Reliabilitas Karakteristik Butir Soal

b. Reliabilitas

Sudjana 2010: 16 mengemukakan bahwa reliabilitas adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilai. Tes hasil belajar dikatakan ajeg apabila hasil pengukuran saat ini menunjukkan kesamaan hasil pada saat yang berlainan waktunya terhadap siswa yang sama. Suwarto 2013: 101 berpendapat bahwa tes merupakan alat ukur dan alat ukur yang reliabel merupakan suatu alat ukur yang tetap atau tidak berubah-ubah hasil pengukurannya serta dapat diandalkan. Purwanto 2009: 154 mengemukakan bahwa reliabilitas adalah konsistensi dan ketepatan alat ukur dalam melakukan pengukuran. Menurut pendapat dari beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa reliabilitas adalah ketepatan dan keajegan suatu alat ukur jika telah diujicobakan berulang kali.

c. Karakteristik Butir Soal

1 Daya pembeda Sulistyorini 2009: 177 berpendapat bahwa item soal yang baik adalah item soal yang mampu membedakan antara kemampuan siswa yang pandai dan siswa yang rendah kurang pandai. Sudjana 2010: 141-142 mengemukakan bahwa analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu prestasi tinggi dengan siswa yang tergolong kurang atau prestasinya rendah. Butir soal yang setelah diuji tidak memiliki daya pembeda apabila tes tersebut, jika diujikan kepada anak berprestasi tinggi, hasilnya rendah, tetapi bila diberikan kepada anak yang kurang, hasilnya lebih tinggi. Arikunto 2012: 226 berpendapat bahwa daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang kurang pandai berkemampuan rendah. Menurut pendapat dari beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa daya pembeda adalah kemampuan setiap butir soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai. 2 Tingkat Kesukaran Sudjana 2010: 135 mengemukakan bahwa tingkat kesukaran soal merupakan kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab soal, bukan dilihat dari sudut pandang guru sebagai pembuat soal. Arikunto 2012: 222 mengemukakan bahwa soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Sulistyorini 2009: 173 mengemukakan bahwa asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik, di samping memenuhi validitas dan reliabilitas, adalah adanya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal yaitu soal mudah, sedang, dan sukar yang terbagi secara proporsonal. kesukaran soal merupakan kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab soal, bukan dilihat dari sudut pandang guru sebagai pembuat soal. Menurut pendapat dari beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian tingkat kesukaran adalah soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar dan siswa sanggup atau mampu dalam menyelesaikan soal tes yang diujikan. 3 Analisis pengecoh Surapranata 2009: 43 berpendapat bahwa jawaban soal tes pilihan ganda itu terbagi menjadi dua yaitu jawaban dan pengecoh, dari sekian banyak alternatif jawaban tanya hanya terdapat satu jawaban benar yang dinamakan kunci jawaban, sedangkan kemungkinan jawaban yang tidak benar dinamakan dengan pengecoh. Pengecoh berfungsi sebagai pengidentifikasian yang berkemampuan tinggi. Pengecoh dikatakan bisa berfungsi apabila banyak dipilih oleh peserta tes. Suatu pengecoh dikatakan baik apabila dipilih oleh peserta paling sedikit 5 dari peserta tes. Purwanto 2009: 108 mengemukakan bahwa pengecoh distractor yang juga dikenal dengan istilah penyesat atau penggoda adalah bukan merupakan kunci jawaban. Pengecoh harus dibuat semirip mungkin dengan kunci jawaban agar dapat berfungsi dengan baik. Menurut pendapat dari beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian analisis pengecoh adalah pilihan jawaban yang bukan merupakan jawaban yang benar.

3. Pengembangan Tes Hasil Belajar