaiki desain produk dari kelemahan yang telah diketahui.
6. Ujicoba Produk
Uji coba produk bertujuan untuk mengetahui keefektifan dan keefisienan produk dalam mengatasi masalah. Pada langkah ini, uji
coba dilakukan secara terbatas. 7.
Revisi Produk Setelah melakukan ujicoba produk secara terbatas maka dapat
diketahui kinerja produk yang dibuat. Langkah selanjutnya yaitu merevisi desain produk mengenai kelemahan yang didapatkan. Setelah
desain produk direvisi maka perlu dilakukannya uji coba produk sesungguhnya.
8. Ujicoba Pemakaian
Pada langkah ini dilakukan uji coba produk secara nyata dalam pemakaian produk yang dibuat.
9. Revisi Produk
Revisi produk ini dilakukan, apabila masih terdapat kelemahan pada pemakaian kondisi nyata.
10. Produksi Masal
Pembuatan produk masal ini dilakukan apabila produk yang dihasilkan sudah dapat dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi
secara masal. Berdasarkan penjelasan di atas peneliti hanya membatasi pada 5
langkah prosedur pengembangan, yaitu 1 potensi dan masalah, 2 pengumpulan data, 3 desain produk, 4 validasi ahli, dan 5 revisi desain.