4. Mengambil Keputusan
Ho diterima apabila –t
α2
t
o
atau t
o
t
α2
Ho ditolak apabila t
o
t
α2
atau t -t
α2
5. Menarik kesimpulan
a. Jika Ho
1
ditolak, maka jumlah anggota berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha SHU
b. Jika Ho
2
ditolak, maka jumlah simpanan berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha SHU
c. Jika Ho
3
ditolak, maka jumlah pinjaman berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha SHU.
d. Jika Ho
4
ditolak, maka jumlah modal kerja berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha SHU.
BAB IV GAMBARAN UMUM KOPERASI
A. Sejarah Pusat Koperasi Pegawai Republik Indonesia
Pusat Koperasi Pegawai Negeri PKPN Kotamadya Madiun yang pada awalnya bernama “KOPERASI PEGAWAI NEGERI KOTA BESAR
MADIUN”, berdiri pada tanggal 2 Desember 1954. Pembentukan koperasi ini didasarkan atas anjuran pemerintah Pusat dengan surat edaran No. 18R.11954.
Koperasi Pegawai Negeri KPN Kotamadya Madiun dibentuk oleh beberapa orang pendiri sebagai berikut :
Ketua :Sdr. Tjiptosoedarmo, Kepala Perekonomian Umum
Madiun. Wakil Ketua
:Sdr. Sardjani, Kepala penerangan Kota Madiun. Sekretaris I :Sdr. Moeljono, Kepala Pusat Pembukuan Perusahaan-
Perusahaan Pemerintah Kota Besar Madiun. Sekretaris II
:Sdr. Soetrisno, Pegawai Inspeksi Koperasi KotaKabupaten Madiun.
Bendahara I :Sdr.
Joeswono Danowinoto,
Patih fd.
Sekretaris Karesidenan Madiun.
Bendahara II : Sdr. Soebini, Jururawat RSU Madiun.
Pembantu Umum :Sdr. Hadi
Soebroto, Kepala
Inspeksi Koperasi
KotaKabupaten Madiun. Pelindung
: Bapak residen Madiun. Penasehat
: Bapak Walikota Madiun.
49
Koperasi Pegawai Negeri KPN Kota Besar Madiun pada tanggal 1 Januari 1955 beranggotakan 103 orang. Rapat Anggota Tahunan RAT yang
pertama diadakan pada tanggal 22 Juli 1956, jumlah anggota 73 koperasi primer dengan anggota 4.079 orang, sedangkan di tahun 1977 sampai dengan
1978 anggota Pusat Koperasi Pegawai Negeri PKPN Kota Madiun setelah diadakan penertiban dari 52 Primer tinggal 28 Primer dengan anggota kurang
lebih 2.000 orang. Badan Hukum pertama diperoleh pada tanggal 25 November 1955
dengan Nomor Daftar No. 1099, sebagai Koperasi Simpan Pinjam. Selama ini telah terjadi penggantian yaitu pada tahun 1960 karena dari KPN Koperasi
Pegawai Negeri menjadi PKPN Pusat Koperasi Pegawai Negeri. Pada tahun 1968 berganti lagi karena menyesuaikan dengan Undang-Undang No. 12
tahun 1967 dan tahun 1978 dalam proses perubahan dalam rangka penyesuaian dengan EYD dan situasi dan kondisi Koperasi dalam Orde Baru.
Kantor Koperasi Pegawai Negeri KPN Kota Besar Madiun menempati Kantor Kota Madiun sampai dengan akhir November 1956. Pada
tanggal 1 Desember 1956 pindah ke Jl. Diponegoro 100 A, yang dibeli pada tanggal 17 November 1956 dari Sdr. Rahardjo. Dalam tahun 1957 gedung ini
menjadi sengketa karena tuntutan Sdr. Karijo Prawiro pada pemiliknya. Pengurus yang diwakili oleh : Sdr. Tjipsoedarmo, R. Moeljono dan R.
Soenardi yang sebagai pembeli bersama-sama dengan pemiliknya diadili, dengan tuduhan jual beli barang dalam sengketa. Penjualan dan pembeli
dinyatakan bersalah. Penjual membayar denda Rp. 15.000,00. Surat pencabutan sitaan keluar tertanggal 21 Oktober 1957 No. 1830Pdt1957.
Rapat tanggal 7 November 1960 dan tanggal 17 November 1960 memutuskan untuk dibentuk Pusat Koperasi Pegawai Negeri PKPN
Kotamadya Madiun atas dasar Undang-Undang Nomor 7958 dan PP Nomor 6059. Berdasarkan Undang- Undang tersebut, nama yang sebelumnya
Kotapraja diubah menjadi Kotamadya maka nama koperasi menjadi Pusat Koperasi Pegawai Negeri PKPN Kotamadya Madiun.
Dalam bidang usaha Pusat Koperasi Pegawai Negeri PKPN Kotamadya Madiun mengalami pasang surut sesuai dengan pasang surut dan
perkembangan perekonomian negara. Pada masa berdirinya usaha konsumsi yang mendapatkan fasilitas dari Pemerintah, karena Badan Hukum yang
pertama keluar bidang Simpan Pinjam, maka diusahakan pula Simpan Pinjam. Mengingat kebutuhan konsumsi meningkat maka pada taraf permulaan
membuka unit pertokoan dengan menunjuk CV. Purbojo yang dikuasai oleh Sdr. H. Ikhsan sebagai pelaksananya. Dalam perkembangan selanjutnya toko
dapat diusahakan sendiri di Kantor Jl. Diponegoro No. 100 A. Dalam jaman berdikari pernah dibuka unit persabunan, namun kemudian setelah jaman
Orde Baru unit tersebut perlahan-lahan berhenti karena persaingan berat dengan perusahaan lain.
Sehubungan dengan bergantinya Undang-Undang Nomor 12 tahun 1967 menjadi Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 dan perubahaan