oleh Leliani 2006, merupakan sifat-sifat yang melekat pada diri seseorang yang berhubungan dengan aspek kehidupan, yaitu: umur, jenis kelamin, posisi, jabatan,
status sosial dan agama. Menurut Lionberger yang dikutip oleh Aziz 2002, karakteristik individu merupakan aspek personal seseorang yang meliputi: umur,
tingkat pendidikan, dan ciri psikologisnya.
Menurut Cohen dan Uphoff yang dikutip oleh Rosyida 2011, tahapan partisipasi adalah:
a. Tahap Pengambilan Keputusan; yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu
program b.
Tahap Pelaksanaan; c.
Tahap evaluasi; terdapat adanya umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.
d. Tahap menikmati hasil; semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti
proyek tersebut mengenai sasaran. Berdasarkan penelitian Muryaningrum 2010 tahapan partisipasi
masyarakat dalam program TSP, masih terbilang rendah pada tahap Perencanaan dan evaluasi. Sedangkan untuk tahapan pelaksanaan dan menikmati hasil,
masyarakat sudah dilibatkan dengan baik, terlihat dari tingkat apresiasi masyarakat dalam keikutsertaan pelatihan yang diadakan dimana setiap informan
mengaku memiliki motivasi dalam mengikuti pelatihan dan peserta mengaku setelah mengikuti pelatihan mereka mendapatkan banyak ilmu dan kemampuan
dalam mengoprasikan dan memperbaiki mesin dan spare part motor, kemudian mereka pun mendapatkan upah atau gaji tetap sebagai pekerja kontrakan di
bengkel sepeda motor terpadu. Berdasarkan hasil penelitian Herlin 2008 pada tahap perencanaan, dan implementasi program TSP, masyarakat tidak dilibatkan
dalam proses sosialisasi, sedangkan pada tahap evaluasi diperkenankan untuk terlibat hanya saja tidak diwajibkan, sehingga partipasi masyarakat dalam
program TSP masih terbilang rendah. Pada aspek kemandirian, masyarakat diberikan pelatihan pembukuan keuangan, sehingga masyarakat mampu secara
mandiri mengelola program mitra binaan, khususnya dalam penyusunan pembukuan keuangan. Di Amerika, tahun 1999, survei Environic menyatakan
sepertiga konsumen di Amerika Serikat yang menyukai produk-produk dari perusahaan yang memiliki visi bisnis pembangunan masyarakat yang lebih baik.
Peranan TS
T Rekayasa Industri dalam upaya Pengembangan Masyaraka
2.4. Kemandirian
Menurut Yasin Setiawan, kemandirian adalah “keadaan seseorang yang
dapat menentukan diri sendiri dimana dapat dinyatakan dalam tindakan atau perilaku seseorang yang dapat dinilai
” Bahara yang dikutip oleh Aldilasari [tahun tidak diketahui]. Berdasarkan dari definisi tersebut, kemandirian merupakan
suatu keadaan seseorang dapat berdiri sendiri, mampu berkomitmen dan disiplin dalam menjalankan sesuatu, sehingga dapat dinyatakan dalam tindakan dan
perilaku yang dapat dinilai
Kemandirian masyarakat menurut Widjajanti 2011, adalah keadaan yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan,
memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi dengan kemampuan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri. Kemandirian masyarakat dapat dicapai melalui proses
belajar yang baik dan bertahap sehingga masyarakat mampu memiliki kemampuan dalam proses pengambilan keputusan secara mandiri.
Menurut Lovinger, tingkat kemandirian adalah sebagai berikut: a.
Tingkat implusif dan melindungi diri adalah bersikap cepat bertindak secara tiba-tiba menurut gerak hati dan mencari keadaan yang mengamankan diri.
b. Tingkat konformistik.
c. Tingkat sadar diri adalah tahu dan ingat dengan keadaan diri yang sebenarnya.
d. Tingkat seksama
e. Tingkat individualistis, adalah keadaan atau sifat-sifat khusus sebagai individu
dari semua ciri-ciri yang dimiliki seseorang yang membedakannya dengan yang lain.
f. Tingkat mandiri, adalah suatu sikap mampu berdiri sendiri. Bahara 2008
Berdasarkan penelitian Asrianti 2010 sebagian masyarakat yang sudah terkena dampak program sudah menuju masyarakat yang mandiri. Tetapi
masyarakat yang berada pada lapisan bawah yang belum terkena dampak program belum menuju kemandirian masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa masyarakat yang sudah menuju kemandirian adalah masyarakat yang terkena dampak program TSP yang diberikan perusahaan.
2.5. Keberlanjutan
Pembangunan berkelanjutan menurut Salim yang dikutip oleh Jaya 2004 adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia untuk mencapai
kesejahteraan dengan cara mencari pemerataan pembangunan pada masa kini maupun masa mendatang. Prinsip tanggung jawab sosial menurut Crowther David
yang dikutip oleh Hadi 2011, salah satunya adalah sustainability, berkaitan dengan bagaimana suatu aktivitas tetap memperhitungkan keberlanjutan
sumberdaya dimasa depan. Keberlanjutan juga memberikan arahan dan memperhitungkan kemampuan di masa depan. Keberlanjutan mengarah pada
keberpihakan dan upaya bagaimana masyarakat memanfaatkan sumberdaya agar tetap memperhatikan generasi masa datang. Armida menjelaskan, bahwa
pembangunan harus dilakukan secara bertahap, tidak bisa hanya memperhatikan kepentingan sesaat. Dilakukan dengan keseimbangan antara periode yang satu
dengan yang lainnya dan mempertimbangkan aspek ekonomi, politik, sosial, budaya, dan lingkungan Orasi Ilmiah Menteri PPN [tahun tidak diketahui]
Menurut penelitian Muryaningrum 2010, Program TSP yang dijalankan oleh PT Indocement yaitu proyek bengkel sepeda motor terpadu, sudah dikatakan
berkelanjutan. Masyarakat diberikan pelatihan yang disambut dengan apresiasi masyarakat yang tinggi. Kegiatan pelatihan diberikan untuk dapat menunjang
keberlanjutan proyek bengkel sepeda motor terpadu yang pengelolaan dan pekerja diserahkan ke masyarakat sekitar perusahaan.
2.6. Citra Perusahaan dan Tanggung jawab Perusahaan
Citra menurut Foster 1999 adalah “nilai yang tak teraba yang dimiliki
oleh suatu perusahaan, yang dihormati pada saat memikirkan produk maupun servis perusahaan
”. Menurut Kottler dalam Wasesa 2006 citra merupakan perwujudan dari sekian banyak asosiasi, dan informasi yang berkaitan dengan