43 diberikan. Teman sekolahnya i
2
, orang tua i
3
dan pihak lain yang berpengaruh terhadap individu i
4
Norma subyektif juga dapat diukur dengan dua cara yaitu cara langsung dan tidak langsung. Cara langsung dilakukan dengan
menanyakan kepada responden perihal opini-opini secara umum dari orang-orang yang dianggap penting oleh dia mengenai perilaku yang
dimaksud. Sedangkan cara tidak langsung dilakukan dengan menanyakan mendukung atau tidak mendukungnya keyakinan normatif yang tersebar
dan intensitas keinginan untuk mengikuti keyakinan normatif tersebut Francis, J.J., et. al., 2004:17-20:37.
juga meyakini hal yang sama. Persepsi terhadap orang-orang yang berpengaruh di dalam kehidupan individu ini
diperkuat pula oleh dorongan menggunakan internet sebagai sumber belajar karena individu ingin menyenangkan orang-orang di sekitarnya
Ajzen, I., 2005: 124-125.
Cara pengukuran norma subyektif yang digunakan dalam penelitian ini adalah hanya yang tidak langsung demi kepentingan untuk
meminimalisir jumlah butir angket. Contoh butir pertanyaan untuk pengukuran norma subyektif secara tidak langsung adalah pertanyaan
tentang motivasi untuk mengikuti keyakinan normatif “Seberapa jauh Anda mengikuti perintah sebagian besar guru untuk mengerjakan tugas
dengan menggunakan internet dengan format respon skala 5 poin yaitu “sangat tidak mengikuti”, “tidak mengikuti”, “ragu-ragu”, “mengikuti”
dan “sangat mengikuti”. Pertanyaan tentang keyakinan normatif yaitu
44 “Sebagian besar guru saya memberi tugas yang mengharuskan
penggunaan internet” dengan format respon skala 5 poin yaitu “sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, “ragu-ragu”, “setuju” dan “sangat setuju”
diadaptasi dari Francis, J. J., et.al.,2004:17-20.
6. Persepsi Kontrol Perilaku
Persepsi Kontrol perilaku merupakan persepsi seorang individu terhadap kemudahan atau kesulitan dalam mewujudkan suatu perilaku.
Persepsi tersebut dianggap sebagai refleksi atau cerminan pengalaman masa lalu, hambatan dan rintangan Ajzen, I., 1991:188.
Persepsi kontrol perilaku ini menggambarkan keyakinan individu mengenai ada atau tidak adanya faktor-faktor yang memfasilitasi dan atau
yang menhambat individu dalam mewujudkan perilaku tertentu. Keyakinan ini biasanya diperoleh berdasarkan informasi dari orang lain
atau pengalaman pada saat melakukan perilaku serupa. Frekuensi informasi yang didapatkan semakin banyak maka semakin kuat keyakinan
individu mengenai kontrol ini. Ajzen, I., 2005: 125. Persepsi Kontrol Perilaku didapat dari perkalian antara setiap
keyakinan terhadap pengendalian c dan persepsi kekuasaan p. Persepsi kontrol perilaku ini dapat dirumuskan menurut persamaan 3.
Fogarty Shaw, 2004 dalam Ketut Ima Ismara, 2010:34
PBC= ∑ с
і
. р
і
3
45 dengan,
PBC = Perceived Behavioral Control atau Persepsi Kontrol
Perilaku c
i
p = Control belief that factor i will be present keyakinan
bahwa faktor i akan hadir
i
i = Indeks
= the power of factor i to facilitate or inhibit performance of the behavior
Daya faktor I dalam mempermudah atau menghambat pelaksanaan perilaku
Kaitannya dengan perilaku penggunaan internet sebagai sumber belajar berdasarkan persamaan 3 adalah persepsi kontrol perilaku
individu terhadap penggunaan internet sebagai sumber belajar ditentukan oleh kehadiran ci faktor-faktor yang dapat membuat individu
mewujudkan perilaku penggunaan internet sebagai sumber belajar, misalnya komputer c
1
, listrik c
2
, koneksi internet c
3
, atau seseorang
yang lebih mahir mengenai internet dan siap membantu pada saat individu mengalami kesulitan teknis c
4
Uraian di atas secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa individu yang memilik komputer pribadi, listrik yang tersedia setiap saat,
koneksi internet yang stabil, dan mengetahui tempat meminta bantuan saat mengalami gangguan dalam menggunakan internet sebagai sumber
belajar, akan memiliki keyakinan kontrol yang tinggi. Apabila individu memiliki keterampilan internet yang baik disertai dengan tersedia fasilitas
. Persepsi kontrol perilaku juga ditentukan oleh kekuatan atau daya yang dirasakan individu dari faktor-faktor tersebut
untuk mewujudkan penggunaan internet sebagai sumber belajar pi Ajzen, I., 2005:125-126.
46 komputer dan koneksi internet maka keyakinan kontrol akan semakin
tinggi. Ajzen menyatakan bahwa seorang individu yang mempunyai
informasi yang jelas mengenai penggunaan internet sebagai sumber belajar dan yakin mampu melakukan perilaku itu dikatakan memiliki persepsi
kontrol perilaku yang kuat dan meyakinkan. Ia mampu mencoba dan berlatih melakukan penggunaan internet sebagai sumber belajar berulang
kali sehingga semakin yakin akan kemampuannya dalam melakukan perilaku tersebut. Individu tersebut dikatakan memiliki efikasi diri
tehadap penggunaan internet sebagai sumber belajar. Hal ini mengindikasikan persepsi kontrol perilaku memperkuat motivasi
sehingga secara langsung menentukan perilaku Ajzen, I., 1991:184. Contohnya adalah seorang individu yang memiliki persepsi kontrol
perilaku yang tinggi tentu mengetahui jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang didapatinya ketika hendak belajar menggunakan internet
sebagai sumber belajar. Ia tentu mengetahui bagaimana caranya menyediakan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk online, jika dia
tidak memiliki fasilitas-fasilitas tersebut. Kasus yang lebih lanjut adalah setelah menguasai penggunaan internet sebagai sumber belajar, individu
tersebut hendak mendalami mata diklat rangkaian listrik dengan menggunakan internet. Dia pasti mengetahui aktivitas online apa yang
tepat untuk mendalami subjek tersebut dengan efektif efisien apakah itu browsing
, chatting, bergabung dengan grup, downloading, membangun